Membran timpani
Memperhatikan permukaan membrane, posisi, warna, ada
tidaknya perforasi, reflex cahaya (normal = anteroinferior)
Reflex cahaya telinga kiri arah jam 7
Reflex cahaya telinga kanan arah jam 5
Otitis Eksterna
• Faktor predisposisi : perubahan pH, udara lembab dan hangat, trauma ringan saat mengorek telinga,
berenang
• Klinis : nyeri bila disentuh, gatal, otorhea, nyeri tarik dan nyeri tekan tragus
Otitis Eksterna Benigna Otitis Eksterna Maligna
Sirkumskipta/Furunkulosa • Etiologi : Pseudomoas aeruginosa
• Etiologi : Staphylococcus aureus • Predisposisi : DM, immunosupresan,
• Lokasi : 1/3 luar, mengenai folikel penggunaan steroid lama
rambut/glandula sebacea • Klinis
• Tampak bisul, membrane timpani terlihat Otalgia hebat, discharge purulent
Granulasi di isthmus dasar c.a.e
Difusa (Swimmer’s ear)
• Etiologi : Pseudomonas aeruginosa
• Lokasi : 2/3 dalam
• Edema seluruh lumen, batas tidak tegas,
membrane timpani tidak terlihat
Sirkumskripta Difusa Maligna
Tatalaksana
Otitis Eksterna Benigna Otitis Eksterna Maligna
Sirkumskipta/Furunkulosa • Antibiotik dan debridement agresif
Salep Ikhtiol/Salep antibiotic (Polymixin B atau • Ciprofloxacin 400 mg IV/8 jam; 750 mg
basitrasin) PO/2jam
Pemeriksaan Penunjang
• Skuama kerokan kulit liang telinga + KOH 10%
o Aspergillus sp. hifa lebar, berseptum, spora kecil
o Candida sp. Pseudohifa blastospora dan yeast
• Pembiakan Media Agar Saboraud; didiamkan pada
suhu kamar selama 1 minggu Candida sp.
Pengecatan KOH
Tatalaksana
• Ear Toilet
• Anti jamur topical
o Candida sp. Nistatin
Aspergillus sp. o Aspergillus sp Miconazole
• Asam Asetat 2% dalam alcohol sebagai keratolitik
• Mejaga telinga tetap kering dan mencegah manuver
pada telinga
Candida sp.
Serumen Obturans
• Serumen yang menumpuk dan menggumpal merupakan hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas, dan partikel debu
• Faktor risiko iklim, keadaan lingkungan, liang telinga sempit, produksi serumen banyak
Klinis Telinga gembrebeg terutama bila telinga masuk air (mandi/berenang) karena
serumen mengembang menekan membrane timpani
Tatalaksana
Serumen lembek Dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada applicator
Serumen keras • Diekstraksi menggunakan hook/loop
• Bila gagal ditetesi Carbogliserin 10% selama 3 hari
• Bila terdorong jauh irigasi air hangat (kontraindikasi perforasi MT)
Indikasi ekstraksi serumen berkala setiap 6-12 bulan, membrane timpani sulit dievaluasi,
otitis eksterna
Otitis Media Akut
• Peradangan sebagian/seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eusthachius, antrium mastoid dan sel-sel
mastoid dalam waktu < 3 minggu
• Etiologi gangguan faktor pertahanan tubuh (sumbatan tuba eusthacius, infeksi saluran nafas
terutama pada anak-anak)
Stadium Oklusi
• Adanya oklusi tuba eustachius tekanan negative dalam telinga
• Klinis : penurunan pendengaran, demam (-)
• Membran timpani : retraksi dan suram
• Tatalaksana : Tetes Hidung HCl Efedrin 0,5-1%, Oxymethazoline 0,05%
Stadium Perforasi
• Keterlambatan tatalaksana tekanan meningkat rupture
• Klinis : demam turun, nyeri berkurang, ada cairan keluar dari telinga
• Membran timpani : perforasi, tampak cairan
• Tatalaksana : Cuci telinga H202 3% 3-5 hari + Antibiotik tetes (Ofloxacin)
Stadium Resolusi
• Observasi selama 3 minggu (Antibiotik diberikan bila secret masih aktif)
• Bila secret tetap banyak dan perforasi menetap otitis media supuratif
subakut
• Bila menetap 6-8 minggu otitis media supuratif kronis (OMSK)
Tes Pendengaran
• Tes Bisik
• Dengan menggunakan sisa udara ekspirasi pemeriksa membisikkan beberapa kata
bisyllabic pada jarak 6 meter
• Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan test ini
dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan demikian
seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang
dibisikkan.
• Interpretasi :
• 6 meter - normal
• 5 meter - dalam batas normal
• 4 meter - tuli ringan
• 3 – 2 meter - tuli sedang
• 1 meter atau kurang - tuli berat
Tes Pendengaran
• Tes Garis Pendengaran
• Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kira-kira 2,5 – 3 cm di
depan telinga penderita
• Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengar bunyi dari
garpu tala
• Lakukan mulai dari gapu tala frekwensi rendah sampai tinggi
• Tes dilakukan pada kedua telinga
• Interpretasi
• Tidak dapat mendengarkan frekuensi tinggi (batas atas menurun) : Tuli sensorineural
• Tidak dapat mendengarkan frekuensi rendah (batas bawah meningkat) : Tuli konduktif
Tes Garputala
• Menggunakan garputala 512 Hz
• Keuntungan : dapat memperoleh dengan cepat gambaran fungsi pendengaran penderita
• Kerugian : tidak dapat ditentukan besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara
menggetarkan garpu tala
Tes Rinne Membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada satu telinga
Tujuan utama : mengembalikan partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus
Epley Manuver
Semont Manuver • Sering digunakan untuk cupulolithiasis kanal posterior
• Manuver Epley dan Semont : dilakukan di klinik dokter
Brand Daroff
Manuver
Terapi Simptomatik Vertigo
Anti kolinergik Menghambat aktivitas nucleus vestibuler
• Sulfas Atropin : 0,4 mg/im a. Golongan antihistamin
• Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus
3 jam vestibularis adalah
Simpatomimetika i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang
• Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 tiap 2 jam
menit ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam
iii. Flunarizin 5 – 10 mg/hari (malam hari)
iv. Betahistine mesylate ( 6 mg, 12 mg)
b. Sedatif
i. Phenobarbital: 15-30 mg/ 6 jam
ii. Diazepam: 5-10 mg
iii. Chlorpromazin (CPZ): 25 mg
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
TENGGOROK
Rhinoskopi Anterior
• Melakukan pemilihan spekulum hidung yang tepat
• Memegang dan memasukkan spekulum hidung ke dalam rongga
hidung
• Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung
• Menilai struktur di dalam rongga hidung
• Melihat fenomena “palatum molle”
• Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidung
Rhinoskopi Posterior
• Melakukan pemilihan cermin nasofaring yang tepat
• Menyuruh penderita membuka mulut
• Melakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
• Melidah apikan cermin nasofaring sebelum dimasukkan ke dalam
orofaring
• Memposisikan cermin nasofaring di dalam orofaring
• Menilai struktur di dalam nasofaring
• Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
Faringoskopi
• Penderita diinstruksikan membuka mulut
• Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
• Tampak memperhatikan keadaan cavum oris sampai orofaring
• Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah
mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya
kelainan-kelainan dalam rongga mulut
Laringoskopi Indirek
• Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat
• Instruksikan penderita untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah
sejauh
• Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien diinstruksikan untuk bernafas
secara normal
• Masukkan cermin laring yang telah dilidah apikan ke dalam orofaring .
• Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah
hipofaring
• Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan
huruf i berulang kali
• Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
Tes Penghidu
• Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang hidung yang
tidak akan di tes.
• Letakkan bahan tes di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm dari lubang
hidung yang akan diperiksa.
• Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas menuju lubang
hidung yang akan diperiksa
• Tanyakan kepada penderita sensasi bau apa yang dihidu
• Catat hasil dan interpretasi
• Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm
• Hiposmik : 0 – 10 cm ( 1, 2, 3 an 4 cm : berat )
• Anosmik : tdk dpt mencium sama sekali
Tes Pengecapan
• Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementara hidung ditutup.
• Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa
asam pada kedua tepi lidah, rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang
lidah.
• Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi,
catat sensasi yang dirasakan oleh penderita.
• Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tes sebelum dilanjutkan ke tes
berikutnya
• Interpretasi :
• Nilai normal diperoleh bila penderita dapat merasakan sensasi rasa manis 50 detik setelah
diletakkan dan mencapai puncaknya dalam waktu 2 menit.
• Untuk sensasi rasa asin sensasi dirasakan pada saat substansi diletakkan dan menurun dalam
waktu 2 menit.
• Untuk sensasi asam dan pahit nilai normal didapatkan bila penderita merasakan sensasi tersebut
dalam 2 menit.
• Dikatakan Hipogeusia bila sensasi dirasakan setelah 2 menit dan Ageusia bila penderita tidak
merasakan apa-apa.
Palpasi Kelenjar Limfe dan Leher
• Kelenjar Limfe Submental dan Submandibular
• Posisi Pemeriksa : Belakang Pasien
• Posisi Pasien : Kepala Condong ke Depan
• Palpasi : Tepi bawah mandibula
• Rantai kelenjar jugularis
• Penekanan sepanjang m. sternocleidomastoideus
• Kelenjar limfa aksesorius
• Menekan ibu jari pada tepi posterior muscuus
trapezius ke depan dan jari – jari ditempatkan pada
permukaan anterior musculus ini
• Kelenjar supraclavicular
• Palpasi di fossa supraclavicular
Rhinitis Allergi
Tanda dan Gejala Khas
• Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah,
livid, sekret encer yang banyak
• Gejala spesifik pada anak:
a. Allergic Shinner: stasis vena oleh karena
obstruksi hidung
b. Allergic sallute: gerakan gosok hidung
c. Allergic crease: garis melintang dorsum
nasi 1/3 bawah.
d. Facies adenoid: karena mulut sering
terbuka.
e. Geographic tongue.
• PP : sitologi hidung, eosinophil, IgE total, uji
kulit
Terapi medikamentosa
Antagonis H-1 Gen 2 • Cetirizine 10 mg 1x1
• Loratadine 10 mg 1x1
Decongestan • Nasal: Phenylephrine 0.5%
4x2 tetes/hari (max 3-4 hari)
• Sistemik: pseudoephedrine
60 mg 2x1
Akut • ≤ 4 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia,
H.Influenzae.
Subakut • 4-12 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia,
H.Influenzae.
Kronis • ≥ 12 minggu
• S. Aureus, P.Aeruginosa
Penunjang Deskripsi
Inflamasi kronik
Rhinosinusitis kronik
Rhinitis alergi
Tampilan endoskopik Skor
KATA KUNCI Tidak tampak polip nasal 0
Massa lunak dan berwarna putih/ Tampak polip kecil di meatus media 1
Polip multiple di meatus media 2
keabu-abuan yang terdapat pada Polip memenuhi meatus media 3
rongga hidung. Bertangkai dengan Obstruksi seluruh cavitas nasal 4
permukaan licin.
TATALAKSANA Medikamentosa
• Kortikosteroid
• Intranasal. Pilihan: fluticasone 200 mcg2x1,
Operatif budesonide 200 mcg 2x1, mometasone 280mcg
• Indikasi: anak dengan multipel. • Anti leukotriene
• Polipektomi • Anti alergi
• Ethmoidektomi • Cuci hidung
intranasal/ekstranasal
polip ethmoid
• Operasi Caldwell-Luc
sinus maxilla
• ESS (Endoscopic Sinus Surgery)
• Melebarkan celah di meatus
media rekurensi
berkurang
Tonsilitis
• Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer.
• Cincin waldeyer:
• Tonsil pharyngeal (adenoid)
• Tonsil palatina (faucial)
• Tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan
• Tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
Tipe Tonsilitis
TONSILITIS AKUT
• Viral : rhinitis akut + nyeri telan, merah pada tonsil
• Bakterial : Detritus Folikular, lacunar nyeri telan,
odinofagi dll
TONSILITIS KRONIS
• Nyeri telan, anorexia, disfagia
• Kelenjar limfoid diganti oleh jaringan fibrosis KRIPTE
MELEBAR, berisi detritus
• Halitosis, rasa kering pada tenggorokan.
Jenis Tonsilitis
Grading Tonsilitis
Grading disusun berdasarkan rasio tonsil terhadap jarak antar arcus
palatoglosus. Grading pembesaran tonsil adalah:
TATALAKSANA
Insisi dan drainase
Antibiotik : Amoxiclav 875 mg 2x1 PO, Klindamisin 600 mg
2x1 PO, Ampicilin-sulbactam 3g/6 jam, Pensilin G 500 mg
tiap 6 jam
Supportif
Kelainan Laring
LARINGITIS
• Disebabkan oleh : virus, overuse suara, allergi dan GERD
• Tanda : SERAK, suara menghilang, dalam keadaan yang parah dapat
sebabkan stridor.
• Tatalaksana : simptomatik, supportif, istriahatkan suara