Anda di halaman 1dari 67

MATA

PERSIAPAN OSCE CSL IV FK UNHAS ANGKATAN 2019


DIFUSI REVIEW
2021
Skill Mata
• Anamnesis Kelainan Mata
• Pemeriksaan Visus
• Pemeriksaan Refraksi Subjektif
• Pemeriksaan Visus dan Bayi
• Pemeriksaan Segmen Anterior Bola Mata
• Pemeriksaaan Tekanan Bola Mata (Palpasi dan Schiotz)
• Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
• Pemeriksaan Lapangan Pandang dengan Cara Konfrontasi
• Pemeriksaan Segmen Posterior
• Pemeriksaan Amsler Grid
• Pemeriksaan Buta Warna
• Pemberian Obat Tetes Mata
Chief Complain

Mata Merah Mata Gatal Mata Berair Mata Nyeri

Kotoran Mata Gangguan Benjolan


Berlebih Penglihatan pada Mata
Tanyakan secara detail …
• Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah sangat/sedikit
kabur, penglihatan buram/tertutup, penglihatan sentral atau perifer
yang kabur (apakah semua lapangan penglihatan atau sebagian saja),
disertai rasa silau/tidak,
• Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului trauma/tidak,
didahului/disertai penglihatan kabur
• Keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata atau pada saat
melihat dengan dua mata, apakah disertai pusing
Deskripsikan Keluhan Utama
• Pemeriksa menanyakan deskripsi keluhan utama:
• Lamanya, onset (tiba-tiba/ perlahan), perlangsungannya (konstan/
memberat), aktivitas saat keluhan timbul, kondisi yang
memperberat/meringankan keluhan, apakah ada upaya pengobatan
sebelumnya, atau apakah keluhan ini pertama kali timbul atau sudah
berulang.
• Pemeriksa menanyakan kelainan mata yang lainnya
• Mata merah, air mata berlebih, kotoran mata berlebih, silau, penglihatan
menurun, nyeri, rasa mengganjal, rasa berpasir, serta gejala penyerta bila ada.
Sisanya …
• Riwayat kelainan/tindakan/pengobatan pada mata
• Riwayat penyakit lainnya (sistemik)
• Riwayat keluarga/lingkungan
Pola Pikir Kelainan Mata
Pemeriksaan Visus
• Ukur Distansia Pupil (DP)

• Jika mata merah : Jangan pakai trial frame (gunakan tangan


penderita)
• Ingat lakukan pada kedua mata!
Snellen Chart
• Contoh Interpretasi Visus
• VOD 6/6
• VOS 6/6
• Jika tidak bisa melihat 6/60,
maka :
• Counting finger : …/60
• Mulai dari 1 meter hingga 6 meter
• Wave hand : …/300
• Jarak : 1 meter
• Light Perception (tanyakan arah
senternya dari mana)
• 1/∞ (tahu arah)
• Tidak dapat mengenali cahaya :
visus 0 (NLP)
Pemeriksaan Refraksi
• Prinsip :
• Pada myopia dilakukan koreksi dengan sferis terkecil
• Pada hypermetropia dilakukan koreksi dengan sferis terbesar
• Pada usia >40 tahun harus ditambahkan kamata adisi berdasarkan usia
Pemeriksaan Segmen Anterior

Slit-lamp Lup dan lampu senter


(urut dari luar ke dalam)
6. Konjungtiva
1. Supercilia
palpebra superior
10. Kornea

11. Kamera Okuli


3. Palpebra Anterior
2. Cilia superior
superior

8. Konjungtiva bulbi
5. Palpebra 9. Sklera
4. Cilia inferior inferior
7. Konjungtiva
palpebra inferior
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior (urut dari luar ke dalam)

12. Iris

13. Pupil 14. Lensa


Tekanan Bola Mata

Palpasi Schiotz
Pergerakan Bola Mata

Apa kesalahan pemeriksa


ini?
Pemeriksaan lapang pandang (tes konfrontasi)
Syarat : Lapang pandang pemeriksa harus normal
Cara pemeriksaan :
• Pasien menutup satu mata tanpa menekannya,
pemeriksa duduk tepat di depan pasien (± 1m) dan
sama tinggi dengan pasien.
• Apabila pasien menutup mata kanan, pemeriksa
menutup mata kiri, dan sebaliknya.
• Dengan perlahan, gerakkan pensil atau objek kecil
lainnya dari perifer ke arah tengah dari delapan
arah dan mintalah pasien memberi tanda tepat
ketika ia mulai melihat objek tersebut.
• Selama pemeriksaan, jagalah agar objek selalu
berjarak sama dari mata pemeriksa dan mata
penderita.
Pemeriksaan Segmen Posterior
Oftalmoskop direk Oftalmoskop indirek
PERSIAPAN PASIEN :
• Meneteskan midriatikum (tropicamide 1%), tunggu sampai pupil berdilatasi (kira-kira 15 menit)
• Informed consent bahwa setelah ditetes mydriatil pasien akan merasa silau dan kabur selama 4-6 jam

CARA PEMERIKSAAN :

• Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan


pemeriksa dan sebaliknya.
• Memeriksa fundus refleks kedua mata terlebih dahulu
dari jarak 30 cm
• Mendekatkan oftalmoskop sedekat mungkin dengan
mata pasien hingga bisa terlihat fundus
• Memeriksa papil N.II, vasa, retina, dan macula
• Saat pemeriksaan makula, pasien diminta melihat lampu
oftalmoskop untuk menilai refleks fovea.
Penilaian Funduskopi

• Papil N.II : bentuk, batas, warna, cup disc ratio (CDR)


• Vasa : Arteri vena ratio (AVR), spasme arteri, vena dilatasi dan berkelok, neovaskularisasi
• Retina : perdarahan (dot, blot, flamed shape), eksudat (soft/cotton wool spot, hard)
• Makula : refleks fovea
Amsler Grid
Pengunaan Obat Tetes Mata
Good luck!
Sampai ketemu di OFFLINE CLASS!
BAHAN BACAAN PENYAKIT MATA
UNTUK PERSIAPAN OSCE
Kelenjar Pada Mata
Glandula Meibom
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)

Glandula Zeis
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)

Glandula Moll
merupakan modifikasi glandula
sudorifera, produk skekresi
adalah air (sweat)
Hordeolum
• Akibat sumbatan :
• Kelenjar zeis dan moll
(Hordeolum eksterna) atau
• Kelenjar meibom (Hordeolum
interna)
• Etiologi : Stafilokokus aureus
(tersering)
• Tanda radang (+), Nyeri (+)
• Tatalaksana: kompres hangat;
antibiotik (chloramphenicol EO 1%
3x/hari). Insisi drainase (pada
abses)
Kalazion
• Seringkali berasal dari hordeolum
interna yang kronik
• Kalazion tidak nyeri, benjolan tidak
hiperemis
• Tatalaksana:
• kecil : dibiarkan atau injeksi steroid +
kompres mata
• Besar : ekokleasi
HORDEOLUM VS KALAZION
Tatalaksana Hordeolum
• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15
menit
• Jaga kebersihan kelopak mata
• Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3x1; salep kloramfenikol 3x1;
tetes mata kloramfenikol 0,25%, antibiotik oral (eritromisin 2x500mg
atau dikloksasilin 4x1 selama 3 hari)
• Insisi dan drainase abses

Tatalaksana Kalazion
• Konservatif
• Injeksi intralesi steroid • Hordeolum interna : insisi vertical
• Hordeolum eksterna : insisi horizontal
(triamsinolon 40 mg/ml
• Chalazion : Ekokleasi kalazion
sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Ekokleasi kalazion
Blefaritis
• Peradangan pada kelopak mata
Blefaritis ulseratif/stafilokokal/bacterial
Blefaritis seboroik/skuamosa Penumpukan Krusta kekuningan pada dasar bulu mata, bila diusap
sisik putih pada bulu mata dengan dasar biasanya meninggalkan keropeng atau ulkus yang mudah
hiperemis (tanpa ulkus). berdarah.
Tatalaksana Tatalaksana
• Bersihkan sisik dengan sabun atau salep salisil • Bersihkan krusta, kompres hangat
1%. • Antibiotik topical (eritromisin, basitrasin atau
• Kompres hangat. gentamisin 12x2 tetes hingga gejala membaik)
• Antibiotik topikal (eritromisin, basitrasin atau • Antibiotik oral (doksisiklin 1x100mg selama 2-4
gentamisin tetes mata) minggu atau azithromisin 1x500mg selama 5
hari)

Seboroik
Ulceratif
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial Akut (S.aureus, S. epidermidis, H. Influenza)
• Gejala : mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopurulen,
reaksi papiler, fotofobia apabila kornea terlibat.
• Tatalaksana : Salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari, tetes
kloramfenikol 6x1 tetes selama 3 hari.

Konjungtivitis Gonokokal (N. Gonorrheae)


• Gejala : mata merah, sensasi benda asing, secret purulent berat,
hiperakut (12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan nll
preaurikular, pseumembran)
• Tatalaksana : Ceftriaxone 125 mg IM single dose, doksisiklin 100 mg
2x1 selama 7 hari.
Pterygium

• Keluhan : asimptomatik, mata iritatif,


merah, dapat terjadi astigmatisme.
• Tes sonde (-)  ujung sonde tidak
kelihatan  pterigium.
Derajat Pterigium
Tatalaksana : derajat 1 dan 2 konservatif, 1. Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea.
derajat 3 dan 4  eksisi pterigium 2. Melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2
mm melewati kornea
3. Melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pupil
mata dalam keadaan cahaya.
4. Sudah melewati pupil sehingga menggangu
penglihatan
Perdarahan Subkonjungtiva
Perdarahan pada subkonjungtiva atau ekimosis yang bervariasi mulai
dari perdarahan petekia kecil hingga menyebar secara ekstensif ke
seluruh konjungtiva bulbi.
•Trauma
•Inflamasi konjungtiva
•Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak
(pertussis, strangulasi atau kompresi leher)

Gambaran Klinis Terapi


Tampak pewarnaan merah homogen dengan •Terapi sesuai etiologi
batas tegas pada konjungtiva, darah akan •Reassurance
direabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari •Kompres dingin untuk menemkan titik perdarahan,
kompres hangat untuk membantu reabsorbsi
EPISKLERITIS
• Peradangan rekuren jinak dari episklera termasuk kapsula Tenon tanpa keterlibatan sklera di bawahnya
• Etiologi : Berhubungan dengan gout, rosacea, dan psoriasis

Terapi
Gambaran Klinis • Vasokonstriktor topical seperti fenilefrin 2,5% 
pembuluh darah akan mengecil  fenil-efrin
• Mata merah oleh karena vasodilatasi test (+)
• Nyeri ringan saat penekanan bola mata • Kortikosteroid topical
• Kompres dingin
• Sensasi benda asing

• Diffuse episcleritis  peradangan


tersebar maksimal 1 hingga 2 kuadran (A)
• Nodular episcleritis  nodul kemerahan
terletak sekitar 2-3mm dari limbus (B)
A B
KERATITIS
• Manifestasi Klinis
• Mata merah, penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme, edema
kornea, infiltrate seluler, dan injeksi siliar (perikornea)
• Etiologi: virus, bakteri, jamur, parasite, atau non infeksi (trauma, garukan,
defisiensi vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
– Fluorescent Test : Melihat defek kornea
– Seidel Test : untuk lihat perforasi - fistula
KERATITIS BAKTERIAL
• Faktor resiko : lensa kontak, Riwayat operasi kornea, trauma, benda asing.
• S. aureus, S. pneumonia  ulkus oval, warna putih batas tegas.
• Pseudomonas  ulkus berbentuk ireguler, eksudat mukopurulen hijau, batas tidak tegas, dapat
terjadi nekrosis liquefaksi.
• Tatalaksana : salep kloramfenikol 1% 3x1, salep eritromisin 0,5% 2-6 x1, salep ciprofloxacin 0.3%
3x1.

Pseudomonas

Pseudomonas khas pada


orang yang memakai
lensa kontak
S.pneumonia
KERATITIS VIRAL
• Etiologi : Herpes zoster, varicella zoster.
• Kontak dengan penderita, transmisi vertikal ibu dan neonates, imunosuppressan, Riwayat terinfeksi VZV
sebelumnya (chickenpox).
• Herpes simplex  tampak lesi vesicular di region periorbital, limfadenitis preaurikular, punctate,
epithelial keratitis, dendritic ulcer.
• Herpes Zooster  lesi awal vesicular, terdistribusi dermatomal, pseudodendritik ulcer, didahului
Hutchinson’s sign.
• Pada keduanya terdapat penurunan sensasi pada mata.
• Tatalaksana : Acyclovir : 5x400 mg 7 hari (simplex), 5x800 7-10 hari (zoster), Gel mata ganciclovir 0,15%
5x1 salep.
Herpes Simplex
• Dendrit dengan terminal
bulbs pada simplex,
sering ulkus.
• Zooster : pain, ptekial
hemorrhage, ulkus jarang.
Herpes Zooster
KERATITIS FUNGAL
• Etiologi : filamentous fungsi (aspergillus fusarium, yeast (candida)
• Faktor resiko : trauma dengan material tanaman, ekor hewan, imunosupresan.
• Ulkus putih keabu-abuan dengan tepi meninggi, feathery finger-like extensions, lesi satelit kecil
multiple di sekitar lesi utama, dapat ditemui cincin kekuningan steril (pertemuan antara antigen
dengan antibody)
• Penunjang : Scrap KOH kornea
• Suspensi mata natamycin 5% 1 tetes per 2 jam, amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam.

A B

A. Keratitis Fungal : terdapat


gambaran lesi satelit.
B. Wesseley ring : cincin
kekuningan steril
FLUORESCEIN TEST
 Untuk menilai ada tidaknya defek epitel kornea

CARA PEMERIKSAAN :
- Mata ditetesi larutan Fluoresein 2 %
- Kemudian dibilas dengan NaCl fisiologis
- Dilihat menggunakan COBALT BLUE filter pada slit-lamp

INTERPRETASI :
- Warna kehijauan = defek (+)
Glaukoma
Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang ditandai dengan adanya perubahan
spesifik pada diskus optikus dan defek lapang pandang irreversible yang seringkali namun
tidak selalu berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (IOP)
Primary Open Angle Glaucoma
Peningkatan tekanan intraocular progresif lambat dengan sudut
terbuka yang disertai dengan cupping diskus optikus dan defek
lapang pandang. Hemianopsia
bitemporalis
• Gejala : nyeri kepala ringan, penurunan lapangan pandang
progresif kronik.
• Tanda
• Anterior chamber  normal, sudut terbuka
• Diskus optikus  atrofi, cupping (normal cup-disk ratio 0.3-
0.4), bayonetting sign Cup to disk ratio
• Lapang pandang  terjadi konstriksi lapang pandang >0,5 pada pasien
(Hemianopsia bitemporalis) glaucoma sudut
terbuka yang
Pemeriksaan Penunjang nantinya ber
• Tonometri mengukur IOP manifestasi
• Gonioskopi  melihat sudut iridokornealis sebagai
• Perimetri  melihat defek lapang pandang hemianopsia
bitemporal
TATALAKSANA POAG
Kelas Obat Regimen Mekanisme Aksi
Menurunkan sekresi aqueous humour melalui stimulasi
• Timolol maleate 0.25%-0.5%; reseptor beta di prosesus siliaris
Beta Blocker
1- 2 kali/hari
• Betaxolol 0,25%; 2 kali/hari

• Pilocarpine 1, 2, 4% 3-4 kali/hari Meningkatkan outflow aqueous humour melalui kontraksi


musculus longitudinalis corpus ciliaris yang membuka
Parasympathomimetic Drugs trabecular meshwork

Prostaglandins • Latanoprost 0.005%; 1 kali/hari Meningkatkan uveoscleraloutflow


(first drug of choice)
• Acetazolamide 250mg;3-4 Menurunkan produksi melalui inhibisi enzim karbonik
Carbonic Anhidrase Inhibitor kali/hari anhidrase

• Epinephrine 0.5, 1, 2%;2 Meningkatkan outflow Menurunkan sekresi aqueous


SympathomimeticDrugs kali/hari humour.
Primary Close Angle Glaucoma
Peningkatan TIO oleh karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan outflow aqueous humour
Faktor Risiko
• Faktor anatomis  hipermetropia, bola mata kecil, konfigurasi iris plateau
• Faktor umum  usia, jenis kelamin (wanita:pria 4:1), musim, riwayat keluarga, ras
• Faktor presipitatus  pencahayaan gelap, stress emosional, penggunaan obat-obatan midriatikum (atropin, siklopentolat)
Gejala : Nyeri mata, mual, muntah, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi
Tanda
• Palpebra  edema dan hiperemis
• Konjungtiva  kemosis, injeksi konjungtiva dan silier
• Kornea  edema
• Anterior chamber  dangkal
• Sudut iridokornealis  tertutup
• Pupil  semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
• IOP  meningkat secara akut
PENATALAKSANAAN
• GLAUKOMA AKUT : menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan obat-obatan yang terdiri dari :
1. Acetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4x250 mg/hari.
2. KCl 0,5 gr 3x/hari
3. Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari
4. Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotic 4-6 x 1 tetes sehari.
5. Terapi simptomatik
Rujuk segera ke dokter spesialis mata/pelayanan Kesehatan tingkat sekunder/tersier setelah diberikan
pertolongan tersebut.

• GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP KRONIS


a. Bila sinekia anterior perifer (SAP) tidak luas, langsung Laser PI atau Bedah IP untuk membuka sudut
yang aposisi dan mencegah SAP bertambah luas kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan.
b. Bila sudut tertutup 75%, pada umumnya TIO masih tetap tinggi (<35 mmHg) yang menandakan
bahwa fungsi TM sudah terganggu akibat SAP sehingga obat-obat tidak dapat menolong, harus
dianjurkan dengan trabekulektomi bila perlu disertai anti metabolit.
MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK

Masalah Lensa Masalah Vitreous


Masalah Retina
Masalah N. Optikus
• Ablatio retina
• Subluksasi • Perdarahan • Neuritis optik
• Oklusi arteri retina
• Dislokasi vitreous • Papil oedema
• Oklusi vena retina
Ablasio retina rhegmatogen
Robekan pada retina menyebabkan cairan subretinal yg berasal dari synchitic vitreous masuk ke celah potensial dan
menyebabkan ablasio dari dalam
Faktor Risiko : Usia, jenis kelamin laki-laki, myopia, afakia, degenerasi retina, trauma
Manifestasi Klinis :Floater, fotopsia, defek lapang pandang tepi lalu menjadi sentral

Tigroid
Non Rhegmatogen Traction
Disebabkan tarikan retina ke dalam vitreous body
• Etiologi : Post trauma, diabetic retinopati proliferative,
retinopathy of prematurity, sickle cell retinopathy
• Manifestasi Klinis : Penurunan visus dan lapang pandang,
tampak adanya vitreoretinalbands.
Ablasio retina eksudatif

Disebabkan oleh timbunan cairan di celah potensial karena


ada kelainan pada lapisan epitel pigmen retina dan koroid
tanpa didahului robekan
ETIOLOGI
• Penyakit sistemik (hipertensi, poliarteritis nodosa)
• Penyakit mata (koroiditis, neoplasia)
MANIFESTASI KLINIS

•Penurunan visus atau lapang pandang tanpa floater dan


fotopsia, area yg detached berubah sesuai posisi (shifting
fluid)
Gangguan Refraksi
Emetropia adalah kondisi mata normal, dimana kekuatan refraksi mata adalag +60D, +44 dari total didapat
dari kornea dan +16D didapat dari lensa Kristalina.
TERMINOLOGI DEFINISI

Anisometropia Perbedaan dioptric >2

Perbedaan mata kanan dan kiri, berupa myopia,


Antimetropia
hypermetropia dan campuran

Perbedaan ukuran gambar yang diterima oleh mata


Aniseikonia
kanan dan kiri.

Tidak terdapatnya lensa akibat operasi, luka terbuka


Afakia
mata, atau ulkus atau kelainan kongenital.

Pseudofakia Kondisi lensa mata diganti dengan lensa buatan


Gangguan Refraksi
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di depan retina.

Conus Globus
Jenis miopia :
• Aksial  sumbu aksial mata lebih panjang dari normal.
• Kurvatura  kurvatura kornea/lensa lebih kuat dari
normal.
• Index  index bias mata lebih tinggi

KLASIFIKASI
• Miopia simplex : dimulai usia 7-9 tahun dan KLASIFIKASI
berhenti usia 20 tahun. • Myopia ringan : -0,25 sampai -3.00
• Miopia progresif  bertambah secara cepat • Myopia sedang : -3,25 sampai -6.00
(±4.0D/tahun) dan sering disertai perubahan • Myopia berat : -6,25 atau lebih
vitreoretinal.
Komplikasi
Lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus
terbaik, miopi tinggi diberikan pengurangan 2/3 koreksi
• Fuch Spot
penuh
• Lacquer crack
• Myopic crescent
• Tigroid fundus
• Strabismus
• Ablasio retina
HIPERMETROPIA
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina.

Jenis hipermetropia :
• Aksial  sumbu aksial mata lebih pendek dari normal.
• Kurvatura  kurvatura kornea/lensa lebih lemah dari Keratoplana
normal.
• Index  index bias mata lebih rendah

KLASIFIKASI
• Hipermetropia ringan : +0,25 sampai +3.00
• Hipermetropia : +3,25 sampai +6.00
• Hipermetropia : +6,25 atau lebih
Lensa sferis positif terbesar yg
memberi visus terbaik
ASTIGMATISMA
Kelainan refraksi dimana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat
sinar sejajar yang masuk di mata lebih dari satu titik.

Klasifikasi etiologi
• Korneal  kurvatura yang tidak sama
• Lentikular  lensa Kristalina permukaan tidak
sama
• Total  campuran keduanya

• Astigmatisma regular  selalu ada dua meridian yang tegak lurus


• With the rule  meridian vertical mempunyai daya bias terkuat.
• Against the rule  horizontal mempunyai daya bias terkuat, sering pada orang tua.
• Astigmatisma iregular  didapatkan titik fokus yang tidak beraturan. Diakibatkan dari
sikatriks, keratoconus, atau katarak imatur.
Simple astigmatisma  satu fokus di retina,
yang lainya tidak pada retina
• Astigmatisma miopikus simplex (C-)
• Astigmatisma hipermetrop simplex (C+)

Compound astigmatisma  kedua meridian


terletak pada depan dan belakang retina.
• Miopikus kompositus (C-, S-)
•Hipermetrop kompositus (C+,S+)
Syarat : S>C

Mixed astigmatisma  Satu titik di depan satu


titik di belakang, S dan C berlainan tanda (+/-)
dengan syarat C>S
Presbiopia
Berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan meningkatnya umur. Terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga
lensa menjadi cembung.
KATARAK
Merupakan kekeruhan pada lensa yang mengakibatkan adanya penurunan atau gangguan pada visus.

Kongenital (Rubella)
Jenis Katarak

• Acquired cataract (didapat) :


• Katarak senilis  paling sering nuclear.
• Katarak traumatic  bentuk lensa
stelata atau bintang.
• Katarak sekunder  kekerugan kapsul
posterior pasca operasi katarak.
• Katarak komplikata  akibat penyakit
lain : DM sering menyebabkan katarak
subcapsular posterior.
Stelata Christmas tree

Snowflake Morgagnian
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
Stadium : Insipien, imatur, matur,hipermatur
Gejala : Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang
Penyulit : glaukoma dan uveitis
Shadow Test
NUCLEAR
progresif perlahan, miopisasi (krn indeks refraksi
↑ dan sferisitas lensa), second sight (mampu
melihat dekat tanpa kacamata)

SUBCAPSULAR
Bisa anterior/posterior, ↓penglihatan saat
cahaya terang , ↓visus dekat> visus jauh

CORTICAL
bilateral, silau saat melihat sumber cahaya
Tatalaksana
RETINOPATI DIABETIKA
Etiologi : diabetes, female sex, poor metabolic control, heredity, pregnancy, hypertension

Rule of NPDR

4
Microaneurisma 4 kuadran

2
Venous Beading 2 kuadran

1
IRMA di minimal 1 kuadran
Good luck!

Anda mungkin juga menyukai