Anda di halaman 1dari 73

Pemeriksaan Fisik

Ophtalmologi
Oleh : Agil Wahyu P
I 406 117 2021
Topik
• Prinsip pemeriksaan mata
• Anamnesis
• Gejala umum
• Kelainan pengelihatan
• Kelainan tampilan mata
• Pemeriksaan fisik mata
• Pemeriksaan organ mata
• Pemeriksaan tambahan menggunakan alat
Prinsip Pemeriksaan Mata
• Intensitas cahaya adekuat
• Tersedia alat dan obat diagnostik
• Dilakukan secara sistematik
• Mengenal anatomi, fisiologi dan patologi mata
• Memuat catatan medis yang rapih dan mudah dibaca
Anamnesis
Lokasi
Kualitas
Kuantitas

Riwayat Peny. Sekarang Durasi, onset dan frekuensi

Keluhan utama Situasi dan kondisi saat terjadi


Faktor memperberat
Gejala penyerta
Riwayat Peny. Terdahulu
Riwayat peny. Keluarga
Gejala Umum

Penurunan tajam pengelihatan Aberasi visual


Kelainan yang timbul di sepanjang Glare (silau) Distorsi Visual
jaras optik dan jaras visual
neurologik
Timbul pada gangguan Lesi pada makula dan
mata yang tidak dikoreksi nervus opticus
Kelainan refraksi , Ptosis , Pengeruhan atau dilatasi pupil yang
atau gangguan media mata seperti : berlebihan atau
edema kornea , katarak , atau kekeruhan
perdarahan dalam vitreus atau ruang
aqueous dan gangguan fungsi retina
(makula) , nervus opticus atau jaras
visual
Kelainan Tampilan Mata

Bola mata Palpebra


Perdarahan subkonjungtiva / Edema, kemerahan,
kongesti vaskular pada pertumbuhan lesi fokal,
konjungtiva, sklera, episklera. posisi / kontur abnormal
Peradangan : Konjungtivitis , seperti ptosis
keratitis atau radang intraokular
seperti : iritis dan glaukoma
akut
Pemeriksaan fisik mata
Pemeriksaan visus dan refraksi

6 meter

snellen
chart
Pasien • Dipasang gagang lensa coba
• Mata yang tidak diperiksa ditutup
• Pasien diminta membaca huruf yang tertulis
di kartu Snellen dari atas ke bawah
• Ditentukan letak baris terakhir yang dapat
dibaca
Bila tajam penglihatan 6/6 berarti ia dapat melihat huruf pada
jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat dalam jarak 6 meter.

Menghitung jari : 1/60 -> 6/60


Gerakan tangan : 1/300
Membedakan terang gelap : 1/~
Tidak dapat membedakan terang gelap = Nol
Menentukan kemampuan membaca dengan kartu baca
Pin Hole

Untuk mengetahui tajam


penglihatan turun akibat
kelainan refraksi atau kelainan
media penglihatan atau saraf
optik

Teknik pemeriksaan
1. Pasien duduk berjarak 6 meter dari kartu 1. Meningkat  kelainan refraksi
Snellen, diminta membaca huruf pada 2. Tetap  kelainan struktur atau organik
kartu Snellen hingga huruf terakhir atau
terkecil
2. Pada mata yang diperiksa dipasang
pinhole, baca kartu Snellen kembali
Refraksi

Tujuan : untuk membedakan pandangan


kabur akibat kelainan refraksi dari
pandangan kabur akibat kelainan medis
pada sistem penglihatan dan sebagai Phoropter
diagnostik
Pemeriksaan refraksi dengan “Phoropter” .
Merupakan alat yang berisi deretan lensa
korektif lengkap dengan berbagai kekuatan ,
yang dapat di ganti ganti dengan cepat.
• Dilakukan bila visus tidak normal (<6/6)
• Pasang kaca mata percobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)
• Pasang penutup (occuleder) didepan salah satu mata yang belum akan
diperiksa.
• Kembali melihat Optotip Snellen
• Letakkan lensa Sferis positif dan sferis negatif tergantung bertambah
teraang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan
lensanya samapai didapat visus terbaik (Trial and Error).
Test Buta Warna, Isihara
• Terdiri dari 38 plate standar
• Setiap plate, menginterpretasikan kelainan tertentu
• Mata normal : dapat membaca semua gambar pada buku tes
• Buta warna partial, bila : Plate nomor 1 sampai 17 hanya terbaca
dengan benar sebanyak 13 plate atau kurang, Bila terbaca angka
pada plate 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau jelas
dibandingkan dengan plate no 14, 10, 13 dan 17
• Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna partial dapat dites ulang
dengan : Membaca angka pada plate no 22, 23, 24 dan 25. Pada
orang normal akan terbaca benar dan lengkap, penderita buta
warna akan terbaca tidak lengkap atau hanya satu gambar pada
tiap plate, Menunjuk alur pada plate nomor 26 sampai nomor 38
• Buta warna total tidak dapat membaca semua warna karena
terlihat semua berwarna hitam
Pemeriksaan organ mata
Kedudukan bola mata (Hischberg Test)
• Pemeriksaan yang dilakukan untuk
Tehnik pemeriksaan :
mengidentifikasi adanya penyimpangan
• Pasien duduk, mata dalam posisi primer.
posisi bola mata dengan memperhatikan
• Sinari mata dari jarak 33 cm ke arah pangkal
kedudukan reflek cahaya pada kornea.
hidung.
• Minta psien fiksasi pada cahaya.
• Menentukan besaran Heterotropia secara
• Perhatikan deviasi refleks cahaya kornea dari
kuantitatif, dengan memperhatikan
tengah pupil.
kedudukan reflek cahaya pada kornea.
Kedudukan bola mata (Hirschberg Test)
• Setiap 1 mm pergeseran corneal reflex dari • Hirschberg test
sentral pupil sebanding dengan 7° atau 15Δ • bila corneal reflex jatuh pada 1 mm dari
• refleks cahaya pada batas pupil sekitar 2 mm sentral pupil pada sebelah mata, dan
dari pusat pupil (dengan ukuran pupil 4- corneal reflex pada mata yang lain
mm), yang sesuai dengan 15 °, atau sekitar jatuh tepat ditengah pupil
30Δ, deviasi. • Ada perbedaan letak corneal reflex
• Refleks di daerah mid-iris adalah sekitar 4 pada kedua pupil, yang mana salah satu
mm dari pusat pupil, yang kira-kira 30 °, atau corneal reflex jatuh tepat di tengah
60Δ, dari penyimpangan pupil
• refleks pada limbus adalah sekitar 45 °, atau • Hirschberg test cahaya ditengah pupil =
90Δ deviasi orthotropia
• 1 mm ≈ 15 prisma diopters
Kedudukan bola mata (Hischberg Test)
ESOTROPIA

EXOTROPIA

HIPERTROPIA

HIPOTROPIA
Cover-uncover test
Tehnik pemeriksaan :
• Minta pasien untuk memfiksasi
matanya pada satu titik.
• Tutup salah satu mata selama 1-2
detik.
• Dengan cepat kemudian buka tutup
mata.
• Perhatikan pergerakan mata yang
sebelumnya ditutup. Lihat adanya
deviasi mata kembali ke posisi fiksasi
objek.
• Tutup mata yang lain dan ulangi
prosedur pemeriksaan.

Uncover Cover
Uji Lapang Pandang Perifer (Uji Konfrontasi)
1. Pemeriksa dan pasien berhadapan kurang lebih
60 cm.
2. Bila mata kiri yang akan diperiksa, mata kanan
pasien ditutup. Mata kiri pasien
berhadapan/berpandangan dengan mata kanan
pemeriksa.
3. Gerakan jari/benda dari segala arah, dari luar ke
dalam.
4. Catat bila ada bagian lapang pandang, yang
masih terlihat oleh pemeriksa, tetapi tidak oleh
pasien. Ulangi dengan cara yang sama pada mata
kanan.
• Setiap mata memiliki sudut
maksimal hingga 95°, namun
pandangan secara binokuler akan
diinterpretasikan otak sebesar kira
kira 120°
Pergerakan bola mata

• CARDINAL GAZE FIELD: Menilai kerja


ke-6 otot ekstraokuler

• Konvergensi
• Diplopia
• Nystagmus
Cardinal Gaze Field

• Kedua mata pasien diminta mengikuti objek saat objek tersebut


digerakkan ke salah satu dari empat arah pandangan utama. Pemeriksa
memperhatikan kecepatan, kelancaran, rentang jarak, dan simetri
gerakan serta mencatat adanya ketidakstabilan fiksasi.
• Gangguan gerak mata bisa disebabkan oleh gangguan neurologik,
kelemahan otot ekstraokular primer, atau kendala mekanik di dalam
orbita yang membatasi rotasi bola mata. Jika besarnya penyimpangan
mata tersebut sama di semua arah pandangan, disebut " comitant."
Sebaliknya, disebut "incomitant" jika derajat deviasinya bervariasi pada
arah pandangan yang berbeda.
Cardinal Gaze
Field
Pemeriksaan Bola mata
1. Pemeriksaan segmen anterior :
• Supersilia, palpebra, konjungtiva tarsal, konjungtiva bulbi, kornea, kamera okuli anterior, iris, pupil,
dan lensa.

2. Pemeriksaan segmen posterior:


• Badan kaca, retina, papil syaraf optik
Inspeksi Palpebra
Kelopak mata
Kelopak mata harus konsisten, dengan tanpa oedema atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris
dengan tidak ada kelambatan kelopak

Entropion : Entropion merupakan kondisi di Ektropion : merupakan sebuah kondisi ketika


mana kelopak mata bawah membalik ke arah kelopak mata bawah membalik ke arah luar
dalam mata, sehingga menyebabkan bulu mata mata, sehingga menjadi berjarak jauh dari mata
bergesekan dengan permukaan bawah mata atau dan tidak menyentuh bola mata. Karena hal ini,
kornea. Entropion disebut juga dengan retraksi penampakan yang berada dekat dari permukaan
kelopak mata. kelopak mata akan terlihat sangat jelas.
Bulu Mata
Pasien dalam posisi primer dengan mengunakan pen light
dan loupe dilihat arah bulu mata saat membukadan
menutup mata. Apakah ada trichiasis, distrikhiasis.
Madarosis, atau eye lashes abberant, krusta,sekret.

• Trikiasis : Bulu mata tumbuh ke dalam


• Distikiasis : Barisan bulu mata tambahan dan ada
yang tumbuh ke dalam
• Madarosis : adanya suatu kondisi yang menyebabkan
hilangnya bulu mata, dan terkadang alis
Konjungtiva
Konjungtiva tarsal
Konjungtiva fornix
Konjungtiva bulbi
Injeksi Silier vs Injeksi Konjungtiva
Injeksi : Pelebaran pembuluh darah, mata merah

Konjungtiva Silier

Sifat :
• Mudah digerakan dr dasarnya. • Lebih ungu dibanding injeksi konjungtiva.
• Terdapat di daerah forniks. • PD tidak tampak.
• Ukurannya makin besar ke perifer. • Tidak dapat digerakan pada pergerakan konjungtiva.
• Berwarna merah segar. • Ukuran sangat halus paling padat di sekitar kornea.
• Tetes adrenalin  Injeksi hilang. • Pemberian epinefrin tidak menciut.
• Gatal. • Hanya lakrimasi.
• Fotofobia tidak ada. • Fotofobia.
• Pupil ukuran normal dengan reaksi normal. • Sakit tekan.
• Pupil ireguler kecil (iritis), lebar (glaukoma).
Konjungtiva Silier
Eversi Palpebra
Teknik pembalikan palpebra
• A : pasien melihat ke bawah, bulu mata dipegang oleh satu tangan
sambil meletakkan ujung aplikator di tepi atas tarsus superior (pada
lipatan palpebra atas).
• B dan C : Sambil mengangkat bulu mata, tangkai aplikator, sedikit
ditekan ke bawah.
• D : lbu jari menekan bulu mata padatepian atasorbita, memungkinkan
pengamatan permukaan bawah tarsus.
Injeksi Episklera
Kornea
Tes Sensitivitas Kornea

Caranya dengan meminta penderita melihat ke arah


nasal, kemudian dirangsang dengan kapas basah dari
bagian lateral kornea. Bila refleks berkedip (+) berarti
sensibilitas kornea baik dan fungsi trigeminus normal
Kekeruhan pada kornea
• Edema kornea : korena tampak keruh dan sedikit menebal
• Erosi kornea : lepasnya epitel kornea superficial yang akan memberikan uji fluoresens yang
(+)
• Infiltrat : trertimbunnya sel radang pada kornea sehingga warnanya menjadi keruh (uji
plasida (+))
• Pannus : terdapatnya sel radang dengan danya pembuluh darah yang membentuk tabir
pada kornea
• Ulkus : hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea pada infeksi
ataupun alergi yang akan memberikan hasil uji fluoresens (+)
• Xerosis kornea : keringnya permukaan kornea dan terlihat karena keruh refleks kronea
tidak berbatas tegas
• Sikatrik : jaringan parut pada kornea yan mengakibatkan permukaan kornea tidak
jernih (uji plasida (+)). Ada 3 bentuk

• Nebula : kabut halus pada kornea yang sukar terlihat

• Makula : kekeruhan kornea yang berbatas tegas

• Leukoma : kekeruhan berwarna putih padat sangat tegas dan jelas

• Leukoma adherent : kekeruhan atau sikatrik pada kornea denga nmenempelnya


iris di dataran belakang

• Stafiloma kornea : penonjolan setempat kornea akibat tukak kornea perforasi atau
kornea yang menipis dengan terdapat jaringan uvea di belakang

• Fistel kornea : akibat adanya perforasi kornea pada trauma atau tukak kornea (uji
fistel(+))
• Keratik presipitat : endapan sel radang di dataran belakang atau endotel kornea

• Keratomalasia : pelunakan kornea atau penonjolan. Bayangan iris tidak merata

• Abrasi

• Arcus senilis
Erosi kornea Ulkus kornea
Edema kornea

Abses kornea keratomalasia Keratik presipitant


Tes Flouresens
• Untuk mengetahuin adanya benda asing
maupun lesi/kerusakan pada bagian kornea
yang dicurigai melalui pemeriksaan inspeksi
atau slitlamp
• Secarik kertas steril dengan fluoresein
dibasahi saline steril atau anastetik lokal dan
ditempelkan pada permukaan-dalam
palpebra inferior untuk memindahkan
pewarna kekuningan itu ke dalam lapis air
mata. Cahaya dari slitlamp diubah menjadi
biru dengan filter, membuat pewarna itu
berfluoresensi.
Tes Flouresens

Test Flouresens (+) pada ulkus kornea


Bilik Mata Depan
Iris yang baik memiliki cekungan-cekungan dan Iris
radier (Kripti).
Kejernihan BMD perhatikan kripti iris.

1. Kripti iris terlihat jelas  jernih


2. Kripti iris tidak jelas  keruh
Kedalaman BMD : sinari iris dari samping, lalu
perhatikan luasnya.
Permukaan iris yang mendapat penyinaran
1. Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar :
BMD dangkal
2. Seluruh permukaan iris tersinari : BMD dalam
Hifema dan Hipopion
Hifema Hipopion
Adanya darah di bilik mata depan. Penyebab tersering Penumpukan sel radang di bilik mata depan,
adalah trauma. Klasifikasi: mempelihatkan gambaran nanah di bilik mata depan.
• Traumatik hifema Penyebabnya: infeksi (keratitis, ulkus kornea,
• Intraoperatif dan postoperatif hifema endoftalmitis) dan inflamasi (uvetis)
• Hifema spontan
• Hifema ideopatik
Pupil
1. Perhatikan pupil. (Simetris , ukuran , bentuk , reaksi
dan akomodasi )
2. Pupil yang tidak bulat/tidak teratur dapat akibat
perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia)
3. Reaksi pupil langsung : pupil mengecil pada mata
yang disinari
4. Reaksi pupil tak langsung : pupil mengecil pada
penyinaran mata yang sebelahnya

< 2 mm disebut miosis,


>5 mm disebut midriasis
Lensa

• Katarak
• Shadow test
Katarak
Sinari pupil dari depan, perhatikan warna pupil.
Pupil berwarna hitam :
1. Lensa jernih
2. Aphakia (Pupil putih/abu-abu) : keruh/katarak

Shadow Test
Ubah sinar dari samping (± 45%), dan sinari iris.
Kembali lihat pupil. perhatikan perubahan kekeruhan lensa
Seluruh pupil tetap putih -> katarak matura .
(tes shadow/ bayangan-bayangan sebagian pupil menjadi
hitam -> katarak immatur),(tes bayangan +)
Pemeriksaan Tekanan Intra Okular Palpasi

1 Tangan 2 Tangan
Pemeriksaan tambahan
menggunakan alat
Pemeriksaan
Slitlamp

Slitlamp  mikroskop binokular yang terpasang pada meja


dengan sumber cahaya khusus yang dapat diatur.
• Selama pemeriksaan pasien didudukkan dan kepalanya
ditopang dengan penunjang dagu yang dapat diatur dan
penahan dahi.
• Dengan memakai slitlamp (lensa Hruby -40D), belahan
anterior bola mata-"segmen anterior"-dapat diamati. Melalui
pupil yang dilebarkan, lensa kristalina dan bagian anterior
vitreus dapat pula diamati.
• Pemeriksa memegang papan Placido dengan salah 1 Tes Placido
matanya mengintip dari balik lubang papan
• minta pasien memperhatikan gambar di papan
• pemeriksa pelan2 bergerak arah pasien (dengan masih
memegang papan)
• lihat bayangan lingkaran2 seperti obat nyamuk itu yang
terbentuk di kornea pasien,
• normalnya garis tidak terputus2/konsentris.
Funduskopi
• Bila mata kanan yang akan diperiksa : pemeriksaan
berdiri disebelah Kanan pasien, oftalmoskop dipegang
dengan tangan kanan, pemeriksaan dengan mata
kanan.
• Bila mata kiri akan diperiksa, pemeriksaan dari
sebelah kiri dengan mata kiri.
• Perhatikan reflek fundus melalui oftalmoskop dilihat
lewat pupil pada jarak pemeriksaan 30 cm. Bila media
refraksi jernih : reflek fundus berwarna merah
kekuningan pada seluruh lingkaran pupil.
• Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan kaca)
terlihat adanya bercak hitam di depan latar belakang
yang merah kekuningan
Pemeriksaan fundus

Refleks : berwarna merah kekuningan pada


seluruh lingkaran pupil

Papil NII: Batas warna ekskavasi


Makula: Reflek & Warna

Retina: Eksudat
Gambaran Arteri & Vena perdarahan, pigmen,
tear
Sistematika Penilaian fundus
Papil Nervus II
• CUPPING KECIL
(fisiologis)

• CUPPING BESAR
(fisiologis)

• CUPPING GLAUKOMA
(total)
TonoMetri
1. Tonometer indentasi :
- Tonometer schiotz
2. Tonometer applanasi :
- Tonometer Goldman
- Tonometer non-contact
- Tonometer tono-pen
- Dll
Tonometer Schiotz
1

Mengukur tekanan intraokuler.


Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang
berbaring terlentang atau setengah duduk.
Agar posisi kornea horizontal, usahakan dagu
dan dahi pasien terletak pada satu bidang
horizontal.
Teknik Pemeriksaan
1. Kedua mata ditetes anestesi topikal.
2. Tonometer ditera pada tes blok yang bila baik, jarum menunjukkan angka nol
pada skala dan “plunger” dapat bergerak bebas dalam silindernya.
3. Pada pemeriksaan pertama dipilih beban terkecil 5,5 gr. Kemudian “foot
plate” di desinfeksi dengan mengusapnya oleh kapas alkohol 70 %.
4. Kedua mata difiksasi dengan melihat lurus keatas. Bila mata kanan yang akan
diukur, pemeriksa berdiri disebelah kiri atau dibelakang pasien. Begitu pula
untuk mata kanan

Cont.
5. Tonometer dipegang vertikal beberapa saat lurus diatas kornea
penderita, setelah sebelumnya kelopak mata pasien dibuka secukupnya
dengan jari tangan pemeriksa lainnya tanpa menekan Bolamata.

6. Setelah mata penderita menyesuaikan diri, tonometer diturunkan


perlahan-lahan sampai “foot plate” diturunkan sampai ditengah- tengah
silinder. Angka skala yang ditunjuk jarum pada saat itu, diingat dan
dicatat, dan tonometer diangkat dari kornea. Bila angka yang ditunjuk kurang
dari angka 3, tonometer diulangi dengan beban 7,5 gr. Mungkin pula perlu
memakai beban 10 gr.
• Nilai tekanan intraokuler selanjutnya pada tabel kaliberasi.
• Contoh mencatat hasil : tgl……, jam…..
• TOD (mata kanan) 8/75 = 15,6 mmHg
• TOS (mata kiri ) 9/25 = 13,1 mmHg
• (nilai TIO normal 10-20 mmHg)
• Sebelum melakukan tonometri, diyakini tidak ada kontra indikasi tonometri,
lakukan komunikasi yang baik dengan pasien agar tenang selama pemeriksaan.
• Kontra indikasi umumnya adalah infeksi mata.
Kampimeter dan Perimeter
adalah alat pengukur atau pemeetaan daerah
lapang pandang terutama bagian sentral dan
parasentral. Lapang pandang adalah bagian
ruangan yang terlihat oleh satu mata dalam
sikap diam memandang lurus kedepan
Tes Anel

1. Pemeriksaan anel : menyuntikan cairan garam


fisiologis melalui pungtum lakrimalis dengan
jarum bengkok yang tumpul
2. Bila cairan masuk kedalam
hidung/tenggorokan disebut Anel+. Berarti
saluran lakrimal berfungsi baik. Bila tidak
berarti ada sumbatan lakrimal (Anel -)
RULER
EXOFTALMOMETER
Tes Hertel
Pemeriksaan digunakan untuk menilai
kemajuan bola mata pada wajah. Misalnya
pada kasus exoftalmos atau proptosis. Alat
yang digunakan seperti mistar dengan 2
bagian segitiga di kedua ujungnya.
• Tentukan ukuran baseline yang terlihat pada angka di
penggaris dengan menempelkan ujung segitiga pada tepi
kelopak mata kanan dan kiri.
• letakkan alat tes hertel di depan mata dan lihat secara
sejajar
• Catat baseline dan hasil kedua mata. Perbedaan lebih dari
2mm antara kedua mata menandakan adanya masalah pada
letak bola mata.
Tes Schrimer
• tes yang digunakan untuk memeriksa
apakah mata dapat memproduksi air mata yang
cukup untuk tetap cukup membasahinya.
• Tes ini digunakan bila seorang pasien mengalami
kekeringan mata atau produksi air mata yang
berlebihan.
• Tes ini tidak bersifat invasif atau merusak jaringan
tubuh.

Hasil normal tes ini adalah


• negatif dengan hasil lebih dari 10 mm dari kertas
saring yang basah selama 5 menit.  normal
• Kedua mata seharusnya memproduksi air mata
yang kurang lebih sama
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai