Anda di halaman 1dari 70

KELAINAN REFRAKSI

Retno Widiati, dr. SpM Kuliah


Refraksi

Bagian Ilmu Penyakit Mata


FK UNS / RSUD dr. Moewardi
Surakarta, Minggu 10 April 2022
Latar Belakang
o WHO:
• - 333 juta orang  gangguan penglihatan
• - 154 juta  kelainan refraksi tak terkoreksi
• - Lebih dari 13 juta adalah anak anak

o Gangguan penglihatan
•  Hambatan pendidikan dan pekerjaan
•  Hambatan ekonomi dan kehidupan sosial
5 Kategori Cacat Penglihatan
(WHO ICD – 10)

o Kategori 1 : Rabun, tajam penglihatan <6/18


o Kategori 2 : Rabun, tajam penglihatan <6/60
o Kategori 3 : Buta, tajam penglihatan <3/60,
• Lapang pandangan <10°
o Kategori 4 : Buta, tajam penglihatan <1/60,
• Lapang pandangan <5°
o Kategori 5 : Buta dan tidak ada persepsi cahaya
Katarak (0,78%)

Angka Glaukoma (0,20%)


Kebutaan
Di Anomali Refraksi
(0,14%)
Indonesia
1,5% Kelainan Retina (0,13%)
(Survei
Kelainan Kornea (0,10%)
1996)
Lain-lain (0,15%)
• Mata sebagai potret kamera

Kuliah Refraksi
• Mata sebagai potret kamera
• Sistem refraksi menghasilkan bayangan kecil
terbalik di retina
• Rangsangan diterima di retina (sel batang &
kerucut), diteruskan melalui saraf optik (N
II) ke cortex cerebri pusat penglihatan, yang
kemudian bayangan tersebut tampak sebagai
bayangan yang tegak

Kuliah Refraksi
• Media Refraksi Mata
• Cahaya akan dibiaskan oleh kornea, humor akuos,
permukaan anterior – posterior lensa, dan badan kaca
• Emetropia
• Semua sinar yang sejajar datang dari jarak tak
terhingga ke mata akan dibiaskan tepat di fovea
sentralis retina (mata dalam keadaan istirahat)
• Mata dalam istirahat berarti dalam keadaan tidak
berakomodasi

Kuliah Refraksi
• Akomodasi
• Adalah kesanggupan mata untuk memperbesar
daya pembiasannya, sehingga lensa menjadi
cembung oleh kontraksi otot siliaris
• Untuk melihat obyek yang dekat, mata harus
meningkatkan daya refraksi
• Near vision trias : akomodasi selalu diikuti oleh
miosis dan konvergensi
• Pada orang tua maksimum akomodasi 3 dioptri
pada jarak 33 cm
Kuliah Refraksi
Tajam Penglihatan
• Tajam Penglihatan
• Visual Acuity = Visus, tergantung banyak
faktor
• Faktor : intelegence,background knowledge
dan pengalaman
• Score : berupa pecahan;
• Pembilang : jarak obyek – mata
• Penyebut : jarak dimana obyek tersebut harus
bisa dilihat
Kuliah Refraksi
Tajam Penglihatan
• Visus 6/6 : jarak 6 m bisa melihat obyek yang
seharusnya terlihat pada 6 m
• Visus 6/30 : pada jarak 6 m hanya bisa melihat obyek
yang seharusnya terlihat pada 30 m
• Visus 1/60 : pada jarak 1 m hanya bisa hitung jari
tangan yang seharusnya terlihat pada 60 m
• Visus 1/300 (HM) : pada jarak 1 m hanya dapat lihat
gerakan tangan
• Visus 1/~(LP) : hanya dapat bedakan gelap dan terang,
harus diperiksa proyeksi arah datangnya cahaya
(proyeksi nasal /temporal /superior/ inferior)
Kuliah Refraksi
Kelainan Refraksi
• Jarak tak terhingga
• Adalah jarak 5-6 m dari mata : sinar yang
datang dari jarak ini datangnya sejajar
• Ametropia
• Keadaan refraksi mata, sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga dan jatuh di
mata dalam keadaan istirahat tidak tepat jatuh
di fovea sentralis retina.
• Bentuk ametropia : hipermetropia, myopia,
dan astigmatisma
Kuliah Refraksi
Kelainan Refraksi

• Penyebab ametropia
• Panjang bola mata abnormal = ametropia axial,
paling banyak
• Refraksi permukaan kornea / lensa abnormal =
ametropia curvatura
• Indeks refraksi abnormal = ametropia index
• Posisi lensa abnormal

Kuliah Refraksi
Miopia
Short sight
• Sinar sejajar oleh mata dalam keadaan istirahat,
dibiaskan di depan retina, pada retina didapatkan
lingkaran difus dan bayangan kabur

Kuliah Refraksi
Miopia
• Berdasarkan derajatnya :
• Miopia sangat ringan : - 1.00 D
• Miopia ringan : -1.00 – -3.00 D
• Miopia sedang : -3.25 – -6.00 D
• Miopia tinggi : -6.25 – -10.00 D
• Miopia sangat tinggi : > -10 D

Kuliah Refraksi
Miopia
Secara Klinis dibedakan
1. Miopia Simpleks
• Usia muda, tak progresif, -5 D sampai – 6 D
• F: tak ada degenerasi retina
2. Miopia Developmental
• Lahir dg bola mata panjang, miop sejak lahir s/d –
10 D, tidak progresif
• F: myopic cresent tanpa pigmentasi

Kuliah Refraksi
Miopia
3. Miopia Progresif
- sejak kanak-kanak 5- 10 th, herediter
- progresivitas sampai – 15 D atau – 25 D
- F : degenerasi, pigmentasi, staphyloma
posticum (sklera di polus posterior menonjol
ke belakang)
- Pencetus : akomodasi dan konvergensi
berlebihan saat melihat dekat

Kuliah Refraksi
Miopia
Gejala & Tanda

• Gejala terpenting adalah melihat jauh


buram
• Sakit kepala
• Kecenderungan terjadinya juling saat
melihat jauh
• Pasien lebih jelas melihat dekat
• Melihat kilatan cahaya (fotopsia), hati-hati
tanda retinal detachement
Miopia
Tanda
• Perubahan disekitar papil N II (myopic cresent) bercak
atrofi koroid akibat regangan
• Chorio retinal myopia degenerasi, fundus tigroid
(pigmen retina tak terbagi rata tapi berkelompok
menyerupai kulit harimau)
• Degenerasi retina perifer,  retinal detachement
• Staphyloma posticum
• Badan kaca mencair, keruh (vitreous floaters)
• Bola mata menonjol, pupil relatif lebar, BMD dalam

Kuliah Refraksi
Miopia
• Penatalaksanaan
• Koreksi : lensa Sferis Negatif terkecil
• Contoh :
• Visus 6/10  fokus di depan retina
• Dengan S – 0,5 D  fokus mendekati retina 6/7,5
• Dengan S- 0,75 D  fokus tepat di retina
• Dengan S- 1,00 D  fokus di belakang retina, dg
akomodasi fokus tertarik tepat di retina hingga visus
6/6
• Koreksi yg diberikan S- 0,75 D
Kuliah Refraksi
• Tes Duke Elder
• Kemungkinan koreksi berlebihan, mata
akomodasi
• Lensa S + 0,25 D
• Target Tes Duke Elder (-)

Kuliah Refraksi
Duke Elder test
Duochrome test

• Prinsip aberasi kromatik


• Panjang gelombang yang lebih pendek
difokuskan di depan panjang gelombang
yang lebih panjang
• Target: kedua sisi sama terang
Hipermetropia
• Pada keadaan istirahat, sinar sejajar dari obyek jarak tak
terhingga dibiaskan di belakang retina, dan sinar
divergen dari obyek jarak dekat dibiaskan lebih jauh lagi
di belakang retina

Kuliah Refraksi
Hipermetropia

Koreksi dg lensa S (+)

Kuliah Refraksi
Hipermetropia
• Macam Hipermetropia:
• Hipermetopia manifes: dengan lensa S (+) terbesar,
tanpa sikloplegi
• Hipermetropia absolut: tidak dapat diatasi
dengan akomodasi
• Hipermetropia fakultatif: masih dapat diatasi
dengan akomodasi
• Hipermetropia total: seluruh derajad hipermetropia,
setelah sikloplegi
• Hipermetropia laten: scr fisiologis dapat diatasi oleh
tonus otot siliaris. ..selisih Hp total – Hp manifes
Kuliah Refraksi
Hipermetropia
Gambaran klinik
• Secara umum mata hipermetrop lebih kecil
dibanding normal
• Diameter antero posterior lebih pendek
• Cornea lebih kecil (normal diameter cornea 11.5
mm( vertical) – 12 mm (horizontal)
• COA lebih dangkal
Symptom (keluhan)
Tergantung pada berat ringan derajat hypermetropia
dan kemampuan akomodasi untuk mengatasi
hipermetrop.
Pada orang muda dengan hipermetrop ringan
mungkin belum dijumpai keluhan apa-apa.
Keluhan yang dapat timbul :
• melihat jauh dan dekat kabur
• mata cepat lelah – asthenopia accomodative
• headache, tearing (nrocos), mata mudah merah,
sering mengusap mata bila membaca terlalu lama.
(pada anak-anak)
Hipermetropia
• Penatalaksanaan
• Lensa sferis (+) terbesar yang memberikan
penglihatan jauh yang baik dan
memungkinkan orang tersebut melakukan
pekerjaan dekat tanpa merasa lelah
Astigmatisma
status refraksi mata yg berbeda
pada berbagai meridian.

Kuliah Refraksi
Astigmatisma
• Penyebab
• Kelainan kornea : kelengkungan kornea
• Tes Placido

• Kelainan di lensa : kekeruhan lensa (katarak insipien


atau immatur)
Kuliah Refraksi
Astigmatisma
• Macam Astigmatisma
• Astigmatisma Reguler
Ada 2 meridian utama (meridian yg mempunyai
daya bias maksimal dan minimal) yang saling
tegak lurus
- Astigmatisma with the rule
- Astigmatisma against the rule
• Astigmatisma Irreguler
Kuliah Refraksi
Astigmatisma
• Macam Astigmatisma
Astigmatisma Reguler terdiri dari 5 macam :
1. Astigmatisma miopikus simpleks
2. Astigmatisma miopikus kompositus
3. Astigmatisma hipermetropikus simpleks
4. Astigmatisma hipermetropikus kompositus
5. Astigmatisma mikstus

Kuliah Refraksi
ANISOMETROPIA

• Status refraksi yang ditandai:


• perbedaan derajat kelainan refraksi
pada kedua mata.
• Antimetropia:
Akibat anisometropia:

• Perbedaan visus kedua mata


• Anisekonia: perbedaan besar bayangan antara kedua
mata.
• Anisoforia: perbedaan derajat heteroforia pada
berbagai lirikan / posisi bola mata.
• Ambliopia.
AMBLIOPIA

• Penurunan tajam penglihatan tanpa


ditemukannya kelainan secara
oftalmoskopik maupun kelainan pada jalur
visual aferen.
• Kurangnya tajam penglihatan yang tidak
dapat dikoreksi dengan kacamata dan
tidak terdapat kelainan patologis yang
dapat dilihat dengan oftalmoskop.
Faktor Ambliopiagenic:
• Iso hiperopia : > 5.00 D
• Iso miopia : > 8.00 D
• Iso astigmatisma : > 2.50 D

• Aniso hiperopia : > 1.00 D


• Aniso miopia : > 3.00 D
• Aniso astigmatisma: > 1.50 D
Ambliopia
Ambliopia

• Datang terlambat karena penderita tidak


menyadarinya.
• Diagnosis secara kebetulan saat berobat ke
klinik mata.
• Deteksi dini
• Langkah pengobatan dini dan adekwat.
PREVALENSI AMBLIOPIA

• 1.3 – 3.5% anak usia prasekolah.


• 4 – 5.3% penderita yang berkunjung ke
klinik mata.
• 3.5% dari populasi umum.
TUJUAN PENGOBATAN AMBLIOPIA

• Memperoleh visus normal pada kedua mata.


• Memperoleh posisi bola mata yang
sempurna.
• Memperoleh kemampuan stereoskopis yang
sempurna.
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan

• Usia terjadinya
• Saat mulai pengobatan
• Nilai visus
• Pola fiksasi
• Ketekunan dan ketaatan berobat
DASAR PENATALAKSANAAN AMBLIOP

• Menjernihkan media optik


• Koreksi kelainan refraksi
• Memaksa melihat dengan mata ambliop
• Meluruskan bola mata sebaik mungkin
Terapi Oklusi
Terapi Oklusi
Masalah yang Dihadapi Penderita
Ambliopia

• Ambliop berat: tidak dapat memasuki


lapangan pekerjaan yang memerlukan
kemampuan stereoskopis tinggi.
Presbiopia

• Titik terdekat dilihat dg akomodasi maksimal


jauh, sehingga sukar mengerjakan pekerjaan
dekat yang halus
• Merupakan keadaan fisiologis pada setiap mata,
bukan penyakit
• Pengerasan nukleus lensa, lensa tidak kenyal lagi ,
tak dapat berakomodasi
Kuliah Refraksi
Presbiopia
• Gejala Subyektif:
• Keluhan pada lihat dekat, terasa lelah, keluar air mata
• Bertambah buruk pada penerangan yang kurang dan
malam hari
• Terjadi pada usia 40 tahun
• Koreksi
• 40 tahun : S + 1,00 D
• 50 tahun : S + 2,00 D
• 60 tahun : S + 3,00 D
• Refraksi jauh dikoreksi dulu, melihat dekat ditambah
lensa addisi sesuai umur!!
Kuliah Refraksi
Punctum Remotum (PR)

• Titik terjauh dimana seseorang dapat


melihat paling jelas tanpa akomodasi
• Emetrop: 1/~
Punctum Proximum (PP)

• Titik terdekat yang dapat dilihat jelas,


dengan menggunakan akomodasi
maksimal.
• Ditentukan oleh:
• Umur (berhubungan dengan
akomodasi)
• Status refraksi
Bagaimana
Mengatasi Kelainan Refraksi?
Kacamata
• Dapat mengatasi semua kelainan refraksi
• Tajam penglihatan baik

• Kotor , goresan , berembun


• Lensa pecah, terlepas

75% melepaskan kacamata


Kerugian kacamata

Miopia tinggi :
 Lensa minus tebal
 bayangan tampak lebih kecil
( minification ) 2 % tiap dioptri
 Mata / wajah tampak lebih kecil
 Kosmetik tidak menyenangkan
 High index lens
 tajam penglihatan berkurang
Kerugian kacamata
Hipermetropia tinggi
• Lensa plus tebal
• Bayangan lebih besar ( magnification )
• Mata tampak lebih besar
• Lapang pandang berkurang
• Kosmetik kurang baik
Lensa kontak

• lebih nyaman
• penglihatan baik
minifikasi ( - )
• aktifitas bebas
• kosmetik baik
• warna-warni
Siapa yang Boleh Memakai Lensa
Kontak?

• Mata sehat
– Tidak ada kelainan atau peradangan aktif
– Kualitas air mata baik
• Sehat fisik mental
– Dapat memakai, melepas, merawat dengan
benar
Pengaruh Lensa kontak
Pemakaian jangka
panjang / EWCL :
Oksigen kornea
kurang  hipoksia
 neovaskularisasi
• Air mata (nutrisi , proteksi kornea) berkurang
 dry eye
• Kurang steril  infeksi
Komplikasi lensa kontak

• Sterilitas tidak baik


( lensa, tempat , cairan , mata )
• Cara pemakaian salah / jangka panjang
• Trauma berulang  infeksi kornea

kuman Pseudomonas ( paling virulen )


Jamur, acanthamoeba
 Kebutaan
Kelainan refraksi akan selalu

tetap ada selama mata

tidak dirubah
Bedah Refraktif

• LASIK
LASIK
Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis

Merubah bentuk permukaan kornea


secara permanen dengan menggunakan laser
LASIK

Kuliah Refraksi
LASIK

 Pembiusan lokal ( tetes )

 Microkeratome : alat khusus untuk


membuat sayatan kornea ( flap )

 Laser ( ablasi ) lapisan kornea sebelah


dalam ( computer controlled )

 Tutup dengan flap kornea


 
the goals of refraction are to find:
• the lens(or lenses) that gives the person the clearest vision; and
• the lens(or lenses) that gives the person the most comfortable
vision.

if you give a person too much minus power you will make the
person uncomfortable this is because you are making the person
accommodate to see clearly.
if you give a person too much plus power you will make the
person’s vision blurry.

the examiner must find the one lens that gives the person clearer
vision and minimises their accommodation (makes the person
comfortable).

Anda mungkin juga menyukai