Anda di halaman 1dari 53

REFERAT

MIOPIA LEVIOR
Disusun oleh:
WAHYUNI TASLIM/N111 17 087

Pembimbing Klinik:
dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M., M.Kes
Pendahuluan
Mata merupakan salah satu indera yang
penting bagi manusia, melalui mata manusia
menyerap informasi visual yang digunakan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan. Namun
gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi,
mulai dari gangguan ringan hingga gangguan
yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan.
refraksi merupakan suatu perubahan arah
yang terjadi pada berkas cahaya yang melintas
secara miring melalui suatu medium dan menuju
ke medium yang lain yang memiliki indeks bias
yang berbeda
Anatomi Media Refraksi
I.Anatomi Media Refraksi

• Bagian mata yang termasuk media


refraksi:
– Kornea
– Aqueous humor
– Lensa
– Corpus vitreus
– Panjang bola mata
I.Anatomi Media Refraksi
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan
jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan.
Terdiri atas lapisan atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Aqueous humor
• Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa,
keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di
kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke
fotoreseptor.
• Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan
kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di
sebelah anterior.
• Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya
masuk ke darah. kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior
dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam
mata”). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma.
• Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke
dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan
saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina
dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks,
avaskular, tak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm.
- Lensa tergantung pada zonula di belakang iris.
Zonula menghubungkannya dengan corpus
ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
aqueous humor, di sebelah posteriornya
terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
Badan vitreous
• Badan vitreous menempati daerah mata di
balakang lensa.
• Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina.
• Kebeningan badan vitreous disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.
Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhanbadan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi
Panjang bola mata
• Panjang bola mata menentukan keseimbangan
dalam pembiasan.
• Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
karena kornea (mendatar atau cembung) atau
adanya perubahan panjang (lebih panjang atau
lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak
dapat terfokus pada mekula.
• Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang
dapat berupa miopia, hipermetropia, atau
astigmatisma
II. Fisiologi Refraksi
• Refraksi adalah perubahan arah dari suatu gelombang
ketika melewati media yang berbeda indeks biasnya
• Refraksi pembelokan berkas cahaya terjadi ketika berkas
cahaya berpindah dari satu medium dengan kepadatan
tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda
• Berkas-berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus
difokuskan kembbali ke sebuah titik peka cahaya di retina
• Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan
densitas tinggi, cahaya tersebut melambat (begitupun
sebaliknya)
II. Fisiologi Media Refraksi
• Dua faktor yang berperan penting dalam derajat refraksi :
– Densitas komparatif antara dua media (semakin besar perbedaan
densitas, semakin besar derajat pembelokan)
– Sudut jatuhnya berkas di medium kedua (semakin besar sudut semakin
besar pembiasan)
• Dua struktur paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea dan lensa
• Kelengkungan kornea berperan dalam refraksi total karena perbedaan
lensa dan cairan. Kemampuan refraksi lensa dapat diubah dengan
mekanisme akomodasi
• Pada kornea, cahaya yang masuk akan melewati media refraksi yang
berbeda, sehingga cahaya terkumpul dan diteruskan ke lensa lewat
pupil yang lebarnya diatur oleh iris.
• Berkas cahaya yang melewati lensa dibiaskan kembali untik mencapai
fokus yang maksimak dengan daya akomodasi lensa sehingga fokus
berkas dapat jatuh di retina
II. Fisiologi Media Refraksi
Kelainan Refraksi

• Emetropia
Emetropia berasal dari kata Yunani
emetros yang berarti ukuran normal
atau dalam keseimbangan wajar
sedangkan opsis adalah penglihatan.
Mata dengan sifat emetropia adalah
mata tanpa adanya kelaianan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi
normal.
Kelainan Refraksi
• Ametropia
Ametropia dalam bahasa yunani ametros
berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,
sedangkan ops berarti mata. Sesehingga yang
dimaksud ametropia adalah keadaan pembiasan
mata dengan panjang bola mata yang tidak
seimbang., ops berarti mata. Dikenal beberapa
bentuk:
– Ametropia aksial
– Ametropia refraktif
– Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola
mata lebih panjang atau lebih pendek sehingga
bayangan benda difokuskan didepan atau
dibelakang retina
– Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan
sistem pembiasan sinar dalam mata. Bila daya
bias kuat maka bayangan benda terletak
didepan retina (miopia) atau bila daya bias
kurang maka bayangan benda akan terletak
dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
Kelainan Refraksi
Yang termasuk dalam ametropia:
Miopia •Miopia
•Hipermetropia
•Astigmatism

Kelainan
Presbiopi Hipermetropia
Refraksi

Astigmatism
Miopia

Miopia adalah anomali refraksi pada


mata dimana bayangan difokuskan di
depan retina, ketika mata tidak dalam
kondisi berakomodasi.
Etiologi

Miopia terjadi ketika bola mata terlalu


panjang, relatif terhadap kekuatan
fokus kornea dan lensa mata.
Rabun jauh juga dapat disebabkan oleh
kornea dan / atau lensa yang terlalu
melengkung karena panjang bola mata.
Dalam beberapa kasus, miopia
disebabkan oleh kombinasi faktor-
faktor ini.
Bentuk Miopia
Miopia refraktif

• Bertambahnya index bias media


penglihatan atau lensa lebih kuat dari
normal (kornea terlalu cembung atau
lensa mempunyai kecembungan yang
lebih kuat)

Miopia aksial

• Miopia akibat panjangnya sumbu bola


mata dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
Klasifikasi Miopia

Menurut • Miopia ringan


• Miopia sedang
derajat • Miopia berat/tinggi
beratnya

Menurut • Miopia stasioner/simplek


• Miopia progresif
perjalanan • Miopia maligna
penyakitnya
III.1. Miopia
Manifestasi Klinik Miopia
Manifestasi klinik:
• Penglihatan kabur saat
melihat jauh, dan jelas pada
jarak tertentu/dekat
• Selalu ingin melihat dengan
mendekatkan benda yang
dilihat pada mata
• Gangguan dalam pekerjaan
• Nyeri kepala akibat
akomodasi kuat untuk
melihat jelas
• Cendrung memicingkan mata
bila melihat jauh
• Astenopia konvergensi
(kelelahan mata)
Diagnosis Miopia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
– Visus dasar utk melihat jauh
– Visus dengan pinhole untuk mengetahui
apakah penglihatan yang buram disebabkan
kelainan refraksi atau kelainan anatomi
– Metode “trial and error”, snellen chart dan
lensa sferis negatif sampai didapatkan visus
6/6
3. Pemeriksaan penunjang
– Auto refraktometer
Tatalaksana Miopia
• Koreksi non bedah
Kacamata sferis negatif
terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan
maksimal agar memberikan
istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi
• Lensa kontak
Tatalaksana Miopia

– Bedah keratorefraktif
• Laser in situ Keratomileusis (LASIK)
• Laser Subepitelial Keratomileusis (LASEK)
– Lensa intraocular
– Ekstraksi lensa
III.1.f. Komplikasi Miopia
• Ablasio retina

• Strabismus/ mata juling


Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata
yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina. Hipermetropia
terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara
panjang bola mata dan kekuatan pembiasan
kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus
sinar terletak di belakang retina
Klasifikasi Hipermetropia
Berdasarkan
Bentuk
penyebab

hipermetropi Hipermetropia
aksial kongenital

Hipermetropi Hipermetropia
refraktif simple

Hipermetropi Hipermetropia
kurvatur yang didapat
Hipermetropia
Astigmatisme

Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan


pada satu titik dengan tajam pada retina
akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling
tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan permukaan kornea.
Klasifikasi Astigmatisme
• Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan
refraksi yang lain termasuk:
1. Miopia : bila kurvatura kornea selalu melengkung atau
jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan
terfokus didepan retina dan menyebabkan objek dari
jauh terlihat kabur
2. Hipermetropia : ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu
sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal.
Bayangan terfokus dibelakang retina dan
menyebabkan objek dekat terlihat kabur
Klasifikasi Astigmatisme
• Bentuk Astigmatisme:
1. Astigmatisme reguler :
astigmatisme yang
memperlihatkan kekuatan
pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-lahan
secara teratur dari satu meridian
ke meridian berikutnya.
Dibedakan atas Astigmat ‘with
the rule’ dan Astigmat ‘against
the rule’
2. Astigmatisme irreguler : Astigmat
yang terjadi tidak mempunyai 2
meridian yang saling tegak lurus
Klasifikasi Astigmatisme
• Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:
1. Simple hypermetropia astigmatism
2. Simple myopia astigmatism
3. Compound hypermetropia astigmatism
4. Compound miopic astigmatism
5. Mixed astigmatism
Presbiopia

• Presbiopia merupakan gangguan


akomodasi pada usia lanjut yang
dapat terjadi akibat kelemahan otot
akomodasi dan lensa mata tidak
kenyal atau berkurang elastisitasnya
akibat sklerosis lensa
III.4. Presbiopia
Gejala Klinik Presbiopia

• Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering


panas setelah membaca
Penatalaksanaan Presbiopia

• Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi


diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuatan
tertentu, biasanya:
o +1,0 D untuk usia 40 tahun
o +1,5 D untuk usia 45 tahun
o +2,0 D untuk usia 50 tahun
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
• Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi +3,0
dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan pada seseorang, pada keadaan ini mata
tidak melakukan akomodasi bila membaca pada
jarak 33 cm
KASUS
• IDENTITAS
• Nama : An. T
• Umur : 13 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Kotaraya

Keluhan utama : Penglihatan kabur pada mata kiri dan kanan


• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Anak perempuan 13 tahun datang ke poliklinik
mata RSUD. Anuntaloko dengan keluhan penglihatan kabur
pada mata kanan dan kirinya sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu. Awalnya disadari saat sedang belajar dikealas pasien
merasa penglihatannya kabur saat melihat jauh sehingga tidak
dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan jelas. Keluhan
disertai mata mudah pegal, dan kadang pusing. Riwayat
sering bermain game di leptop lebih dari 2 jam dalam sehari
dan riwayat sering membaca dengan posisi berbaring. Nyeri
pada mata (-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-
), rasa berpasir (-), rasa mengganjal (-), air mata berlebih (-),
kotoran mata berlebih (-), riwayat penggunaan kacamata (-).
• Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Tidak ada
• Riwayat Penyakit Lain :
• Tidak ada
• Riwayat Trauma :
Tidak ada
• Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit mata
dalam keluarga dan juga tidak ada yang
menggunakan kacamata dalam keluarga.
• PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis :
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda Vital
• Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Nadi : 88 x/m
• Pernapasan : 16 x/m
• Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
PERIKSAAN PENUNJANG
• Auto Refractometer :
• VOD : SPH -2.00 D
CYL -0.00 D
AX
• VOS :SPH -1.00 D
CYL -0.50 D
AX 38
PD : 55
RESUME
• Pasien perempuan 13 tahun datang ke poliklinik
mata RSUD. Anuntaloko dengan keluhan
penglihatan kabur pada mata kanan dan kirinya
sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Awalnya
disadari saat sedang belajar dikealas pasien
merasa penglihatannya kabur saat melihat jauh
sehingga tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis
dengan jelas. Keluhan disertai mata mudah pegal,
dan kadang pusing. Riwayat sering bermain game
di leptop lebih dari 2 jam dalam sehari dan riwayat
sering membaca dengan posisi berbaring..
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital Nadi : 88 x/m, pernapasan : 16 x/m.
Pemeriksaan visus pada VOD : 6/30, VOS : 6/20.
• DIAGNOSIS
ODS Miopia Levior
• PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa
– Eye Drop Hyalub ∫ 3dd gttI ODS
– OphtalVit Syr ∫ 1 dd 1 cth

• Pemberian Kacamata
- VOD Koreksi S -2.00 D 6/6
- VOS Koreksi S -1.25 D 6/6
• DP : 55/53 mm
• Non medikamentosa
• Memberikan Edukasi :
- Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
- Atur jarak baca minimal + 30 cm.
- Hindari membaca sambil tidur berbaring.
- Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca, melihat gambar atau
menggunakan komputer lama, berhenti dahulu 15 – 20
menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.
- Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau
helm yang ada kacanya.
- Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan
angin.
• PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
Pembahasan
Miopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh
merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan
bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung.
Diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis kasus
ini didapatkan keluhan penglihatan kabur.pada mata kiri dan
kanannya sudah sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur
dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan disertai mata
mudah pegal, dan pusing. Hal ini sudah sesuai dengan teori
dimana pada penderita miopia akan menyatakan melihat jelas
bila melihat dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau disebut
pasien adalah rabun jauh. Hal ini sudah sesuai dengan teori
diatas. Adapun keluhan lain seperti mata mudah pegal, dan sakit
kepala disebabkan karena sebalumnya pasien memiliki kebiasaan
yang kurang baik terhadap mata yaitu dimana pasien sering
terpapar dengan leptop lebih dari 2 jam dalam sehari.
• Pada kasus diberikan tetes mata Hyalub yang diberikan 1
tetes setiap 8 jam tetes mata tersebut mengandung sodium
hyaluronate yang dapat membantu melumasi dan
menyejukan mata kering akibat kekurangan cairan mata,
iritasi, gangguan penglihatan serta membantu melindungi
mata terhadap iritasi mata ringan yang terkena matahari dan
dingin. Selain itu juga diberikan Optalvit sirup yang
merupakan nutrisi tambahan untuk mata.
• Pemberian kacamata lensa sferis konkaf (minus) yang dapat
memindahkan bayangan mundur ke retina, dan memberikan
edukasi pada pasien.
kesimpulan
• Berdasarkan kasus pada referat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
• Pasien perempuan 13 tahun datang ke poliklinik mata RSUD.
Anuntaloko dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kanan dan
kirinya sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Awalnya disadari saat
sedang belajar dikealas pasien merasa penglihatannya kabur saat
melihat jauh sehingga tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan
jelas. Keluhan disertai mata mudah pegal, dan kadang pusing. Riwayat
sering bermain game di leptop lebih dari 2 jam dalam sehari dan riwayat
sering membaca dengan posisi berbaring.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital Nadi : 88 x/m,
pernapasan : 16 x/m. Pemeriksaan visus pada VOD : 6/30, VOS : 6/20.
Status oftalmologi tidak didapatkan kelainan pada bagian mata.
• Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis Miopia Levior
• Pada pasien diberikan terapi medikamentosa dan non-medika mentosa.
DAFTAR PUSTAKA
• DAFTAR PUSTAKA
• Info datin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI 2014. Situasi Gangguan penglihatan dan
kebutaan.
• http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-penglihatan.pdf. Diakses
26 Oktober 2018
• Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia. EGC.Jakarta 2011.
• Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal 3-4, 73-79.
• Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.
• Galloway NR, Galloway PH. Common Eye Diseases and their Managemen; Third edition. London Ltd 1999.
2006.
• AAO. Clinical Optics. American Academy of Ophtamology.2008-2009.
• Launardo A et all. Kelainan refraksi pada anak usia 3 – 6 tahun dikecamatan Tallokota Makassar.
• http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/af8b92fcf01bd15f027a70f7122e1ea4.pdf. Diakses 26 Oktober 2018
• Prilia T & Widodo A : Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No.1,April2007:Hal.19-
26ISSN.1693-2587.
• http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/LapPen-3.pdf. Diakses 26 Oktober 2018.
• Upadhyay S. Myopia, Hyperopia and Astigmatism: A Complete Review with view of Differentiation.
International Journal of Science and Research (IJSR). Bhuj;Gujarat. 2015. Http://www.ijsr.net. Diakses 28
Oktober 2018.
• Nintyastuti I et all : Prevalensi Gangguan Refraksi pada Mahasiswa Baru Universitas Mataram Angkatan
2014. Jurnal Kedokteran 2016, 5(4): 1-3 ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-
7154.http://jku.unram.ac.id/article/download/1/1/. Diakses 26 Oktober 2018
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai