MIOPIA LEVIOR
Disusun oleh:
WAHYUNI TASLIM/N111 17 087
Pembimbing Klinik:
dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M., M.Kes
Pendahuluan
Mata merupakan salah satu indera yang
penting bagi manusia, melalui mata manusia
menyerap informasi visual yang digunakan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan. Namun
gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi,
mulai dari gangguan ringan hingga gangguan
yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan.
refraksi merupakan suatu perubahan arah
yang terjadi pada berkas cahaya yang melintas
secara miring melalui suatu medium dan menuju
ke medium yang lain yang memiliki indeks bias
yang berbeda
Anatomi Media Refraksi
I.Anatomi Media Refraksi
• Emetropia
Emetropia berasal dari kata Yunani
emetros yang berarti ukuran normal
atau dalam keseimbangan wajar
sedangkan opsis adalah penglihatan.
Mata dengan sifat emetropia adalah
mata tanpa adanya kelaianan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi
normal.
Kelainan Refraksi
• Ametropia
Ametropia dalam bahasa yunani ametros
berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,
sedangkan ops berarti mata. Sesehingga yang
dimaksud ametropia adalah keadaan pembiasan
mata dengan panjang bola mata yang tidak
seimbang., ops berarti mata. Dikenal beberapa
bentuk:
– Ametropia aksial
– Ametropia refraktif
– Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola
mata lebih panjang atau lebih pendek sehingga
bayangan benda difokuskan didepan atau
dibelakang retina
– Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan
sistem pembiasan sinar dalam mata. Bila daya
bias kuat maka bayangan benda terletak
didepan retina (miopia) atau bila daya bias
kurang maka bayangan benda akan terletak
dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
Kelainan Refraksi
Yang termasuk dalam ametropia:
Miopia •Miopia
•Hipermetropia
•Astigmatism
Kelainan
Presbiopi Hipermetropia
Refraksi
Astigmatism
Miopia
Miopia aksial
– Bedah keratorefraktif
• Laser in situ Keratomileusis (LASIK)
• Laser Subepitelial Keratomileusis (LASEK)
– Lensa intraocular
– Ekstraksi lensa
III.1.f. Komplikasi Miopia
• Ablasio retina
hipermetropi Hipermetropia
aksial kongenital
Hipermetropi Hipermetropia
refraktif simple
Hipermetropi Hipermetropia
kurvatur yang didapat
Hipermetropia
Astigmatisme
• Pemberian Kacamata
- VOD Koreksi S -2.00 D 6/6
- VOS Koreksi S -1.25 D 6/6
• DP : 55/53 mm
• Non medikamentosa
• Memberikan Edukasi :
- Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
- Atur jarak baca minimal + 30 cm.
- Hindari membaca sambil tidur berbaring.
- Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca, melihat gambar atau
menggunakan komputer lama, berhenti dahulu 15 – 20
menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.
- Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau
helm yang ada kacanya.
- Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan
angin.
• PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
Pembahasan
Miopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh
merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan
bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung.
Diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis kasus
ini didapatkan keluhan penglihatan kabur.pada mata kiri dan
kanannya sudah sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur
dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan disertai mata
mudah pegal, dan pusing. Hal ini sudah sesuai dengan teori
dimana pada penderita miopia akan menyatakan melihat jelas
bila melihat dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau disebut
pasien adalah rabun jauh. Hal ini sudah sesuai dengan teori
diatas. Adapun keluhan lain seperti mata mudah pegal, dan sakit
kepala disebabkan karena sebalumnya pasien memiliki kebiasaan
yang kurang baik terhadap mata yaitu dimana pasien sering
terpapar dengan leptop lebih dari 2 jam dalam sehari.
• Pada kasus diberikan tetes mata Hyalub yang diberikan 1
tetes setiap 8 jam tetes mata tersebut mengandung sodium
hyaluronate yang dapat membantu melumasi dan
menyejukan mata kering akibat kekurangan cairan mata,
iritasi, gangguan penglihatan serta membantu melindungi
mata terhadap iritasi mata ringan yang terkena matahari dan
dingin. Selain itu juga diberikan Optalvit sirup yang
merupakan nutrisi tambahan untuk mata.
• Pemberian kacamata lensa sferis konkaf (minus) yang dapat
memindahkan bayangan mundur ke retina, dan memberikan
edukasi pada pasien.
kesimpulan
• Berdasarkan kasus pada referat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
• Pasien perempuan 13 tahun datang ke poliklinik mata RSUD.
Anuntaloko dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kanan dan
kirinya sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Awalnya disadari saat
sedang belajar dikealas pasien merasa penglihatannya kabur saat
melihat jauh sehingga tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan
jelas. Keluhan disertai mata mudah pegal, dan kadang pusing. Riwayat
sering bermain game di leptop lebih dari 2 jam dalam sehari dan riwayat
sering membaca dengan posisi berbaring.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital Nadi : 88 x/m,
pernapasan : 16 x/m. Pemeriksaan visus pada VOD : 6/30, VOS : 6/20.
Status oftalmologi tidak didapatkan kelainan pada bagian mata.
• Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis Miopia Levior
• Pada pasien diberikan terapi medikamentosa dan non-medika mentosa.
DAFTAR PUSTAKA
• DAFTAR PUSTAKA
• Info datin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI 2014. Situasi Gangguan penglihatan dan
kebutaan.
• http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-penglihatan.pdf. Diakses
26 Oktober 2018
• Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia. EGC.Jakarta 2011.
• Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal 3-4, 73-79.
• Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.
• Galloway NR, Galloway PH. Common Eye Diseases and their Managemen; Third edition. London Ltd 1999.
2006.
• AAO. Clinical Optics. American Academy of Ophtamology.2008-2009.
• Launardo A et all. Kelainan refraksi pada anak usia 3 – 6 tahun dikecamatan Tallokota Makassar.
• http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/af8b92fcf01bd15f027a70f7122e1ea4.pdf. Diakses 26 Oktober 2018
• Prilia T & Widodo A : Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No.1,April2007:Hal.19-
26ISSN.1693-2587.
• http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/LapPen-3.pdf. Diakses 26 Oktober 2018.
• Upadhyay S. Myopia, Hyperopia and Astigmatism: A Complete Review with view of Differentiation.
International Journal of Science and Research (IJSR). Bhuj;Gujarat. 2015. Http://www.ijsr.net. Diakses 28
Oktober 2018.
• Nintyastuti I et all : Prevalensi Gangguan Refraksi pada Mahasiswa Baru Universitas Mataram Angkatan
2014. Jurnal Kedokteran 2016, 5(4): 1-3 ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-
7154.http://jku.unram.ac.id/article/download/1/1/. Diakses 26 Oktober 2018
Terima Kasih