Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2018


UNIVERSITAS TADULAKO

KELAINAN REFRAKSI MATA (MIOPIA)

Disusun Oleh:
Imelda Friska Ta’uro
N 111 17 032

PEMBIMBING :
dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M, M.Kes

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Dari bagian paling luar hingga paling dalam,lapisan-lapisan tersebut adalah (1)
skela/kornea; (2) koroid/badan siliaris /iris; dan (3) retina . Sebagian besar mata
ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat,sclera, yang membentuk bagian putih
mata. Disebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat
ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah
dibawah sclera adalah khoroid, yang berpigmen banyak dan mengandung banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi retina. Lapisan koroid disebelah
anterior mengalami spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan paling
dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di
sebelah luar dan lapisan jaringan saraf disebelah dalam1.
Mata adalah organ utama penglihatan. Setiap salah satu dari dua bola mata
terletak di orbit, di mana diperlukan sekitar seperlima volume orbital. Mata secara
embriologis merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Ini berbagi banyak
kesamaan anatomi dan fisiologis dengan otak. Keduanya dilindungi oleh dinding
tulang, memiliki penutup serat skrudis dan suplai darah ganda ke lapisan saraf
penting di retina. Mata dan otak memiliki lubang internal diperfusi oleh cairan
komposisi seperti dan di bawah tekanan setara. Karena retina dan saraf optik
berkembang biak dari otak, tidak mengherankan bahwa proses penyakit yang
sama mempengaruhi mata dan sistem saraf pusat. Dokter harus selalu
mengingatkan dirinya sendiri tentang banyak kondisi penyakit yang dapat secara
bersamaan melibatkan mata dan sistem saraf pusat. Fungsi utama mata adalah
untuk membentuk gambar objek yang jelas di lingkungan kita. Gambar-gambar
ini ditransmisikan ke otak melalui saraf optik dan jalur visual posterior2.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mara, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media

2
penglihatan dibiaskan tepat di daerah macula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istrirahat melihat jauh3.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum
proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melhat
dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia
pungtum remotum terletak didepan mata sedang pada mata hipermetropia titik
semu dibelakang mata3.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata


Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm.
Bola mata di bagian depan kornea mempunyai kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelungkungan yang berbeda. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu: (1) Sklera; yang merupakan jaringan
ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar
yang melindungi bola mata. Bagian depan skelar disebut kornea yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam bola mata. (2) Jaringan
uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh
ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
paksa yang disebut perdarahan supprakoroid. (3) Lapisan ketiga bola mata
adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis
sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat
terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga
didalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optik,
macula dan pars plana3.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata dan terdapat kelanjar lakrimal
yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita3.

4
Gambar 1. Anatomi Bola Mata

Struktur bola mata yang lain ialah sudut bilik mata depan, uvea, pupil,
lensa mata, dan badan kaca.Sudut bilik mata depan dibentuk oleh jaringan
korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar
cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran cairan mata akan terjadi
penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata sehingga tekanan bola
mata meninggi atau glaukoma3.
Uvea merupakan lapisan vaskular bola mata yang terdiri dari, iris,
badan siliar dan koroid. Vaskularisasi uvea dibedakan antara bagian anterior
dan posterior. Bagian anterior divaskularisasi oleh dua buah arteri siliar
posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat
tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat dua
pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri
siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis major pada badan siliar. Uvea posterior mendapat vaskularisasi
dari arteri siliar posterior brevis 3.

5
Gambar 2. Vaskularisasi iris

Pupil daerah hitam ditengah tengah iris. Iris, jaringan berwarna yang
berbentuk cincin, menggantung dibelakang kornea dan didepan lensa. Iris
memiliki kemampuan mengatur cahaya secara otomatis masuknya cahaya
kedalam bola mata dengan cara miosis dan midriasis3.
Lensa merupakan jaringan yang berasal dari ectoderm dan bersifat
bening. Lensa didalam bola mata terletak dibelakang iris yang tersiri dari zat
tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi3.
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola
mata. Mengandung air sebanyak 90%. Kebeningan badan kaca disebabkan
karena tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel3.
2. Proses Refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media
transparan lain misalnya airdan kaca. Ketika masuk ke suatu medium
dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat (yang sebaliknya juga
berlaku),. Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan
medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus. Berbeloknya berkas sinar
dikenal sebagai refraksi (pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti

6
lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembelokan dan
semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan
lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi
bergantung pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks melengkung
keluar (cembung,seperti permukaan luar sebuah bola), sementara permukaan
konkaf melengkung ke dalam (cekung, seperti gua). Permukaan konveks
menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut
lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa
suatu bayangan ke titik focus, maka permukaan refraksi mata berbentuk
konveks. Permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar (divergensi). Lensa
konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif tertentu mata,
misalnya berpenglihatan dekat1.
Keadaan refraksi mata dapat dipertimbangkan dalam 2 cara. Pertama,
konsep titik fokus mungkin digunakan. Lokasi gambar yang dibentuk oleh
objek di optik yang tidak terbatas melalui mata tidak terakomodasi
menentukan keadaan biasnya. Objek yang memfokuskan anterior atau
posterior ke retina membentuk gambar buram pada retina, sedangkan objek
yang fokus pada retina membentuk gambar yang tajam. Alternatif lain,
konsep titik jauh dapat digunakan. Titik yang jauh adalah titik dalam ruang
yang terkonjugasi ke fovea dari mata tidak terkonjugasi, itu adalah tempat
gambar fovea jika optik dibalik dan fovea dibuat objek4.
Emmetropia adalah daerah bias di mana sinar cahaya paralel dari objek
yang jauh dibawa untuk fokus pada retina di mata tidak terakomodasi. Titik
jauh dari mata emmetropik adalah tidak terbatas, dan seterusnya berkonjugat
dengan retina. Ametropia mengacu pada ketiadaan emmetropia, di mana
titik mata jauh tidak sampai tak terhingga. Ametropia dapat diklasifikasikan
dengan etiologi berdasarkan aksial atau bias. Pada ametropia aksial, bola
mata luar biasa panjang (miopia) atau pendek (hiperopia). Pada ametropia
refraktif, panjang mata secara statistik normal, tetapi kekuatan refraksi mata
abnormal; kekuatan yang berlebihan dalam miopia atau terlalu sedikit
kekuatan di hyperopia4.
7
3. Kelainan Refraksi
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum
proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melhat
dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia
pungtum remotum terletak didepan mata sedang pada mata hipermetropia
titik semu dibelakang mata3.
Adapun kelainan refraksi terdiri dari Emetropia dan ametropia. Dimana
emetropia berasal dari kata Yunani emetros yang berarti ukuran normal atau
dalam keseimbangan wajar sedangkan opsis adalah penglihatan. Mata
dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelaianan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi normal. Pada mata ini daya bias mata
adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan sempurna didaerah macula
lutea tanpa bantuan akomodasi. Mata emetropia akan mempunyai
penglihatan normal atau 6/6 atau 100%3.
Adapun seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi) dapat
mengalami presbiopia dimana akan mulai merasakan ketidakmampuan
membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak
berdekatan pada usia sekitar 44-45 tahun, hal ini semakin buruk pada cahaya
temaram dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat subjek lelah.
Gejala-gejala ini meningkat sampai usia 55 tahun, menjadi stabil, tetapi
menetap5.
Sedangkan ametropia dalam bahasa yunani ametros berarti tidak
sebanding atau tidak seimbang, sedangkan ops berarti mata. Sesehingga
yang dimaksud ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang
bola mata yang tidak seimbang. Hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan
pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.
Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istrirahat
memberikan bayangan sinar sejajar pada focus yang tidak terletak pada
retina3.
8
Pada ametropia aksial, bola mata luar biasa panjang (miopia) atau
pendek (hiperopia). Pada ametropia refraktif, panjang mata secara statistik
normal, tetapi kekuatan refraksi mata abnormal; kekuatan yang berlebihan
dalam miopia atau terlalu sedikit kekuatan di hyperopia4.
Pertama dalam Miopia, bayangan yang terletak jauh difokuskan
didepan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Selain itu myopia
dikenal juga dengan nearsighted. Kedua hiperopia, yaitu mata tak
berakomodasi yang memfokuskan bayangan dibelakang retina yang disebut
juga dengan sebutan hipermetropia atau farsightedness5. Ketiga, yaitu
keadaan astigmatisme dimana mata menghasilkan suatu bayangan dengan
titik atau garis fokus multiple5.
4. Miopia
4.1 Definisi

Miopia adalah banyangan dari benda yang terletak jauh berfokus di


depan retina pada mata yang tidak berakomodasi5.
Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi
berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana
cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di
depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa yunani
“ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan
9
manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
"nearsightedness4.
Miopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis
kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu
panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung3.
4.2 Etiologi
Penyebab Miopia: Miopia terjadi ketika bola mata terlalu panjang,
relatif terhadap kekuatan fokus kornea dan lensa mata. Hal ini
menyebabkan sinar cahaya untuk fokus pada titik di depan retina, bukan
langsung di permukaannya. Rabun jauh juga dapat disebabkan oleh
kornea dan / atau lensa yang terlalu melengkung karena panjang bola
mata. Dalam beberapa kasus, miopia disebabkan oleh kombinasi faktor-
faktor ini. Miopia biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan Anda
mungkin memiliki risiko lebih tinggi jika orang tua Anda rabun dekat.
Dalam kebanyakan kasus, rabun dekat stabil pada awal masa dewasa
tetapi kadang-kadang terus berkembang seiring dengan bertambahnya
usia. Faktor keturunan merupakan faktor penting yang terkait dengan
miopia remaja, dengan kontribusi yang lebih kecil dari kerja yang lebih
dekat, prestasi sekolah yang lebih tinggi dan lebih sedikit waktu dalam
kegiatan olahraga. Jam panjang paparan sinar matahari tampaknya
menjadi faktor pelindung. Para peneliti di University of Cambridge telah
menemukan bahwa kurangnya bermain di luar ruangan dapat dikaitkan
dengan miopia. Penjelasan lain adalah bahwa gen pleiotropic (s)
mempengaruhi ukuran otak dan bentuk mata secara bersamaan6.
4.3 Klasifikasi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal bebrapa
bentuk miopia seperti3 :
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi
lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan
10
myopia bias atau mipoia indeks, myopia yang terjadi akibat
pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
b. Miopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam3 :

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri


b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6
dioptri

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk3 :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa


b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan
myopia pernisiosa=miopia maligna=miopia degeneratif.

Miopia degenerative atau miopia maligna biasanya bila myopia lebih


daei 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan panjangnya
bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada
bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina3.

4.4 Manifestasi klinik


Gejala utamanya adalah pandangan kabur ketika melihat objek yang
jauh. biasanya dapat melihat cukup baik untuk membaca koran tetapi
untuk melihat hal-hal yang lebih jauh sangat sulit, seperti kesulitan
melihat gambar atau kata-kata di papan tulis, layar film, atau televisi. Ini
dapat menyebabkan kinerja sekolah, atletik, atau kerja yang buruk6.

11
Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila melihat
dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau disebut pasien adalah rabun
jauh4.
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang myopia
mempunyai kebiasaan menyempitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil)3.
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia3.

4.5 Diagnosis
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Refraksi Subjektif
a. Pemeriksaan Visus satu mata
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
Refraksi Subyektif, metode yang digunakan adalah dengan
Metode ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20
kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata
penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan
terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis
negatif, bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan
membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita miopia, apabila dengan pemberian lensa
sferis negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti
dengan lensa sferis positif memberikan tajam penglihatan 5/5,
6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia3.
2. Refraksi Objektif
12
Refraksi objektif dilakukan dengan retinoskopi. Seberkas
cahaya, yang dikenal sebagai intercept, diproyeksikan ke mata
pasien untuk menghasilkan pantulan berbentuk sama, reflex
retinoskopik, dipupil. Kemudian antara intercept dan reflex
retinoskopik menandakan hanya ada kelainan sferis, atau terdapat
kelainan silindris tambahan dengan intercept yang bersesuaian
dengan salah satu meridian utama. Rotasi berkas yang
diproyesikan akan tersebut akan menentukan mana di antara
kelainan tersebut yang terjadi dan letak meridian utama lainnya
pada kasus kelainan silindris5.
Intercept kemudian disapukan melalui pupil pasien, dan
efeknya pada reflex retinoskopik dicatat. Bila efek tersebut
bergerak dalam arah yang sama (mengikuti gerakan), ditempatkan
lensa plus didepan mata pasien; dan bila bergerak dalam arah yang
berlawanan (melawan gerakan), ditambahkan lensa minus-sampai
reflex pupil mengisi seluruh lubang pupil dan tidak lagi terdeteksi
adanya gerakan (titik netralisasi). Bila titik netralisasi telah
tercapai, kelainan refraksi pasien telah terkoreksi dengan suatu
koreksi tambahan yang berkaitan dengan jarak antara pasien dan
pemeriksa (jarak kerja). Daya sferis, yang setara dengan kebalikan
dari jarak kerja (diukur dalam meter), dikurangi untuk
mengkompensasi koreksi tambahan ini dan diperoleh koreksi
refraktif pasien. Jarak kerja biasanya 2/3 m, dan dengan demikian
koreksi yang harus dikurangi untuk jarak kerja biasanya 1,5 D5.

4.6 Koreksi Miopia


Miopia dikoreksi dengan menggunakan beberapa metode yang
dapat digunakan untuk koreksi miopia dan juga kelainan refraksi
lainnya5.
a. Lensa kacamata: lensa sferis konkaf (minus) yang dapat
memindahkan bayangan mundur ke retina

13
b. Lensa kontak :Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau
kosmetik akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian
pemakaiannya. Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan
masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang
dipakai.
c. Bedah keratorefraktif :mencakup serangkaian metode untuk
mengubah kelengkungan permukaan anterior mata.
d. Lensa intraocular
e. Ekstraksi lensa
4.7 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan myopia adalah
terjadinya ablasio retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau
juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila
terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau
terdapat ambilopia3.
4.8 Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -
3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi
S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk
memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi3.

14
BAB III
KASUS PASIEN

A. IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat : Mekar Sari, Suli Indah.

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan kabur pada mata kiri dan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
penglihatan kabur.pada mata kiri dan kanannya sudah sejak 1 tahun yang
lalu. Penglihatan kabur dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan
disertai mata mudah pegal, dan pusing. Riwayat sering berhadapan dengan
komputer lebih dari 2 jam dalam sehari dan riwayat sering membaca dengan
posisi berbaring saat berusia remaja.
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Lain :
Tidak ada
Riwayat Trauma :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit mata dalam keluarga dan juga
tidak ada yang menggunakan kacamata dalam keluarga.

15
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 x/m
- Pernapasan : 16 x/m
- Suhu : 36,60C

Status Oftalmologis OD OS
Visus 6/30 6/20
S -1.50 D 6/6 S-1.50 D 6/6

Inspeksi:
- Palpebra Benjolan (-) Benjolan (-)
- Apparatus Lakrimalis Sekresi normal Sekresi normal
- Silia Trikiasis (-), sekret (-) Trikiasis (-), sekret (-)
- Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Bola Mata Ortoforia Ortoforia
- Gerakan Bola Mata Normal Normal
- Lapang Pandang Normal Normal
- Kornea Jernih (+) Jernih (+)
sikatrik (-) sikatrik (-)
infiltrate (-) infiltrate (-)
- Bilik Mata Depan Volume sedang (+) Volume sedang (+)
- Iris Warna cokelat (+) Warna coklat (+)
kripta (+) kripta (+)
- Pupil Sinekia (-) Sinekia (-)
- Lensa Bulat, isokor, Bulat, isokor,

16
RCL/RCTL (+/+) RCL/RCTL
Normal (+/+)Normal
Palpasi:
- Tensi Okular Normal Normal
- Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
- Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
- Gland. Pre-aurikuler Normal Normal

Tonometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Tes Buta Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Auto Refractometer :
VOD : SPH -1.25 D
CYL -0.37 D
AX 132
VOS : SPH -1.00 D
CYL -0.25 D
AX 59
DP : 64/62 mm

E. RESUME
Pasien perempuan 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
penglihatan kabur.pada mata kiri dan kanannya sudah sejak 1 tahun yang
lalu. Penglihatan kabur dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan
disertai mata mudah pegal, dan pusing. Riwayat sering berhadapan dengan
komputer kurang lebih 2 jam dalam sehari dan riwayat sering membaca
dengan posisi berbaring saat berusia remaja.

17
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD : 120/80
mmHg, nadi : 85 x/m, pernapasan : 16 x/m, suhu : 36,60C. Pemeriksaan
visus pada VOD : 6/30, VOS : 6/20. Status oftalmologi tidak didapatkan
kelainan pada bagian mata.

F. DIAGNOSIS
ODS Miopia Levior

G. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
- Cendo Lyteers ED bt.I
∫ 3dd gttI ODS

 Pemberian Kacamata
- VOD Koreksi S -1.50 D 6/6
- VOS Koreksi S -1.50 D 6/6
- DP : 64/62 mm

 Non medikamentosa
Memberikan Edukasi :
1. Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
2. Atur jarak baca minimal + 30 cm.
3. Hindari membaca sambil tidur berbaring.
4. Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca, melihat gambar atau menggunakan
komputer lama, berhenti dahulu 15 – 20 menit, beristirahat
sambil melakukan aktifitas lain.
5. Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau helm
yang ada kacanya.
6. Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan angin.

18
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Miopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis
kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang
atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung.
Miopia biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan Anda mungkin
memiliki risiko lebih tinggi jika orang tua Anda rabun dekat. Dalam kebanyakan
kasus, rabun dekat stabil pada awal masa dewasa tetapi kadang-kadang terus
berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Faktor keturunan merupakan
faktor penting yang terkait dengan miopia remaja, dengan kontribusi yang lebih
kecil dari kerja yang lebih dekat, prestasi sekolah yang lebih tinggi dan lebih
sedikit waktu dalam kegiatan olahraga. Jam panjang paparan sinar matahari
tampaknya menjadi faktor pelindung. Pasien dengan myopia akan menyatakan
melihat jelas bila melihat dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau disebut
pasien adalah rabun jauh4. Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit
kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang
myopia mempunyai kebiasaan menyempitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).
Diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis kasus ini didapatkan keluhan penglihatan
kabur.pada mata kiri dan kanannya sudah sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan
kabur dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan disertai mata mudah pegal,
dan pusing. Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana pada penderita miopia akan
menyatakan melihat jelas bila melihat dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau
disebut pasien adalah rabun jauh Hal ini sudah sesuai dengan teori diatas. Adapun
keluhan lain seperti mata mudah pegal, dan sakit kepala disebabkan karena
sebalumnya pasien memiliki kebiasaan yang kurang baik terhadap mata yaitu
dimana pasien sering terpapar dengan computer lebih dari 2 jam dalam sehari.
Tindakan pada kasus ini diberikan obat Cendo Lyteers yang mengandung
sodium chloride,kalium chloride yang dapat membantu melumasi dan menyejukan
20
mata kering akibat kekurangan cairan mata, iritasi, gangguan penglihatan serta
membantu melindungi mata terhadap iritasi mata ringan yang terkena matahari
dan dingin. Pemberian kacamata lensa sferis konkaf (minus) yang dapat
memindahkan bayangan mundur ke retina, dan memberikan edukasi.

21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus pada referat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Pasien Ny. F datang ke poliklinik dengan keluhan penglihatan kabur pada
mata kiri dan kanan.
2. Pasien perempuan 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
penglihatan kabur.pada mata kiri dan kanannya sudah sejak 1 tahun yang
lalu. Penglihatan kabur dirasakan terutama saat melihat jauh. Keluhan
disertai mata mudah pegal, dan pusing. Riwayat sering berhadapan dengan
komputer lebih dari 2 jam dalam sehari dan riwayat sering membaca dengan
posisi berbaring saat berusia remaja.
3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg,
nadi : 85 x/m, pernapasan : 16 x/m, suhu : 36,60C. Pemeriksaan visus pada
VOD : 6/30, VOS : 6/20. Status oftalmologi tidak didapatkan kelainan pada
bagian mata.
4. Pada pasien diberikan terapi medikamentosa dan non-medika mentosa.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia. EGC.Jakarta 2011. Hal 2011-2016.


2. Galloway NR, Galloway PH. Common Eye Diseases and their Managemen;
Third edition. London Ltd 1999. 2006. Hal 7-8.
3. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2009. Hal 3-4, 73-79.
4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000. Hal 392-397.
5. AAO. Clinical Optics. American Academy of Ophtamology.2008-2009. Hal
130-133.
6. Upadhyay S. Myopia, Hyperopia and Astigmatism: A Complete Review with
view of Differentiation. International Journal of Science and Research (IJSR).
Bhuj;Gujarat. 2015. Http://www.ijsr.net. Diakses 12 Juli 2018.

23

Anda mungkin juga menyukai