Anda di halaman 1dari 29

TRAUMA THERMAL

Michele Triandani, Nevita Yonnia

A. PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan

dan kebutaan pada satu mata yang dapat dicegah.1–4 Trauma okuli dapat dibagi

menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma fisik,

extra ocularforeign body, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma.1-3

Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah tangga, di tempat kerja,

maupun di jalan raya..1

Penelitian oleh Rural South Indian mendapatkan bahwa trauma okuli yang

paling sering terjadi adalah EOFB diikuti oleh trauma tumpul, trauma tajam dan

diikuti trauma termal Penelitian lain yang dilakukan di chaosan region China

pada trauma okuli yang dilakukan dari tahun 2001-2010 didapatkan trauma

thermal berkisar 15 orang (0,4%). 2,3

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah didapatkan bahwa jenis

trauma okuli yang paling banyak datang ke IRD RSUP Sanglah adalah trauma

thermal didapatkan terdapat 37 orang atau sekitar 4,0 % yang terdiri dari laki-laki

27 orang dan perempuan 10 orang. 2Secara garis besar cedera termal pada mata

dapat dibagi menjadi: Nyala api, Luka Bakar dan Kontak api4

1
B. DEFINISI

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang

dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan

rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu

fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu

penyebab yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa

muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang

parah. 5

Trauma termal/bakar adalah trauma yang merupakan jenis luka, kerusakan

jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas yang tinggi,

sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya,radiasi. Jenis luka dapat beraneka ragam

dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena

luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut.

Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,pembuluh darah dan jaringan

epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih

dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami

berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi

shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah

distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat

juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat

dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar). 6

2
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA7

Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, diameter anteroposterior

sekitar 24,2 mm.

Gambar 1. Anatomi Bola Mata3

1. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior

sklera. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak dan

dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu

konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra),

konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata) dan

konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara

bagian posterior palpebra dan bola mata).

2. Sklera dan Episklera

3
Sklera merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar

yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna

putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater

nervus optikus di posterior. Permukaan luar sclera anterior dibungkus oleh

sebuah lapisan tipis jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung

banyak pembuluh darah yang memperdarahi sklera. Lapisan berpigmen

coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fuska, yang membentuk

lapisan luar ruang suprakoroid.

3. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang merupakan selaput bening mata

yang tembus cahaya dan menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari 5

lapisan. Lapisan tersebut antara lain lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma,

membran Descement dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea

disebut limbus kornea. Kornea juga merupakan lensa cembung dengan

kekuatan refraksi sebesar +43 dioptri. Jika terjadi oedem kornea akan

bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita

akan melihat halo.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari

saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan

suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran bowman

melepaskan selubung schwannya. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-

pembuluh darah limbus, humour aquos dan air mata. Kornea superfisial juga

4
mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea

dipertahankan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitas dan

deturgensinya.3

4. Traktus Uvealis

Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliaris dan koroid. Bagian ini

merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan

sklera struktur ini ikut memperharahi retina.

a. Iris

Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa

permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris

memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang. Di dalam stroma

iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat

pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan

lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. Pendarahan iris didapat dari

circulus major iris. Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam

nervi ciliares. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke

dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan

antara konstriksi akibat aktivitas parasirnpatis yang dihantarkan melalui

nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.

b. Corpus Ciliare

Corpus ciliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan

melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal

5
iris (sekitar 6 mm). Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang

berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar,

pars plana (4 mm). Processus ciliares berasal dari pars plicata. Processus

ciliares ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke

vena-vena vorticosa. Processus ciliares dan epitel siliaris pembungkusnya

berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor. Musculus ciliaris, tersusun

dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat-

serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula,

yang berorigo di lembah-lembah di antara processus ciliares. Otot ini

mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai

ber bagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak

jauh dalam lapangan pandang. Serat-serat longitudinal musculus ciliaris

menyisip ke dalam anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar

porinya. Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliare

berasal dari circulus arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris melalui

saraf-saraf siliaris.

c. Koroid

Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan

kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar

lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai

koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid dialirkan melalui empat vena

6
vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi

oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid

terletak di antara koroid dan sklera. Koroid melekat erat ke posterior pada

tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior, koroid bergabung dengan

corpus ciliare. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian iuar

retina yang menyokongnya.

5. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonvenks‚ avaskular, tak berwama‚ dan

hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.

Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya

dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; di

sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa (lihat bawah) adalah suatu

membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler)

yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa

lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya asia, serat-

serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahanlahan menjadi

lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae

konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture line) yang

terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y

dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik di

posterior. Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng.

7
Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat

ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang

dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;

fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam

ekuator lensa. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.

6. Aqueous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki

bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata

depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.

7. Sudut Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara komea perifer

dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwalbe,

anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal Schlemm), dan taji sklera

(scleral spur). Garis Schwalbe menandai berakhirnya endetel komea.

Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan

dasar yang mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-

lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter

dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm.

Bagian-dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal

sebagai anyaman uvea; bagian luar‚ yang berada di dekat kanal Schlemm,

disebut anyaman komeoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip

8
ke dalam anyaman trabekula tersebut. Taji sklera merupakan penonjolan

sklera ke arah dalam di antara corpus ciliare dan kanal Schlemm, tempat iris

dan corpus ciliare menempel. Saluran-saluran eferen dari kanal Schlemm

(sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) berhubungan dengan

sistem vena episklera.

8. Retina

Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan

semitransparan yang melapisi bagian dalam duapertiga posterior dinding

bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan

berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. Pada orang dewasa,

ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi

temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensoris

bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga

berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan sklera. Di sebagian besar

tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk

suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasi retina. Namun pada

diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitel pigmen retina saling melekat

kuat sehingga perluasan cairan subretina pada ablasi retina dapat dibatasi.

Hal ini berlawanan dengan mang subkoroid yang dapat terbentuk antara

koroid dan sklera‚ yang meluas ke taji sklera. Dengan dernikian, ablasi

koroid akan meluas melampaui ora serrata, di bawah pars plana dan pars

plicata. Lapisan-lapisan epitel pada permukaan dalam corpus ciliare dan

9
permukaan posterior iris mempakan perluasan retina dan epitel pigmen

retina ke anterior. Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus.

9. Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jemih dan avaskular yang

membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan

yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus -

membran hyaloid -normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut:

kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan

caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat

seumur hidup ke lapisan epitel para plana dan retina tepat di belakang era

semta. Di awal kehidupan. vitreus melekat kuat pada kapsul lensa clan caput

nervi optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari. Vitreus mengandung

air sekitar 99% Sisa 1% meliput: dua komponen, kolagen clan asam

hialuronat, yang memberi bentuk dan komistensi mirip gel pada vitreus

karena kemampuarmya mengikat banyak air.

D. EPIDEMIOLOGI

Penelitian dengan hasil berbeda yang dilakukan oleh Vats yang melakukan

penelitian di Rural South Indian mendapatkan bahwa trauma okuli yang paling

sering terjadi adalah EOFB sebesar 37,5%, diikuti oleh trauma tumpul sebesar

29,2%, trauma tajam dan trauma termal masing-masing sebesar 12,5%.

Penelitian lain yang dilakukan di chaosan region China pada trauma okuli yang

10
dilakukan dari tahun 2001-2010 didapatkan trauma thermal berkisar 15 orang

(0,4%). 2,3

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah didapatkan bahwa jenis

trauma okuli yang paling banyak datang ke IRD RSUP Sanglah adalah trauma

tumpul sebesar 26,2%, diikuti oleh EOFB sebesar 25,6%, dan trauma tajam

23,9%. Untuk trauma thermal didapatkan terdapat 37 orang atau sekitar 4,0 %

yang terdiri dari laki-laki 27 orang dan perempuan 10 orang. 8

E. ETIOLOGI

Cedera termal terjadi karena kecelakaan yang terkait dengan ledakan

kembang api, uap, air mendidih, atau logam cair. Yang termasuk dalam Luka

bakar termal yaitu disebabkan oleh nyala api, dimana biasanya cedera berat

dengan cedera jaringan dalam, dan yang disebabkan oleh kecelakaan kilat (flash),

seperti ledakan atau busur listrik, yang biasanya lebih dangkal tetapi bisa lebih

luas. Cedera termal adalah cedera yang langsung dan tidak progresif. 4

Secara garis besar cedera termal pada mata dapat dibagi menjadi:

a) Nyala api: Nyala api adalah sekunder dari api. Cedera yang disebabkan

cenderung lebih dalam ke lapisan dermal atau lapisan lebih tebal.

b) Luka Bakar: Luka bakar dapat disebabkan oleh tumpahan minuman panas

atau cairan atau terkena air mandi panas. Luka cenderung menyebabkan

luka bakar yang lebih superficial dari lapisan kulit dermal.

11
c) Kontak api: Kontak api adalah hasil dari paparan langsung ke objek

panas. Kontak api cenderung lebih dalam ke lapisan dermal atau lapisan

lebih tebal.

Tingkat keparahan luka bakar tergantung pada intensitas agen pembakaran,

baik jumlah panas yang ditransmisikan oleh agen pembakaran dan jumlah agen

pembakaran, durasi paparan, penggunaan alat pelindung, respon tubuh,

kecepatan pertolongan pertama atau irigasi dari mata yang terpengaruh.

Sebagian besar luka bakar flash bersifat dangkal tetapi mungkin luas. Pada

luka bakar karena api, periode paparan lebih lama akan menghasilkan luka bakar

yang dalam. Luka bakar termal cair bervariasi tingkat keparahannya tergantung

pada bahannya. Cedera karena uap dan juga karena ledakan cairan saat

dikeluarkan dari microwave dapat terciprat ke mata dan menyebabkan luka

bakar. Suhu cairan yang tidak mudah terbakar seperti air biasanya lebih sedikit

pada kontak tubuh, dan cairan tersebut menghilang dengan cepat dari area kontak

awal, sehingga hanya menyebabkan luka bakar yang dangkal saja. 9

F. PATOFISIOLOGI

Luka bakar dikelompokkan menjadi tiga zona berdasarkan derajat

kerusakan jaringan dan perubahan pada aliran darah. Proses ini disebut

sebagai respon lokal. Tiga zona luka bakar dijelaskan oleh Jackson pada tahun

1947.

12
a. Zona koagulasi — Ini terjadi pada titik maksimum kerusakan. Di zona ini

ada kehilangan jaringan ireversibel karena pembekuan protein

penyusunnya.

b. Zona stasis — Zona stasis di sekitarnya adalah ditandai dengan

penurunan perfusi jaringan. Jaringan dalam zona ini berpotensi

diselamatkan. Tujuan utama resusitasi pada luka bakar adalah untuk

meningkatkan perfusi jaringan di sini dan mencegahnya ketika terdapat

kerusakan yang tidak dapat dipulihkan. Alasan tambahan — seperti

hipotensi, infeksi, atau edema yang berkepanjangan — dapat mengubah

hal ini zona menjadi area kehilangan jaringan lengkap.

c. Zona hiperemia — ini adalah jaringan zona terluar dimana perfusi

jaringan meningkat. Jaringan di sini akan selalu pulih kecuali ada sepsis

berat atau hipoperfusi berkepanjangan. Tiga zona luka bakar ini adalah

tiga dimensi, dan kehilang jaringan di zona stasis akan menyebabkan

pendalaman luka serta pelebaran. (jurnal patofisio)

13
Tingkat keparahan cedera mata termal adalah fungsi dari dosis termal dan

area permukaan kontak. Dosis termal dapat ditentukan oleh hubungan suhu-

waktu. Goldblatt et al. menjelajahi batas toleransi termal dalam model hewan,

dengan menerapkan batas tolerasi suhu panas dengan aplikasi dosis panas

(waktu x suhu) dan meneliti efek pada jaringan. Mereka menemukan bahwa

dosis panas 45˚ celsius tidak menyebabkan kerusakan kornea saat diterapkan

selama 15 menit, dan menghasilkan edema stroma transien ringan hanya bila

diterapkan selama 45 menit.

Paparan termal yang lebih tinggi menghasilkan kerusakan dengan

penghancuran total elemen seluler, edema masif dan disorganisasi stroma

pada suhu 59˚ celsius selama 45 menit. Derajat paparan panas ini

mengakibatkan degenerasi parah semua struktur dan nekrosis total dalam satu

minggu.

14
Cedera termal pada konjungtiva mungkin iatrogenik kadang-kadang mis.

setelah penggunaan teknik triple freeze-thaw selama pengangkatan tumor

konjungtiva. Respon termal termasuk

- Fase awal: Fase awal terdiri dari penghancuran jaringan.

- Fase reaktif interval.

- Masa perbaikan jaringan.

Cedera termal minor biasanya terbatas pada epitel konjungtiva. Migrasi

sel epitel perifer kemudian menyembuhkan luka tanpa jaringan parut. Cidera

yang lebih dalam melibatkan jaringan ikat stroma dan dapat menyebabkan

nekrosis koagulasi. Proses penyembuhan berlangsung lama dan dapat

menyebabkan jaringan parut yang signifikan. Penyembuhan luka yang tidak

normal dapat menyebabkan bekas luka hipertrofi yang menyerupai pembuluh

darah yang menyerupai vaskularis, tetapi biasanya tidak memiliki elastosis

stroma seperti yang terlihat pada pterigium. Bekas luka ini dapat merambah

pada permukaan kornea seperti pterygium. Penyembuhan luka yang

berlebihan juga dapat menyebabkan apa yang disebut granuloma piogenik.

Lesi yang tumbuh dengan cepat dan menonjol ini secara histologis ditentukan

oleh jaringan granulasi vascularised, edema, dengan sel-sel inflamasi yang

berlebih. Epitel lapisan dapat terkikis, dan granuloma piogenik dapat berdarah

sesekali.

Pada cedera termal pada kornea, luka bakar aktual ke permukaan jarang

terjadi, tetapi cedera biasanya sekunder akibat paparan, pengeringan, dan

15
infeksi karena luka bakar kelopak mata dalam dan, karenanya, dapat dicegah.

Pada luka bakar termal yang parah, ada kekeruhan kornea yang terkait dengan

kerusakan jaringan yang luas dan dalam. Kerusakan termal langsung pada

kornea menghasilkan penyusutan kolagen, dengan garis-garis stres yang

menonjol. Penyusutan ini mungkin cukup parah untuk membuat kornea

terdistorsi, yang mengarah pada menajamnya sumbu cedera yang paling

parah. Kerusakan kolagen mungkin sangat parah sehingga menghasilkan

ulkus kornea cepat yang berasal dari nekrosis likuaktif. Pecahnya bola mata

terlihat dalam kasus-kasus ekstrem. 9,10

G. KLASIFIKASI11

a) Luka Bakar Derajat Satu

Hanya epidermis kulit yang terlibat pada eritema kelopak mata ringan.

Edema pada kelopak mata dapat mengganggu pembukaan mata tetapi ini

hanya sementara. Tidak ada formasi blister. Cedera ini, meskipun

menyakitkan, sembuh biasanya dalam 7 hari tanpa adanya pembentukan

bekas luka residual. Sinar matahari yang parah adalah penyebab luka

bakar tingkat pertama yang paling umum

b) Luka Bakar Derajat Dua (Sebagian- Ketebalan Luka Bakar)

Seluruh kedalaman epidermis dan sebagian dermis terlibat Ini biasanya

lebih menyakitkan daripada luka bakar tingkat pertama. Tergantung pada

kedalaman penetrasi bisa lebih jauh, terbagi sebagai:

16
I. Ketebalan parsial superfisial: melibatkan epidermis dan dermis papiler

superfisial. Ada penampilan eritematosa pada kulit dengan

pembentukanlepuhan dan biasanya dikaitkan dengan edema. Menyembuh

dalam waktu 2 minggu dengan jaringan parut minimal atau tidak sama

sekali kecuali jika terinfeksi; dalam hal ini kedalaman kehancuran

jaringan dan inflamasi akan hasil dalam kursus klinis lebih mirip dengan

yang dalam luka bakar sebagian-tebal atau tingkat ketiga.

II. Ketebalan parsial dalam: ditandai dengan pucat dasar putih atau

berbintik-bintik di bawah lecet. Klinisnya tentu saja bervariasi dari

penyusutan jaringan minimal dan penyembuhan kulit yang baik dalam 1-

3 minggu apabila terdapat kontraktur yang signifikan maka perlu

dilakukan pelepasan dan prosedur grafting. Epitelisasi terjadi sekitar 14–

28 hari. Kontraktur dapat terjadi bahkan setelahnya epitelisasi terjadi

tetapi melambat. Luka bakar tingkat kedua yang dalam mungkin dapat

menjadi luka bakar tingkat ketiga jika ada perpanjangan avasculara di

zona transisi antara jaringan aktif dan jaringan tidak aktif.

c) Luka Bakar Derajat Tiga (Luka Bakar Ketebalan Penuh)

Ini melibatkan epidermis dan dermis serta semua elemen regeneratif. Ada

sedikit atau tanpa rasa sakit. Kulitnya kering dan kasar karena koagulasi

panas pada pembuluh kulit, jaringan yang terkena avaskular dan berwarna

putih. Penyembuhan hanya terjadi dari tepi dan dikaitkan dengan

kontraktur yang signifikan. Eksisi awal jaringan yang terkena dan

17
pencangkokan kulit hampir selalu diperlukan untuk mencegah komplikasi

sekunder.kornea

d) Luka Bakar Derajat Empat

Ini adalah luka bakar ketebalan penuh dengan kehancuran otot, tulang,

dan struktur vital yang mendasarinya. Luka bakar semacam itu

membutuhkan luas dan kompleks manajemen dan selalu menghasilkan

kontraktur parah dan kecacatan berkepanjangan.

Klasifikasi klinis dan prognosis pada Luka bakar mata (Ropers Scale)13

18
H. MANIFESTASI KLINIS9,12

Kornea dan Permukaan Okular

Kontak langsung cedera termal

a. Keratopati:

a) Spektrum berkisar dari punktata ringan / konfluen defek (mis.

Sebagian besar Cidera abu rokok) hingga limbitis berat dan

kekeruhan permanen, peleburan atau perforasi stroma (mis. dari

logam cair, yang mungkin membentuk cast pada lipat mata dan

globe ).

b) Gambaran yang terkait termasuk injeksi konjungtiva, iskemia

(mata mungkin menjdai putih), kemosis, nekrosis, dan katarak

(jika parah).

Konjungtiva

Konjungtiva dapat edema, mungkin karena luka bakar permukaan konjungtiva

dan paparan ringan. Keterlibatan konjungtiva palpebra dan bulbar dapat

menyebabkan pembentukan Symblepharon

Kelopak Mata

a) Luka superfisial (derajat pertama): umumnya disebabkan oleh terbakar

sinar matahari atau flash durasi pendek terbakar. Luka bakar kering

19
dengan edema dan tanpa lepuh; eritema dan nyeri sering terjadi;

menyembuhkan dalam ≤1 wk, disertai oleh kulit terkupas superfisial dan

tidak ada pembentukan parut (walaupun perubahan warna bisa terjadi)

b) Luka bakar sebagian (tingkat 2): penyebabnya termasuk terpapar durasi

yang lebih lama dan cedera api. Melepuh dan menangis pada kulit,

eritema yang intens, rasa sakit yang signifikan, dan sensitivitas suhu.

Sembuh dalam kurang lebih – 4wk, dengan sedikit jaringan parut, tetapi

perubahan pigmen umum terjadi.

c) Luka bakar dengan ketebalan penuh (tingkat 3): umumnya disebabkan

oleh bahan kimia, listrik, nyala api, dan luka bakar melepuh. Kulit tampak

kering, tidak fleksibel, dan kasar, dengan sedikit / tidak ada rasa sakit.

Menyembuhkan dengan sikatriks dan jaringan parut yang signifikan.

I. TATALAKSANA14

Pada evaluasi akut luka bakar wajah, leher, dan periokular, pengasuh medis

juga harus memperhatikan ada luka bakar inhalasi dan pengelolaan waktu

yang tepat. Untuk manajemen mata dan kelopak mata lokal, langkah-langkah

berikut harus diambil:

1. Irigasi dan pemindahan benda asing

Irigasi langsung merupakan hal yang sangat penting setelahnya luka

bakar kimia atau panas. Korban dinonaktifkan oleh blepharospasm refleks

yang parah. Pertolongan pertama awal melibatkan pembukaan kelopak

mata pasif dan irigasi yang efektif pada mata. Semua aspek konjungtiva

20
dan kornea harus diairi dengan membuat pasien melihat ke semua arah.

Ringer laktat adalah cairan yang paling ideal untuk irigasi karena memiliki

osmolaritas yang sama dengan aqueous humor. Air putih, air garam

normal adalah yang pilihan lain yang memiliki osmolaritas lebih rendah.

Karena air mudah tersedia di mana-mana, paling umum direkomendasikan

untuk irigasi. Setidaknya 500-1000 ml cairan irigasi selama 15 menit

harus digunakan (ANSI). Pada luka bakar termal, ia mendinginkan

permukaan mata dan menghilangkan zat peradangan apa pun dari mata.

2. Pelumasan okular untuk profilaksis

Gunakan air mata buatan dengan minimum empat kali Sehari dengan

salep di malam hari harus dimulai dalam waktu 24 jam dari luka bakar

untuk melawan efeknya dari lagophthalmos. Setiap luka sampai ke epitel

membutuhkan pemberian antibiotik topikal khususnya untuk menutupi

organisme gram negatif. Pseudomonas eruginosa adalah organisme yang

paling umum menginfeksi kornea dalam situasi ini. Anestesi topikal

diterapkan untuk mengurangi rasa sakit dan memfasilitasi irigasi di luka

bakar kimiawi.

3. Pemangkasan bulu mata

Bulu mata hangus dalam luka bakar kelopak mata termal harus dipangkas

dengan gunting halus untuk menghindari kemungkinan arang jatuh ke

mata dan memperpanjang ketidaknyamanan permukaan mata. Pisau

21
gunting harus ditutup dengan salep mata untuk mencegah bulu mata

dipotong dari jatuh ke dalam kantung konjungtiva.

4. Manajemen luka

Ujung kepala tempat tidur harus ditinggikan. Kelopak mata harus

dibersihkan dari puing-puing sesegera mungkin menggunakan kasa yang

direndam garam. Gunakan Lapisi tulle, silicon jaring nilon tertutup, atau

balutan alginate. Dressing lebih disukai dimana jarang memperberat luka

bakar dan untuk luka bakar lebih dalam. Pada luka bakar yang lebih

dalam, allograft dapat digunakan sebagai pembalut tanpa operasi

debridemen untuk memberikan perlindungan dan membantu

penyembuhan.

Luka bakar ringan tingkat pertama ringan tanpa kontraksi kelopak mata

diobati dengan salep antibiotik oftalmik topikal dan air mata buatan. Jika ada

pembengkakan dan kelopak mata yang signifikan, kompres dingin mungkin

diperlukan. Pada luka bakar derajat dua dan tiga dengan retraksi kelopak mata

yang signifikan menyebabkan lagophthalmos, selain pengobatan di atas, ruang

kelembaban atau oklusi selofan ditempatkan di atas mata yang dilumasi yang

mencegah kelembaban menguap dari permukaan mata. Jika tidak kulit yang

tersedia atau sekitarnya bertambah berat, sebuah jahitan tarsorrafi dapat

dilakukan. Meskipun ini bersifat sementara dan mungkin tidak mencegah

retraksi kelopak mata, dapat ditukar dengan perbaikan kelopak mata dengan

skin graft. namun dalam kasus yang jarang terjadi, itu mungkin satu-satunya

22
pilihan untuk perlindungan dunia. Di luka bakar tingkat ketiga yang parah

pada kelopak mata, bedah sayatan di atas luka bakar eschar untuk melepaskan

sikatriks ectropion diberikan dan sebagai tambahan, sebuah jahitan tarsorrafi

juga mungkin diperlukan

1. Prosedur bedah

a. Tarsorrhaphy Jahitan Sementara

Pada lagophthalmos dengan terbakar parah pada kulit kelopak mata,

jahitan tarsorrhaphy berguna dan efektif dalam membantu penutupan.

Jahitan tarsorrhaphy melibatkan melewati jahitan 4-0 (nilon, sutra,

vicryl) melalui busa melalui kelopak kulit 4 mm lebih rendah dari bulu

mata. Jahitan keluar dari kelopak bawah melalui garis abu-abu dan

kemudian melewati garis abu-abu dari tutup atas dan keluar melalui

jendela kulit 4 mm di atas bulu mata kelopak mata atas. Ujungnya

dilewatkan melalui lapisan lain dan diikat itu menarik kelopak mata

tertutup. Bantalan mengurangi peluang cheese wiring melewati

jaringan yang terluka

Modifikasi lain dari prosedur ini adalah "Gambarkan string

tarsorrhaphy" di mana jahitannya berada melewati kulit kelopak mata

bagian bawah terpisah 1 cm muncul melalui garis abu-abu yang lebih

rendah dari kelopak mata. Jahitan ini kemudian dilalui garis dari

kelopak mata atas muncul hanya di bawah alis berjarak sekitar 1 cm.

sebuah bantalan digunakan untuk mendukung kelopak mata bawah

23
membantu mencegah cheese wiring, dan jahitan mungkin dilewatkan

sehingga mereka muncul di pra-tarsal kelopak mata atas (bukan di

bawah alis) jika tidak luka bakar kelopak mata atas ada. Ini juga

penting untuk hindari melewati jahitan posterior ke garis abu-abu

untuk menghindari lecet kornea. Kedua jahitan berakhir dapat diikat ke

tingkat alis atau ditempelkan ke dahi menggunakan Steristrip. Inijenis

"draw-string" tarsorrhaphy jahit berlangsung

sekitar 2 minggu pada luka bakar kelopak mata yang parah

sebelum cheese wiring dan jahita perlu diganti.

Opsi lain yang lebih sederhana adalah penggunaan Frost. Ini sangat

berguna jika ada kulit yang sehat di alis atau pipi yang mana jahitan

beku dapat ditempel. Ini secara teknis lebih mudah daripada draw-

string tarsorrhaphy dan masih memungkinkan akses mudah untuk

pemeriksaan dan pengobatan.

b. Bedah Tarsorrhaphy

Sebuah tarsorrhaphy bedah akan tampak ideal di Tahap 2 minggu

ketika kontraktur kelopak mata terjadi. Tarsorrhaphy tampaknya tidak

mencegah

kontraksi luka di mana ektropion sikatrikial berada hadir. Kombinasi

tarsorrhaphy lateral dengan cangkok kulit menghasilkan hasil yang

baik. Ini dipertahankan

24
peningkatan lateral dan menyediakan suplai darah lebih lanjut ke

kelopak mata bawah jika pemendekan horisontal dilakukan pada saat

yang sama. Mengikuti sayatan garis abu-abu di margin kelopak mata

lateral, yang dimana kulit lamella posterior intra-marginal dihilangkan,

dan tarsoconjunctival kelopak mata atas dan bawah dijahit flap

menggunakan jahitan kasur vicryl 6-0 melalui tepi tarsal yang

dipotong di margin. Lamelar anterior (lapisan kulit dan otot) ditutup

dengan jahitan sutra kasur vertical menjauhi bulu mata dan didukung

dengan bantalan. Karena risiko untuk ectropion tetap ada selama

berbulan-bulan karena penyusutan kelopak mata persisten,

tarsorrhaphy harus tetap di tempatnya sampai bekas luka wajah

matang.

c. Prosedur Masquerade

Pada kelopak mata sangat rusak di mana peluruhan dapat terjadi dan

tidak ada kulit atau jaringan yang berdekatan ada, prosedur topeng

dapat dilakukan sebagai metode yang layak untuk menutup mata

sampai rekonstruksi lebih lanjut dapat dilakukan. Dalam prosedur ini,

semua jaringan nekrotik termasuk orbicularis dan margin kelopak mata

dieksisi, tutup konjungtiva dari sisa atas dan konjungtiva bulbar atau

kelopak mata bawah dimobilisasi dan dijahit bersama. Ini mencakup

permukaan anterior globe dengan epitel permukaan konjungtiva tarsal

atau bulbar. Sebuah graft kulit tebal kemudian diterapkan untuk

25
menutupi seluruh area kelopak mata, menyisakan celah kecil secara

hidung dan drainase sementara untuk air mata. Flap dengan ketebalan

penuh ini dibagi secara horizontal sekitar 1-3 bulan kemudian untuk

membuat yang baru pada margin kelopak mata. Eversi kelopak mata

sedikit mungkin berkembang, bersama dengan masalah kekakuan,

ptosis, dan variabel lagophthalmos; namun demikian kelopak mata

umumnya berfungsi normal dan, lebih Yang terpenting, mampu

menutupi permukaan okular.

d. Split Dermal Graft ketebalan

Di hadapan kornea besar dan skleral cacat, di mana flap konjungtiva

mungkin sulit untuk dilkukan, alternatif penggunaan ketebalan split

cangkok dermal dilaporkan oleh Mauriello. Graft dipanen dari paha

setelah dibesarkan lipatan epidermis tipis yang berengsel. cangkok

tipis dermal kemudian dapat diambil dari

terkena dari dasar kulit, orientasi permukaan graft. Epidermis flap

kemudian berlubang dan ditutup. Tersisa epitel kornea dihilangkan

dengan pisau, dan cangkok ditempatkan pada cacat dan dijahit dengan

10-0 jahitan nilon ke sklera sehat dan dengan 7-0 poliglaktin ke

konjungtiva.

e. Tenonplasty

Dengan tidak adanya flap konjungtiva terdekat, dapat dilindungi oleh

prosedur ini. Ini melibatkan pembedahan lapisan Tenon, kemajuan

26
anterior, dan menjahit ke ararh limbus. Ini memberikan vaskularisasi

dan promosi epitelisasi kornea.

f. Cangkok kelopak mata

Pada tahap awal perawatan luka bakar besar, prioritas dapat berarti

luka bakar di tempat lain. Bahkan, mungkin ada sedikit skin graft yang

tersedia.

Selain itu, pasokan darah yang baik, kelopak mata berlebihan kulit,

dan kulit yang layak dicampur dengan luka bakar yang dalam dapat

membantu menghindari kontraktur dalam 2-3 minggu pertama

Cangkok kelopak mata bila diterapkan pada tahap akut harus diulang

beberapa kali sebagai graft kulit split akan berkontraksi terhadap

cangkok ketebalan penuh. Namun, jika cangkok kulit tebal diterapkan

ketika semua reaksi terhadap luka bakar telah mereda, satu tahap

cangkok akan cukup sebagai efek dari kontrak bekas luka dari jaringan

yang berdekatan diminimalkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Djelantik AS., Andayani A., Widiana GR., The Relation of Onset of Trauma

and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Ophtalmology. Universitas

Udayana. 2010

2. Khatry SK., et al. The Epidemiology of Ocular Trauma in Rural Nepal. World

view. Ophtalmol. 2004

3. Cao H., Li L., Zhang M., Epidemiology of Patients Hospitalized for Ocular

Trauma in the Chaoshan Region of China 2001-2010. Medical College of

Shantou. China. 2012

4. Mashige K., Chemical and Thermal Ocular burns : a Review of Causes,

Clinical Features and Management Protocol. Review. University of

KwanZulu-Natal. South Africa. 2016

5. Lihat dulu

6. Sjamsuhidajat & de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4 volume 1.Jakarta:

EGC. 2017

7. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New Age

International : New Delhi. 2007

28
8. Sukartini et al. Karakteristik Pasien Trauma Okuli di RSUP Sanglah Denpasar

Pada Bulan Juli 2011-Februari 2015. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana. Denpasar. 2016

9. Anonymous. Thermal Injury to the Eye. National Health Portal. 2016.

https://www.nhp.gov.in/disease/eye-ophthalmology-/thermal-injuries-to-the-

eye

10. Hettiaratchy S. & Dziewulski P., Pathophysiology and Types Of Burns.

Review. BMJ Vol. 328. 2004

11. Mukherjee B. & Yuen H., Emergency of The Orbit and Adnexa. Springer.

India. 2017

12. Denniston AK. & Murray P. Oxford Handbook of Ophthalmology. Third

Edition. United Kingdom. 2014

13. Kuckelkorn R. et al. Emergency Treatment of chemical and thermal eye

burns. Department of Ophtalmology. Germany. 2002

14. Sarabahi S. Kanchana K. Management of ocular and periocular burns. Article.

Departement of Burns and Plasctic Surgery. Medical Center. India. 2019

29

Anda mungkin juga menyukai