PENDAHULUAN
Scabies pertama kali dilukiskan di Old Testment oleh Aristoteles. Nama Sarcoptes
scabei berasal dari lukisan Yunani “sarx” yang berarti daging dan “koptein” yang berarti
irisan/potongan, serta dari bahasa Latin “scabere” yang berarti garukan(1). Penyakit scabies ini
dikenal dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo2. Penyakit kulit scabies merupakan
penyakit yang mudah menular. Scabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak
langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit
penderita, misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Sedangkan kontak
tidak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk,
bantal, dan lain –lain(2). Penyakit kulit scabies merupakan penyakit yang mudah menular.
Penyakit ini dapat di tularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung
(KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892
penderita skabies dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -14 tahun) sebesar
54,6% serta penderita berjenis kelamin laki -laki lebih banyak daripada perempuan yakni
sebesar 63,4%. Dibeberapa negara termasuk Indonesia penyakit scabies ini mulai meraja
lelah kembali. Awalnya penyakit scabies ini merupakan penyakit tentara jepang pada jaman
gestapu ( gerakan 30 September) sehingga penyakit scabies ini disebut juga penyakit gestapu.
Selain itu juga didapatkan info terbaru berupa scabies Norwegia yang telah dilaporkan oleh
dinas kesehatan mengindikasikan bahwa penyakit scabies telah meningkat dibeberapa daerah
Norwegia4. Menurut Depertement Kesehatan RI prevalensi scabies di Indonesia mencapai
Kutu ini membuat liang terowongan pada stratum corneum dan melanjutkan siklus
hidupnya di sana. Banyak obat-obatan, terutama dari golongan insektisida, yang digunakan
dalam terapi scabies pada abad ke-20. Namun, kebanyakan dari obat-obatan ini bersifat
toksik. Akhir-akhir ini, adanya resistensi terhadap obat yang sudah ada sebelumnya, derajat
keparahan penyakit, dan reaksi lanjut dari obat-obatan telah mendorong perkembangan
strategi pengobatan dan antiektoparasit baru untuk manajemen yang lebih optimal.(7)
Dari permasalahan yang ada diatas, maka dalam makalah ini akan membahas
Banding, Tatalaksana, dan Prognosis dari Scabies Norwegia pada BAB II Tinjauan Pustaka,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kutu Sarcoptes scabiei var hominis.(6) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung
dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian
2.2 Epidemiologi
Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
Studi yang dilakukan oleh Downs et al. dengan data-data yang dikumpulkan di
Inggris antar tahun 1967 dan 1996 menunjukkan insiden yang tinggi pada akhir
tahun 1960-an dan 1970-an, kemudian menurun pada tahun 1980-an, dan kembali
meningkat pada tahun 1990-an, dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan
pada area urban, di sebelah utara Inggris, lebih banyak pada wanita dan anak-
anak, dan frekuensi yang lebih banyak pada musim dingin dibandingkan dengan
pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga menemukan adanya variasi
musim ini.(9) Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).(10)
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
dapat menyerang semua umur, dan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini
kelompok ras yang rentan, yang mungkin lebih berhubungan dengan kebiasaan
dan faktor sosial daripada faktor kerentanan yang melekat. Populasi yang padat,
yang umum terjadi di negara-negara terbelakang dan hampir selalu terkait dengan
kemiskinan dan faktor kebersihan yang buruk, juga ikut mendorong penyebaran
scabies.(9)
2.3 Etiologi
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat
kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat.(10)
Gambar 1 : Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei (dikutip dari kepustakaan 8)
2.4 Patogenesis
harinya. Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan
bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di
dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah
pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah
kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara
bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau
pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur
kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa feses
(skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi iritan dan
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies, bersama
dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari
kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil
kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala yang
timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-ke-
kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
lainnya sangat langka tetapi mungkin terjadi pada Norwegian scabies (misalnya,
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal
terasa lebih hebat pada malam hari.(6,9) Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi
gelisah.(13)
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
individu lain.(13)
c. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul
depan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada
areola wanita.(6) Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik
pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis
dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm,
kepustakaan 4 )
Gambar 6 : distribusi makro lesi primer scabies pada anak (dikutip dari
kepustakaan 4 )
d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan
ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat
ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada
umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.(13)
jarum steril, tungau ini mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan
tangan dan lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada
kepustakaan 13)
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang
sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (13)
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit
eritematous keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan
eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama
pada telapak tangan dan jari. (3) Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah.(13) Lesi yang timbul dalam
bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal.
dermatits atopik atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga
c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus
skabies dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang
sangat gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada
genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan,
dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun
dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu
bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula disertai
kuku distrofik bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat
ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign. (13) Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril yang bertujuan
di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah
mikroskop.(13)
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
kanalikuli.(13)
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang berguna
dapat menjadi alat yang berguna dalam mendiagnosis scabies secara in vivo.
Alat ini dapat mengidentifikasi struktur bentuk triangular atau bentuk-V yang
diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh tungau, termasuk kepala dan kaki.
nodular.(7,10,11)
kepustakaan 13)
tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih area
tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan serangga saja
sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel.(3,8)
2. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara histologi
dalam beberapa kasus, faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu
sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau akibat dari
2.7 Penatalaksanaan
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela
jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga.
Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus
diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap
beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan
menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin
ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid
yang lengkap.(3)
2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang
3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam
5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa
a. Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik. obat
akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin.
Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam,
digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu
menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal.
Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25
M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya
salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni
mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari
berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan
massal.(11,13)
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen
sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid.
Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil
dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian
pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.(13)
c. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan
bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau
skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada
usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara
kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan
dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk
bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini
untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-
tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual,
Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah
diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah
mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian
dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila
skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan
terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai
efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil. (7)
f. Ivermectin
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo
parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
g. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
h. Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian
tinggi.(7)
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies berkrusta
skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut
dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di
bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika
dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum
Skabies nodular merupakan salah satu karakteristik skabies yang kronik mengenai
beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla. Skabies seperti ini ditangani
Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral khususnya eritromisin.(13)
6. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang secara
karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti skabies yang
adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan
aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu,
dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.
(13)
5% hari. B.
Benzoat wajah
10%
resisten.
Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat bertahan dan
dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi eksematous. Pasien dapat diobati dengan
pengobatan eksema biasa dengan emolien dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa
topikal crotamiton sering membantu jika kulit gatal dengan hanya sedikit reaksi peradangan.
Pasien harus disarankan bahwa erupsi dari skabies membutuhkan waktu untuk proses
penyembuhan dan sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan skabisid yang berlebihan. (3,10)
2.8 Komplikasi
tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder, yang sering disebabkan
Beberapa laporan kasus didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat scabies, dan satu kasus
ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral, tergantung
tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada
KESIMPULAN
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh kutu
Sarcoptes scabiei var homini. Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda, tetapi dapat menyerang semua umur, dan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Kutu scabies betina menggali
terowongan pada stratum corneum dengan kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3
telur-telurnya setiap harinya. Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk
meluas dari beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas
ke lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi
dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang
tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Norwegia skabies merupakan skabies berat
ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa krusta dan hiperkeratosis dengan tempat
predileksi pada kulit kepala berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat
pula disertai kuku distrofik bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat
ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita
yang mengalami gangguan fungsi imun misalnya AIDS, penderita gangguan neurologik dan
retardasi mental. Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. Investasi
skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies, jika diobati dengan
benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan eksema akan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hicks, M.I., Elston, D.M. Scabies, Dermatologic Therapy. 2009; 11:22/279-292.
2. Handoko, R.P. Skabies, Di Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (editor), Ilmu
Hill
7. wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of clinical
K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 7th ed. United state of America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.
11. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ, Tennenhouse JD,
Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An Illustrated Guide: Humana Press;
2006. p. 105-11
12. Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New England J Med.