Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS

MASTOIDITIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Radiologi RSUD Temanggung

Disusun oleh :

Lovina Hana Savitri

20150310128

Pembimbing :

dr. Nida’ul Khasanah., Sp.Rad, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
A. Pengalaman
Pasien perempuan 56 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kiri
dan tenggorokan terasa sakit dan panas sejak setengah bulan sebelum datang ke RS.
Pasien merasakan kurangnya pendengaran yang mengganggu aktivitas. Demam (-),
epistaksis (-), mual (-), muntah (-), keluhan BAB dan BAK (-). Riwayat mengalami
hal yang serupa sebanyak 3x namun membaik jika minum obat dari dokter dan
memberat jika obat sudah habis. Riwayat penyakit keluarga terjadi pada adik pasien
yang telah menjalani operasi 3 tahun yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dokter
menegakkan diagnosis kerja OMSK-mastoiditis kronis sinistra dengan diagnosis
banding cephalgia. Rencana selanjutnya untuk pasien yaitu dilakukan operasi
mastoidektomi. Pasien disarankan rawat inap selama 6-7 hari.

B. Masalah yang dikaji?


1. Apa yang dimaksud dengan mastoiditis?
2. Sebutkan klasifikasi dari mastoiditis!
3. Bagaimana anatomi mastoid?
4. Apa saja etiologi mastoiditis?
5. Apa saja manifestasi klinis mastoiditis?
6. Bagaimana patofisiologi mastoiditis?
7. Bagaimana penegakan diagnosis mastoiditis?
8. Apa saja indikasi dan tujuan dilakukan mastoidektomi?

C. Pembahasan
1. Definisi
Mastoiditis adalah suatu peradangan pada rongga
mastoid dari tulang temporal yang berasal dari
infeksi bagian telinga tengah. Mastoiditis dapat
disebabkan dari komplikasi otitis media supuratif
kronis.

Gambar 1. Penampang Mastoiditis

1
2. Klasifikasi dari mastoiditis menurut Brunner & Sudddert, 2000, antara lain:
a. Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis
media akut suppurative.
b. Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit
telinga kronis.
c. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
d. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di
organ tubuh yang lain

3. Anatomi Mastoid
Rongga mastoid berbentuk seperti segitiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa
kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater dan pada dinding anterior
mastoid terdapat aditus ad antrum.

Gambar 2. Anatomi Telinga Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah

Antrum mastoid dan tuba eustachii adalah daerah yang berdekatan dan secara
langsung terhubung dengan telinga tengah karena tidak memiliki membran pembatas.
Area mastoid yang berada di dekat telinga tengah adalah antrum mastoid yang
merupakan kavitas yang terisi dengan sel-sel mastoid yang berisi udara di sepanjang
pars mastoideus dari tulang temporal, termasuk bagian prossessus mastoideus.
Antrum mastoid berhubungan dengan resessus epitimpanika pada bagian posterior

2
melalui aditus. Antrum mastoid juga berbatasan dengan fossa kranial media hanya
oleh tegmen timpani. Membran mukosa yang melapisi sel udara mastoid
bersambungan dengan membran mukosa yang melapisi telinga tengah. Oleh karena
itu, otitis media dapat dengan mudah menyebar ke area mastoid.

4. Etiologi Mastoiditis
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis yang berkembang menjadi
mastoiditis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditorius eksterna. Selain itu
bakteri yang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachii saat infeksi saluran nafas
atas. Rendahnya daya tahan tubuh penderita juga mengakibatkan terjadinya nekrosis
jaringan akibat toxine necrotic yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi
perforasi pada membran timpani. Terapi antibiotic yang tidak adekuat juga menjadi
factor predisposisi mastoiditis.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari mastoiditis adalah nyeri telinga bertambah parah pada
malam hari, otore (keluar cairan dari dalam telinga), demam, nyeri tekan daerah
mastoid, sakit kepala, penurunan pendengaran, kemerahan dan penebalan sekitar
prosesus mastoideus, perforasi membran timpani mengeluarkan banyak secret, serta
membrane timpani hiperemis dan bulging.

6. Patofisiologi Mastoiditis
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Pada gangguan ini
biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh
infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negatif di telinga tengah.
Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan terjadi refluks
sekresi esophagus secara normal yang bersifat steril. Bakteri masuk melalui tuba
eustachii akibat kontaminasi sekret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk
telinga tengah bila ada perforasi membran timphani. Eksudat purulen biasanya ada
dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

3
7. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesa
Pada anamnese didapati keluhan pasien : demam, malaise, keluarnya cairan dari
dalam telinga (otore) kuning kental berbau, kurang dengar, bengkak dan nyeri di
belakang telinga,
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan otoskopi, akan terlihat tanda-tanda dari otitis media akut atau
subakut dengan atau tanpa perforasi membran timpani. Dinding posterior dari
meatus akustikus eksternus dapat menjadi eritematous dan membengkak (dinding
posterior kanal menurun).
3) Pemeriksaan Radiologi
a. CT-Scan mastoid akan terlihat sel udara mastoid dan ruang telinga tengah
terlihat berawan, serta memperlihatkan erosi pada struktur tulang mastoid.

Gambar 4 dan 5. Potongan Axial CT-Scan Kepala Bone Window

b. Foto polos mastoid proyeksi lateral dengan posisi prone atau erect
menghadap kaset, IPL tegak lurus dengan bidang kaset dan MSP tubuh diatur
sejajar garis tengah kaset, daun telinga dilipat ke depan dan diplester, beri
tanda pada titik 2,5cm diatas processus mastoid. Letakkan pipi pasien sisi
yang difoto pada titik tengah kaset dan kepala dirotasikan ke arah sisi yang
tidak diperiksa sehingga infraorbitomeatal line (IOML) tegak lurus film.

4
Gambar 6 dan 7. Foto Polos Kepala Posisi Lateral
Gambaran foto mastoid :
o Air cell mastoid tampak di posterior dari petrous ridge
o Temporomandibular joint tampak di anterior dari petrous ridge
o Kolesteatoma tidak tampak
o Meatus akustikus eksternus normal
o Temporomandibular joint normal
c. Audiometri (bila perlu)
d. MRI (bila perlu)

Gambar 8. Potongan Axial Pada MRI Kepala


(a) Gambar T2W dalam orientasi aksial; (b) aksial kontras ditingkatkan
gambar T1W dengan saturasi lemak; (c) DWI (b¼ 1000). Akumulasi cairan
dengan peningkatan kontras difusi perifer dan terbatas terlihat pada mastoid kanan
(panah putih). Sebaliknya, mastoid kiri normal berisi udara (panah merah).

5
Abses perisinus (panah putih) terlihat pada (a) T2W
aksial dan (b) aksial T1W, saturasi lemak yang
ditingkatkan dengan kontras. Fase kontras
angiografi (c) menunjukkan kompresi sinus sigmoid
yang disebabkan oleh abses perisinus. Gambar T1W
yang ditingkatkan kontras koronal (d) menunjukkan
abses subperiosteal pada pasien yang sama (panah
merah).

Gambar 9. MRI Kepala

D. Kesimpulan
Mastoiditis adalah suatu peradangan pada rongga mastoid dari tulang temporal
yang berasal dari infeksi pada bagian telinga tengah dan komplikasi dari otitis media
supuratif kronis. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu CT-Scan, foto polos
mastoid dan MRI.

E. Dokumentasi
1. Identitas
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 tahun
Alamat : Dusun Wunut
Tanggal masuk RS : 3 Juli 2019
No. RM : 00285995

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Telinga kiri dan tenggorokan terasa nyeri dan panas.

6
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan 56 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga
kiri dan tenggorokan terasa sakit dan panas sejak setengah bulan sebelum datang
ke RS. Pasien merasakan kurangnya pendengaran yang mengganggu aktivitas.
Demam (-), epistaksis (-), mual (-), muntah (-), keluhan BAB dan BAK (-).
Riwayat mengalami hal yang serupa sebanyak 3x namun membaik jika minum
obat dari dokter dan memberat jika obat sudah habis. Riwayat penyakit keluarga
terjadi pada adik pasien yang telah menjalani operasi 3 tahun yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dokter
menegakkan diagnosis kerja OMSK-mastoiditis kronis sinistra dengan diagnosis
banding cephalgia. Rencana selanjutnya untuk pasien yaitu dilakukan operasi
mastoidektomi. Pasien disarankan rawat inap selama 6-7 hari.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengalami gejala penyakit hilang timbul selama 2 tahun
Riwayat alergi disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengalami riwayat penyakit serupa
Riwayat alergi disangkal
e. Riwayat Penyakit Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan kondisi ekonomi cukup rendah.

3. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik lemah
Kesadaran : Kompos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- SpO2 : 100%
- Suhu : 36,5 oC

7
Penilaian nyeri
- VAS : 4 (sedang)
- Lokasi : Belakang telinga kiri
- Deskripsi nyeri : Berdenyut, terus menerus, sekali muncul >30 menit
- Faktor memperberat : Gerakan
- Faktor memperingan : Aktivitas dikurangi
Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening -/-, nyeri tekan leher dan belakang
telinga +
Thorax
Pulmo : Inspeksi : Gerakan respirasi simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : BJ1-BJ2 reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus 14x/menit dbn
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani seluruh perut
Ekstremitas
Superior : akral dingin -/-, oedem -/-, CRT < 2 detik, nyeri -
Inferior : akral dingin -/-, oedem -/-, CRT < 2 detik, nyeri –

8
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Satuan Angka Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.8 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 40 % 35-47
AL 5.1 10^3/ul 3,6-11,0
Eritrosit 4.68 10^6uL 3,80-5,20
Trombosit 213 10^3/ul 150-440
MCV 84.4 Fl 80-100
MCH 29.5 Pg 26,0-34,0
MCHC 34.9 g/dL 32,0-36,0
Hitung Jenis
Eosinofil 2.0 % 2-4
Basofil 0.4 % 0-1
Netrofil 45.4 % 50-70
Limfosit 45.7 % 25,0-40,0
Monosit 6.5 % 2,0-8,0
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu 89 mg/dL 70-140
Ureum 31.4 mg/dL 10,0-50,0
Kreatinin 0.92 mg/dL 0,60-1,20
Imunologi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif Non
Anti HIV Non Reaktif Reaktif

9
 Pemeriksaan Radiologi Foto Polos Mastoid Towne’s dan Water’s Position

Gambar 10. Foto Polos Mastoid Pasien


Deskripsi
 Tidak tampak erosi pada sistema tulang
 Tampak gambaran radioopak homogen pada antrum mastoid bilateral
 Terlihat sedikit perselubungan radiolusen pada dorsal antrum mastoid

Kesan
 Mastoiditis bilateral

8. Indikasi dan Tujuan Mastoidektomi


Tindakan pembedahan diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan
antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomi dilakukan untuk menghilangkan sel-
sel tulang mastoid yang terinfeksi dan untuk mengalirkan nanah. Beberapa struktur
telinga bagian tengah (incus dan malleus) dan dilakukan tympanoplasti yang
merupakan pembedahan rekonstruksi telinga bagian tengah untuk memelihara
pendengaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bull PD. Lecture Notes on Disease of The Ear, Nose and Throat. 9th ed. India: Blackwell Science
Ltd; 2002.

Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ivan Platzek, Hagen H, V Gudziol. Magnetic Resonance Imaging in Acute Mastoiditis. 2014.
Available from: https://www.semanticscholar.org/paper/Magnetic-resonance-imaging-in
acute-mastoiditis-Platzek-Kitzler/1805f9e802bc35bc3dbaa1d99ea8172ec6327906

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A Step by Step Learning Guide. New
York: Thieme; 2006.

Standring S. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th ed. Spain:
Elsevier; 2008

Vorvick LJ. Mastoiditis. [Online]. 2012 August 30 [cited on 2014 August 10]. Available from:
URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003016.htm

11

Anda mungkin juga menyukai