TRAUMA OKULI
(RUPTUR KORNEA dengan PROLAPS IRIS dan RUPTUR SKLERA EX
CAUSA TRAUMA TUMPUL)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang
Oleh:
30101206587
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
TRAUMA OKULI
(RUPTUR KORNEA dengan PROLAPS IRIS dan RUPTUR SKLERA EX
CAUSA TRAUMA TUMPUL)
Disusun oleh:
30101206587
Dosen Pembimbing,
Nama : Nn. KZ
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Keluhan utama :
Pasien konsulan dari bagian ortopedi datang ke poli mata RST dr Soedjono pada tanggal
24 Oktober 2016 dengan keluhan mata sebelah kanan kabur sejak 4 hari yang lalu. Pada 4
hari yang lalu pasien jatuh terbentur aspal ketika mengendarai sepeda motor dengan
temannya dan tidak memakai helm. Saat jatuh pasien tidak sadarkan diri dan kemudian
dibawa ke UGD RST. Pasien dirawat di bangsal Edelweis dan dilakukan operasi paha
kanan pada 21 oktober 2016. Pasien mengeluhkan bengkak pada kelopak mata kanan,
penglihatan berkurang dan cairan bening dari mata kanannya. Keluhan pada mata kanan
silau (-) nyeri (-), gatal (-), lodok (-). Pada mata kiri pasien tidak terdapat keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma tumpul : diakui, jatuh dari motor pada 4 hari lalu dan
Pasien sebagai pelajar SMA berobat tidak menggunakan BPJS/ asuransi lainnya.
A. STATUS GENERALIS
- Extremitas :
Tampak bekas operasi fraktur 1/3 femur dextra
Superior Inferior
Follow up 24 Oktober 2016 : Pasien mengajukan APS karena alasan tidak ada biaya
B. STATUS OFTALMOLOGI
Status Ophthalmicus
SKEMA
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Superior
Edema
Hematom
Hiperemi
Entropion
Ektropion
Silia (+) -
(+) -
- -
Ptosis
- -
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- -
Palpebra Inferior -
- -
Edema - -
Hematom - -
- Trikiasis (-)
Hiperemi
Entropion Trikiasis (-)
Ektropion -
Silia -
Ptosis
Konjungtiva
-
Injeksi konjungtiva -
Injeksi siliar +
- -
Sekret -
Perdarahan
-
subkonjungtiva -
Bangunan
-
patologis - -
-
Semblefaron
-
Jaringan
-
Fibrovaskuler
Sklera
Perdarahan -
-
Kornea
Mengkilat - -
Edema
Ulkus + -
Sikatrik
- -
Ruptur - -
- -
Iris
Pupil
Corpus Vitreum
Funduskopi
-
Tidak dapat dinilai
-
TIO (Palpasi) Menurun Tidak meningkat
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG Mata
V. DIAGNOSIS BANDING :
Oculus dexter
OD Ruptur Sklera
a. OD Rupture sclera (Open Globe Injury) dipertahankan karena terdapat trauma
tumpul yang berkaitan dengan luka yang sampai menembus seluruan lapisan dinding
dari sklera dan kornea
b. OD Laserasi sclera (Open Globe Injury) disingkirkan karena tidak terdapat riwayat
trauma luka pada mata akibat benda tajam.
c. OD Kontusio sklera (Close Globe Injury) disingkirkan karena terdapat luka akibat
trauma tumpul yang menembus lapisan kornea dan sklera
d. OD Laserasi Lamellar konjungtiva bulbi (Close Globe Injury) disingkirkan karena
terdapat luka yang menembus lapisan kornea dan sklera (Full thickness wound)
VI. DIAGNOSIS KERJA :
- OD ruptur kornea dan ruptur sklera dengan prolaps iris ex causa trauma tumpul
VII. TERAPI :
OD Ruptur kornea
Non Medikamentosa : Balut mata kanan dengan kasa, pada partial-thickness corneal
laceration digunakan lensa kontak sebagai pelindung luka.
Medikamentosa :
Oral : -
Topikal : pada partial-thickness corneal laceration antibiotik topikal
Antibiotik (Ciprofloxacin / Baquinor 1-2 dd 4 gtt OD) dan siklopegik
topikal(Atropine 0,5%,1% ; tropicamide 1%) untuk mengurangi spasme siliar
sehingga nyeri berkurang
Parenteral : -
Operatif : . Jika COA tidak bertambah dalam atau kebocoran luka tidak
menutup dalam 48 jam, maka dilakukan penutupan luka dengan jahitan atau
lem jaringan (cyanoacrylate). Untuk ukuran defek <5 mm : autograf lamellar,
>5 mm : graf full-thickness patch. Kedua teknik ini membutuhkan donor
kornea.
OD Prolaps iris
Non Medikamentosa : Balut mata kanan dengan kasa
Medikamentosa :
Oral : -
Topikal : Antibiotik Ciprofloxacin / Baquinor 1-2 dd 4 gtt OD
Parenteral : Antibiotic secara intravena dapat diberikan pada kasus yang
berat atau massif untuk menghindari penyebaran infeksi intraocular,
sementara tetaus toxoid dapat pula diberikan tergantung dari riwayat
imunisasi pasien dan jenis dari lukanya
Operatif : Tindakan bedah (reposisi iris) dilakukan ketika konjungtiva
tidak dapat melindungi atau menutupi prolaps iris.
OD Ruptur Sklera
Non Medikamentosa : Balut mata kanan dengan kasa
Medikamentosa :
Oral : -
Topikal : Antibiotik Ciprofloxacin / Baquinor 1-2 dd 4 gtt OD
Parenteral : Antibiotic secara intravena dapat diberikan pada kasus
yang berat atau massif untuk menghindari penyebaran infeksi
intraocular, sementara tetaus toxoid dapat pula diberikan tergantung
dari riwayat imunisasi pasien dan jenis dari lukanya
Operatif : Jahit Sklera
VIII. KOMPLIKASI
Ruptur Kornea
Komplikasi sebelum operatif:
Ruptur Sklera
Komplikasi sebelum operasi ;
a. Perdarahan di korpus vitreum
b. Keluarnya isi bola mata
c. Infeksi
d. Ablasio retina
IX. PROGNOSIS
X. Rujukan
Dalam kasus ini dilakukan rujukan balik ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya karena dari
pemeriksaan klinis ditemukan kelainan yang berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya yaitu post fraktur femur .
XI. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa adanya robekan pada bagian mata kanan pasien
yang harus dioperasi agar tidak terjadi kerusakan pada mata yang lebih lanjut.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa tujuan operasi bukan untuk mengembalikan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkan kehilangan mata. Macam-macam trauma pada mata
a. Trauma mekanik
- Trauma tumpul
- Trauma tajam
b. Trauma fisik
c. Trauma kimia
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain 9,10
A. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak
mata atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor
akueus dapat keluar dari mata.
B. Memar pada sekitar mata
Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra.
Hematoma pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis
kranii.
C. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak
Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama
terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupun
segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulsi
nervus optikus.
D. Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya
pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
E. Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal
injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula
ditemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
F. Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra.
Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
G. Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan
nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
H. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen
anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat benda
asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah satu
mekanisme perlindungan pada mata.
I. Fotopobia
Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya
benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada
segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi
tidak teratur, hal ini menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien
trauma mata adalah lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat
mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.
TRAUMA MEKANIK
TRAUMA TUMPUL
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak
keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras atupun lambat.
Hematoma Kelopak
Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat
pecahnya pembuluh darah palpebra. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai
kedua kelopak (berbentuk kaca mata hitam), maka keadaan ini disebut hematoma kaca
mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat, terjadi akibat pecahnya
arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Jika a. oftalmika maka darah
akan masuk ke dalam kedua rongga orbita malalui fisura orbita. Darah tidak dapat
menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak mata sehingga terbentuk gambaran
hitam pada kelopak mata.
Penatalaksanaan :
Pada hematom kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk
mempermudah absorbsi darah dapat dilakukan kompreshangat pada kelopak.
Trauma Tumpul Konjungtiva
o Hematoma subkonjungtiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah
ini dapat akibat batuk rejan, trauma basis kranii (hematom kaca mata) atau pada
keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah (pada usia lanjut, hipertensi,
arteriosklerose, konjuntivitis, dan anemia).
Pengobatan dini pada hematom subkonjungtiva adalah dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsornsi dalam 1-2 minggu
tanpa diobati.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan ini yang mengindikasikan
adanya benda asing intraokuler adalah : perdarahan subkonjungtiva, jaringan parut
kornea, lubang pada iris, dan gamabaran opak pada lensa. Dengan medium yang jernih,
seringkali benda asing intraokuler dapat terlihat dengan oftalmoskopi pada corpus
vitreous atau bahkan pada retina. Benda asing yang terletak pada bilik mata depan dapat
terlihat melalui gonioskopi.9
B. X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat diperlukan untuk
menentukan lokasi benda asing intraokuler disebabkan sebagian besar benda yang
menembus bola mata akan memberikan gambaran radiopak.9
C. Lokalisasi benda asing intraokuler perlu dilakukan untuk melakukan penatalaksanaan
berupa penyingkiran benda asing secara tepat, pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa :
9,10
DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis yang tepat diperlukan untuk menganalisa bagaimana proses trauma yang
dialami, jenis benda yang mengenainya yang akan bermanfaat dalam mengarahkan pemeriksaan
oftalmologi dan penunjang selanjutnya. Jika terdapat riwayat trauma oleh benda berkecepatan
sangat tinggi atau jika terdapat pecahan logam atau kaca dalam proses trauma maka diangosa
trauma okuli penetrans sudah hampir dapat dipastikan.5,9
Dalam anamnesis adalah keharusan untuk menanyakan waktu, mekanisme, dan lokasi
trauma. Jika terdapat trauma penetrasi, perlu diidentifikasi kekuatan dan jenis material yang
menimbulkan trauma; material organik lebih cenderung menyebabkan infeksi, sedangkan materi
logam lebih cenderung menyebabkan reaksi. Riwayat penyakit mata sebelumnya perlu digali
lebih lanjut, seperti gangguan visus sebelum trauma, dan riwayat pembedahan pada mata
sebelumnya.Penggunaan pelindung mata saat trauma pun perlu ditanyakan guna menilai
seberapa berat trauma yang ditimbulkan.5,9
Lokasi
Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata melewati kornea dan sklera dapat
ditemukan pada beberapa lokasi seperti :5,9
Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing intraokuler seringkali tertanam di
bagian bawah. Benda asing kecil dapat tersembunyi di sudut dari bilik mata depan, dan hanya
dapat terlihat dengan pemeriksaan gonioscopy
Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan terperangkap dalam stroma.
Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di belakang iris setelah masuk masuk
melalui mata atau setelah membuat lubang pada iris.
Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan anterior atau di dalam lensa. Gambaran
opak atau lensa yang menjadi katarak dapat terlihat.
Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke dalam lapisan korpus vitreous.
Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh akses ke struktur-struktur ini
melalui kornea atau langsung melalui perforasi pada sklera.
Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata kadang-kadang menyebabkan
perforasi ganda dan menempati jaringan lain dalam orbita.
PENATALAKSANAAN
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus segera
mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti 3,4,6:
Infeksi
Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika
Pada setiap tindakan bertujuan untuk :
Mempertahankan bola mata
Mempertahankan penglihatan
PROGNOSIS
Prognosis dari trauma oculi bergantung pada :4,5
Visus awal penderita
Mekanisme trauma
Ukuran luka
Zona trauma
Ada tidaknya perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous)
Disertai atau tanpa endoftalmitis
Prolapsus uvea
Adat tidaknya retinal detachment
Lokasis benda asing
Jenis benda asing yang tertinggal
Lama waktu dalam pengeluaran benda asing
Dilakukan ataupun tidak dilakukannya vitrektomi pars plana.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul setelah terjadi trauma 5:
A. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis
B. Katarak traumatic
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak
subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang,
dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.
Trauma tembus dapat menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup
dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma
tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai
dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan
C. Glaukoma sekunder
Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan di dalam mata
yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga menimbulkan glaukoma sekunder.
D. Oftalmika simpatika
Ruptur Kornea
Definisi
Ruptur kornea merupakan trauma pada kornea baik sebagian / partial- maupun
seluruh ketebalan/full-thickness. Luka partial-thickness tidak mengganggu bola mata
(abrasi) sedangkan luka full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur
dari bola mata. 1
Etiologi
a. Ruptur kornea (luka terbuka atau open globe) diakibatkan oleh trauma yang bersifat
tumpul. Luka terjadi akibat peningkatan tiba-tiba melalui mekanisme inside-out
(dalam ke luar) sebagai mekanisme cedera.
b. Laserasi adalah luka full thickness pada dinding mata akibat objek yang tajam.
Mekanisme adalah outside in (luar ke dalam). Termasuk di bawah laserasi adalah
luka perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda asing.1
Diagnosis
Penatalaksanaan
Prolapsus Iris
Definisi
Merupakan keadaan trauma pada mata dimana bagian dari iris atau ada jaringan iris yang
keluar dari tempat seharusnya.2
Patofisiologi
Prolaps iris dapat terjadi misalnya saat kornea mengalami perforasi karena berbagai hal,
adanya perforasi pada kornea mengakibatkan humor aqueous secara cepat keluar dan
terakumulasi didepan iris sehingga mendorong iris keluar.2
Insidensi
Tidak diketahui secara pasti insidensi terjadinya prolaps iris, hal ini tidak dipengaruhi
oleh faktor ras, maupun usia meskipun dilaporkan lebih sering mengenai laki-laki dewasa muda.2
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus prolaps iris yang sudah berjalan lama apabila dicurigai mengalami cystoids
macular edema maka diperlukan adanya pemeriksaan flourescein angiography. CT scan pada
mata diindikasikan pada kasus prolaps iris yang diakibatkan oleh trauma untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya trauma pada bagian mata yang lain. Sementara itu CT scan dan juga
ocular ultrasound berguna untuk mengetahui lokasi benda asing pada mata serta melihat kondisi
segmen posterior mata.2
Penatalaksanaan
Prolaps iris merupakan suatu kondisi yang membahayakan dan bersifat serius,
penanganan harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut. Penanganan secara medikamentosa hanya dapat dilakukan jika prolaps
iris kecil, terlindung oleh konjungtiva dan tanpa komplikasi atau penyulit lain. Pemberian obat
tetes antibiotic dan cyclopegikdapat dilakukan selama fase akut. Antibiotic secara intravena
dapat diberikan pada kasus yang berat atau massif untuk menghindari penyebaran infeksi
intraocular, sementara tetaus toxoid dapat pula diberikan tergantung dari riwayat imunisasi
pasien dan jenis dari lukanya. Tindakan bedah dilakukan ketika konjungtiva tidak dapat
melindungi atau menutupi prolaps iris dan terdapat penyulit atau komplikasi. Tujuannya adalah
untuk mengembalikan integritas anatomi mata dan mengembalikan fungsi visual mata. Melalui
tehnik incisi paracentesis pada kasus incarserata iris perifer dapat diberikan acetylcoline
sementara pada kasus incarserata iris central dapat diberikan epinephrine intraocular. Jika tehnik
incise paracentesis tidak berhasil maka dapat dilakukan injeksi viscoelastic pada bilik anterior di
region iris yang mengalami prolaps dengan syarat: prolaps yang terjadi tidak > 24-36 jam, iris
masih viable atau masih ada tanda-tanda untuk epitelisasi. Jika tetap tidak berhasil maka
dilakukan tehnik spatula cyclodialisis dengan ujung panjang, dilakukan sepanjang incise
paracentesis. Pemberian antibiotik sistemik sebagai profilaksis hal ini untuk menghindari
terjadinya endophthalmitis, karena walaupun jarang terjadi akan tetapi dampaknya buruk,
hendaknya menggunakan antibiotic broadspektrum (membunuh bakteri gram negative maupun
positif), bakteri yang sering mengakibatkan endophthalmitis misalnya Bacillus. 2
Komplikasi
Komplikasi berat akibat prolaps iris yang mungkin terjadi antara lain : endophthalmitis,
adanya epitelisasi berlebih dan pembentukan jaringan fibros pada mata, opthalmia simpatika
(jarang), iritis, cystoid macular edema, dan glaukoma sekunder. 4
Prognosis
Prognosis tergantung dari beberapa faktor, semakin kecil prolaps maka prognosis akan
jauh lebih baik, adanya infeksi ikutan serta epitelisasi dan pembentukan jaringan fibros berlebih
akan memperburuk prognosis. 4
RUPTUR SKLERA
Bola mata merupakan komponen yang terdiri dari lapisa fibrosa bagian luar (kornea dan
sklera). Definisi yang diutarakan oleh American Ocular Trauma Society mengenai trauma okuler
mekanik adalah sebagai berikut :4,5
1. Closed-globe injury
Suatu keadaan dimana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliku luka yang
sampai menembus seluruh lapisan-lapisan ini namun tetap menyebabkan kerusakan intraokuler,
termasuk di dalamnya :
Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh trauma tumpul.
Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi benturan atau pada lokasi yang lebih
jauh dari benturan.
Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan dengan luka yang tidak
sepenuhnya menembus lapisan sklera dan kornea (partial thickness wound) yang disebabkan
oleh benda tajam maupun benda tumpul.
2. Open-globe injury
jenis trauma yang berkaitan dengan luka yang sampai menembus seluruan lapisan
dinding dari sklera, kornea, atau keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding
bola mata.
Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan penuh sebagai dampak
dari trauma tumpul. Luka yang timbul disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler
secara tiba-tiba melalui mekanisme trauma inside-out.
Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan penuh yang disebabkan oleh
benda tajam. Luka yang dihasilkan merupakan akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in),
termasuk di dalamnya :
o Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding mata yang disebabkan oleh
benda tajam
o Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata dengan ketebalan penuh
( satu masuk dan satu keluar) yang disebabkan oleh benda tajam. Dua luka yang terbentuk
harus disebabkan oleh benda yang sama.
o Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma penetrasi ditambah dengan
tertinggalnya benda asing intraokuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2. Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke VI 1993
3. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury Taylor, Eva
Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007. Hal: 372-78.
4. Kuhn F. Intraocular Foreign Body (serial online). 2012 (diakses 1 November 2016).
5. Lang GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Stuttgart: Thieme. 2006.
6. Twanmoh JR. Injury (serial online) 2010 (diakses 1 November 2016).
7. Iqbal M. Retained Intraocular Foreign Body, Case Report. Ophtalmology. 2010;158-160.
8. Sawyer MNA. Ultrasound Imaging of Penetrating Ocular Trauma.The Journal of
Emergency Medicine. 2009: 181-2.
9. Bord SP, Linden J. Trauma to The Globe and Orbit in Emergency Medicine Clinics of
North America. Boston: Elsevier Saunder. 2008.