Anda di halaman 1dari 17

IDENTITAS

Nama : Ny.D
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 27 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : kuliah
Pekerjaan : PNS No. CM : 081844
Alamat : wates Tgl Masuk RS : 24 November 2016

I. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 24 November 2016 pukul 11.00 WIB di Poli
Mata didukung oleh rekam medik pasien.
A. Keluhan Utama
Kedua mata mengalami kekaburan saat melihat jauh
B. Keluhan Tambahan
-
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh mengalami kekaburan saatmelihat jauh sejak 9tahun yang lalu.
Pasien sebelumnya mengalami minus pada mata kanan -0,75 dan mata kiri -
1,00.dan keluhan ini dirasakan semakin memberat Sebelumnya pasien memakai
kacamata tetapi pemakaian hanya sebentar selebihnya pasien tidak memakai
kacamata. Bila untuk melihat jauh terasa kabur dan nyaman bila membaca tulisan
dengan jarak dekat,pasien juga mengeluhkan sering memicingkan mata untuk
melihat jauh. Bila untuk membaca lama pasien merasa pusing. Riwayat melihat
seperti benang yang melayang disangkal,riwayat bergonta ganti kacamata
disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Diabetes : disangkal
R. Hipertensi : disangkal
Riwayat infeksi pada mata : disangkal
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat kacamata : diakui
E.Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga yang menggunakan kacamata minus disangkal


R. Diabetes : disangkal

R. Hipertensi : disangkal

G.Riwayat Sosial Ekonomi

F.Sosial Ekonomi

Pasien masih bekerja sebagai seorang Guru. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.

III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Sign :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5C

a. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra

Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra

Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial linea midclavicularis


sinistra

Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan


(-)
- Abdomen
Inspeksi : dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal
Perkusi : dalam batas normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

- Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-


B. STATUS OFTALMOLOGI

Status Ophthalmicus

Pemeriksaan OD OS

Visus s-4,00 S-3,00

6/7,5 6/7,5

NBC NBC

Bulbus Oculi
Baik ke Segala arah Baik ke Segala arah
Gerak bola mata
- -
Strabismus
Eksoftalmus - -

Enoftalmus

Suprasilia Normal Normal


Palpebra Superior

Edema
Hematom -
-
-
Hiperemi -
-
Entropion -
-
Ektropion -
Trikiasis (-)
Silia Trikiasis (-)
-
-
Ptosis
Palpebra Inferior
-
Edema
- -
Hematom
- -
Hiperemi
- -
Entropion
- Trikiasis (-)
Ektropion Trikiasis (-)

Silia -
-
Ptosis

Konjungtiva
-
Injeksi
- -
konjungtiva
- -
Injeksi siliar
Sekret - -

Perdarahan -
-
subkonjungtiva -
Bangunan
patologis
Kornea

Kejernihan Jernih Jernih


Mengkilat
- -

Edema - -

Infiltrat - -
Ulkus
- -
Sikatrik
Ruptur - -

COA

Kedalaman Cukup Cukup


Hipopion
- -
Hifema
- -
Iris

Kripta + +

Seklusio - -
Sinekia
- -

Pupil

Bentuk
Bulat Bulat
Diameter
3 mm 3 mm

Reflek pupil
Langsung + +

+ +
Tidak langsung
Lensa

Kejernihan jernih jernih

- -
Iris shadow

Corpus Vitreum

Floaters
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Hemoftalmia -

Fundus Refleks cemerlang cemerlang

Funduskopi

Fokus
-8 -6
Batas tegas, Jingga,
Papil N II Batas tegas, Jingga, CDR
CDR 0,3
0,3
Miopik ditemukan
ditemukan
Cressent
Fundus
Tidak ditemukan
tigroid
Tidak ditemukan
Vasa

AV Rasio 2:3 2:3

Fovea refleks (+)


Macula
Fovea refleks (+)
-
eksudat -
-
edema -
Retina

Ablasio Retina
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Edema
-
-

TIO (Palpasi) Normal Normal


IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

-GDS

V. DIAGNOSIS BANDING:
Pada OS Dextra
-Pseudomiopia : dipertahankan, karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-4,00 pada mata
kanan
-miopia derajat ringan : disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-4,00 D
sedangkan pada derajat ringan didapatkan 1,00-3,00 D
-Miopi derajat tinggi/berat: disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan pada
mata kanan s-4,00,sedangkan derajat tinggi/berat melebihi s-6,00 D
-Hipermetropia : disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-4,00 pada mata
kanan,sedangkan hipermetrop dikoreksi dengan s(+)

Pada OS Sinistra
--Pseudomiopia : dipertahankan, karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-3,00 pada mata
kiri
-miopia derajat sedang : disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-3,00 D
sedangkan pada derajat sedang didapatkan melebihi3,00-6,00 D
-Miopi derajat tinggi/berat: disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan pada
mata kiri s-3,00,sedangkan derajat tinggi/berat melebihi s-6,00 D
-Hipermetropia : disingkirkan,karena pada pemeriksaan visus didapatkan s-3,00 pada mata
kiri,sedangkan hipermetrop dikoreksi dengan s(+)

VI. DIAGNOSIS KERJA :

OD : Miopia derajat sedang

OS : Miopia derajat ringan

VII. TERAPI :

OD : Miopia derajat sedang

OS : Miopia derajat ringan

Medikamentosa :
Oral : ophtalvit
Topikal :-
Parenteral :-
Operatif :
1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer
sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata
menjadi lebih dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser
untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi
kecembungannya dan dilengketkan kembali.

Non Medikamentosa : Koreksi refraksi dengan kacamata OD sferis negatif -4,00


sedangkan OS sferis -3,00
VIII. KOMPLIKASI
1. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662.Sedangkan
pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko meningkat menjadi 1/1335.Lebih dari (-10) D risiko ini
menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali
sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat
kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini
akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Halini berhubungan dengan hilangnya struktur
normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters).
Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan
retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata
3.Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata
yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan pandang berkurang. Dapat juga terjadi
perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi
vaskular koroid atau degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi
makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di
bawah sentral retina
4. Glaukoma Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang
4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres
akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula
5. Katarak Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan
miopia, onset katarak muncul lebih cepat
IX. PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia at bonam Bonam

Quo ad sanam Bonam Bonam

Quo ad functionam Bonam Bonam

Quo ad kosmetikan Bonam Bonam

Quo ad vitam Bonam Bonam

X. Rujukan
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya karena
dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan Disiplin Ilmu
Kedokteran lainnya.

XI. EDUKASI
OD : Miopia derajat sedang
OS : Miopia derajat ringan

a. Menjelaskan kepada pasien penggunaan kacamata bukan untuk

menyembuhkan atau mengurangi minus pada matanya namun untuk

membantu penglihatannya dan mengurangi pertambahan minusnya.


b. Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol secara rutin tiap dua tahun untuk

menilai apakah ada pertambahan minusnya dan bila ada maka dilakukan

penggantian kacamata, penggantian kacamata gratis karena ditanggung

BPJS.

c. Menjelaskan kepada pasien bahwa ada pengobatan lain selain dengan

memakai kacamata yaitu dengan operasi laser, namun sebaiknya operasi ini

dilakukan pada usia > 25 tahun karena bila kurang dari itu masih bisa

timbul minus kembali akibat pertumbuhan dari bola matanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan
retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani
muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila
melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness

2.2 ETIOLOGI
Faktor genetik dapat menurunkan sifat miopia ke keturunannya, baik secara
autosomal dominan maupun autosomal resesif. Selain faktor genetik,faktor aksial yaitu
aksisnya terlalu panjang,peningkatan kurvatura kornea atau lensa,indeks bias humornaquos
terlalukuat,posisi lensa di depan.

2.3 FAKTOR RESIKO


- Faktor Herediter atau Keturunan
Faktor risiko terpenting pada pengembangan miopia sederhana adalah riwayat
keluarga miopia. Beberapa penelitian menunjukan 33-60% prevalensi miopia pada anak-anak
yang kedua orang tuanya memiliki miopia, sedangkan pada anak-anak yang salah satu orang
tuanya memiliki miopia, prevalensinya adalah 23-40%. Kebanyakan penelitian menemukan
bahwa ketika orang tua tidak memiliki miopia, hanya 6-15% anak-anak yang memiliki
myopia. anak yang mempunyai orang tua miopia cenderung mempunyai panjang aksial bola
mata lebih panjang dibanding anak dengan orang tua tanpa miopia. Sehingga anak dengan
orang tua yang menderita miopia cenderung menjadi miopia dikemudian hari.
-Faktor Lingkungan
Tingginya angka kejadian miopia pada beberapa pekerjaan telah banyak dibuktikan sebagai
akibat dari pengaruh lingkungan terhadap terjadinya miopia. Hal ini telah ditemukan,
misalnya terdapat tingginya angka kejadian serta angka perkembangan miopia pada
sekelompok orang yang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja terutama pada pekerjaan
dengan jarak pandang yang dekat secara intensive.

2.4 KLASIFIKASI
-Berdasarkan bentuk :
a.Miopia Refraktif bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b.miopia aksial miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal
-Berdasarkan Derajat beratnya Miopia:
a.Miopia ringan,dimana miopia kecil dari pada 1-3 Dioptri
b.Miopia sedang,dimana miopia lebih antara 3-6 Dioptri
c.Miopia Berat atau tinggi dimanamiopia lebih besar dari 6 Dioptri
-Berdasarkan perjalanan miopia :
a.Miopia stasioner,miopia yang menetap setelah dewasa
b.Miopia progresif,Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya
panjangnya bola mata
c.Miopia Maligna,miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina
dan kebutaan dan biasanya bila miopia lebih dari 6 Dioptri disertai kelainan pada fundus
okuli dan panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
padabagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina

2.5 PATOGENESIS
Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi. Akomodasi
berlaku apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat. Menurut Dr.
Hemlholtz, otot siliari mata melakukan akomodasi mata. Teori Helmholtz mengatakan
akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan kontraksi lensa, hasil daripada kontraksi otot
siliari. Akibat daripada kelelahan mata menyebabkan kelelahan pada otot mata.Otot mata
berhubungan dengan bola mata hingga menyebabkan bentuk mata menjadi tidak
normal.Kejadian ini adalah akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang
lemah dan tidak stabil. Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanjang
menyulitkan untuk melihat objek jauh.

2.6 DIAGNOSIS
a. Anamnesa
Pasien biasanyamengeluhkan bila melihat jauh terasa kabur,bila melihat dekat jelas,sering
menyipitkan mata,membaca dekat sekali
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang
terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik
akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat
pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian
perifer. Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum
atau standar pemeriksaan mata terdiri dari :
1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat
(Jaeger).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan.
4. Uji gerakan otot-otot mata.
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata.
7. Pemeriksaan retina

2.7 PENATALAKSANAAN
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata miopia ditentukan dengan
cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian
diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan
yang terbaik. Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal.

2.8 KOMPLIKASI
1. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662.Sedangkan
pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko meningkat menjadi 1/1335.Lebih dari (-10) D risiko ini
menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali
sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat
kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini
akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Halini berhubungan dengan hilangnya struktur
normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters).
Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan
retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata
3.Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata
yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan pandang berkurang. Dapat juga terjadi
perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi
vaskular koroid atau degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi
makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di
bawah sentral retina
4. Glaukoma Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang
4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres
akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula
5. Katarak Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan
miopia, onset katarak muncul lebih cepat

2.9 PENCEGAHAN

pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa

kontak dan penggunaan kacamata. Tindakan pencegahan yang lain adalah dengan cara

1. Jarak baca 40 45 cm.

2. Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya setelah membaca atau

melihat gambar atau menggunakan komputer 45 menit, berhenti dahulu untuk 15 20 menit,

beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.

3. Gizi yang berimbang bila diperlukan sesuai aktifitas.

3.0 PROGNOSIS

Miopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia kurang dari 4 tahun

harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan terutama 8-10 tahun, miopia sampai

dengan -6 D harus diawasi dengan hati-hati. Jika telah melewati usia 21 tahun tanpa

progresivitas serius maka kondisi miopia dapat diharapkan telah menetap dan prognosis
dianggap baik. Pada derajat lebih tinggi, prognosis harus dipertimbangkan dengan hati-hati

berdasarkan gambaran fundus dan tajam penglihatan setelah koreksi. Pada semua kasus harus

diperhatikan kemungkinan perdarahan tiba-tiba atau ablasio retina

Anda mungkin juga menyukai