*KepaniteraanKlinik Senior/G1A216099
**Pembimbing
OTOMIKOSIS
PENDAHULUAN
Otomikosis adalah infeksi jamur di liang telinga. Infeksi jamur di liang telinga
dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di daerah tersebut. Beberapa jamur dapat
menyebabkan reaksi radang liang telinga. Dua jenis jamur yang paling sering ditemukan pada
tempat ini adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A. Niger, A. Flavus). Faktor timbulnya
penyakit ini disebabkan oleh perubahan kelembaban lingkungan, suhu yang tinggi, maserasi
kulit liang telinga yang terpapar lama oleh kelembaban, trauma lokal serta masuknya bakteri
sebagai keadaan yang sering berkaitan dengan penyakit ini. Otomikosis sering terjadi di
negara tropis dan subtropis.1,2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gatal pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke puskesmas 2 bulan yang lalu. Pasien tidak mengingat obat
apa saja yang diberikan padanya, ia hanya ingat bahwa diberikan obat tetes telinga.
Setelah berobat pasien merasa ada sedikit perbaikan terhadap penyakitnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama (-). Riwayat hipertensi (-) , riwayat DM (-), riwayat
asma (-), riwayat trauma kepala (-), riwayat alergi obat (-),
a. Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret + -
Refleks Cahaya Arah jam 5 Arah jam 7
b. Hidung
Rinoskopi
Kanan Kiri
Anterior
Hiperemis (-), Bisul (-), Hiperemis (-), Bisul (-),
Vestibulum nasi
Krusta (-), Raghade (-) Krusta (-), Raghade (-)
Lantai + dasar
DBN DBN
hidung
Meatus nasi
DBN DBN
inferior
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Kanan Kiri
Posterior
Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lendir DBN DBN
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan
c. Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut DBN
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
Gigi Caries (-)
Kelenjar ludah DBN
d. Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
e. Laringoskopi Indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid Sulit dinilai
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa
2.5 DIAGNOSIS
Otomikosis Aurikula Sinistra
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi
Clotrimazole tetes telinga 2-3 tetes 2-3x/hari selama 14 hari
Monitoring
Minta pasien untuk kontrol ulang setelah obat yang diberikan habis. Lihat apakah ada
perbaikan dari keluhan yang dialami pasien, yaitu gatal dari telinga.
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
1. Menjelaskan mengenai penyakit pasien, termasuk faktor yang memperberat
penyakit tersebut.
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari pengobatan yang
diberikan kepada pasien.
3. Memberitahu kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi yang adekuat
untuk penyakitnya.
4. Memberitahukan kepada pasien untuk menutup telinga ketika mandi untuk
mencegah telinga menjadi lembab dan tidak lagi mengorek telinga.
5. Menyarankan pasien untuk tetap menjaga higienitas dan memakan makanan yang
bergizi.
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari
tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga luar dan terdiri atas tulang pada dua pertiga dalam. Panjangnya kira-kira 2,5
3 cm.1
Pada sepertiga luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi
kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
liang telinga. Sedangkan pada dua pertiga dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.1,3,4
b. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut:1
Batas Luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, oval window, round window.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani ini juga terbagi atas dua pars,
yaitu: 1,3,4,5
- Pars flaksida (membran sharpnell), terletak di bagian atas. Terdiri atas dua lapisan,
yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
yang dilapisi sel kubus bersilia. Pada pars ini terdapat daerah yang disebut atik. Di
tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid.
- Pars Tensa (Membran propria), terletak di bagian bawah. Terdiri dari tiga lapisan,
pada bagian tengahnya terdapat lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Pada membran timpani inilah akan tampak refleks cahaya (cone of light), yaitu pada
pukul 7 untuk telinga kiri dan pada pukul 5 untuk telinga kanan. Pada telinga tengah juga
terdapat tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan, yaitu maleus, inkus, stapes.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap longjong yang berhubungan dengan
koklea.1
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) berupa dua setengah lingkaran dan 3
buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.1
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perlimfe, sedangkan
skal media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (reissner
membrane), sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak
organ corti.1
3.2 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani, sehingga akan menggetarkan membran timpani melalui rangkaian tulang
pendengaran (maleus, inkus, stapes) yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
oval window, sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerakan
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadilah pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1
Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling sering terjadi adalah
rasa gatal atau pruritus. Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal di dalam telinga.
Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit
atau pendengaran dapat terganggu oleh karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit
dan jamur. Infeksi jamur dan invasi pada jaringan di bawah kulit menyebabkan nyeri dan
supurasi. Bila infeksi berlanjut, eksema dan likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini
dapat meluas ke telinga bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan telinga dapat juga
terserang.5,12
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan umum pada tahap awal dan sering
mengawali terjadinya rasa nyeri. Rasa sakit pada telinga bisa bervariasi mulai dari hanya
berupa perasaan tidak enak pada telinga, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga berdenyut diikuti nyeri yang hebat. Keluhan rasa sakit yang dikeluhkan
sering menjadi gejala yang mengelirukan, walaupun rasa sakit tersebut merupakan gejala
yang dominan. Derajat rasa sakit belum bisa menggambarkan derajat peradangan yang
terjadi. Hal ini dijelaskan bahwasanya kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis akan menekan serabut saraf
yang mengakibatkan rasa nyeri.5,12
Selain itu, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga, sehingga gerakan dari daun telinga akan mengakibatkan rasa sakit
yang hebat pada kulit dan tulang rawan di liang telinga luar. Kurangnya pendengaran
mungkin dapat terjadi akibat edema kulit liang telinga, sekret yang purulen, atau penebalan
kulit yang progresif yang bisa menutup lumen dan mengakibatkan gangguan konduksi
hantaran suara.10
Penegakan diagnosis pada otomikosis diawali dengan pemeriksaan lengkap THT untuk
statusnya terutama ditekankan pada pemeriksaan telinga yang menggunakan otoskopi.
Pemeriksaan penunjang yang yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis otomikosis
sampelnya dapat diperoleh dari swab telinga menggunakan cotton swab steril. Pemeriksaan
preparat langsung dengan mikroskop dapat digunakan untuk mendeteksi jamur. Pada preparat
sediaan langsung dengan menggunakan larutan KOH 10% hasil positif akan menunjukkan
adanya hifa pada preparat tesebut.2, 7, 13
3.7 Tatalaksana
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2% dalam
alkohol, larutan Iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotik
dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang
diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal yang
mengandung nistatin, klotrimazol.1
Penggunaan antifungal topikal telah berlangsung lama, selain pengobatan topikal, aural
hygiene juga mempunyai pengaruh yang sangat penting pada pengobatan otomikosis. Larutan
asam asetat 2% dalam alkohol, larutan povidon iodin 5% atau tetes telinga yang mengandung
campuran antibiotik yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (seperti salep) yang diberikan secara topikal
yang mengandung nistatin, clotrimazole ataupun golongan azole lainnya. Nistatin adalah
antibiotik makrolida yang dapat menghambat sintesis sterol di membran sitoplasma, dan
banyak jamur yang sensitif terhadap nistatin, termasuk Candida spp.1,14
Golongan azole merupakan agen sintetik yang dapat mengurangi konsentrasi ergosterol,
yaitu sterol esensial yang terdapat pada membran sitoplasma normal. Clotrimazole adalah
golongan azole yang paling sering digunakan karena efektifitasnya yang tinggi dalam
mengobati otomikosis. Clotrimazole juga memiliki efek antibakteri sehingga sering
digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri-jamur, dan ia tidak memiliki efek ototoksisitas.
Ketokonazole dan flukonazole merupakan antifungal spektrum luas dan komponen kimianya
efektif mengobati penyebab umum otomikosis seperti Aspergillus dan Candida albicans.1,14
BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn. TA, 24 tahun, diketahui bahwa
Tn.A datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan utama gatal
pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan terasa penuh dan
pendengaran dirasa berkurang pada telinga kiri. Sebelumnya, terdapat cairan yang keluar
berwarna jernih, tidak berbau, dengan konsistensi cair, keluar hilang timbul, yang biasanya
keluar saat telinga kiri pasien sedang gatal, namun sekarang tidak muncul lagi. Pasien
menyatakan bahwa sebelum terjadinya keluar cairan tersebut, pasien mengorek telinga
menggunakan cutton bud. Pusing (-). Mual (-). Muntah (-).
Pada pemeriksaan fisik telinga DBN namun ditemukan adanya jamur pada dinding liang
telinga pasien. Pada rinoskopi anterior, posterior, mulut, faring, laring, kepala/leher, dan
pemeriksaan nervus cranialis DBN. Pada pemeriksaan audiologi didapatkan fungsi
Pendengaran telinga kanan dan telinga kiri normal.
Terapi yang diberikan yaitu Clotrimazole tetes telinga 2-3 tetes 2-3x/hari selama 14 hari
dan dimonitoring dengan inta pasien untuk kontrol ulang setelah obat yang diberikan habis.
Lihat apakah ada perbaikan dari keluhan yang dialami pasien, yaitu gatal dari telinga.
BAB V
KESIMPULAN
1. Otomikosis adalah infeksi jamur di liang telinga. Infeksi jamur di liang telinga
dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di daerah tersebut.
2. Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang liang telinga. Dua jenis jamur
yang paling sering ditemukan pada tempat ini adalah Pityrosporum dan Aspergillus
(A. Niger, A. Flavus).
3. Faktor timbulnya penyakit ini disebabkan oleh perubahan kelembaban lingkungan,
suhu yang tinggi, maserasi kulit liang telinga yang terpapar lama oleh kelembaban,
trauma lokal serta masuknya bakteri sebagai keadaan yang sering berkaitan dengan
penyakit ini.
4. Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling sering terjadi
adalah rasa gatal atau pruritus. Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal di
dalam telinga. Liang telinga merah sembab dan banyak krusta.
5. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2%
dalam alkohol, larutan Iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung
campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep)
yang diberikan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol.
DAFTAR PUSTAKA