Anda di halaman 1dari 24

CRS (Clinical Report Session)

*Kepanitraan Klinik Senior/G1A218017


** Pembimbing

Jaringan Granulasi MAE Aurikula Sinistra

Oleh:

Amelia Ananda Saputri Marpaung


G1A218017

Pembimbing
dr. Angga Pramuja, Sp.THT - KL**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

Jaringan Granulasi MAE Auricula Sinistra

Disusun Oleh :

Amelia Ananda Saputri Marpaung


G1A218017

Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian/SMF THT-KL RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada Oktober 2019

PEMBIMBING

dr. Angga Pramuja, Sp.THT-KL


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical Report
Session yang berjudul “Jaringan Granulasi MAE Aurikula Sinistra” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Angga Pramuja, Sp.THT-KL
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu THT-KL di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan CRS ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

Jambi, Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Jaringan granulasi atau granuloma adalah lesi inflamasi nodular.


Granuloma terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan
massa yang terdiri dari jaringan fibrosa atau pembuluh darah yang tubuh
terbentuk sebagai respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan. Biasanya
kecil dan terdiri dari fagosit makrofag yang kompak.1,2

Granuloma liang telinga ini dapat timbul dari manifestasi OMSK (Otitis
Media Supuratif Kronis). Granuloma juga dapat terjadi karena adanya benda asing
di dalam telinga yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi. Granuloma dari
OMSK ini timbul oleh karena kolesteatoma. Kolesteatoma merupakan kista
epiteloid yang rusak dan berisi deskuamasi epitel atau keratin. 1,2,3

Granuloma pada OMSK ini terdapat pada perforasi dan tidak perforasi
pada membran timpaninya. Terdapat tanda-tanda pada perforasi OMSK seperti
terdapat kolesteatoma yaitu pada yang perforasi sebanyak 36% dan 4% yang tanpa
perforasi. Prevalensi pasien granuloma pada OMSK di Britain Inggris terdapat
0,9% anak-anak dan 0,5% dewasa.1,2,3

Tanda dan gejala ini bisa berupa Kanal OAE udem, secret telinganya dapat
berupa cairan yang purulen dan keju yang serous. Jaringan granulasi paling sering
ditemukan pada kanal ampun telinga tengah. Telinga tengah dapat dilihatkan pada
perforasi dengan udem, nyeri dan kemerahan, polipoid. Bisa menimbulkan
otthorea tanpa otalgia dan demam. Kadang diwasapadai bila pendengaran
berkurang.1,4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 43 Tahun
Alamat : Sungai Putri
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan pasien : SLTA
Tanggal pemeriksaan : 19 Oktober 2019

2.2 ANAMNESIS
(Autoanamnesis pada pasien tanggal : 19 Oktober 2019)

Keluhan Utama
Telinga kiri gatal dan terasa nyeri sejak ± 1 minggu terakhir
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 minggu lalu, os mengeluhkan telinga kiri terasa gatal sehingga os
mengorek telinganya dengan cotton buds, os mengatakan kapas cotton buds
tertinggal di dalam liang telinga kirinya sehingga terasa penuh. ± 4 hari lalu, os
mengeluhkan telinga kirinya terasa nyeri, nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa
semakin nyeri bila os menekan daerah telinga kirinya. Os kembali mengorek
telinga kirinya dengan cotton buds (dibantu oleh suaminya), dikatakan bahwa
tampak cairan berwarna sedikit kekuningan yang bercampur dengan bercak darah.
Cairan tersebut tidak berbau. Os juga mengatakan pendengaran telinga kirinya
dirasa menurun.
Keluhan lainnya yang dirasakan oleh pasien : Demam(-), sakit kepala(-),
riwayat trauma telinga(-), mual (-), muntah (-).
Riwayat Pengobatan
± 15 Tahun lalu os pernah mendapat pengobatan pada telinga kirinya, dikatakan
bahwa telinga kiri os mengalami infeksi
Riwayat Penyakit Dahulu

± 15 Tahun lalu telinga kiri os pernah keluar cairan kental berwarna kekuningan
dan sedikit bercampur darah, dikatakan dokter bahwa telinga kiri os mengalami
infeksi.

HT (-), DM (-), riwayat trauma pada telinga (-)

Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.

Riwayat Alergi
Riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan dan
makanan (-).
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING

Gatal : -/+ Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -

Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -

Nyeri : -/+ Bersin : - Trismus :- Sesak napas : -

Bengkak : -/- Dingin/Lembab : -/- Ptyalismus : - Rasa sakit : -

Otore :-/+ Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -

Tuli :-/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -

Tinitus :-/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -

Vertigo :- Nyeri Hidung : -/-

Mual :- Suara sengau : -

Muntah : -

2.3 Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 °C
- Anemia :-
- Sianosis :-
- Stridor Inspirasi :-
- Retraksi Suprasternal :-
- Intercostal :-
- Epigastial :-
A) Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop + +

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - +

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -

Membrana Timpani Kanan Kiri

Hiperemis - -

Retraksi - -

Bulging - -

Atropi - -

Perforasi - -
Bula - -

Sekret - -

Retro-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Pre-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

B) Hidung
RINOSKOPI ANTERIOR Kanan Kiri

- Vestibulum Nasi Hiperemis(-) Hiperemis(-)


- Kavum Nasi
Sekret(+), Sekret(-),

Hiperemis(-), Hiperemis(-),

Edema(-) Edema(-)
- Selaput Lendir
Hiperemis(-) Hiperemis(-)
- Septum Nasi
- Lantai+Dasar Hidung Sekret (-) Sekret (-)
- Konka Inferior
Dbn Dbn
- Meatus Inferior
Deviasi(-) Deviasi(-)
- Konka Media
- Meatus Media Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
- Massa
- -
RINOSKOPI POSTERIOR Kanan Kiri

- Kavum Nasi
- Selaput Lendir
- Koana
- Septum Nasi
- Konka Superior
- Meatus Nasi Media
Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- Muara Tuba
- Adenoid (Sulit dinilai) (Sulit dinilai)
- Massa Tumor
TRANSLUMINASI Kanan Kiri

- Sinun Maxilarris normal (terang) normal (terang)


- Sinun Frontalis
normal (terang) normal (terang)

C) Mulut
Hasil

Selaput Lendir Mulut Dalam batas normal

Bibir Dalam batas normal

Lidah gigi Dalam batas normal

Kelenjar Ludah Dalam batas normal


D) Faring
Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah, permukaan rata,


edema (-), hiperemis (-)

Palatum mole Hiperemis (-)

Palatum durum Hiperemis (-)

Plika anterior Dalam batas normal

Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-)

Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-)

Plika posterior Hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

E) Laringoskopi indirect
Hasil Hasil

Pangkal lidah Sulit dilakukan Aritenoid Sulit dilakukan

Epiglotis Sulit dilakukan Massa tumor Sulit dilakukan

Valekula Sulit dilakukan Sinus piriformis Sulit dilakukan

Plika ventikularis Sulit dilakukan Trakea Sulit dilakukan

Plika vokalis Sulit dilakukan

Komisura Anterior Sulit dilakukan


F) Kelenjar Getah Bening Leher
Kanan Kiri

Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn

Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn

Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn

area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area Dbn Dbn


supraclavicular

PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
- Tes Berisik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Rinne :+ +
- Tes Weber : Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
- Tes Schwabah : Normal Normal
- Tes Barany : Tidak dilakukan
- Tes Auropalpebra Reflek : Tidak dilakukan
- Audiogram : Tidaka dilakukan
Kesimpulan : Tidak ada gangguan pendengaran pada kedua
telinga
PEMERIKSAAN VESTIBULAR :
Percobaan Kalori : Tidak dilakukan

Percobaan Statistik : Tidak dilakukan

Percobaan Jalan : Tidak dilakukan

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

2.5 Diagnosis
Jaringan Granulasi MAE Aurikula Sinistra

2.6 Diagnosis Banding


- Otitis Media Supuratif Kronis
- Otitis Media Akut

2.7 Penatalaksanaan
- Cuci telinga dengan H2O2 3-5% selama 3-5 hari
- Ofloxacin ear drop 2dd gtt VII a.s

2.8 Edukasi :
- Pasien diminta untuk menggunakan obat yang telah diresepkan secara
disiplin
- Pasien dianjurkan tidak mengorek-ngorek telinga
- Sebaiknya tidak terkena air dulu
- Datang kontrol kembali 4/5 hari berikutnya untuk monitoring perbaikan

2.9 Prognosis :
 Quo ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga terbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3
cm.3,5

Daun telinga dari telinga eksternal memiliki bentuk yang simetris bilateral yang
membantu dalam fokus dan lokalisasi suara . Setiap pinna adalah menempel pada
tempurung kepala oleh kulit , tulang rawan , otot-otot auricular , dan ligamen
ekstrinsik . Anatomi dari pinna diilustrasikan dalam gambar berikut.3,5

Gambar 1. Telinga Luar


Gambar 2. Anatomi dari MAE

Pada sepetiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
otitis eksterna adalah proses inflamasi dan infeksi dari EAC . Kanal mudah
trauma. Kehadiran dari rambut, terutama rambut lebih tebal umum pada geriatri.3,5

Saluran pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus. Cerumen


menciptakan mantel asam yang mengandung lysozymes dan zat lainnya yang
mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan jamur. Serumen
kaya lipid juga hidrofobik dan mencegah penetrasi air pada kulit yang
menyebabkan laserasi.3,5
Gambar 3. Membran Timani

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terdapat sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membran Sharpnell), sedangkan yang bawah disebut pars tensa (membran
propia).3,5

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran napas. Pasr tensa mempunyai satu lapis ditengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan radier di bagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.3,5

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo.
Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada
pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.
Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.3,5
Membran timpani terbagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang,
untuk menyatakan letak membran timpani.3,5

3.2 Definisi
Granuloma merupakan lesi inflamasi nodular. Penyakit granulomatosa di telinga
dapat melokalisir jaringan sekitarnya dan bermanifestasi dalam tubuh. Granuloma
timbul karena jaringan granulasi yang tumbuh besar. Jaringan granulasi adalah
jaringan fibrosa yang terbentuk dari bekuan darah bagian dari proses
penyembuhan luka, sampai matang menjadi jaringan parut.2,4,7

Jaringan granulasi terjadi saat proses inflamasi menuju pemulihan yang dibagi
dalam regenerasi dan pergantian jaringan penyokong. Jaringan granulasi akan
menutup luka dan mempercepat proses penyembuhan luka. Secara mikroskopis
jaringan granulasi terdiri dari proliferasi fibrobalas dan endotel kapiler, sel radang,
neurovaskularisasi dan proliferasi endotel.2,4,7

Jaringan granulasi merupakan salah satu dari macam-macam reaksi dan lokalisasi
jaringan yang terjadi pada radang kronik atau proliferatif yang ditandai dengan
oleh proliferasi fibroblast membentuk jaringan ikat muda dengan banyak
pembuluh darah baru, prosesnya disebut radang granulomatik dengan leukosit sel
radang khsusnya sel-sel monomorfologinuklear (limfosit, sel plasma dan
histiosit.2,4,7

3.3 Etiologi
Terdapat kondisi yang mendasari terbentuknya jaringan granulasi yaitu :
Reaksi peradangan eksudat
Terjadi reaksi peradangan akut pada luka mengeluarkan sel-sel radang seperti
makrofag, dapat memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkannya, lalu
terbentuk peradangan eksudat. Terbentuklah pertumbuhan jaringan granulasi pada
bekuan darah tersebut.2,8,9
Migrasi dan proliferasi fibroblast dan tunas vaskuler
Akibat dari kolesteatoma pada penyembuhan luka yang telah mengenai
submukosa hingga periosteum, jaringan granulasi rapuh dan semakin tumbuh
besar, menimbulkan terbentuknya granuloma. Kolesteatoma merupakan kista
epiterial yang rusak dan berisi deskuamasi epitel atau keratin. Epitel kulit bila
berada pada tempat yang tidak sesuai ditambah terdapat serumen padat dari liang
telinga dalam waktu lama akan terperangkap dan membentuk kolesteatoma.2,3

Infeksi mikobakterium

Karakteristik klasik granuloma tuberkulosis adalah nekrosis kaseosa sentral


dikenal sebagai tuberkel. Area sentral debris granular kaseosa amorf, hilangnya
detil seluler, dan dijumpai bakteri tahan asam. Daerah ini diliputi oleh sel
epithelioid, limfosit, histiosit, fibroblas, dan kadang-kadang sel giant Langhans.
Granuloma kaseosa adalah gambaran klasik, hal ini tidak selalu ada.2,8,9

Infeksi fungi

Granuloma fungi dapat berupa kelainan lokal atau sistemik. Infeksi pada orang
imunokompeten menimbulkan granuloma sel epiteloid dan nekrosis koagulatif.
Penyakit diseminata menunjukkan respon inflamasi granulomatosa, pyogenik,
atau campuran. Lesi pyogenik terutama dijumpai pada pasien imunosupresi.
Identifikasi dengan pewarnaan GMS dapat membedakannya dengan granuloma
lainnya.2,8,9

Infeksi bakteri

Lesi infeksi bakteri menunjukkan gambaran bervariasi secara histologi, berupa


inflamasi akut maupun kronik dengan komponen grenulomatosa fokal hingga
gambaran granulomatosa predominan. Adanya bakteri gram negatif intraseluler
dalam makrofag atau sel giant maupun adanya bakteri ekstraseluler dapat menjadi
petunjuk diagnosis. Identifikasi bakteri di jaringan dapat dilakukan melalui teknik
pewarnaan GramTwort.2,8,9
Infeksi Treponema

Lesi mukokutanues sifilis sekunder menunjukkan kelainan histopatologi berupa


infiltrasi minimal hingga infiltrasi granulomatosa di lapisan dermis; infiltrat
granulomatosa menunjukkan proliferasi endotelial dengan infiltrasi sel
mononuklear infiltrat sel plasma, nekrotik sentral, serta gambaran seluler yang
utuh.2,8,9

Infeksi protozoa

Lesi leishmaniasis berupa respon granulomatosa kutaneus atau mukokutaneus.


Ulserasi kutan ditandai infiltrat sel mononuklear. Resolusi infeksi ditentukan
peningkatan jumlah sel T CD4+ Leishmania, diikuti respon granuloma epiteloid
dan sel giant. Fase ini ditandai dengan ganuloma masif tersusun atas limfosit, sel
plasma, histiosit, dan banyak amastigot Leishmania.2,8,9

Infeksi cacing

Pembentukan granuloma merupakan reaksi terhadap telur cacing dan reaksi


hipersensitivitas tipe lambat diperantarai sel terhadap determinan antigen parasit.
Tampak sel giant multinukear dan sejumlah besar eosinofil. Infeksi ini terutama
harus dicurigai pada anak-anak dengan hepatomegali dan granuloma milier pada
biopsi hati, bintik milier paru, eosinofilia, endoftalmitis ataupun uveitis fokal
posterior.2,8,9

Infeksi virus

Virus Epstein Barr penyebab mononukleosis infeksiosa berkaitan dengan


patogenesis beberapa kelainan seperti limfoma Burkitt, karsinoma nasofaring,
limfoma sel B dan sarcoidosis. Limfosit atipik dapat dijumpai pada daerah
sinusoid portal dari spesimen biopsi hati, tampak nekrosis parenkim fokal yang
berisi limfosit. Diagnosis spesifik dapat ditegakkan dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR).2,8,9
3.4 Patofisiologi

Enzim protease dan hidrolitik membersikan material dari jaringan rusak. Sitokin
(IL-1, TNF alfa) akan mengaktifkan limfosit dan beberapa sel lain. Growth factor
(PDGF, EGF, FGF) menstimulasi pertumbuhan pembuluh darah, pembelahan dan
migrasi dari fibrosis. Jaringan yang rusak dengan peradangan akan membentuk
jaringan granulasi.1,7

Jaringan granulasi sebagian besar terdiri dari kapiler dan fibroblast dan berbentuk
granul kemerahan. Setelah luka, terjadi reaksi peradangan akut dan kemudian
bekas luka dilenyapkan oleh makrofag. Migrasi dan proliferasi fibroblast serta
tunas vaskuler dari sekeliling jaringan penghubung membentuk jaringan
granulasi.1,7

Tunas kapiler tumbuh diluar pembuluh darah di tepi luka dengan susunan baru,
migrasi dan proliferasi dari sel endotel yang ada. Tunas kapiler pada umumnya
berbentuk padat, lalu mencair. Tunas yang vaskuler membentuk jerat yang
menyatu satu sama lain atau dengan kapiler yang telah membawa darah. Kapiler
yang baru dibentuk lebih permeabel dibandingkan dengan yang normal. 1,7

Fibroblast mengeluarkan molekul kolagen yang dapat larut agar dikumpulkan


dalam fibril. Fibroblast juga dipercaya untuk menghasilkan mucoply sakarida
unsur dari jaringan. Setelah 2 minggu produksi kolagen menurun, tetapi proses
perubahan bentuk kembali berlangsung.1,2,7

Secara acak mengarahkan fibril kolagen kecil untuk diatur kembali ke dalam
ikatan tebal yang memberikan kekuatan yang lebih besar kepada jaringan. Namun
pada penderita granuloma, jaringan fibrosa ini tidak dapat diganti dengan jaringan
kolagen. Karena terlalu lama tidak dapat diganti, epitel kulit telinga semakin
rapuh, banyak serumen menumpuk sehingga terperangkap dan membentuk
kolesteatom.1,2,7
3.5 Gejala Klinis

Granuloma awalnya berasal karena kolesteatoma. Gejala khas dari kolesteatoma


adalah otthorea tanpa rasa nyeri, yang terus menerus atau sering berulang. Ketika
kolesteatoma terinfeksi, kemungkinan besar infeksi tersebut susah untuk
dihilangkan. Karena kolestatoma tidak memiliki supai darah, maka antibiotic
sistemik tidak dapat sampai pusat infeksi kolesteatoma.1,2,10

Antibiotik topical biasanya dapat diletakkan mengelilingi kolesteatoma sehingga


menekan infeksi menuju pusatnya tetapi biasanya sudah resisten terhadap semua
jenis terapi antimikroba. Akibatnya, otthorea akan timbul ataupun berulang
meskipun dengan pengobatan yang agresif.1,4,10

Gangguan pendengaran juga bisa menjadi gejala yang umum. Kolesteatoma yang
besar akan mengisi ruang telinga tengah dengan epitel deskuamasi dengan atau
tanpa sekret mukopurulen sehingga menyebabkan kerusakan osikular yang
akhirnya menyebabkan terjadinya tuli konduktif. Pusing adalah gejala relatifnya,
tetapi tidak akan terjadi bila tidak ada fistula labirin akibat erosi tulang.1,10

3.6 Diagnosis

Studi radiologis, CT scan, atau foto polos menggambarkan lesi tulang litik khas
dan harus dipertimbangkan ketika ada ottorhea. Sebuah studi retrospektif
menunjukkan bahwa granuloma eosinofilik dari tulang temporal dapat meniru
otitis media supuratif kronis tetapi dapat didiagnosis dengan pemeriksaan
histopatologi dan CT scan. Penelitian ini melibatkan 12 anak-anak dengan
granuloma eosinofilik dari tulang temporal.6,10

Peneliti menghadirkan gejala yang termasuk massa eksternal saluran telinga,


pembengkakan postaurikular, dan otorrhea persisten. Pemeriksaan histopatologi
menunjukkan eosinofil dan sel Langerhans, dengan CD1-antigen dan
immunoreactivity S-100-protein ini, sementara CT scan mengungkapkan lesi
osteolitik dengan margin nonsclerotic, yang diisi dengan mastoid massa jaringan
lunak tulang-terkait.6,10
3.7 Penatalaksanaan

Pengobatan dari granuloma liang telinga prinsipnya adalah membersihkan


kolesteatoma. Pasien yang menolak dilakukan pembedahan harus membersihkan
telinga mereka secara teratur. Pembersihan secara teratur dapat mengontrol infeksi
dan mengurangi pertumbuhan kolesteatoma, tetapi tidak dapat menghilangkan
komplikasi.1,2

Antibiotik dapat diberikan dengan menyesuaikan penampilan secret yang keluar


dari telinga pasien. Sekret hijau kebiruan menandakan Pesudomonas. Sekret
kuning pekat disebabkan oleh kuman Staphylococcus dan sekret yang berbau
busuk menunjukkan kuman anaerob.1,4,10

Kotrimoksazol, Siprofloksasin dan Ampisilin merupakan pilihan untuk antibiotik


kuman Pesudomonas. Metronidazol, klindamisin atau kloramfenikol merupakan
pilihan untuk antibiotic kuman anaerob. Bila sukar menemukan kuman
penyebabnya, dapat diberikan campuran trimotropin-sulfametoksazol atau
amoksisilin-kluvanat.1,4,10

Pembersihan liang telinga dapat menggunakan larutan antiseptic seperti asam


asetat 1-2%, hydrogen peroksida 3%, povidon iodine 5% atau larutan garam
fisiologis. Larutan harus dihangatkan dulu sesuai dengan suhu tubuh agar tidak
mengiritasi labirin setelah itu dikeringkan dengan lidi kapas. 1,4,10

Terapi pembedahan dengan prinsip membersihkan dari kolesteatoma. Teknik


pembedahan dapat berupa canal wall down sebagai pilihan karena dapat
menghindari adanya kekambuhan. Khusus pada pasien granuloma liang telinga
dilakukan granulomektomi dengan diambil specimen jaringan yang adekuat lalu
diperiksa bagian histologinya untuk menentukan terapi selanjutnya.1,2,10

3.8 Prognosis

Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun memerlukan beberapa


kali pembedahan. Karena pada umumnya pembedahan berhasil, komplikasi dari
pertumbuhan tidak terkendali dari kolesteatoma yang jarang sekali.8,10
BAB IV
KESIMPULAN

Pada pasien ini berdasarkan anamnesis terdapat keluhan telinga kiri terasa gatal ±
1 minggu lalu, kemudian os mengkorek kupingnya dengan cottonbuds, os
mengatakan kapas cottonbuds tertinggal di dalam telinga kirinya hingga terasa
penuh. ± 4 hari setelahnya, os mengeluhkan telinga kirinya terasa nyeri, lalu os
kembali megkorek telinganya dengan cottonbuds (yang dibantu oleh suaminya),

Os mengatakan bahwa tampak cairan berwarna sedikit kekuningan yang


bercampur dengan bercak darah. Cairan tersebut tidak berbau. Os mengatakan
pendengaran telinga kirinya dirasa menurun. Demam (-), riwayat trauma telinga (-
), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Pada pemeriksaan palpasi aurikula, terdapat nyeri tekan tragus (+) telinga
kiri, dan dengan menggunakan otoskop pada telinga kiri, tampak MAE ditutupi
oleh sekret berwana kuning pada pinggir liang telinga dan tertutup oleh jaringan
granulasi, daerah liang telinga tampak hiperemis.

Dari gejala, tanda dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat ditentukan
diagnosis kerja pada kasus ini adalah granuloma MAE auricula sinistra.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah otitis media supuratif kronis dan otitis
media akut.

Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah dengan cara konservatif


medikamentosa. Pasien diberikan pengobatan H2O2 3% untuk mencuci telinga.
Dan pemberian obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Viswanatha, DO, MBBS.PhD. 2015. Granulomatous Disease of Middle Ear.


India: Journal of Medscape.
2. Zumla, A., & James, D.G. (1996). Granulomatous infection; etiology and
classification. Clinical Infectious Diseases.
3. Soepardi MA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2008. Buku Ajar THT
KL, Edisi Ke 6. Jakarta: Valai Penerbit FK UI
4. Shui-Hong, Z., Qin-Ying, W., Shen-Qing, W. 2012. Middle ear foreign body
causing cholesteatome and external auditory canal granuloma. Chinese
PLAGH.
5. Adams GL, Boies LR, Higher PA. 1997. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit
THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Aswani, Y., Varma, R., & Achutan G. 2016. Spontaneous external auditory
canal cholesteatoma in young male: Imaging findings and differential
diagnoses. India.
7. Muir, Bernice L. 1988. Pathophysiology: an introduction of mechanism of
disease second edition. Newy York (USA). A Willey-Medical Publication.
8. Majeed, M.M., & Bukhari, M.H. 2011. Evaluation for granulomatous
inflammation on fine needle aspiration cytology using special stain.
Pathology Research International.
9. Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N. 2010. Robbins and Cotran pathologic
basis of diseases (8 ed). Pensylvania : Elsevier.
10. Bunch, P., Kelly, H. 2019. Cholesteatoma: an overview. Science Direct.

Anda mungkin juga menyukai