OLIGODENDROGLIOMA
Disusun oleh:
1102013178
Pembimbing :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. ANATOMI
Pemahaman tentang anatomi susunan syaraf pusat sangat penting untuk
mendiagnosis tumor-tumor otak, termasuk pemahaman tentang asal sel tumor
tersebut. Oligodendroglioma merupakan tumor pada susunan syaraf pusat yang
berasal dari sel glia yaitu sel oligodendrosit. Sel glia yang kadang-kadang disebut
juga neuroglia terdapat pada susunan syaraf pusat dan susunan syaraf perifer. Sel
glia tidak menghantarkan syaraf, tetapi membantu sel syaraf. Sel glia secara fisik
melindungi dan mengorganisir sel syaraf. Jumlah sel glia jauh melebihi sel
neuron. Jaringan syaraf dewasa muda dapat mengandung 35 sampai 100 miliar sel
syaraf dan 100 milyar sampai 1 trilyun sel glia. Sel glia merupakan setengah dari
volume system syaraf.2,6
3
Terdapat empat tipe sel glia yang ditemukan di susunan syaraf pusat yaitu
astrosit, ependimal, mikroglia dan oligodendrosit. Sel-sel tersebut dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, susunan intraseluler dan terdapatnya proses
sitoplasma yang spesifik. Komposisi tiap sel glia pada masing-masing bagian otak
berbeda, seperti sel astrosit, paling banyak terdapat di korteks serebri. Di korteks
serebri, 61,5% adalah astrosit, 9,5 mikroglia dan 29% oligodendroglia. Sedangkan
di korpus kallosum rasionya adalah 54%:6%:40%.6
a. Astrosit:
Merupakan sel glia yang paling banyak di dalam susunan syaraf pusat ,
menyusun 90% jaringan di beberapa bagian otak. Salah satu fungsi astrosit
adalah membantu membentuk blood brain barrier. Ujung tonjolan astrosit
disebut kaki perivaskuler membungkus secara lengkap melingkar dan
menyelubungi permukaan luar kapiler di otak. 2,6
4
Sumber: Essential Clinical Anatomy, third edition
b. Sel ependimal
Merupakan sel epitel kuboid yang melapisi dinding ventrikel otak dan
kanalis sentralis dari medula spinalis. Sel ini mempunyai tonjolan yang
panjang yang bercabang untuk membuat kontak dengan sel glia yang lain di
jaringan syaraf di sekelilingnya. Sel ependimal dan kapiler darah di dekatnya
membentuk anyaman yang disebut pleksus koroideus, yang memproduksi
cairan serebrospinal.2,6
c. Mikroglia
Sel ini merupakan presentasi terkecil dari sel glia, perkiraan jumlahnya
kurang dari 5%. Jumlahnya di dalam susunan syaraf pusat bertambah sebagai
respon terhadap infeksi. Fungsinya sebagai fagosit dan menghilangkan debris
dari jaringan syaraf yang rusak atau mati. Fungsinya mirip dengan makrofag
pada sistem kekebalan.6
5
d. Oligodendrosit
Suatu sel yang besar dengan badan yang menggembung dan tonjolan
sitoplasma yang panjang. Tonjolan oligodendrosit menyelubungi bagian dari
axon yang berbeda-beda, masing-masing membungkus melingkar secara
berulang-ulang seperti tape membungkus kabel. Perlindungan berulang-ulang
ini disebut selubung myelin.2,6
D. KLASIFIKASI
6
Sumber: Heiss WD, Raab P, Lanfermann H. Multimodality Assessment of Brain Tumors
and Tumor Recurrence. 2010. Available from; www.snm.org/ce_online.
7
Peningkatan 100 kali lipat dalam 2-hydroxyglutarate (2-HG), metabolit kecil
lainnya, pada pasien glioma dengan IDH1 atau mutasi IDH2. Struktur protein
IDH1 dan IDH2 mutan dan menunjukkan bahwa enzim mutan pada kenyataannya,
tidak aktif — mereka malah mengadopsi situs aktif baru. Serangkaian percobaan
biokimia menegaskan bahwa IDH1 dan IDH2 mutan dapat memetabolisme α-KG
— produk dari aktivitas IDH1 dan IDH2 wild-type — menjadi 2-HG. semua
IDH1 dan IDH2 yang mutasi dikaitkan dengan profil metilasi DNA yang sangat
spesifik, disebut glioma CpG-island methylator phenotype (G-CIMP) yang
berhubungan dengan ekspresi subtipe oligodendrocyte dari glioma8.
Sumber: John R Prensner & Arul M Chinnaiyan, et al. 2011. Metabolism unhinged: IDH
mutations in cancer
F. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma otak sekitar 1,4% dari semua karsinoma dan merupakan 2,3%
dari kematian yang berhubungan dengan karsinoma. Belum terdapat jumlah pasti
insiden oligodendroglioma di Indonesia, namun di Amerika, ditemukan sekitar
20.000 kasus baru setiap tahunnya. Umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki
dengan perbandingakn 1,5-2:1. Insiden tidak dipengaruhi oleh faktor genetik. 1,2,9
Pada dekade terakhir, insiden oligodendroglioma dapat lebih umum dibandingkan
yang pernah dilaporkan sebelumnya, kemungkinan merupakan 25-33% dari
semua glioma.6
8
Insiden pada populasi di Norwegia menunjukkan angka sebesar 4.2% dari
seluruh tumor otak yang terdiagnosis selama periodew studi 25 tahun. Sebagian
besar tumor berlokasi intraserebral, dan mayoritas mengenai lobus frontalis.
Median umur pasien pada saat terdiagnosis adalah 47 tahun, rentang usia antara 3-
76 tahun, sedangkan pada anak-anak ditemukan sebanyak 6%.6
Median lama gejala sampai terdiagnosis adalah 20,5 bulan, sedangkan
rata-rata 43 bulan. Durasi antara onset sampai meninggal adalah 14 bulan pada
kasus yang tidak diterapi. Namun bila diterapi survival rate bisa mencapai 74
bulan. Low grade oligodendroglioma cenderung pada umur kurang dari 40
sedangkan high grade lebih dari 40 tahun. Five year survival rate (5YSR) 75%.6
G. DIAGNOSIS
1. Gejala klinis
Gejala klinis pada oligodendroglioma sangat tergantung pada lokasi
tumor. Namun karena paling sering melibatkan korteks cerebri, gejala
klinis yang paling sering adalah kejang dengan rentang insiden antara 35
sampai 85%. Daumas-Duport dan rekan melaporkan sebanyak 91%
penderita datang dengan keluhan kejang. Kejang dapat bersifat simple
partial atau complex parsial maupun generalisata atau kombinasi.6,9
Dapat juga ditemui gejala klinis berupa ataksia, hemiparesis, gangguan
penglihatan, kelemahan fokal anggota gerak, perubahan perilaku, gejala
peningkatan tekanan intrakranial berupa sakit kepala, muntah, mual,
bahkan dapat menyebabkan gejala rangsang meningeal bila tumor meluas
ke meningen.6,9,10
2. Pemeriksaan radiologi
CT scan dan MRI saling melengkapi pada pencitraan oligodendroglioma.
Namun demikian, evaluasi neoplasma intrakranial paling baik dilakukan
dengan MRI yang jauh lebih superior dari CT scan. MRI dapat
menampilkan morfologi tumor lebih jelas dan ada tidaknya gliosis. Tetapi
9
CT scan lebih superior dibanding MRI dalam menilai ada tidaknya
kalsifikasi dan keterlibatan tulang calvaria. PET baik digunakan untuk
mementukan batas lesi karena sifat tumor yang infiltratif.1,2
A. Pencitraan Oligodendroglioma
Untuk sebagian besar tumor otak, termasuk oligodendroglioma, MRI
merupakan modalitas pencitraan pilihan untuk menampilkan morfologi
tumor dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sifat tumor otak yang
infiltrative sehingga sulit membedakan lesi dengan jaringan normal. MRI
dapat menampilkan morfologi dan batas tumor lebih baik dibandingkan
CT scan, tetapi CT scan lebih unggul untuk memvisualisasikan kalsifikasi
dan erosi tulang. Kalsifikasi ditemukan pada 70-90% kasus
oligodendroglioma.1,2,9,10,12
CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi edema, nekrosis,
kalsifikasi, perdarahan, lesi kistik, vaskularisasi dan enhancement.
Keterbatasan CT adalah sulit menentukan batas tumor yang bersifat difus
dan infiltratif serta terjadinya gliosis.1
MRI dan CT scan sama-sama tidak sensitif untuk menentukan batas
tumor yang tumbuh infiltratif. Untuk menentukan batas tumor secara tepat
modalitas PET lebih superior, tetapi PET kurang baik dalam menampilkan
gambaran anatomi lesi. Untuk alasan tersebut, pencitraan multimodalitas
PET/CT menjadi modalitas yang paling efisien saat ini untuk tumor-tumor
otak, tetapi karena kemampuan CT scan dalam menampilkan morfologi
tumor terbatas, PET/MRI mempunyai akurasi lebih untuk pencitraan
neuroonkologi. MRI dapat memvisualisasikan detail morfologi lebih baik
dibanding CT scan.12
PET 18F-fluorodeoxyglucose (FDG)/MRI mempunyai nilai untuk
menentukan grade dan prognosis tumor, tetapi kurang baik untuk
menentukan perluasan batas tumor karena tingginya metabolisme glukosa
di korteks cerebri. Penggunaan radiolabel yang lain seperti 11C-
methionine dan O-(2(2-18F)fluoroethyl)-L-tyrosine(FET) PET bersama
10
dengan MRI meningkatkan kemampuan diagnosis untuk menentukan batas
dan perluasan tumor di otak.13
11
Gambar 2. Oligodendroglioma. Axial CT menunjukkan massa hipodens
(panah) di cortex dan white matter subcortical pada lobus frontalis
kanan.
Sumber: Koeller, Rushing. Oligodendroglioma and Its Variant:
Radiologic-Pathologic Correlation
12
Pada oligodendroglioma dapat ditemukan perdarahan yang berbeda
tahapnya sehingga menimbulkan gambaran densitas yang berbeda. Ada
tidaknya perdarahan menunjukkan derajat keganasan pada tumor otak,
biasanya pada grade anaplastik oligodendroglioma (high grade
oligodendroglioma), namun tidak patognomonis karena dapat ditemukan
pada low grade oligodendroglioma.14
Oligodendroglioma merupakan tumor yang tumbuhnya infiltratif. CT
scan tidak dapat digunakan untuk menentukan batas lesi dengan tegas.
Walaupun sebagian oligodendroglioma terlihat mempunyai batas yang
tegas karena oedema yang minimal, lesi tumor yang sebenarnya dapat
melebihi batas tersebut.1,2,8,12
Gambaran kistik ditemukan pada sekitar 20% kasus pada pemeriksaan
CT scan, dan enhancement ditemukan pada 24-66% kasus. Erosi pada
sistema tulang kalvaria menunjukkan proses yang lama. Pada
oligodendroglioma jarang terjadi enhancement karena sifat tumor yang
tumbuh lambat sehingga tidak menyebabkan kerusakan blood brain
barrier.1,2,3,8
Kalsifikasi pada tumor otak menunjukkan lesi yang low grade
walaupun dapat ditemukan pada lesi high grade. Hipotesis ditemukannya
kalsifikasi pada high grade glioma adalah transformasi ganas dari lesi
yang sebelumnya low grade.15
Kalsifikasi ditemukan pada 70-90% kasus oligodendroglioma,
umumnya kasar dapat terletak di sentral lesi, perifer maupun kalsifiksi
linear membentuk gambaran ribbon like.1,2,3 Lesi dengan kalsifikasi yang
luas menunjukkan prognosis yang lebih baik, tetapi, beberapa studi
menunjukkan bahwa tipe kalsifikasi tidak khas menunjukkan jenis tumor
tertentu.3
13
Anaplastic oligodendroglioma. Axial CT menunjukkan masa heterogen dengan
komponen seperti kista dan kalsifikasi (panah). Terlihat perluasan melalui corpus
callosum dan melibatkan 2 lobus frontalis.
14
Karena oligodendroglioma low grade tumbuh lambat maka biasanya
peritumoral edema minimal atau sama sekali tidak ditemukan. Nekrosis
tumor hanya ditemukan pada anaplastik oligodendroglioma (WHO grade
III). Terdapat pendapat yang berbeda-beda tentang mekanisme pasti
terjadinya oedema pada tumor otak, yang diterima saat ini adalah
kerusakan BBB, lokasi dan keterlibatan vena.1,3
Pada CT scan peritumoral edema pada tumor otak dapat dibedakan
menjadi empat grade berdasarkan luasnya. Grade 0: tidak terdapat daerah
dengan densitas rendah peritumoral yang terlihat pada CT scan. Grade I:
sejumlah kecil area low densitas peritumoral yang terlihat pada CT scan.
Grade II: Jumlah sedang densitas rendah peritumoral terlihat pada CT
scan. Grade III: sejumlah besar area densitas rendah peritumoral terlihat
pada CT scan. 15
Grade peritumoral oedema pada tumor otak sangat berhubungan
dengan dengan derajat keganasannya. Grade peritumoral oedema juga
berhubungan dengan lokasi tumor dan keterlibatan vena. Sebuah studi
yang menilai apparent diffusion coefficients Tumor (ADC) berbeda secara
signifikan dari otak normal (P < 0.001). ADC tidak berbeda signifikan
untuk membedakan subtipe oligodendroglioma dan grade-nya. Tumor
dengan kromosom 1p/19q yang intak mempunyai ADC yang lebih tinggi
dibanding pada oligodendroglioma yang hilang kromosom1p/19q yang
menunjukkan edema yang lebih luas.16
Pada oligodendroglioma hanya sebagian kecil yang ditemukan
enhancement setelah pemberian media kontras.1,2,3,5,8 Kontras
enhancement terjadi karena kerusakan blood brain barrier (BBB), lokasi
tumor dan ada tidaknya struktur vena di dekatnya. BBB rusak pada
berbagai proses patologis otak seperti intra axial tumor, penyakit
imflamasi, infark subakut, gliosis postoperative dan nekrosis radiasi.
Oligodendroglioma low-grade tidak menunjukkan enhancement karena
mereka membentuk kapiler baru yang sedikit mirip dengan kapiler
cerebral yang asli, dengan BBB masih intak. Namun hanya enhancement
15
saja tidak dapat membedakan lesi low-grade atau high-grade. Sebagai
tambahan, beberapa area otak tertentu seperti pleksus choroideus, hipofisis
and pineal glands, tuber cinereum, dan area postrema tidak mempunyai
BBB sehingga enhanced. Dua puluh persen oligodendroglioma mengalami
enhancement. Enhancement pada oligodendroglioma biasanya patchy dan
terkadang tidak mempunyai pola tertentu. Studi yang dilakukan oleh
Matthew L dan rekan menunjukkan bahwa ada tidaknya enhancement
tidak spesifik untuk membedakan low grade dari anaplastik
oligodendroglioma. Tetapi terdapat literatur lain menyatakan bahwa ring
enhancement menunjukkan prognosis yang buruk.
DNET pada lobus frontalis dextra. A-F, CT scan prekontras dari 1986 (A-C) dan
1994 (D-F) menunjukkan bahwa bagian kalsifikasi dan hipodens tanpa kalsifikasi
pada tumor meluas seiring waktu. Sebagai tambahan area hipodens yang nyata
dan lesi kistik berbatas tegas (panah) anterior terhadap kalsifikasi dan edema
peritumoral (mata panah).
16
Oligodendroglioma mempunyai tendensi untuk menginvasi
leptomeningen dan mengerosi calvaria. Oligodendroglioma lebih sering
metastasis ke luar sistem syaraf pusat dibanding glioma tipe lainnya,
diduga karena tumor yang tumbuh lambat sehingga mempunyai waktu
untuk metastasis jauh. Oligodendroglioma, walaupun jarang, pernah
dilaporkan metastasis ke tulang, paru dan pleura dan hepar.
17
Common histopathologic patterns encountered in classic (IDH mutant, 1p19q codeleted)
oligodendrogliomas include: a a honeycomb-like arrangement of evenly spaced tumor cells with
uniformly rounded nuclei and clear haloes imparting a “fried egg” appearance; additionally, there
are branching capillaries (arrow) resembling chicken-wire; b mucin-filled microcystic spaces; c, d
minigemistocytes with small rounded bellies of eosinophilic cytoplasm and classic nuclear
cytology including rounded countours, delicate “salt and pepper” chromatin, sharp nuclear
membranes, and small nucleoli (c intra-operative smear; d tissue section); e foci of anaplastic
transformation with increased cellularity and enlarged cell size (left) in comparison to the low-
grade precursor cells (right). Anaplastic examples often feature: f enlarged epithelioid cells with
increased pleomorphism, vesicular chromatin, macronucleoli, but a maintained general sense of
nuclear roundness; g increased mitotic index and occasional “red crunchy” cells with brightly
eosinophilic lysosomal inclusions (arrow); h microvascular proliferation; and i foci of tumor
necrosis, more often consisting of collections of apoptotic cells rather than the pattern of
pseudopalisading necrosis seen in glioblastomas. Immunohistochemically, some cases are
completely GFAP negative, with only reactive astrocytes staining (j), while others (k) show strong
expression in gliofibrillary oligodendrocytes (perinuclear rim and variable tadpole-like tail) or
minigemistocytes (not shown). l A stain for neurofilament protein often highlights the infiltrative
growth pattern by showing entrapped neurons and axons. m Tumoral synaptophysin positivity is
not uncommon and can include a paranuclear dot-like pattern. n A stain for IDH1-R132H mutant
protein highlights perineuronal satellitosis in this positive tumor with cortical involvement. Unlike
diffuse astrocytomas, most oligodendrogliomas show only limited p53 immunoreactivity (o) and
retained ATRX expression (p)
18
Less common and sometimes diagnostically confusing histopathologic patterns encountered in
classic (IDH mutant, 1p19q codeleted) oligodendrogliomas include: a–e a lobulated or nodular
growth pattern can simulate a neuroendocrine tumor, with immunohistochemical pitfalls including
CD56 (b) and synaptophysin (c) positivity; however, demonstration of IDH1 R132H mutant
protein (d) and 1p19q codeletion confirmed the diagnosis in this case; e focal spindled cytology
was also encountered, simulating a more astrocytoma-like pattern. Rare examples demonstrate
more overt neuronal differentiation, including neurocytic (f) and ganglioglioma-like (g, h).
Neurocytic foci often feature slightly smaller and more hyperchromatic nuclei surrounding central
collections of delicate pink neuropil (i.e., neurocytic rosettes). In contrast, the case with
gangliogliomalike maturation featured areas of classic anaplastic oligodendroglioma (g note also
the “red crunchy” cells); FISH studies (not shown) revealed 1p19q codeletions not only in this
component, but in neoplastic ganglion cells (h) as well
SUMBER: Pieter Wesseling.Martin van den Bent. Arie Perry. 2015. Oligodendroglioma:
pathology, molecular mechanisms and markers
H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding oligodendroglioma didasarkan pada lokasi dan
kemiripan gambaran lesi pada pencitraan CT scan, yaitu low grade
astrocytoma, glioblastoma multiforme (GMB) dan dysembrioplastic
neuroepithelial tumor (DNET
19
1. Low grade astrocytoma (LGA)
2. GBM
GBM adalah astrocytoma grade IV menurut klasifikasi WHO. GBM
dijadikan diagnosis banding oligodendroglioma karena merupakan tumor
intracranial yang umum ditemukan, sekitar 50% dari glioma. Berdasarkan
lokasi tumor, GBM sering mengenai hemisfer cerebri, khasnya di dekat
midline sehingga mempunyai tendensi menyeberang dari midline
membentuk gambaran butterfly, sedangkan pada oligodendroglioma jarang
sekali.1
Pada CT scan GBM berupa masa heterogen dengan nekrosis, hemoragik
dan pleomorfisme seluler dengan vasogenik edema yang tidak
proporsional dengan besar tumornya. Oedema pada GBM paling sering
adalah grade III-IV, sesuai dengan derajat keganasan lesinya. GBM juga
umum melibatkan corpus callosum.1,3
Nekrosis sentral (sampai 90% kasus), oedema yang luas merupakan
hallmark pada pencitraan oligodendroglioma. Sebagian besar GBM
menunjukkan secara khas terjadinya rim enhancement dengan tepi yang
tebal atau nodular. Nekrosis sentral jarang ditemukan pada
oligodendroglioma kecuali pada anaplastik oligodendroglioma. Tidak
seperti kalsifikasi yang sering terjadi pada oligodendroglioma (sampai
90% kasus), pada GBM jarang sekali ditemukan kalsifikasi.1,2,3,8
20
Pada pemeriksaan CT scan dengan media kontras, pada GBM ditemukan
enhancement yang signifikan berbentuk ireguler dan inhomogen, dan
dapat berbentuk ring enhancement (hampir selalu ditemukan). Dapat juga
terjadi enhancement yang homogen dan difus walaupun jarang. Sedangkan
pada oligodendroglioma hanya 20% ditemukan enhancement.1,2,3
I. TERAPI
1. Pembedahan
21
mendahulukan kemoterapi dengan procarbazine, methyl-1-(2-
chloroethyl)-1-nitrosourea (CCNU), and vincristine ( PVC) dibanding
radioterapi.9,10
J. PROGNOSIS
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4436696/pdf/401_2015_Artic
le_1424.pdf diakses pada tanggal 21 Oktober 2018.
12. Cairncross JG. Imaging molecular signatures in oligodendroglioma:
commentary on Walker et al., pages 7182-7191. Clin Cancer. 2004;10:7109-
7111.
13. Lee YY, Tassel PV. Intracranial Oligodendrogliomas: Imaging Finding in 35
Untreated Cases. AJR. 1989;152:361-369.
14. Ikeda Y, Nakazawa S. Analysis of peritumoral edema with special reference to
the value of contrast-enhanced CT scan and dynamic CT scan. [Translated
from Japanese]. No To Shinkei. 1984;36(11):1055-62.
15. Server A, Kulle B, Maehlen J, Josefsen R, Schellhorn T, Kumar T, et al.
Quantitative apparent diffusion coefficients in the characterization of brain
tumors and associated peritumoral edema. Acta Radiol. 2009;50(6):682-9.
16. Ostertun B, Wolf HK, Campos MG, Matus C, Solymosi L, Elger CE, et al.
Dysembryoplastic neuroepithelial tumors: MR and CT evaluation. AJNR Am
J Neuroradiol. 1996;17:419-430.
25