Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

OLIGODENDROGLIOMA

Disusun oleh:

Muhamad Ansori Bastian

1102013178

Pembimbing :

dr. Abdul Waris, Sp.Rad.

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

RSUD KABUPATEN BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Oligodendroglioma merupakan subtipe dari glioma yang dapat bersifat


low-grade, high grade atau berupa mixed glial tumor. Oligodendroglioma
menempati urutan ke dua terbanyak dari tumor sel glia setelah astrositoma.
Meskipun secara epidemiologis, tumor otak jarang terjadi, namun karena efeknya
yang dramatis terhadap kehidupan, menjadikan tumor otak menarik dibahas.1,2,3,4
Oligodendroglioma merupakan 5% dari total tumor otak dan 10% dari
semua glioma, namun akhir-akhir ini terjadi peningkatan insiden menjadi 25%.
Hal tersebut kemungkinan akibat baiknya prognosis oligodendroglioma
dibandingkan astrositoma, sehingga mendorong spesialis syaraf untuk lebih baik
dalam mendiagnosis.5
Beberapa ahli berpendapat bahwa peningkatan insiden tersebut akibat
selama ini tumor yang merupakan oligodendroglioma salah didiagnosis sebagai
astrositoma.5 Kemajuan dalam pencitraan tumor otak juga ikut berperan terhadap
meningkatnya kesadaran terhadap adanya oligodendroglioma. Oligodendroglioma
mendapat perhatian lebih banyak pada dekade sebelumnya karena karena
responnya yang tinggi terhadap kemoterapi. Bukti-bukti terbaru menunjukkan
bahwa oligodendroglioma lebih umum ditemukan dibanding sebelumnya, terlihat
dengan meningkatnya insiden oligodendroglioma di Amerika Serikat.5
Berdasarkan poin-poin yang telah disebutkan di atas, maka penulis ingin
mengetahui peran pencitraan diagnostik dalam menegakkan diagnosis
oligodendroglioma. Modalitas CT dipilih untuk dibahas karena dalam praktek
sehari-hari, di institusi penulis untuk diagnosis tumor-tumor otak menggunakan
CT scan. Selain itu penulis juga bertujuan untuk membahas lebih jauh gambaran
oligodendroglioma pada pencitraan CT scan yang akan membantu
mengoptimalkan nilai diagnostic dari CT untuk tumor-tumor otak terutama
oligodendroglioma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Oligodendroglioma adalah tumor pada susunan syaraf pusat yang berasal


dari transformasi neoplastik sel oligodendrosit.1,2,3

B. ANATOMI
Pemahaman tentang anatomi susunan syaraf pusat sangat penting untuk
mendiagnosis tumor-tumor otak, termasuk pemahaman tentang asal sel tumor
tersebut. Oligodendroglioma merupakan tumor pada susunan syaraf pusat yang
berasal dari sel glia yaitu sel oligodendrosit. Sel glia yang kadang-kadang disebut
juga neuroglia terdapat pada susunan syaraf pusat dan susunan syaraf perifer. Sel
glia tidak menghantarkan syaraf, tetapi membantu sel syaraf. Sel glia secara fisik
melindungi dan mengorganisir sel syaraf. Jumlah sel glia jauh melebihi sel
neuron. Jaringan syaraf dewasa muda dapat mengandung 35 sampai 100 miliar sel
syaraf dan 100 milyar sampai 1 trilyun sel glia. Sel glia merupakan setengah dari
volume system syaraf.2,6

Gambar 1. Hemisfer serebri. Superior view


Sumber: Essential Clinical Anatomy, third edition

3
Terdapat empat tipe sel glia yang ditemukan di susunan syaraf pusat yaitu
astrosit, ependimal, mikroglia dan oligodendrosit. Sel-sel tersebut dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, susunan intraseluler dan terdapatnya proses
sitoplasma yang spesifik. Komposisi tiap sel glia pada masing-masing bagian otak
berbeda, seperti sel astrosit, paling banyak terdapat di korteks serebri. Di korteks
serebri, 61,5% adalah astrosit, 9,5 mikroglia dan 29% oligodendroglia. Sedangkan
di korpus kallosum rasionya adalah 54%:6%:40%.6

Gambar 2. Hemisfer serebri. coronal view


Sumber: Essential Clinical Anatomy, third edition

a. Astrosit:

Merupakan sel glia yang paling banyak di dalam susunan syaraf pusat ,
menyusun 90% jaringan di beberapa bagian otak. Salah satu fungsi astrosit
adalah membantu membentuk blood brain barrier. Ujung tonjolan astrosit
disebut kaki perivaskuler membungkus secara lengkap melingkar dan
menyelubungi permukaan luar kapiler di otak. 2,6

4
Sumber: Essential Clinical Anatomy, third edition

b. Sel ependimal

Merupakan sel epitel kuboid yang melapisi dinding ventrikel otak dan
kanalis sentralis dari medula spinalis. Sel ini mempunyai tonjolan yang
panjang yang bercabang untuk membuat kontak dengan sel glia yang lain di
jaringan syaraf di sekelilingnya. Sel ependimal dan kapiler darah di dekatnya
membentuk anyaman yang disebut pleksus koroideus, yang memproduksi
cairan serebrospinal.2,6

c. Mikroglia

Sel ini merupakan presentasi terkecil dari sel glia, perkiraan jumlahnya
kurang dari 5%. Jumlahnya di dalam susunan syaraf pusat bertambah sebagai
respon terhadap infeksi. Fungsinya sebagai fagosit dan menghilangkan debris
dari jaringan syaraf yang rusak atau mati. Fungsinya mirip dengan makrofag
pada sistem kekebalan.6

5
d. Oligodendrosit

Suatu sel yang besar dengan badan yang menggembung dan tonjolan
sitoplasma yang panjang. Tonjolan oligodendrosit menyelubungi bagian dari
axon yang berbeda-beda, masing-masing membungkus melingkar secara
berulang-ulang seperti tape membungkus kabel. Perlindungan berulang-ulang
ini disebut selubung myelin.2,6

Sumber: Essential Clinical Anatomy, third edition

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi WHO membedakan antara grade II WHO (low-grade


diferensiasi baik) dan WHO grade III (high grade anaplastik). Low grade
oligodendroglioma tumbuh lambat dengan nukleus yang bulat homogen,
sedangkan yang high grade mempunyai densitas sel tumor yang lebih tinggi,
aktifitas mitosis dan proliferasi mikrovaskuler dan nekrosis.1,2,3,

6
Sumber: Heiss WD, Raab P, Lanfermann H. Multimodality Assessment of Brain Tumors
and Tumor Recurrence. 2010. Available from; www.snm.org/ce_online.

E. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Etiolgi oligodendroglioma tidak diketahui. Pernah dilaporkan kejadian


oligodendroglioma setelah radiasi, trauma kepala, kombinasi dengan sklerosis
multiple maupun pernah dilaporkan kejadian secara familial. 7
Beberapa penelian menemukan hubungan dengan kromosom 1p dan 19q.
Kombinasi hilangnya alel pada lengan pendek kromosom 1 (1p) dan lengan
panjang pada 19 (19q). Keterlibatan kedua kromosom ini ditemukan pada 90%
kasus. Tidak terdapat marker imunohistokemikal khusus untuk
oligodendroglioma. 8
Pada 1920-an, Otto Warburg pertama kali mengusulkan gagasan bahwa
metabolisme yang tidak teratur, khususnya respirasi sel, adalah asal mula kanker.
Penemuan yang relatif baru bahwa gen yang mengkodekan isocitrate
dehydrogenases IDH1 dan IDH2-sitoplasma dan mitokondria, masing-masing-
berulang bermutasi pada kanker merupakan salah satu kisah sukses terbesar untuk
biologi kanker.
Studi biokimia menunjukkan bahwa semua mutasi IDH1 dan IDH2 yang
dilaporkan berdampak negatif terhadap kapasitas enzimatik dari protein ini untuk
mengikat isocitrate, substratnya, dan mengkonversi menjadi α-ketoglutarat (α-
KG), menghasilkan karbon dioksida dan mengisi NADH dan NADPH sebagai
produk samping1. Karena ini adalah salah satu langkah ireversibel dalam siklus
asam tricarboxylic (siklus TCA, juga dikenal sebagai asam sitrat atau siklus
Krebs) penting untuk respirasi sel, studi awal berspekulasi bahwa IDH1 dan
mutasi IDH2 mungkin mewakili kehilangan fungsi dominan-negatif.

7
Peningkatan 100 kali lipat dalam 2-hydroxyglutarate (2-HG), metabolit kecil
lainnya, pada pasien glioma dengan IDH1 atau mutasi IDH2. Struktur protein
IDH1 dan IDH2 mutan dan menunjukkan bahwa enzim mutan pada kenyataannya,
tidak aktif — mereka malah mengadopsi situs aktif baru. Serangkaian percobaan
biokimia menegaskan bahwa IDH1 dan IDH2 mutan dapat memetabolisme α-KG
— produk dari aktivitas IDH1 dan IDH2 wild-type — menjadi 2-HG. semua
IDH1 dan IDH2 yang mutasi dikaitkan dengan profil metilasi DNA yang sangat
spesifik, disebut glioma CpG-island methylator phenotype (G-CIMP) yang
berhubungan dengan ekspresi subtipe oligodendrocyte dari glioma8.

Sumber: John R Prensner & Arul M Chinnaiyan, et al. 2011. Metabolism unhinged: IDH
mutations in cancer

F. EPIDEMIOLOGI

Karsinoma otak sekitar 1,4% dari semua karsinoma dan merupakan 2,3%
dari kematian yang berhubungan dengan karsinoma. Belum terdapat jumlah pasti
insiden oligodendroglioma di Indonesia, namun di Amerika, ditemukan sekitar
20.000 kasus baru setiap tahunnya. Umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki
dengan perbandingakn 1,5-2:1. Insiden tidak dipengaruhi oleh faktor genetik. 1,2,9
Pada dekade terakhir, insiden oligodendroglioma dapat lebih umum dibandingkan
yang pernah dilaporkan sebelumnya, kemungkinan merupakan 25-33% dari
semua glioma.6

8
Insiden pada populasi di Norwegia menunjukkan angka sebesar 4.2% dari
seluruh tumor otak yang terdiagnosis selama periodew studi 25 tahun. Sebagian
besar tumor berlokasi intraserebral, dan mayoritas mengenai lobus frontalis.
Median umur pasien pada saat terdiagnosis adalah 47 tahun, rentang usia antara 3-
76 tahun, sedangkan pada anak-anak ditemukan sebanyak 6%.6
Median lama gejala sampai terdiagnosis adalah 20,5 bulan, sedangkan
rata-rata 43 bulan. Durasi antara onset sampai meninggal adalah 14 bulan pada
kasus yang tidak diterapi. Namun bila diterapi survival rate bisa mencapai 74
bulan. Low grade oligodendroglioma cenderung pada umur kurang dari 40
sedangkan high grade lebih dari 40 tahun. Five year survival rate (5YSR) 75%.6

G. DIAGNOSIS

1. Gejala klinis
Gejala klinis pada oligodendroglioma sangat tergantung pada lokasi
tumor. Namun karena paling sering melibatkan korteks cerebri, gejala
klinis yang paling sering adalah kejang dengan rentang insiden antara 35
sampai 85%. Daumas-Duport dan rekan melaporkan sebanyak 91%
penderita datang dengan keluhan kejang. Kejang dapat bersifat simple
partial atau complex parsial maupun generalisata atau kombinasi.6,9
Dapat juga ditemui gejala klinis berupa ataksia, hemiparesis, gangguan
penglihatan, kelemahan fokal anggota gerak, perubahan perilaku, gejala
peningkatan tekanan intrakranial berupa sakit kepala, muntah, mual,
bahkan dapat menyebabkan gejala rangsang meningeal bila tumor meluas
ke meningen.6,9,10

2. Pemeriksaan radiologi
CT scan dan MRI saling melengkapi pada pencitraan oligodendroglioma.
Namun demikian, evaluasi neoplasma intrakranial paling baik dilakukan
dengan MRI yang jauh lebih superior dari CT scan. MRI dapat
menampilkan morfologi tumor lebih jelas dan ada tidaknya gliosis. Tetapi

9
CT scan lebih superior dibanding MRI dalam menilai ada tidaknya
kalsifikasi dan keterlibatan tulang calvaria. PET baik digunakan untuk
mementukan batas lesi karena sifat tumor yang infiltratif.1,2

A. Pencitraan Oligodendroglioma
Untuk sebagian besar tumor otak, termasuk oligodendroglioma, MRI
merupakan modalitas pencitraan pilihan untuk menampilkan morfologi
tumor dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sifat tumor otak yang
infiltrative sehingga sulit membedakan lesi dengan jaringan normal. MRI
dapat menampilkan morfologi dan batas tumor lebih baik dibandingkan
CT scan, tetapi CT scan lebih unggul untuk memvisualisasikan kalsifikasi
dan erosi tulang. Kalsifikasi ditemukan pada 70-90% kasus
oligodendroglioma.1,2,9,10,12
CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi edema, nekrosis,
kalsifikasi, perdarahan, lesi kistik, vaskularisasi dan enhancement.
Keterbatasan CT adalah sulit menentukan batas tumor yang bersifat difus
dan infiltratif serta terjadinya gliosis.1
MRI dan CT scan sama-sama tidak sensitif untuk menentukan batas
tumor yang tumbuh infiltratif. Untuk menentukan batas tumor secara tepat
modalitas PET lebih superior, tetapi PET kurang baik dalam menampilkan
gambaran anatomi lesi. Untuk alasan tersebut, pencitraan multimodalitas
PET/CT menjadi modalitas yang paling efisien saat ini untuk tumor-tumor
otak, tetapi karena kemampuan CT scan dalam menampilkan morfologi
tumor terbatas, PET/MRI mempunyai akurasi lebih untuk pencitraan
neuroonkologi. MRI dapat memvisualisasikan detail morfologi lebih baik
dibanding CT scan.12
PET 18F-fluorodeoxyglucose (FDG)/MRI mempunyai nilai untuk
menentukan grade dan prognosis tumor, tetapi kurang baik untuk
menentukan perluasan batas tumor karena tingginya metabolisme glukosa
di korteks cerebri. Penggunaan radiolabel yang lain seperti 11C-
methionine dan O-(2(2-18F)fluoroethyl)-L-tyrosine(FET) PET bersama

10
dengan MRI meningkatkan kemampuan diagnosis untuk menentukan batas
dan perluasan tumor di otak.13

B. KARAKTERISTIK LESI PADA PEMERIKSAAN CT SCAN

Secara anatomis oligodendroglioma dapat terjadi dimana saja terdapat


sel oligodendrosit. Seperti halnya astrositoma, distribusinya biasanya
ditemukan secara proporsional terhadap distribusi normal selnya di
susunan syaraf pusat. Lebih dari 90% tumbuh di white matter
supratentorial, paling sering di lobus frontalis dan temporalis yang
merupakan lobus otak paling besar. Kurang dari 10% tumbuh di fossa
posterior dan medula spinalis. Oligodendroglioma juga dapat invasi ke
leptomeningen.1,2,8 Pada studi yang dilakukan terhadap 323 pasien,
Ludwig dan rekan (1986) menemukan lokasi primer adalah lobus frontalis
sebanyak 55%, temporalis 47%, parietal 20% kasus, occipital 4%,
serebelar 3% dan spinal 1%.8
Terdapat korelasi antara lokasi tumor pada oligodendroglioma dengan
kelainan genentiknya. Pada oligodendroglioma dengan 1p dan 19q yang
hilang, secara signifikan lebih sering berada di lobus frontalis atau bilateral
dibanding tumor yang mempunyai alel yang intak, yang lebih dominan
berada di lobus temporalis dab diencephalon dan tempat yang lebih dalam
di otak. Perbedaan genetik pada oligodendroglioma juga dapat
memberikan gambaran pada pencitraan yang berbeda.14
Tumor-tumor intra-axial biasanya memiliki densitas yang rendah pada
pemeriksaan CT scan tanpa pemberian media kontras. Atenuasi yang
tinggi di sekitar lesi menunjukkan adanya kalsifikasi atau perdarahan
tumor yang baru. Pada oligodendroglioma, CT scan secara khas
menunjukkan gambaran lesi perifer, cortex dan subcortex, dengan densitas
campuran hipodens sampai isodens.1,2,5,8

11
Gambar 2. Oligodendroglioma. Axial CT menunjukkan massa hipodens
(panah) di cortex dan white matter subcortical pada lobus frontalis
kanan.
Sumber: Koeller, Rushing. Oligodendroglioma and Its Variant:
Radiologic-Pathologic Correlation

Oligodendroglioma. Potongan axial CT menunjukkan massa dengan kalsifikasi


yang berat (panah) di lobus frontalis kanan tanpa oedema di sekelilingnya.

Sumber: Koeller, Rushing. Oligodendroglioma and Its Variant: Radiologic-


Pathologic Correlation

Oligodendroglioma sebagian besar berupa lesi hipodens, kurang dari


25% berupa lesi isodens dan sangat sedikit yang berupa lesi hiperdens.
Lesi hiperdens pada oligodendroglioma biasanya ditemukan di ventrikel.

12
Pada oligodendroglioma dapat ditemukan perdarahan yang berbeda
tahapnya sehingga menimbulkan gambaran densitas yang berbeda. Ada
tidaknya perdarahan menunjukkan derajat keganasan pada tumor otak,
biasanya pada grade anaplastik oligodendroglioma (high grade
oligodendroglioma), namun tidak patognomonis karena dapat ditemukan
pada low grade oligodendroglioma.14
Oligodendroglioma merupakan tumor yang tumbuhnya infiltratif. CT
scan tidak dapat digunakan untuk menentukan batas lesi dengan tegas.
Walaupun sebagian oligodendroglioma terlihat mempunyai batas yang
tegas karena oedema yang minimal, lesi tumor yang sebenarnya dapat
melebihi batas tersebut.1,2,8,12
Gambaran kistik ditemukan pada sekitar 20% kasus pada pemeriksaan
CT scan, dan enhancement ditemukan pada 24-66% kasus. Erosi pada
sistema tulang kalvaria menunjukkan proses yang lama. Pada
oligodendroglioma jarang terjadi enhancement karena sifat tumor yang
tumbuh lambat sehingga tidak menyebabkan kerusakan blood brain
barrier.1,2,3,8
Kalsifikasi pada tumor otak menunjukkan lesi yang low grade
walaupun dapat ditemukan pada lesi high grade. Hipotesis ditemukannya
kalsifikasi pada high grade glioma adalah transformasi ganas dari lesi
yang sebelumnya low grade.15
Kalsifikasi ditemukan pada 70-90% kasus oligodendroglioma,
umumnya kasar dapat terletak di sentral lesi, perifer maupun kalsifiksi
linear membentuk gambaran ribbon like.1,2,3 Lesi dengan kalsifikasi yang
luas menunjukkan prognosis yang lebih baik, tetapi, beberapa studi
menunjukkan bahwa tipe kalsifikasi tidak khas menunjukkan jenis tumor
tertentu.3

13
Anaplastic oligodendroglioma. Axial CT menunjukkan masa heterogen dengan
komponen seperti kista dan kalsifikasi (panah). Terlihat perluasan melalui corpus
callosum dan melibatkan 2 lobus frontalis.

Sumber: Koeller, Rushing. Oligodendroglioma and Its Variant: Radiologic-


Pathologic Correlation,

Anaplastic oligoastrocytoma. Axial CT menunjukkan masa heterogen (panah)


dengan kalsifikasi di lobus frontalis kanan.

Sumber: Koeller, Rushing. Oligodendroglioma and Its Variant: Radiologic-


Pathologic Correlation

14
Karena oligodendroglioma low grade tumbuh lambat maka biasanya
peritumoral edema minimal atau sama sekali tidak ditemukan. Nekrosis
tumor hanya ditemukan pada anaplastik oligodendroglioma (WHO grade
III). Terdapat pendapat yang berbeda-beda tentang mekanisme pasti
terjadinya oedema pada tumor otak, yang diterima saat ini adalah
kerusakan BBB, lokasi dan keterlibatan vena.1,3
Pada CT scan peritumoral edema pada tumor otak dapat dibedakan
menjadi empat grade berdasarkan luasnya. Grade 0: tidak terdapat daerah
dengan densitas rendah peritumoral yang terlihat pada CT scan. Grade I:
sejumlah kecil area low densitas peritumoral yang terlihat pada CT scan.
Grade II: Jumlah sedang densitas rendah peritumoral terlihat pada CT
scan. Grade III: sejumlah besar area densitas rendah peritumoral terlihat
pada CT scan. 15
Grade peritumoral oedema pada tumor otak sangat berhubungan
dengan dengan derajat keganasannya. Grade peritumoral oedema juga
berhubungan dengan lokasi tumor dan keterlibatan vena. Sebuah studi
yang menilai apparent diffusion coefficients Tumor (ADC) berbeda secara
signifikan dari otak normal (P < 0.001). ADC tidak berbeda signifikan
untuk membedakan subtipe oligodendroglioma dan grade-nya. Tumor
dengan kromosom 1p/19q yang intak mempunyai ADC yang lebih tinggi
dibanding pada oligodendroglioma yang hilang kromosom1p/19q yang
menunjukkan edema yang lebih luas.16
Pada oligodendroglioma hanya sebagian kecil yang ditemukan
enhancement setelah pemberian media kontras.1,2,3,5,8 Kontras
enhancement terjadi karena kerusakan blood brain barrier (BBB), lokasi
tumor dan ada tidaknya struktur vena di dekatnya. BBB rusak pada
berbagai proses patologis otak seperti intra axial tumor, penyakit
imflamasi, infark subakut, gliosis postoperative dan nekrosis radiasi.
Oligodendroglioma low-grade tidak menunjukkan enhancement karena
mereka membentuk kapiler baru yang sedikit mirip dengan kapiler
cerebral yang asli, dengan BBB masih intak. Namun hanya enhancement

15
saja tidak dapat membedakan lesi low-grade atau high-grade. Sebagai
tambahan, beberapa area otak tertentu seperti pleksus choroideus, hipofisis
and pineal glands, tuber cinereum, dan area postrema tidak mempunyai
BBB sehingga enhanced. Dua puluh persen oligodendroglioma mengalami
enhancement. Enhancement pada oligodendroglioma biasanya patchy dan
terkadang tidak mempunyai pola tertentu. Studi yang dilakukan oleh
Matthew L dan rekan menunjukkan bahwa ada tidaknya enhancement
tidak spesifik untuk membedakan low grade dari anaplastik
oligodendroglioma. Tetapi terdapat literatur lain menyatakan bahwa ring
enhancement menunjukkan prognosis yang buruk.

DNET pada lobus frontalis dextra. A-F, CT scan prekontras dari 1986 (A-C) dan
1994 (D-F) menunjukkan bahwa bagian kalsifikasi dan hipodens tanpa kalsifikasi
pada tumor meluas seiring waktu. Sebagai tambahan area hipodens yang nyata
dan lesi kistik berbatas tegas (panah) anterior terhadap kalsifikasi dan edema
peritumoral (mata panah).

Sumber: Ostertun et.al. Dysembrioplastic Neuroepithelial Tumors: MR


and CT Evaluation.

16
Oligodendroglioma mempunyai tendensi untuk menginvasi
leptomeningen dan mengerosi calvaria. Oligodendroglioma lebih sering
metastasis ke luar sistem syaraf pusat dibanding glioma tipe lainnya,
diduga karena tumor yang tumbuh lambat sehingga mempunyai waktu
untuk metastasis jauh. Oligodendroglioma, walaupun jarang, pernah
dilaporkan metastasis ke tulang, paru dan pleura dan hepar.

3. Pemeriksaan patologi anatomi


Sampai saat ini merupakan gold standard untuk oligodendroglioma.3
Pada oligodendroglioma tingkat rendah, nukleus umumnya bulat
dan seragam dengan membran nuklir yang renyah, kromatin halus dan
nukleolus kecil hingga tidak mencolok. Dalam contoh anaplastik, sel-sel
sering diperbesar dan epithelioid dengan nuklei yang sering menunjukkan
peningkatan ukuran dan pleomorfisma, pola kromatin vesikuler lebih
banyak dan nukleolus yang lebih menonjol, tetapi tumor masih
mempertahankan keseluruhan keteraturan dan kebulatan nuklir. Yang
jelas, halo perinuklear yang sering terlihat dalam sel tumor
oligodendroglial sebenarnya merupakan artefak fiksasi formalin, yang
biasanya tidak ada di bagian beku dan spesimen yang cepat diperbaiki.
Kombinasi dari nuklei bulat dan halo perinuklear menghasilkan gambaran
fried-egg dari sel-sel individual dan dalam pola sarang lebah kelompok sel
yang berjarak sama.
Gambaran kodelesi 1p19q mungkin termasuk pada
oligodendroglioma pada dewasa. Delesi 1p tanpa kehilang 19q adalah hal
yang paling sering ditemukan.

17
Common histopathologic patterns encountered in classic (IDH mutant, 1p19q codeleted)
oligodendrogliomas include: a a honeycomb-like arrangement of evenly spaced tumor cells with
uniformly rounded nuclei and clear haloes imparting a “fried egg” appearance; additionally, there
are branching capillaries (arrow) resembling chicken-wire; b mucin-filled microcystic spaces; c, d
minigemistocytes with small rounded bellies of eosinophilic cytoplasm and classic nuclear
cytology including rounded countours, delicate “salt and pepper” chromatin, sharp nuclear
membranes, and small nucleoli (c intra-operative smear; d tissue section); e foci of anaplastic
transformation with increased cellularity and enlarged cell size (left) in comparison to the low-
grade precursor cells (right). Anaplastic examples often feature: f enlarged epithelioid cells with
increased pleomorphism, vesicular chromatin, macronucleoli, but a maintained general sense of
nuclear roundness; g increased mitotic index and occasional “red crunchy” cells with brightly
eosinophilic lysosomal inclusions (arrow); h microvascular proliferation; and i foci of tumor
necrosis, more often consisting of collections of apoptotic cells rather than the pattern of
pseudopalisading necrosis seen in glioblastomas. Immunohistochemically, some cases are
completely GFAP negative, with only reactive astrocytes staining (j), while others (k) show strong
expression in gliofibrillary oligodendrocytes (perinuclear rim and variable tadpole-like tail) or
minigemistocytes (not shown). l A stain for neurofilament protein often highlights the infiltrative
growth pattern by showing entrapped neurons and axons. m Tumoral synaptophysin positivity is
not uncommon and can include a paranuclear dot-like pattern. n A stain for IDH1-R132H mutant
protein highlights perineuronal satellitosis in this positive tumor with cortical involvement. Unlike
diffuse astrocytomas, most oligodendrogliomas show only limited p53 immunoreactivity (o) and
retained ATRX expression (p)

18
Less common and sometimes diagnostically confusing histopathologic patterns encountered in
classic (IDH mutant, 1p19q codeleted) oligodendrogliomas include: a–e a lobulated or nodular
growth pattern can simulate a neuroendocrine tumor, with immunohistochemical pitfalls including
CD56 (b) and synaptophysin (c) positivity; however, demonstration of IDH1 R132H mutant
protein (d) and 1p19q codeletion confirmed the diagnosis in this case; e focal spindled cytology
was also encountered, simulating a more astrocytoma-like pattern. Rare examples demonstrate
more overt neuronal differentiation, including neurocytic (f) and ganglioglioma-like (g, h).
Neurocytic foci often feature slightly smaller and more hyperchromatic nuclei surrounding central
collections of delicate pink neuropil (i.e., neurocytic rosettes). In contrast, the case with
gangliogliomalike maturation featured areas of classic anaplastic oligodendroglioma (g note also
the “red crunchy” cells); FISH studies (not shown) revealed 1p19q codeletions not only in this
component, but in neoplastic ganglion cells (h) as well

SUMBER: Pieter Wesseling.Martin van den Bent. Arie Perry. 2015. Oligodendroglioma:
pathology, molecular mechanisms and markers

H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding oligodendroglioma didasarkan pada lokasi dan
kemiripan gambaran lesi pada pencitraan CT scan, yaitu low grade
astrocytoma, glioblastoma multiforme (GMB) dan dysembrioplastic
neuroepithelial tumor (DNET

19
1. Low grade astrocytoma (LGA)

Sebagian literature menyatakan bahwa, bila melihat tumor otak yang


pertama kali harus difikirkan adalah astrositoma, karena astrositoma
merupakan tumor sel glia yang paling sering ditemukan. Beda astrositoma
low grade dan oligodendroglioma pada CT scan adalah, astrositoma low
grade biasanya berlokasi lebih sentral dan tidak meluas ke cortex dan
jarang terdapat kalsifikasi (<20%). Gambaran lainnya hampir sama dengan
oligodendroglioma.1,2,3

2. GBM
GBM adalah astrocytoma grade IV menurut klasifikasi WHO. GBM
dijadikan diagnosis banding oligodendroglioma karena merupakan tumor
intracranial yang umum ditemukan, sekitar 50% dari glioma. Berdasarkan
lokasi tumor, GBM sering mengenai hemisfer cerebri, khasnya di dekat
midline sehingga mempunyai tendensi menyeberang dari midline
membentuk gambaran butterfly, sedangkan pada oligodendroglioma jarang
sekali.1
Pada CT scan GBM berupa masa heterogen dengan nekrosis, hemoragik
dan pleomorfisme seluler dengan vasogenik edema yang tidak
proporsional dengan besar tumornya. Oedema pada GBM paling sering
adalah grade III-IV, sesuai dengan derajat keganasan lesinya. GBM juga
umum melibatkan corpus callosum.1,3
Nekrosis sentral (sampai 90% kasus), oedema yang luas merupakan
hallmark pada pencitraan oligodendroglioma. Sebagian besar GBM
menunjukkan secara khas terjadinya rim enhancement dengan tepi yang
tebal atau nodular. Nekrosis sentral jarang ditemukan pada
oligodendroglioma kecuali pada anaplastik oligodendroglioma. Tidak
seperti kalsifikasi yang sering terjadi pada oligodendroglioma (sampai
90% kasus), pada GBM jarang sekali ditemukan kalsifikasi.1,2,3,8

20
Pada pemeriksaan CT scan dengan media kontras, pada GBM ditemukan
enhancement yang signifikan berbentuk ireguler dan inhomogen, dan
dapat berbentuk ring enhancement (hampir selalu ditemukan). Dapat juga
terjadi enhancement yang homogen dan difus walaupun jarang. Sedangkan
pada oligodendroglioma hanya 20% ditemukan enhancement.1,2,3

3. Dysembryoplastic Neuro Epithelial Tumor (DNET)

Merupakan tumor neuroepitelial yang sangat polimorfik yang tumbuh


pada saat embryogenesis. Merupakan tumor jinak dengan batas tegas
berlokasi di cortex cerebri, paling sering di lobus temporalis. Seperti
halnya pada oligodendroglioma, pada DNET 20% kasus enhanced post
pemberian media kontras. Bedanya pada DNET jarang ditemukan
kalsifikasi (sekitar 25% kasus). Umumnya DNET ditemukan pada usia
kurang dari 20 tahun, sedangkan oligodendroglioma mempunyai peak
incident pada usia 40 sampai 50 tahun dan hanya sebagian kecil (<6%)
terjadi pada anak-anak.2

I. TERAPI

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi pilihan utama untuk oligodendroglioma.


Reseksi tumor juga penting untuk mengurangi mass effect, untuk
mengurangi gejala neurologis, memperkecil lapangan radiasi dan
meningkatkan efek kemoterapi dan mengurangi kesalahan sampling bila
hanya dilakukan biopsi.9,10

2. Radiasi dan kemoterapi paska pembedahan dilakukan karena sulit


menentukan batas lesi pada oligodendroglioma. Perlu diberikan radiasi dan
atau kemoterapi setelah pembedahan. Studi menunjukkan bahwa radiasi
paska pembedahan tidak terbukti meningkatkan survival rate tetapi
memiliki efek samping yang banyak sehingga para spesialis sekarang lebih

21
mendahulukan kemoterapi dengan procarbazine, methyl-1-(2-
chloroethyl)-1-nitrosourea (CCNU), and vincristine ( PVC) dibanding
radioterapi.9,10

J. PROGNOSIS

Prognosis oligodendroglioma sangat tergantung tipe selnya. Pada low-


grade oligodendroglioma (WHO grade II), median survival pasca operasi adalah
3,5 – 16,7 tahun, sedangkan 5 year survival rate (5YSR) 38 – 83%. Sedangkan
pada anaplastik oligodendroglioma (WHO grade III), median survival pasca
operasi 0,9 – 7,3 tahun dan 5YSR 23 – 66%. Sedangkan pada oligoastrositoma
median survival post operasi adalah 3,9 – 6,3 tahun dengan 5YSR 58%.
Oligodendroglioma juga dapat metastasis ke tempat yang jauh karena perjalanan
tumor yang lambat.11
Glioma dengan kalsifikasi menunjukkan prognosis yang lebih baik.
Enhancement > 4 cm dan enhancement heterogen menunjukkan prognosis yang
lebih buruk. Sedangkan enhancement < 4 cm dan homogen menunjukkan
prognosis yang lebih baik.11

22
BAB III

KESIMPULAN

Pada pencitraan oligodendroglioma, CT scan mempunyai keakuratan yang


tinggi dalam menentukan adanya kalsifikasi dan erosi ke tulang calvaria. Sensitif
untuk melihat peritumoral oedema, vaskularisasi tumor dan enhancement post
pemberian kontras media. CT kurang sensitif untuk melihat batas lesi karena sifat
oligodendroglioma yang tumbuh infiltratif. MRI lebih baik untuk melihat
morfologi lesi. Pencitraan multimodalitas pada oligodendroglioma yaitu PET/CT
dan PET/MRI dapat meningkatkan kemampuan dalam menentukan morfologi
tumor, batas dan perluasan lesi lebih baik dibanding dengan modalitas tunggal.

Temuan pada CT scan oligodendroglioma dapat disimpulkan sebagai


massa berbentuk bulat atau oval, terutama di subcortex dan cortex cerebri
terutama lobus frontalis, berdensitas hipodens sampai isodens, batas relative tegas
dengan kalsifikasi kasar, edema minimal, kadang disertai lesi kistik, jarang
menyeberang ke hemisfer kontralateral. Pada pemberian kontras tidak mengalami
enhancement.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Brant WE, Helms CA. Fundamentals of Diagnostic Radiology. 3rd ed.


Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
2. Grainger RG, Allison DJ. Diagnostic Radiology. 5th ed. London: Churchill
Livingstone; 2008.
3. Kornienko VN, Pronin IN. Diagnostic Neuroradiology. Springer;2009.
4. Riascos R, Bonfante E. RadCases neuro imaging. 1st ed. Thieme; 2010.
Available from:
http://books.google.co.id/books?id=as6_JRnTYkEC&pg=PT56&lpg=PT56&d
q=CT+scan+differential+diagnosis+of+oligodendroglioma&source=bl&ots=t
6-
Tir3fL4&sig=UKNMyVYoSKQ85P8mYcLPGB3vaE0&hl=id&sa=X&ei=K
XVLT9GkLITqrQf77MCiDw&sqi=2&ved=0CEQQ6AEwBA#v=onepage&q
=CT%20scan%20differential%20diagnosis%20of%20oligodendroglioma&f=f
alse.
5. Kiroglu Y, Calli C, Karabulut N, Oncel C. Intracranial Calcifications on CT.
Diagnosis Interventional Radiology. 2010;16:263-269
6. McKinley M, O’Loughlin VD. Human Anatomy. 3rd edition. McGraw-
Hill;2012
7. Engelhard HH, Stelea A, Mundt A. Oligodendroglioma and anaplastic
oligodendroglioma: clinical features, treatment, and prognosis. Surg Neurol.
2003;60:443-56.
8. John R Prensner & Arul M Chinnaiyan, et al. 2011. Metabolism unhinged: IDH
mutations in cancer.
9. Walker DG. Diagnosis and management of astrocytomas, oligodendrogliomas
and mixed gliomas: a review. Australian Radiology. 2001;45:472-482
10. Heiss WD, Raab P, Lanfermann H. Multimodality assessment of brain tumors
and tumor recurrence. 2010. Available from: www.snm.org/ce_online.
11. Wesseling P. Bent MVD. Perry. A. 2015. Oligodendroglioma: pathology,
molecular mechanisms and markers. Available at:

24
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4436696/pdf/401_2015_Artic
le_1424.pdf diakses pada tanggal 21 Oktober 2018.
12. Cairncross JG. Imaging molecular signatures in oligodendroglioma:
commentary on Walker et al., pages 7182-7191. Clin Cancer. 2004;10:7109-
7111.
13. Lee YY, Tassel PV. Intracranial Oligodendrogliomas: Imaging Finding in 35
Untreated Cases. AJR. 1989;152:361-369.
14. Ikeda Y, Nakazawa S. Analysis of peritumoral edema with special reference to
the value of contrast-enhanced CT scan and dynamic CT scan. [Translated
from Japanese]. No To Shinkei. 1984;36(11):1055-62.
15. Server A, Kulle B, Maehlen J, Josefsen R, Schellhorn T, Kumar T, et al.
Quantitative apparent diffusion coefficients in the characterization of brain
tumors and associated peritumoral edema. Acta Radiol. 2009;50(6):682-9.
16. Ostertun B, Wolf HK, Campos MG, Matus C, Solymosi L, Elger CE, et al.
Dysembryoplastic neuroepithelial tumors: MR and CT evaluation. AJNR Am
J Neuroradiol. 1996;17:419-430.

25

Anda mungkin juga menyukai