Anda di halaman 1dari 44

CASE REPORT

SUBCONJUNCTIVAL BLEEDING ET CAUSA TRAUMA


TUMPUL OCULI
Disusun oleh :
Siti Aisah 1102014250

Pembimbing :
Kolonel (Purn) dr. Dasril Dahar Sp.M
Mayor CKM dr. Leidina Rachmadian Sp.M
IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. CK
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Jakarta, 23 Aprili 1997 ( 22 Th)
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Cibinong
Tgl. Periksa : 7 Agustus 2019
ANAMNESIS

 Keluhan Utama:
mata kanan nyeri

 Keluhan Tambahan :
bengkak, memar, penglihatan kabur, rasa
mengganjal pada mata
Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang Perempuan berusia 22 tahun datang ke Poli Klinik Mata RS TK. II Moh.
Ridwan Meuraksa diantar oleh orang tuanya dengan keluhan nyeri dan penglihatan
kabur pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya 2 hari yang lalu pasien
mengalami kecelakaan motor dimana pasien jatuh dengan posisi sujud dan mata
kanan pasien terbentur trotoar jalanan dari arah depan. Setelah terbentur, pasien
sempat tidak bisa membuka mata karena mata pasien bengkak, memar dan terasa
nyeri saat itu pasien langsung dilarikan ke Rumah Sakit dan diberikan salep
trombophob 2-3x/ hari sehari setelah itu pasien merasa membaik mata pasien
sudah mulai bisa dibuka namun pasien merasa pandangannya menjadi buram dan
terasa mengganjal dan terdapat darah di mata, Keluhan mual, muntah dan nyeri
kepala, disangkal pasien. Keluhan lain seperti keluar darah, cairan, kotoran mata
berlebih, silau, keluhan buram sebelum trauma, adanya bayangan di mata
disangkal oleh pasien
Riwayat Penyakit Trauma :
Riwayat trauma (+)

Riwayat Pengobatan :
Selama sakit pasien memakai salep trombophob
2-3x/ hari sehari
PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ mnt
Respirasi : 20 x/ mnt
Suhu : 36,3 ºC
 Status ophthalmicus
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan OD OS

Visus Jauh 6/6 6/6

Refraksi - -

Koreksi - -

Visus dekat - -

Proyeksi sinar Baik Baik

Persepsi warna Baik Baik


Pemeriksaan Objektif
INSPEKSI OD OS
Muscle balance Orthotrophia

Normal ke segala arah Normal ke segala arah

Gerakan bola mata

edema (-) edema (-)


Palpebra Superior
edema (+)
edema (-)
Palebra inferior Nyeri tekan (+)
Nyeri tekan (-)
Hematom (+)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi(-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Tarsalis Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Tarsalis Inferior
benjolan (-) benjolan (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) Injeksi Konjungtiva (-)
Kornea Jernih Jernih
COA dalam dalam
Bulat Bulat
Pupil Refleks direk + Refleks direk +
Refleks indirek + Refleks indirek +
RESUME

Seorang perempuan berusia 22 tahun datang dengan keluhan :

Nyeri dan penglihatan kabur pada mata kanan sejak 2 hari lalu. Sebelumnya pasien mengalami
kecelakaan motor dimana pasien jatuh dengan posisi sujud dan mata kanan pasien terbentur
trotoar jalan dari arah depan. Setelah itu pasien merasakan nyeri, pandangan jadi buram, dan ada
darah pada mata pasien, pasien sempat dilarikan ke RS dan diberikan salep trombophob 2-3x/
hari sehari. Keluhan lain seperti mual, muntah, sakit kepala, keluar cairan atau darah, kotoran
mata berlebih, adanya bayangan pada mata, keluhan penglihatan buram sebelum trauma
disangkal.

Palpebra inferior OD:


edema (+)
Nyeri tekan (+)
Hematom (+)
I. DIAGNOSA KERJA
OD Trauma Tumpul Oculi
OD Subconjunctival Bleeding

I. PENATALAKSANAAN
- Cendoxytrol Eye Drop 5x1 - Vitamin C
- Adona AC 17 3x1 - anti tetanus toksoid

I. PROGNOSIS

 Quo Ad Vitam : Ad Bonam

 Quo Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam

 Quo Ad sanactionam : Ad Bonam


TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
TRAUMA TUMPUL PADA MATA

TRAUMA TUMPUL
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras
dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya.

 Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan,


cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas.

 Trauma tumpul dapat bersifat Coupe maupun Counter Coupe, yaitu terjadinya
tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang berseberangan
sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan
makula.
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli


yaitu coup, countercoup,equatorial, global reposititioning.

 Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.

 Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh


cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari
trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung mengambang
dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata
akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu
seperti yang diharapkan.
MANIFESTASI

Manifestasi Trauma Okuli

Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain:

- perdarahan atau keluar cairan dari mata


- memar pada sekitar mata
- penurunan visus dalam waktu yang mendadak
- penglihatan ganda
- mata bewarna merah
- nyeri dan rasa menyengat pada mata
- sakit kepala
- mata terasa gatal
- terasa ada yang mengganjal pada mata
- fotopobia
TRAUMA TUMPUL KELOPAK MATA

Hematoma palpebra :merupakan


pembengkakan atau penimbunan darah di
bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh
darah palpebra
TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA

A. EDEMA KONJUNGTIVA : Jaringan konjungtiva yang


bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema)
pada setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul.

B. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA : Hematoma


subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti
arteri konjungtiva dan arteri episklera
Trauma Tumpul pada Kornea

A. EDEMA KORNEA : Trauma tumpul dapat


mengenai membran descement yang
mengakibatkan edema kornea. Edema kornea
dapat meberikan keluhan berupa penglihatan
kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu
atau sumber cahaya yang dilihat

B. EROSI KORNEA :Erosi kornea merupakan


keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel
kornea.
Trauma Tumpul pada Uvea

A. Iridoplegia :Kelumpuhan otot sfingter pupil


yang bisa diakibatkan karena trauma
tumpul pada uvea sehingga menyebabkan
pupil menjadi lebar atau midriasis

B. Iridodialisis: adalah keadaan dimana iris


terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk
pupil tidak bulat dan pada pangkal iris
terdapat lubang.
Trauma Tumpul pada COA

C. Hifema: adalah darah di dalam bilik mata


depan (camera okuli anterior/COA) yang dapat
terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar.

Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan


tampilan klinisnya :
grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli
Anterior)
grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA
Trauma Tumpul pada Lensa

a. Subluksasi Lensa: adalah lensa yang


berpindah tempat akibat putusnya
sebagian zonula zinii ataupun dapat terjadi
spontan karena trauma atau zonula zinii
yang rapuh (sindrom Marphan).

b. Luksasi Lensa Posterior : Yaitu bila


seluruh zonula zinii di sekitar ekuator
putus akibat trauma sehingga lensa jatuh
ke dalam badan kaca dan tenggelam di
dataran bawah fundus okuli
Trauma Tumpul pada Retina

a. Edema Retina :Terjadinya sembab pada


daerah retina yang bisa diakibatkan oleh
trauma tumpul. Edema retina akan
memberikan warna retina lebih abu-abu
akibat sukarnya melihat jaringan koroid
melalui retina yang sembab

b. Ablasio Retina : Yaitu terlepasnya retina


dari koroid yang bisa disebabkan karena
trauma

c. Edema Makula : Edema makular (edema


berlin) adalah suatu kondisi dimana terjadi
pembengkakan atau penebalan dari pusat
retina yaitu makula dan biasanya
berhubungan dengan penglihatan sentral
yang kabur atau distorsi
Diagnosis Trauma Okuli

1. ANAMNESIS :

Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses


terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut,
bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut
apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa
besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut
apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi
penurunan penglihatan, ditanyakan apakah penurunan penglihatan
itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga
kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan keluarnya
darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan
sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum terlebih dahulu diperiksa,


karena 1/3 hingga ½ kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera
lain selain mata. Untuk itu perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik
mencakup tanda-tanda vital, status mental, fungsi, jantung dan paru
serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai dengan :

- Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya,


diskriminasi dua titik dan defek pupil aferen.
- Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi
untuk mencari defek pada tepi tulang orbita.
-Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi
-Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak
-Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan
-Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan
dengan mata yang lain)
-Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina.
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat


ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun
demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus
trauma okular adalah :

Memperbaiki penglihatan.
Mencegah terjadinya infeksi.
Mempertahankan arsitektur mata.
Mencegah sekuele jangka panjang.
PENATALAKSANAAN

 anti tetanus toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari
terutama trauma yang menyebabkan luka penetrasi

 Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung mata
(bebat mata)

 Analgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan

 vitamin C untuk pembentukan kolagen.


KOMPLIKASI

a. Keratitis
b. Sikatrik kornea
c. Katarak
d. Glaukoma
PROGNOSIS

Prognosis pada trauma tumpul okuli sangat ditentukan atas


mekanisme trauma, tingkat kegawatdarudatan dan ketepatan pertolongan
pertamanya. Pada kasus ini pasien segera dibawa ke praktek dokter klinik
sesaat setelah mengalami trauma. Mekanisme trauma tidak menyebabkan
trauma penetrasi dimana pada trauma tumpul tanpa penetrasi memiliki
prognosis yang lebih baik dibandingkan trauma okuli dengan penetrasi.
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

TRAUMA TUMPUL
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan subkonjungtiva

Definisi

Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh


darah konjungtiva.3 Darah terdapat di antara konjungtiva dan sklera. Sehingga
mata akan mendadak terlihat merah dan biasanya mengkhawatirkan bagi
pasien
MANIFESTASI

Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan


perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera.

 Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva


pada permulaan. Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa
tidak nyaman, terasa ada yang mengganjal dan penuh di mata.

 Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis)


atau merah tua (tebal).

 Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya peradangan


yang ringan.

 Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu


kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi.
klasifikasi

Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua,


yaitu :

 Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan : Sesuai namanya perdarahan


subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba – tiba (spontan). Perdarahan
tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh
darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi rapuh adalah umur, hipertensi, arterisklerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk
rejan.

 Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik : Dari anamnesis didapatkan


bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata langsung atau tidak
langsung yang mengenai kepala daerah orbita.
ETIOLOGI

1. Idiopatik

2. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah,


bersin

3. Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan


retrobulbar atau ruptur bola mata)
4. Hipertensi1

5. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia


muda tanpa adanya riwayat trauma atau infeksi), termasuk
penyakit hati atau hematologik, diabetes, SLE, parasit dan
defisisensi vitamin C.
TATALAKSANA

 Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan


pengobatan. Pengobatan dini pada perdarahan
subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin. Perdarahan
subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1- 2
minggu tanpa diobati.
 Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari
kornea, dapat dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk
drainase dari perdarahan. Pemberian air mata buatan juga
dapat membantu pada pasien yang simtomatis.
 Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas
beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan
multivitamin
TATALAKSANA

Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis


mata jika ditemukan kondisi berikut ini :

 Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.


 Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur
 ganda atau kesulitan untuk melihat)
 Terdapat riwayat gangguan perdarahan
 Riwayat hipertensi
 Riwayat trauma pada mata.
KOMPLIKASI

Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh


dalam waktu 1 – 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius
yang terjadi. Namun adanya perdarahan subkonjungtiva harus
segera dirujuk ke dokter spesialis mata jika ditemui berbagai hal
seperti yang telah disebutkan diatas.

Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau


berulang (kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian
yang dilakukan oleh Hicks D dan Mick A mengenai perdarahan
subkonjungtiva yang menetap atau mengalami kekambuhan
didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan subkonjungtiva yang
menetap merupakan gejala awal dari limfoma adneksa okuler
PROGNOSIS

Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah


baik. Karena sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh.
Namun untuk keadaan tertentu seperti sering mengalami
kekambuhan, persisten atau disertai gangguan pandangan
maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi.
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN

Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien bernama Nn. CK pada 7 Agustus 2019
di poli mata RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa. Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dan
penglihatan yang kabur pada mata kanan yang muncul setelah terjadinya kecelakaan motor.
Teori Fakta
 Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakan  Terjadi akibat kecelakaan motor dengan posisi
di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, sujud dan mata kanan pasien terbentur trotoar dri
dan kecelakaan lalu lintas arah depan
 Gejala yang dapat timbul :  Keluhan :
 Mata merah  Mata merah dan nyeri
 Rasa sakit  Memar disekitar mata
 Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau  Penurunan penglihatan dalam waktu mendadak
sekitarnya  Terdapat perdarahan pada mata
 Memar disekitar mata
 Penurunan penglihatan dalam waktu mendadak
 Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra
Okuler (TIO).
 Sakit kepala
PEMBAHASAN

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Palpebral inferior OD:


Edema (+)
Neri tekan (+)
Hematom (+)

Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?


 Pada pasien ini diberikan Cendoxytrol eye drop 5x1 tetes yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi
 adona AC 17 mengandung carbazochrome Na sulfonate, yang
merupakan agen antihemorragic, yang digunakan untuk menghentikan
perdarahan.
 anti tetanus toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
dikemudian hari terutama trauma yang menyebabkan luka penetrasi
 Pemberian vitamin C bertujuan untuk pembentukan kolagen
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai