Anda di halaman 1dari 13

Refleksi Kasus

Ruptur Kornea

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Oleh:
Ragil Septianajati
30101700145

Pembimbing:

dr. Reza Satrio, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
IDENTITAS PASIEN
1. Nama penderita : AF
2. Umur : 22 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kwarungan, Kalongan
5. No CM : 005684xx
6. Agama : Islam

A. ANAMNESA
Autoanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 6
September 2022 di Poli Mata RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi

Keluhan Utama
Mata kiri penglihatan kabur

Riwayat penyakit sekarang


Seorang laki-laki datang ke poli mata RSUD Dr. R. Soedjati Purwodadi RA
Kartini pada hari Selasa, 6 September 2022 pukul 09.40 WIB dengan keluhan mata
kiri merah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
pandangan kabur dan nyeri pada mata kiri. Awal mula keluhan akibat kebiasaan
pasien tidak menggunakan penutup kaca pada helm motor. Pasien juga mengeluhkan
keluar cairan bening dari mata kirinya. Pasien telah menggunakan obat tetes mata
yang dibeli di apotek namun mata merah dan pandangan kabur pada mata kirinya
masih dirasa. Pada mata kanan pasien tidak terdapat keluhan.
Pasien tidak mengeluhkan penglihatan silau, melihat cahaya pelangi di
sekitar lampu, kotoran berlebihan, benda asing yang masuk ke dalam mata,, batuk,
demam, mual dan muntah. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit serupa : tidak ada
- Riwayat penggunaan kacamata : tidak ada
- Riwayat memakai lensa kontak : tidak ada
- Riwayat operasi mata : tidak ada
- Riwayat penyakit hipertensi : tidak ada
- Riwayat penyakit DM : tidak ada
- Riwayat penyakit asma : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit serupa : tidak ada
- Riwayat penggunaan kacamata : tidak ada
- Riwayat memakai lensa kontak : tidak ada
- Riwayat operasi mata : tidak ada
- Riwayat penyakit hipertensi : tidak ada
- Riwayat penyakit DM : tidak ada
- Riwayat penyakit asma : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36⁰C

2. Status Ophthalmicus

Oculi Dextra (OD) Pemeriksaan Oculi Sinistra (OS)


0.9 Visus 1.0
Gerak simetris, Gerak simetris,
Enoftalmus (-), Enoftalmus (-),
Bulbus Okuli
Eksoftalmus (-), Eksoftalmus (-),
Strabismus (-), Strabismus (-),
Simetris (+) Simetris (+)
Rontok (-) Suprasilia Rontok (-)
Rapat (+) Rapat (+)
Edema (+) Edema (-)
Hematoma (+) Hematoma (-)
Spasme (+) Palpebra Superior Spasme (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Edema (+) Edema (-)
Hematoma (+) Hematoma (-)
Palpebra Inferior
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-),
Injeksi siliar (-), Injeksi siliar (-),
Sekret (-), Sekret (-)
Edema (-), Konjungtiva Edema (-)
Chemosis (+) Chemosis (-)
Hematom Hematom
subkonjungtiva (+) subkonjungtiva (-)
Warna merah sisi
temporal,
Sklera Jernih
Injeksi siliar (-)
Laserasi (-)
Jernih, Kornea Jernih,
Kedalaman cukup, Kedalaman cukup,
Camera Oculi
Hifema (-), Hifema (-),
Anterior (COA)
Hipopion (-) Hipopion (-)
Berwarna coklat Berwarna coklat
Kripte (+) Kripte (+)
Iris
Sinekia (-) Sinekia (-)
Edema (-) Edema (-)
Bulat di sentral Bulat di sentral
Diameter ±3 mm Diameter ±3 mm
Pupil
Refleks direct (+) Refleks direct (+)
Refleks indirect (+) Refleks indirect (+)
Jernih Jernih
Lensa
Shadow test (-) Shadow test (-)
N Tekanan Intra N
Okular (TIO)
Tidak ada Tidak ada
penyempitan lapang Lapang Pandang penyempitan lapang
pandang pandang

C. RESUME
Anamnesis
 Keluhan Utama
Mata Kanan Merah
 Riwayat Penyakit Sekarang
Mata kanan merah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Mata merah
terlihat memenuhi sisi temporal mata kanan. Pandangan kabur dan rasa penuh pada
mata kanan. Kelopak mata kanan atas dan bawah bengkak kemerahan disertai nyeri
saat ditekan. Pusing dirasakan hilang timbul. Saat melirik ke atas dirasa nyeri pada
mata kanan. Pasien telah melakukan kompres dingin pada mata kanan dan periksa
ke puskesmas, namun keluhan belum membaik.
 Riwayat Penyakit Dahulu
-
 Riwayat Penyakit Keluarga
-
 Riwayat Social Ekonomi
Biaya pengobatan umum dengan kesan ekonomi cukup.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan visus didapatkan OD 0,9 dan OS 1,0. Pemeriksaan fisik didapatkan
palpebra superior mata kanan edema, hematoma, spasme serta nyeri tekan. Pada
palpebra inferior mata kanan didapatkan edema, hematoma, serta nyeri tekan. Pada
konjungtiva didapatkan kemosis dan hematoma subkonjungtiva homogen batas tegas di
sisi temporal mata kanan. Mata kiri tenang tidak terdapat keluhan.

D. DIAGNOSA
1) Diagnose Kerja : Conjunctival Haemorrhage
2) Diagnosa Banding :
- Conjunctival Haemorrhage
- Subkonjungtival Haemorrhage ec Hipertensi
- Konjungtivitis
- Keratitis
- Uveitis
- Glaucoma akut

E. TATALAKSANA
A. Medikamentosa
 Cendo Polynel 1 tetes/4 jam mata kanan
B. Non medikamentosa
 Kompres dingin
 Kontrol 1 minggu

G. PROGNOSIS

Oculi Dextra (OD) Oculi Dextra (OD)


Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanationam Ad bonam Ad bonam
Quo ad functionam Ad bonam Ad bonam
Quo ad kosmetika Ad bonam Ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Konjungtiva


Struktur palpebra dilengkapi oleh membran tipis (tunica conjunctiva), yang
menutup permukaan posterior tiap palpebrae dan berefleksi ke permukaan luar
(sclera) bulbus oculi. Membran ini meluas pada bulbus oculi hingga pertemuan antara
sclera dan cornea. Adanya membrana di daerah ini, saccus conjunctivalis dibentuk
saat palpebrae tertutup, dan perluasan atas dan bawah saccus tersebut disebut fornix
conjunctivae superior dan fornix conjunctivae inferior (Drake, Vogl, & Mitchell,
2012).

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Lapisan permukaan konjungtiva, yaitu lapisan epitel berhubungan dengan


epidermis dari palpebra dan dengan lapisan permukaan dari kornea, yaitu epitel
kornea. Konjungtiva dibedakan menjadi tiga bagian yaitu konjungtiva palpebra,
konjungtiva forniks, dan konjungtiva bulbi. Fungsi konjungtiva adalah sebagai berikut
(Gerhard, 2000)
- Pergerakan bola mata
Hubungan longgar antara konjungtiva bulbi-sklera dan jaringan konjungtiva di
forniks memungkinkan bola mata untuk bergerak bebas ke segala arah.
- Lapisan artikulasi
Permukaan konjungtiva yang halus dan lembab memungkinkan selaput lendir
bergesekan dengan mudah dan tanpa rasa sakit. Air mata bertindak sebagai
pelumas
- Fungsi pelindung
Konjungtiva mampu melindungi mata terhadap patogen. Agregasi seperti
folikel limfosit dan sel plasma kelenjar getah benning terletak di bawah
konjungtiva palpebral dan di forniks konjungtiva. Zat antibakteri,
immunoglobulin, interferon, dan prostaglandin membantu melindungi mata
(Gerhard, 2000).

Gambar 2. Anatomi Konjungtiva Pandangan Lateral (Gerhard, 2000)

Lapisan interior kelopak mata adalah membran mukosa yang disebut


konjungtiva palpebra. Bagian ini terletak dekat bola mata. Epitel konjungtiva palpebra
adalah epitel berlapis kolumner dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit
tipis berlanjut hingga ke tepi kelopak mata dan menyatu menjadi epitel berlapis
silindris konjungtiva palpebra. Lamina propria konjungtiva palpebra tipis
mengandung serat elastik dan kolagen (Eroschenko, 2012)
Gambar 3. Kelopak Mata (potongan sagital) (Eroschenko, 2012)

Vaskularisasi konjungtiva berasal dari dua sumber, yaitu arteri palpebralis dan
arteri siliaris anterior. Pleksus post tarsal dari palpebra, yang diperdarahi oleh arkade
marginal dan perifer dari palpebra superior akan memperdarahi konjungtiva
palpebralis. Arteri yang berasal dari arkade marginal palpebra akan melewati tarsus,
mencapai ruang subkonjungtiva pada daerah sulkus subtarsal membentuk pembuluh
darah marginal dan tarsal. Pembuluh darah dari arkade perifer palpebra akan
menembus otot Muller dan memperdarahi sebagian besar konjungtiva forniks. Arkade
ini akan memberikan cabang desenden untuk menyuplai konjungtiva tarsal dan juga
akan mengadakan anastomose dengan pembuluh darah dari arkade marginal serta
cabang asenden yang melalui forniks superior dan inferior untuk kemudian
melanjutkan diri ke konjungtiva bulbi sebagai arteri konjungtiva posterior. Suplai dari
arteri siliaris anterior berjalan sepanjang tendon otot rektus dan mempercabangkan
sebagai arteri konjungtiva anterior tepat sebelum menembus bola mata. Arteri ini
mengirim cabangnya ke pleksus perikorneal dan ke daerah konjungtiva bulbi sekitar
limbus. Pada daerah ini, terjadi anastomose antara pembuluh darah konjungtiva
anterior dengan cabang terminal dari pembuluh darah konjungtiva posterior (Snell &
Lemp)
II. Definisi
.Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh
darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga
terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis kranii akan terlihat
hematoma kacamata karena berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua mata
(Sidarta, 2006).

III. Faktor Resiko


Tampak sebagai bercak merah terang pada jaringan konjungtiva dengan batas
yang jelas. Pada kondisi yang lebih berat, konjungtiva menjadi meninggi dan prolapse
melalui fisura palpebra, atau seluruh bulbar konjungtiva mungkin terlibat. Umumnya
membaik secara spontan dalam 7 hingga 10 hari, warnanya berkembang dari merah
terang menjadi hijau kuning (Gerhard, 2000):
Faktor risiko terkait keadaan perdarahan subkonjungtiva, antara lain (IDI, 2014):
1. Hipertensi atau arterosklerosis
2. Trauma tumpul atau tajam
3. Penggunaan obat, terutama pengencer darah
4. Manuver valsava, misalnya akibat batuk atau muntah
5. Anemia
6. Benda asing
7. Konjungtivitis

IV. Klasifikasi
Perdarahan subkonjungtiva berdasarkan mekanismenya, dibagi menjadi dua,
yaitu perdarahan subkonjungtiva tipe spontan dan traumatik. Perdarahan tipe spontan
diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh dan
mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh
adalah umur, hipertensi, arterosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan dan batuk rejan. Pada perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik,
didapatkan anamnesis bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata langsung
atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita. Perdarahan yang terjadi
kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi (Sidarta, 2006).

V. Gejala Klinis
Kelainan dapat terjadi spontan, biasanya hanya pada satu mata, pada setiap
kelompok umur. Kemunculannya mendadak dan tampilan merah terang sering kali
mengkhawatirkan pasien. Perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh-pembuluh
kecil konjungtiva, kadang-kadang didahului oleh serangan batuk atau bersin yang
hebat (Ferrer , Schwab, & Shetlar, 2009).

VI. Diagnosis
Diagnosis Klinis penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada kasus perdarahan
subkonjungtiva. Anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan adanya darah
pada sklera atau mata berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Sebagian
besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan perdarahan
subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Perdarahan akan terlihat
meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudian akan berkurang perlahan
ukurannya karena diabsorpsi (IDI, 2014).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien adalah pemeriksaan status
generalis dan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan oftalmologi akan didapatkan
sebagai berikut:
 Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau
merah tua (tebal).
 Pemeriksaan tajam penglihatan umumnya 6/6, jika visus <6/6 maka dicurigai
terjadi kerusakan selain di konjungtiva.
 Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma (IDI, 2014).

VII. Tatalaksana
Terapi paling baik adalah menenangkan diri pasien. Perdarahan
subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
Pengobatan lain dilakukan terhadap penyakit yang mendasari bila ada (IDI, 2014).
Kadang-kadang perdarahan ini bersifat bilateral atau kambuhan; kemungkinan adanya
diskrasia darah harus disingkirkan terlebih dahulu (Ferrer , Schwab, & Shetlar, 2009).
Edukasi Memberitahu keluarga bahwa: tidak perlu khawatir karena perdarahan
akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama, namun setelah itu ukuran akan berkurang
perlahan karena diabsorpsi. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi
dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan
pengontrolan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi. Kriteria rujukan adalah
ketika perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika
ditemukan penurunan visus (IDI, 2014).

VIII. Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam (IDI, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Drake, R. L., Vogl, A., & Mitchell, A. (2012). Gray's Basic Anatomy. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone.

Eroschenko, V. (2012). Atlas Histologi diFiore. Jakarta: EGC.

Ferrer , F., Schwab, I., & Shetlar, D. (2009). Konjungtiva. Dalam P. R. Eva, & J. Witcher,
Vaughan & Asbury General Ophthalmology (hal. 97-124). Jakarta: McGraw-Hi11
Education (Asia) and EGC Medical publisher.

Gerhard, K. (2000). Ophthalmology. Berlin: Library of Congress Cataloging-in-Publication


Data.

Hutomo, L. (2018). Infeksi Odontogen Submandibula dengan Komplikasi Perluasan Ke


Temporal. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

IDI. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

Setiawan, P. D., & Putra, I. D. (2020). Karakteristik Penderita Abses Submandibular di


Departemen THT-KL RSUP Sanglah Denpasar. Medicina, 153-158.

Sidarta, I. (2006). Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.

Snell, R., & Lemp, M. (t.thn.). The Ocular Appendages in: Clinical Anatomy of The Eye. 2nd
Edition. Blackwell Science.

Anda mungkin juga menyukai