Oleh :
Rudy Hermawan Cokro Handoyo
11.2013.089
Pembimbing:
dr. Saptoyo Argo Morosidi, SpM
KEPANITERAAN KLINIK
LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS FAMILY MEDICAL CENTER BOGOR
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AZ Jenis kelamin : Perempuan
Keluhan utama : Penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak satu bulan SMRS
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD PEMERIKSAAN OS
0.05 PH 0.2 Visus 4/60 PH 0.15
S 3,75 C -1,00 axis Koreksi S - 4,00 C - 0,75 axis
90o1.0 180o1.0
Gerak bola mata normal Bulbus Oculi Gerak bola mata normal
Enopthalmus (-) Enopthalmus (-)
Exophthalmus (-) Exophthalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis Hiperemis
Blefarospasme (-) Palpebra Blefarospasme (-)
Lagophtalmus (-) Lagophtalmus (-)
Ektropin (-) Ektropin (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Edema (-) Edema (-)
Injeksi konjungtiva (-) Conjuctiva Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sekret serous (-) Sekret serous (-)
Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih
Bulat, jernih Bulat, jernih
Edema (-) Kornea Edema (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Jernih Jernih
Kedalaman cukup Camera Oculi Anterior Kedalaman cukup
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema (-) Hifema (-)
Kripta (-) Kripta (-)
Edema (-) Iris Edema (-)
Reguler Reguler
Letak sentral, tampak jernih Pupil Letak sentral, tampak jernih
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+) Refleks pupil L/TL : (+/+)
Jernih Lensa Jernih
Jernih Vitreus Jernih
(+) Fundus refleks (+)
C/D ratio 0,3, eksudasi (-), Retina C/D ratio 0,3, eksudasi (-),
Arteri : vena = 2:3 Arteri : vena = 2:3
Pendarahan (-) Pendarahan (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Ablasio (-) Ablasio (-)
Normal Tekanan Intra Okular Normal
Normal Sistem Lakrimasi Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Autorefraktometri
- Trial lens
RESUME
Anak perempuan berusia 13 tahun datang ke poliklinik mata RS FMC Bogor
dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 2 tahun SMRS. OS
mengatakan kesulitan membaca tulisan di papan tulis dan harus menyipitkan mata untuk
dapat membacanya. OS juga kesulitan melihat benda-benda yang jauh. OS mengatakan
memiliki kebiasaan bermain game di telepon genggam dan membaca sambil tidur
terlentang. OS pernah memakai kacamata 2 tahun yang lalu, namun kacamata tersebut
pecah dan OS tidak pernah memeriksakan lagi kedua matanya. OS tidak memiliki
keluhan mata lain seperti mata merah, sering berair, gatal, nyeri pada mata, merasa sangat
silau bila melihat sinar, ataupun penglihatan seolah melihat pelangi. OS memiliki riwayat
memakai kacamata sebelumnya. Ibu OS juga memakai kacamata. Status generalis dalam
batas normal. Status Oftalmologis visus: OD 0.05 PH 0.2 koreksi S 3,75 C -1,00
axis 901.0, OS 4/60 PH 0.15 koreksi S - 4,00 C - 0,75 axis 1801.0. Segmen
anterior dan posterior mata dalam batas normal.
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
- Astigmatisma myopia simpleks ODS
- Miopia simpleks ODS
DIAGNOSIS KERJA
- Astigmatismua Myopia Compositus ODS
PENATALAKSANAAN
- Non medika mentosa
Pemberian kacamata lensa sferis negatif dan silinder negatif
Mata OD OS
S - 3.75 - 4.00
C - 1.00 axis 90o - 0.75 axis 180o
Pupil distant 60
Lensa Monoculer
Edukasi pasien untuk terus menggunakan kacamata
Kontrol 6 bulan kemudian
- Medika mentosa
(tidak ada)
PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Vitam ad bonam ad bonam
Quo Ad Fungsionam ad bonam ad bonam
Quo Ad Sanationam ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di
depan retina. Miopia berasal dari bahasa yunani muopia yang memiliki arti menutup mata.
Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
nearsightedness. Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak
terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan
bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada
astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua garis titik api yang saling
tegak lurus. Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola
mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik
di depan retina semua. Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan
retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.
Fisiologi Penglihatan Normal
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan
sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya
dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous, lensa, dan humor vitreus. Kedua,
akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang
dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar
cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari
paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua
bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata memiliki
sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat
disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan
antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea
dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan
(4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki
indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa
kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34. Bila semua permukaan refraksi mata
dijumlahkan secara aljabar dan bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan
terlihat sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna
untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya terdpat satu lensa dengan
titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata
melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan
anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda
dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal
bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri,
yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata
dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab
dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang
tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena
lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya akomodasi.
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca pada
secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini
terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan
tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Klasifikasi
Klasifikasi Miopia
Menurut perjalanan myopia:
1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis
Myopia yang menetap setelah dewasa.
2. Myopia progresif
Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya
bola mata.
3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative
Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina atau
kebutaan.2
Menurut klinis:
a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata yang terlalu
panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling
kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap
level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme
akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa
kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.
Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi.
d. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive
myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga
di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah
buruk dari waktu ke waktu.
e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh pemakaian
obat obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus
lensa, dan sebagainya.
Menurut derajat beratnya miopi2
a. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri
b. Sedang: lensa koreksinya 3,00 6,00 Dioptri.
c. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini rawan terhadap
bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.
Menurut umur2
a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
c. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
Klasifikasi Astigmatisme 3,
Berdasarkan letak titik astigmatismus
a. Astigmatisme regular.
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian utamanya (meredian di mana
terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang
saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90, maka daya
bias terlemahnya berada pada meredian 180, jika daya bias terkuat berada pada meredian
45, maka daya bias terlemah berada pada meredian 135. Astigmatisme jenis ini, jika
mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan
normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain. Bila
ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1) Astigmatisme With The Rule.
Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian horisontal.
Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis vertikal atau Cyl + pada axis
horisontal.
Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat akan
disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.
Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan dalam 5
jenis, yaitu :
a) Astigmatismus Myopicus Simplex.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada
retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph
-X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
e) Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y,
atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X
menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris
terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata kanan dan kiri
yang bila dijumlahkan akan bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl -
0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X135.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki hubungan yang
simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -
0,75X100.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah dan
sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian horisontal atau vertikal.
Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl -0,75X55.
b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak saling tegak
lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidakberaturan kontur
permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan
tidak merata pada bagian dalam bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus
katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa
kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm), tetapi
mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu melihat benda paling jauh
pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal, orang tersebut ditolong dengan
kacamata. Perhitungan ukuran kacamata yang dipakai sbb:
Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga jarak bayangan
pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya berjarak 2 m) S1 = -2 m
P=-0,5 D
Refraksi Obyektif
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon
mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus
dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan
dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen,
misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring
astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa
silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini
dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan
juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder
ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-
lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.
- Obat -obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat setiap hari
secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada anak-anak usia kurang 20
tahun. 1
- Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari
satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia.
Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari respon
individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai
dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam
penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan
pertama dari program orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki
beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara
menyeluruh. Dengan followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur
yang efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian lensa
tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah umum, untuk
keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah secara maksimal
sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan kornea lebih tinggi dari pada
permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri.
Orthokeratology dengan beberapa lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang
tidak rata. Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda walaupun
menggunakan lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol myopia, lensa kontak yang
permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai.
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih flat/rata)
permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya bias sistem optis
bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke retina. Metode non operatif untuk
ini adalah orthokeratology, yaitu dengan menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama
beberapa waktu) memaksa kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut.
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang
tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai
lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata
dan terisi oleh film air mata.5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens) atau
rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak menmberikan
koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan
untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia,
setelah operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas permeable
lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki
kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk
mengoreksi astigmatisma. 6
Gambar 11. Perbedaan soft contact lens dan RGP. Diunduh dari: http://www.allaboutvision.com/contacts/
Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal papillary conjunctivitis
dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy, corneal neovascularization,
nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk
polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal edema
sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala klinisnya dapat bermacam-
macam. Asupan oksigen ke kornea penting diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan
refraksi tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan
masalah.
1. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan & Asburys
General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L, Ophtalmology
at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
3. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.
4. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and Refraction, New
Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
5. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6th Edition:Refractive
Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
6. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related Amblyopia.
Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcen
trez