Anda di halaman 1dari 62

CASE REPORT

SELULITIS PEDIS
OLEH
MARCELITA T DUWIRI 1965050003
CHRISTIAN D HAGGAI H I SAUDALE 1965050134
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 1 FEBRUARI 2021 – 13 MARET 2021
JAKARTA
Identitas
• Nama pasien : Tn. W
• Umur : 63 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesis
• Keluhan utama : Luka nanah di jari kaki kanan

• Keluhan lain : Demam, pusing, lemas

• Riwayat penyakit :

Pasien datang dengan keluhan keluar nanah di daerah jari ke 4 kaki kanan Sejak ± 3
hari SMRS. Pasien mengatakan awalnya keluhan kemerahan dan bengkak pada
pungggung kaki kanan sejak 1 minggu yang lalu dikarenakan jatuh dari motor 1
minggu yang lalu. Keluhan juga disertai dengan nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk. Pasien juga mengatakan memiliki beberapa Luka - luka lecetpada kedua
ektremitas. Semenjak 1 minggu yang lalu jari kaki keempat pasien berubah warna
menjadi hitam, serta bagian luka lain yang tak kunjung sembuh.
• Saat ini pasien sudah sulit menggerakan jari kaki dan tidak lagi dirasakan nyeri.
Pada kaki dilakukan penggantian rutin sekali sehari menggunakan kassa lembab
dan kassa kering. Pasien diketahui memiliki penyakit Diabetes Melitus tipe 2 sejak
2 tahun lalu saat operasi katarak, terakhir pada bulan lalu GDS pasien 300 mg/dl.
Saat perawatan dilakukan pengecekan rutin dan penurunan kadar gula darah
pasien. Pasien sempat mengalami demam beberapa hari namun sudah membaik,
serta juga perasaan pusing dan lemas yang tidak lagi dirasakan.
• Riwayat keluarga : (-)
• Riwayat masa lampau :
- Penyakit terdahulu : HT (-) DM(+) Alergi (-) Hepatitis (-)
- Trauma terdahulu : Pada bulan januari 2021 sempat terjatuh, nyeri dirasakan namun tidak sehebat nyeri saat masuk RS, dan
luka belum kunjung sembuh
- Riwayat operasi : Operasi Katarak Sinistra
- Sistem :
a. Neurologi : tidak ada
b. Kardiovaskuler : tidak ada
c. Gastrointestinal : tidak ada
d. Genitourihari : tidak ada
e. Catamenia : tidak ada
Riwayat gizi : baik ( BB= 66 KG TB=165CM)
Riwayat Psikiatri : tidak ada
Status umum
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : kompesmentis
• Suhu : 36.5 C
• TD : 130/80 mmHg
• Kulit : sianotik (-) ikterik (-)
• Kepala : normochepali
• Mata : CA -/-, SI +/+
• Hidung : sekret -/-, septum deviasi (-)
• Leher : KGB tidak membesar.
• Jantung : I = pulsasi ictus cordis tidak terlihat
• P= pulsasi ictus cordis teraba di ICS 5
• P= batas jantung kanan dan kiri normal
• A= BJ 1 DAN II regular, murmur (-), gallop (-)
• Keadaan gizi : baik
• Frekuensi napas : 22x/menit
• Nadi : 112x/menit
• Kelenjar Lymph : tidak teraba membesar
• Wajah : simetris
• Telinga : normotia
• Mulut/gigi : sianotik (-) kering (-) karies (-)
• Paru : I = pergerakan dinding dada simetris
P = VF simetris
P= sonor/sonor
A= BND vesikuler, rhonki -/- Wheezing -/-
• Perut : I = perut tampak mendatar Kemaluan : dalam batas normal
A = BU (+) 5x/menit Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s,
P = hipertimpani, nyeri ketok (-) edema -/-, Pada kedua ekstremitas
P = Defens muscular (-), nyeri tekan (-)
terdapat beberapa vulnus ekskoriasi
yang diutupi jaringan nekorsi berwarna
Limpa : tidak teraba membesar hitam. dengan ukuran paling besar.
Kandung Empedu : tidak teraba membesar, Sensibiltas : tidak ada gangguan.
nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba membesar
Ginjal : hematom (-), nyeri CVA -/- massa -/-
Kandung kencing : bulging (-), nyeri tekan (-)
Status lokalis

Pada regio Pedis dextra

I : Tampak Hiperemis disertai dengan 1 buah bula dengan ukuran 5 x

2 cm, ulkus pada digiti IV yang mengeluarkan sekret Mukopurulen,

tidak disertai nyeri .


Diagnosa / diagnosa kerja
• Selulitis Pedis

Diagnosa banding
Erisipelas
Deep vein thrombosis,
Laboratorium
HEMATOLOGI Nilai Normal AGD Nilai Normal
LED : 110 mm/jam < 20 mm/jam PH Darah : 7.527 7.350 – 7.450
Hemoglobin : 13,1 gr/dL 12 – 14 g/dl PCO2 : 28.8 36 - 45
Leukosit 24.3 H 5 – 10 ribu/uL Saturasi O2 : 86.7
Eritrosit : 4,14 juta/ml 4.5 – 5.5 Juta/ml Base Excess : 2.8 H -2.5 – 2.5 mmol/L
Hematokrit : 38,8 % 37 – 43 % HCO3 : 24.1 21 -25 mmol/L
Trombosit : 328 ribu/ul 150 – 400 ribu/uL TCO2 : 25.0 21 – 27 mmol/L
MCV : 93.6/fl 82 – 92 /fL Konsenstrasi O2 :18.3
MCH : 31.6 pg 27 – 31 pg
MCHC : 33,8 gr/dl 32 – 36 g/dl
Basofil : 0% 0–1%
Eosinofil : 1% 0–3% AGD Nilai Normal
Neutrofil batang : 7% 2–5% Natrium : 138 mmol/L 136 - 145 mmol/L
Neutrofil segmen : 81% 50 – 70 % Kalium : 4.4 mmol/L 3.5 - 5.1 mmol/L
Limfosit : 10% 25 – 40 % Klorida : 98 mmol/L 99 – 111 mmol/L
Monosit : 11% 2–8%
Laboratorium Urine
Warna : Kuning
Nilai Normal

Berat jenis : 1.005 1.003 – 1.030


PH : 0,6 5.0 - 0.9
KIMIA KLINIK Nilai Normal Leukosite esterase : NEGATIF
NEGATIF
Nitrit : NEGATIF NEGATIF
GDS : 389 mg/dL < 200 mg/dl
Protein : NEGATIF
SGOT : 19 U/L 10-34 U/L
Bilirubin : NEGATIF NEGATIF
SGPT : 25 U/L 9-36 U/L Aseton : +1 NEGATIF
Ureum : 70 15 – 45 mg/dl Reduksi : +2 NEGATIF
mg/dL
Urobilinogen : 0,2
Kreatinin : 1,29 0.70 – 1.10 mg/dl
Leukosite : 1-3/LBP 1-3
mg/dL
Eritrosite : 0-1/LBP 0-1
Epitel : +1 +1
Bakteri : negatif NEGATIF
Silinder : negatif NEGATIF
Kristal : negatif NEGATIF
Terapi
• Rawat bersama Interna Mm /
- Operatif : - Lantus 1x12 iu (sc)
- Novorapid 3x6 iu (sc)
Non operatif : IVFD II NS 0,9%/ 24 jam
Ceftriaxone 2x2 gr (iv)

Cek GDS pagi dan malam Metronidazole 3x500mg (iv)

GV/hari dengan kassa lembab, untuk Lansoprazole 1x30mg (iv)


luka ekskoriasi dengan kassa kering dan Paracetamol 4x500mg (po)
ikamicetin
Heparin 2x5000 iu (iv)
Rencana debridement saat rawat jalan
TINJAUAN PUSTAKA
1. m.tibialis anterior
o: dataran lateral corp tibiae bag prox – membr interossea—condylus lat tibiae
i : os cuneiforme I basis ossis metatarsalis I
f : fleks dorsal kaki, supinasi kaki

2. m. extensor digitorum longus


o: dataran ventral fibula, bag prox capt fibulae, membr interossea
1
4
i : 4 tendo ke phalanx media & distal jari II-V
f : fleks dorsal, pronasi kaki ekst phalanx jari II-V
5

3. m. extensor hallucis longus


2 o: facies ant fibulae, membr interossea
3
i : phalanx distalis jari I
f : fleks dorsal, supinasi kaki, extensio pgalanx jari kaki I

4. m. peroneus longus
5. m. peroneus brevis
4. m. peroneus longus
o: capt fibulae, facies lat fib bag prox, septum
intermusculare ant & post

4 i : jalan dorsal maleolus lat—telapak kaki—ke os


cuneiforme I & basis ossis metatarsalis I
f : flex plantar, pronasi kaki
5

5. m. peroneus brevis
o: dataran lateral fibula
i : tuberositas ossis metatarsalis V
f : flex plantar, pronasi kaki
1. m. poroneus longgus

2. m. gastronemeus: (caput laterale)


o: condylus med femoris (capt mediale)
Condylus lat femoris (capt laterale)
i : + tendo m soleus membentuk tendo calcaneus—tuber
calcanei
2 1 f : flex plantar kaki, supinasi, flex tungkai bwh, exor tungkai

4 3 bwh (capt med), endorts tungkai bwh (capt lat)


5 3. m. extensor hallucis longus

6
4. m. soleus
o: cap fibulae & corp fibulae bag prox, l poplitea tibiae, arcus
tendineus antara origo di tibia & fibula
i : dgn tendo calcaneus ke tuber calcanei
f : fleks plantar kaki
5. m. extensor digitorum longus
6. m. peroneus brevis
4 1. Tendo achiles
2. m. gastronemeus caput laterale
3. m. gastronemeus caput mediale
3 2
4. m. plantaris
o: lanjutan distal lab lateralis l aspera, lig popliteum obliguum
i : bergabung disebelah medial tendo calcaneus—tuber calcanei
f : fleks tungkai bwh dan kaki

1
1. m. soleus
2 2. Tuber calvaneus
3. Tendo archiles
1 4. m. plantaris

2
1. m. popliteus 3. m. flexor digitorum longus
o: condylus lateralis
femoris o: dataran dorsal tibia
i : l poplitea i : mll dorsal malleolus
f : fleks, endorot tungkai medialis—telapak
bwh kaki—4 tendo ke
1
phalanx distalis jari II-V
2. m. tibialis posterior
o: facies dorsalis capt f: flex plantar, supinasi kaki,
tibiae, facies medialis
fibulae, membr flex phalanx jari II-V
3
2 interossea
i : os naviculare, os 4. m. flexor hallucis longus
cuneiforme 1-3, os o: dataran medial fibula bag
distal
4 cuboideum, basis ossis
metatarsalis II-IV i : mll dorsal malleolus
f : flex plantar, supinasi medialis—ke phalanx
kaki distalis jari I
f: flex plantar, supinasi kaki,
flex phalanx jari I
• Peredaran darah ekstremitas bawah sendiri akan
disuplai oleh arteri femoralis yang merupakan
kelanjutan dari arteri iliaka eksterna.
• Bercabang menjadi arteri femoralis mempunyai
cabang yang bernama arteri profunda femoris,
sebelum melanjutkan perjalanannya untuk menjadi
arteri poplitea.
• Arteri profunda femoris memiliki empat cabang
arteri perfontrantes. Arteri profunda femoris juga
mempunyai percabangan yang bernama arteri
circumflexa femoris lateral dan arteri circumflexa
femoris medial.
• Arteri poplitea bercabang menjadi 2, yaitu arteri
tibialis anterior dan arteri tibialis posterior.
• Arteri tibialis anterior berjalan ke dorsum pedis
menjadi arteri dorsalis pedis. Percabangan ini
dapat diraba di antara digiti 1 dan 2.
• Arteri tibialis posterior akan membentuk cabang
menjadi arteri peroneal/fibular.
• Setelah percabangan tersebut, arteri tibialis
posterior pedis akan tetap berjalan sampai ke
daerah plantar pedis. Pada daerah tersebut, arteri
akan bercabang menjadi arteri plantaris medial
dan arteri plantaris lateral. Keduanya akan
membentuk arcus plantaris yang
memvaskularisasi telapak kaki.
TIBIA

Proximal : 2 epicondylus lateralis dan


medialis.
Diantaranya : eminentia intercondyloidea,
fossa intercondyloidea.
Pada condylus lateralis dan medialis ada;
facies lateralis – berbentuk concaf
facies medialis – bentuk oval dan datar
PATELLA
Ventral kasar, dorsal licin
Apex : sebelah distal, facies
articularis yang lebih lebar
  sebelah lateral
Basis : sebelah proximal
 
FIBULA
Proximal : capitulum
fibulae
Dorsoventral : bagian distal
sebelah dorsal ada sulcus
musculus peronaeus longus
Lateral medial : malleolus
fibulae
Pada corpus ada 4 krista :
anterior, lateralis, posterior,
interossea.
OSSA TARSALIA
Tdd:
•Talus
Berarticulasi dengan
naviculare pedia dan
calcaneus.
•Calcaneus
•Naviculare Pedis
•Cuneiforme, tdd 3: lateral,
intermedia, media
•Cuboideum
 
 
OSSA METATARSALI
A

Terdiri : caput, corpus,


basis
Beda dengan metacarpal :
basis lebih besar dari
caput.
Definisi Selulitis
Pedis

• Selulitis secara sederhana didefinisikan sebagai

infeksi akut pada kulit yang melibatkan dermis dan

jaringan subkutan.
Etiologi
• Kokus gram positif seperti Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta
hemolitikus grup A adalah penyebab utama.
• Pada anak, penyebab tersering adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib),
Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus
Etiologi
Epidemiologi
• Di Belanda, insiden tahunan diperkirakan 22 per 1000 penduduk.
• Sekitar 7% dari semua pasien selulitis dirawat di rumah sakit.
• Angka kematian pasien rawat inap telah dilaporkan sekitar 2,5%.
• Data epidemiologi terbaru tentang selulitis di Belanda masih kurang, tetapi
dengan meningkatnya kejadian faktor risiko penting (yaitu diabetes, obesitas, dan
usia tua), diharapkan terjadi peningkatan kejadian seluli
• Leukositosis dan peningkatan kadar protein C-reaktif (CRP) ditemukan pada 34-
50% dan 77-97% pasien
Faktor Predisposisi
• Kekurangan di integritas kulit, kekebalan tubuh ataupembuluh darah dapat dianggap
sebagai faktor risiko perkembangan selulitis. Usia tua, diabetes, dan obesitas
menyebabkan cacat pada ketiga area ini risiko yang relatif tinggi.
• Diabetes mellitus, penyakit ginjal kronik, penyakit hepar, penyakit vascular, imunosupresi
• Riwayat pernah selulitis
• Infeksi jamur kronis
• Gigitan & sengatan serangga, hewan, atau gigitan manusia
• Penyalahgunaan obat dan alkohol
• Kerusakan kulit, limfedema, insufisiensi vena, tinea pedis telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko selulitis ekstremitas bawah dalam studi kontrol kasus.
Gejala klinis
• Demam dan malaise. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang terasa
panas, selanjutnya meluas kesamping dan bawah sehingga terbentuk benjolan
berwarna merah dan hitam yang mengeluarkan sekret seropurulen.
• Presentasi klasik rubor (kemerahan), dolor (nyeri), tumor (bengkak), kalori (panas)
adalah ciri khas selulitis.
• Bisa tampak sebagai eritema lokal hingga eritema yang menyebar dan dengan
tampakan nekrosis fasciitis
• Kerusakan kulit, bula, atau area jaringan nekrotik dapat ditemukan pada selulitis
yang parah.
Klasifikasi Eron
Diagnosis
Anamnesis
• Identitas pasien, terutama pekerjaan, karena beberapa jenis pekerjaan memiliki
risiko yang tinggi untuk terjadinya penyakit selulitis ini, misalnya tukang kebun,
petani, dll.
• Adanya keluhan nyeri dan pembengkakan lokal pada lokasi selulitis,
• Dijumpai riwayat trauma (kecelakaan, gigitan hewan / serangga, garukan,
goresan, suntikan, dll), atau riwayat tindakan operasi. Hambatan drainase limfe
juga diketahui sebagai faktor predisposisi.
• Muncul gejala – gejala prodromal berupa demam, menggigil (terutama jika terjadi
supurasi), kadang dikeluhkan pula malaise.
Pemeriksaan Fisik

tanda - tanda Efloresensi


Gejala Sistemik
Inflamasi Lesi tampak merah
gelap, tidak berbatas
Demam, menggigil Rubor, color, dolor,
tegas pada tepi lesi
dan malaise dan tumor tidak dapat diraba atau
tidak meninggi

• Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula


vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik.
• Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
regional dan limfangitis ascenden.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah akan didapatkan leukositosis
• Biakan sekret fistel dan uji resistensi
• Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda
sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor
resiko.
• Penilaian fungsi hati dan ginjal awal mungkin berguna untuk menilai disfungsi organ
akhir pada pasien
• Kultur darah, aspirasi, atau biopsi tidak direkomendasikan, tetapi harus dipertimbangkan
pada pasien yang memiliki gambaran sistemik sepsis, yang mengalami imunosupresi
atau untuk kasus yang terkait dengan cedera perendaman atau gigitan hewan.
Diagnosis Banding
• Erisipelas
Merupakan suatu infeksi akut yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptokokkus.
Gejala utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas, dan disertai
gejala konstitusi, namun lokalisasinya lebih superfisial dibandingkan selulitis
• Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak merupakan peradangan pada kulit yang disebabkan oleh bahan /
substansi asing yang menempel pada kulit Dermatitis ini memberikan gambaran klinis
berupa lesi yang berbatas tidak tegas dan bersifat kronik yang ditandai dengan adanya
skuama dan likenifikasi.
• Pioderma Kronik
Infeksi bakteri bersifat kronik dan memberikan gambaran lesi yang berwarna kehitaman.
Penatalaksanaan
• Jika ingin menggunakan terapi oral, pastikan kondisi berikut terpenuhi sebelum
memutuskan untuk memberikan terapi oral:
• Suhu <38 o C
• Tidak ada ulkus tungkai kronik, edema atau limfedema kronik
• Tidak ada riwayat selulitis di lokasi yang sama
• Selulitis tidak terjadi akibat ceder
• Pada pasien yang mendapat terapi intravena, berikut adalah kondisi yang harus
dipertimbangkan sebelum mengganti antibiotik ke terapi oral:
• Suhu tubuh di bawah 37.5o C selama setidaknya 48 jam
• Regresi selulitis dari area yang terkena
• Penurunan protein C-reaktif[7]
Manajemen
bacterial
load

Persiapan
Dasar
Luka
Kontrol
Debridement
Kelembapan

• Kontrol gula darah dan HbA1c


Debridement
• Adalah proses pembuangan jaringan nekrotik, eksudat, dan debris metabolic
• Terdapat teknik-tekniknya ;
1. Surgical debridement : Teknik paling cepat untuk membuang jaringan nekrotik
2. Debridement Autolitik
3. Mechanical debridement (Wet to dry dressing, hydrotherapy, pulse lavage
debridement)
4. Chemical Debridement
5. Biological debridement

Kontrol kelembapan
• Dapat dilakukan pemasangan dressing yang cocok
Dressing
• 4 prinsip dasar dressing

Luka kering perlu Luka bereksudat


hidrasi perlu absorpsi

Luka nekrotik Luka terinfeksi


perlu debridement perlu antimikroba
Komplikasi
1. Bakteremia
2. Nanah atau local Abscess
3. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
4. Lymphangitis
5. Trombophlebitis
6. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
8. Ulcer foot diabeticum
• Insiden, komplikasi (misalnya bakteremia, osteomielitis, endokarditis) dan angka
rawat inap lebih tinggi pada pasien diabetes
• Sebagian besar terkait diabetes terjadi kerusakan kulit di kaki, dan seperempat
kultur positif dengan lokasi bukan di kaki.
• Pada obesitas morbid, kulit lebih rentan terhadap kerusakan dan membutuhkan
waktu lebih lama untuk perbaikan
Prognosis
• Pada kasus selulitis tanpa komplikasi akan memberikan prognosis baik secara
umum, dengan terapi yang cepat dan tepat.
SELULITIS PADA PENDERITA DM TIPE 2
Selulitis pada Penderita DM Tipe 2
Definisi DM Faktor Resiko
- Dm tipe 2 → Resistensi insulin
dan tidak tergantung insulin
Hiperglikemia kronik → - ± 40 tahun
Kerusakan jangka panjang, - obesitas
disfungsi atau kegagalan organ
dan sistem tubuh

Pada penderita DM, kemampuan mobilisasi dan kemotaksis dari sel


polimorfonuklear (PMN) serta proses fagositosis PMN terhadap bakteri
menurun.

Glukosa kulit berkonsentrasi di daerah intertriginosa dan interdigitalis. Hal


tersebut mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi bakterial (terutama
furunkel) termasuk selulitis dan infeksi jamur (terutama kandidosis), keadaan-
keadaan ini dinamakan diabetes kulit.
• Neuropati sebagai komplikasi akibat hiperglikemia kronis mudahnya
terjadi selulitis pada penderita DM.
• Neuropati sensorik yang ditandai dengan kehilangan funsgsi sensorik
(karena gangguan penghantaran impuls)kehilangan kewaspadaan
proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar.
• Pasien tidak merasakan dan tidak menyadari adanya trauma kecil namun
sering.
• Trauma kecil inilah yang akan menjadi jalan masuk atau port de entry dari
kuman stafilokokkus dan streptokokkus yang dapat menyebabkan
terjadinya selulitis pada penderita DM.
Karakteristik Ulkus Neuropatik Ulkus iskemik Ulkus neuroiskemik

Area predileksi Area penumpu berat Bagian ujung dan sisi Perbatasan antara
badan pada kaki dan medial jempol kaki, telapak kaki dan
daerah tonjolan tulang tepi kuku, sisi lateral jempol kaki
kaki

Perfusi Perabaan hangat, Perabaan dingin, Perabaan dingin,


pulsaasi kuat pulsasi tidak teraba pulsasi tidak teraba

Kalus dan jaringan Kalus tebal Sering dijumpai Kalus minimal, dapat
nekrotik jaringan nekrotik dijumpai dengan
nekrotik

Tampilan penampang Jaringan granulasi Sloughy, jaringan Jaringan granulasi


luka dikelilingi oleh kalus, granulasi yang buruk, yang buruk
warna merah muda tampak pucat

Senasi Defisit sensorik Nyeri Defisit sensorik yang


bervariasi
Distribusi Insidensi tinggi negara Indisidensi lebih tinggi Insidensi lebih tinggi
berkembang pada negara maju pada negara maju

Lainnya Kulit kering terdapat Vaskularisasi yang Kulit kering,


fisura buruk, penyembuhan vaskularisasi yang
yang tertunda buruk, rentan infeksi
• Grade 0 : terdapat selulitis dengan
tidak tampak lesi terbuka
• Grade 1 : ulkus pada daerah superfisial
• Grade 2: ulkus dalam mencapai
tendon, tulang, atau tulang sendi
(joint capsule)
• Grade 3 : terdapat infeksi (abses atau
osteomyelitis)
• Grade 4 : terdapat gangren pada
punggung kaki
• Grade 5 : gangren menyeluruh pada
permukaan kaki
• Menurut The Infectious Diseases Society of America membagi infeksi menjadi 3
kategori, yaitu:
• Infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm
• Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm
• Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi sistemik.

• Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak meluas sampai tulang atau sendi.
• Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi, serta
adanya infeksi sistemik.
Tatalaksana
Debridement
• Penyembuhan luka lebih cepat dan bilabebas dari jaringan mati/nekrotik serta
material yang menghambat pertumbuhan jaringan baru.
• Penatalaksanaan ulkus kaki diabetikum ini salah satunya dengan debridemen.
Deberidement berfungsi untuk menghilangkan jaringan mati/nekrotik dan benda
asing serta dapat mengoptimalkan kondisi lingkungan sekitar luka
• Debridemen tidak hanya dilakukan melalui proses pembedahan.
• Metode lain : balutan basah-kering (wet to dry dressing); debridement dengan
enzim seperti kolagen sebagai salep; juga autolitik debridemen menggunakan
balutan yang mempertahankan kelembaban (moisture retaining dressing)
• Tujuan debridemen bedah adalah untuk :
• mengevakuasi bakteri kontaminasi,
• mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,
• Menghilangkan jaringan kalus,
• mengurangi risiko infeksi lokal.
• Balutan/Dressing
• Prinsip perawatan luka diabetes saat ini menekankan pada kelembaban luka
(moist wound healing). Kondisi luka yang lembab dan bersih dapat merangsang
percepatan proses granulasi .
• Prinsip dressing menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat
meminimalisasi trauma. Faktor yang harus perhatikan : tipe ulkus, ada atau
tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya
• Balutan basah-kering dengan normal salin standar baku perawatan luka.
• Mengurangi beban (offloading)
• Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar.
Neuropati penderita DM sangat rentan terjadi luka akibat beban dan gesekan.
• Salah satu hal yang sangat penting dalam perawatan kaki diabetic adalah
mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).
• Amputasi tindakan yang paling terakhir jika berbagai macam telah gagal dan
tidak menunjukkan perbaikan.
• Pasien DM dnegan ulkus kaki 40- 60% mengalami amputasi ekstremitas bawah

Indikasi amputasi meliputi


• Infeksi kaki yang mengancam dengan perluasan infeksi yang tidak terukur
• Terdapatnya ulkus yang semakn memburuk sehingga tindakan pemotongan
menjadi lebih baik untuk keselamatan pasien.
1. Cranendonk DR. On the Pathophysiology and management of cellulitits.
Netherlands Journal of Medicine. 2017 Nov;75(9):366-378
2. Edwards G, Freeman K. What diagnostic strategies can help differentiate cellulitis
from other causes of red legs in primary care?. BMJ 2020; 368.
3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6303460/
4. https://www.orthobullets.com/foot-and-ankle/7046/diabetic-foot-ulcers
5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6303460/

Anda mungkin juga menyukai