Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan,
pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal,
melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Selain itu juga termasuk gestikulasi, gestural atau
pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna
wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan
aksi yang mencakup beberapa gestural. Perkembangan bicara dan bahasa adalah salah satu faktor
terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Bahasa memiliki ruang lingkup yang
luas, karena bahasa dapat diartikan sebagai ekspresi perasaan, emosi dan ekspresi seseorang
terhadap lingkungan di sekitarnya. Sedangkan, berbicara adalah tindakan berkomunikasi dengan
ekspresi artikulasi verbal, sedangkan berbahasa adalah pengetahuan mengenai sistem simbol
yang digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal.1,2
Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas
kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara).2
Gangguan berbicara dan berbahasa adalah masalah yang sangat umum pada anak usia 3-5
tahun. Prevalensi gangguan bicara berupa keterlambatan bahasa dengan kosakata ekspresif
kurang dari 50 kata dan atau tidak adanya kombinasi kata, diperkirakan terjadi pada 15% anak
usia 24-29 bulan. Prevalensi gangguan berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-32% pada
populasi normal, dipengaruhi berbagai faktor seperti usia anak, dan metode yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis. Prevalensi gangguan bicara pada anak prasekolah 3%-15%.1
Gangguan dalam berbicara dapat merupakan hal normal dalam perkembangan bicara anak,
namun juga adalah gejala dari gangguan psikiatri, neurologis maupun gangguan perilaku anak.
Keterlambatan dalam gangguan perkembangan berbicara dapat merupakan gejala dari berbagai
penyakit, seperti keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, gangguan bahasa ekspresif,
kurang psikososial, autisme, bisu elektif, afasia reseptif, dan cerebral palsy. Gangguan berbicara
dapat disebabkan sekunder karena keterlambatan dari perkembangan atau bilingualism.1
PPDGJ tertulis syarat diagnosa gangguan berbicara sebagai berikut.1
Gangguan-gangguan yang termasuk dalam F80-F90 umumnya mempunyai gambaran
sebagai berikut:
a. onset bervariasi selama masa bayi atau masa kanak-kanak
b. adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsifungsi yang berhubungan
erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat;
c. berlangsung secara terus-menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang
khas dari banyak gangguan jiwa.
Pada sebagian besar kasus fungsi-fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa,
keterampilan “visuo-spatial” dan atau/koordinasi motorik.
Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia
anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa).
Berbahasa dapat diaplikasikan dalam dua hal yaitu :
1. Bahasa ekspresif pada kemampuan individu di dalam menghasilkan suatu
bahasa. Misalkan : menyampaikan isi pikiran atau pendapat secara verbal.
2. Bahasa reseptif mengacu pada kemampuan individu memahami suatu
bahasa. Misalkan : orang yang mengeti bahasa asing tetapi ia tidak dapat
berbicara dalam bahasa asing tersebut.
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus dapat mengusai
dua fungsi yang berbeda; kemampuan menangkap maksud yang ingin
dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan
orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti. Komunikasi sendiri
sudah dimulai sejak masa bayi. Sejak usia tiga bulan bayi sudah mulai
mengerti ekspresi muka pembicara, nada suara dana isyarat-isyarat tangan
hal tersebut dapat membantu bayi mengerti kata-kata, sampai bayi berusia
delapan bulan, kata–kata harus diperkuat dengan isyarat, menunjuk
benda.3
A. Definisi Kelainan Bicara dan Bahasa
Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-
bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara Keterlambatan dan kelainan
mungkin bervariasi dari yang ringan tau tidak ada pengaruhnya berhadap kehidupan sehari-
hari dan sosialisasi, sampai yang tidak mampu untuk mengeluarkan suara atau memahami
dan mempergunakan bahasa Hanya sebagian kecil anak-anak dengan kelainan bicara dan
bahasa yang termasuk sangat berat. Bagaimanapun, karena pentingnya bahasa dan
keterampilar berkomunikasi dalam kehidupan anak-anak, meskipun ringan atau sedang
kelainar. atau gangguannya, hal tersebut dapat berpengaruh cukup berat terhadap seluruh
aspek kehidupan. Kadang-kadang mereka terisolasi dari teman-temannya dan lingkungar
pendidikannya. Kelainan komunikasi dan bahasa juga dapat timbul sebagai dampak dari
adanya kelainan kognitif, neurologis, dan fisik.
Definisi yang dikeluarkan oleh IDEA (the Individuals with Disabilities Education: Act)
tentang anak-anak dengan kesulitan bahasa dan bicara adalah sebagai berikut : Anak-anak
termasuk kategori ini apabila mereka mempunyai kelainan komunikasi seperti gagap,
kelainan artikulasi, kelainan bahasa atau kelainan suara, yang secara nyata berpengaruh
terhadap kinerja pendidikan mereka. The American Speech-Language-Hearing Association
(1993) mendefmisikan kelainan komunikasi sebagai adanya kelainan dengan menunjukkan
ketidakmampuan menerima, menyampaikan, memproses, dan memahami konsep-konsep
atau simbol-simbol verbal, nonverbal dan gambar. Kelainan komunikasi ini mungkin muncul
dengan jelas pada proses mendengar, berbahasa, dan/atau berbicara.
A. Penyebab Terjadinya Kelainan Bicara dan Bahasa
Penyebab kelainan komunikasi adalah sangat kompleks. Meskipun kebanyakan anak-
anak dievaluasi dalam konteks sistem pendidikan mempunyai kelainan komunikasi
fungsional, tetapi pengenalan faktor-faktor penyebab lainnya yang bersifat organik sangat
penting diketahui oleh para guru. Penyebab dapat termasuk di dalamnya ketidaknormalan
sebelum lahir, kecelakaan prenatal, tumor, dan masalah dengan sistem syaraf atau otot, otak,
atau mekanisme bicara itu sendiri. Pengaruh dari agen yang mempengaruhi embrio atau
janin, termasuk sinar X, virus, obat-obatan, dan racun lingkungan dapat juga menyebabkan
kelainan yang dibawa sejak lahir. Dalam enam minggu pertama sampai duabelas minggu
kehidupan janin, banyak organ tubuh sedang dibentuk. Apabila ada agen yang merusak satu
organ, maka dapat berpengaruh terhadap berbagai sistem perkembangan secara terus
menerus. Contoh untuk agen seperti itu adalah rubella (German measles). Ketika terjadi
kontraksi selama tiga bulan pertama dari kehamilan, agen yang mempengaruhi janin ini dapat
menyebabkan masalah congenital yang majemuk seperti kelainan jantung, katarak,
ketunagrahitaan, microchepalus, kecebolan, ketunarunguan, dan berbagai patologi bicara dan
bahasa secara bersamaan (Northern, 1996).
Masalah komunikasi yang diakibatkan oleh penyakit atau akibat kecelakaan setelah lahir
adalah kelainan yang diperoleh. Kecelakaan yang mengakibatkan luka otak sebagai akibat
dari kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor merupakan contoh dari kelainan yang
diperoleh yang sering mempunyai implikasi negatif terhadap kemampuan bicara dan bahasa.
Meningitis, suatu penyakit yang mengakibatkan adanya iritasi pada lapisan otak, biasanya
secara umum berhubungan dengan kelainan pediatrik. Komplikasi dari meningitis ini dapat
mengakibatkan ketunarunguan dan disertai dengan kurangnya komunikasi. Masalah bicara
dan bahasa yang diakibatkan karena sakit juga termasuk kelainan komunikasi yang diperoleh.
Artikulasi, kualitas suara, dan kefasihan dapat dipengaruhi oleh adanya abnormalitas
dalam pernafasan (aliran udara ke luar dan ke dalam paru-paru), phonation (suara yang
dihasilkan oleh larynx), dan resonansi suara (getaran di dalam sistem vokal). Kelainan seperti
ini sangat bervariasi dalam tingkatannya, dan dapat terjadi secara tersendiri, bersama-sama
dengan yang lain, atau hubungannya dengan patologis bahasa lainnya. Neurofisiologi yang
normal seperti adanya selaput dan otot yang baik untuk pernafasan dan pengucapan, adalah
sangat penting untuk keterampilan bicara agar berkembang dengan baik. Adanya kelainan
klinis berupa adanya hambatan strukturaldalam pengucapan termasuk di dalamnya bibir, gigi,
gerakan lidah yang terbatas, cleft Up, dan/atau cleft palate merupakan sejumlah sindrom
yang sering menandai malformasi depan kepala. Ketunarunguan, ketunagrahitaan, kesulitan
belajar, dan ketunalarasan juga secara umum sering dihubungkan dengan kelainan
komunikasi dan mempunyai implikasi terhadap perkembangan bahasa dan bicara.