Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN PENDAHULUAN
SPEECH DELAY

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan dimana anak sulit dalam
mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam
berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak
tersebut berbeda dengan anak lain seusianya.
Keterlambatan (speech delay) bicara dan berbahasa pada anak, menggambarkan
kemampuan (skill) anak yang berkembang, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dari
anak-anak sebayanya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Masalah
keterlambatan bicara dan berbahasa ini, bisa ringan, sedang, atau berat.

1.2 Etiologi
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai
dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara.
Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara.

Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang
mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik
lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya
gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri.
Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum
dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan.

Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang
kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila
penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu
berat.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai
berikut:

GANGGUAN PENDENGARAN
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan
2

bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi,


trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang
berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena
kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat
hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan
pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian
obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila
kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya
normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul
hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini
juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.

KELAINAN ORGAN BICARA


Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring.

Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan


mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa
rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”,
”k”, dan ”g”.

RETARDASI MENTAL
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa.
Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan
dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
3

GENETIK HERIDITER DAN KELAINAN KROMOSOM


Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi
pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut
Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara
sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah.
Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan
bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.

KELAINAN SENTRAL (OTAK)


Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan
kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih
rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada
pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

AUTISME
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme
adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial.

MUTISM SELEKTIF
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau
bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau
kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua.
Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis
atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan
komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU LAINNYA

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala
yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta
kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
4

ALERGI MAKANAN
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan
gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak.
Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan
kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia
di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan
bicaranya.

DEPRIVASI LINGKUNGAN
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya.
Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian
menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang
kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse,
maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi
semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara


adalah:

LINGKUNGAN YANG SEPI


Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi
bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan
bicara dan bahasa pada anak.

STATUS EKONOMI SOSIAL


Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai
anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang
tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

TEHNIK PENGAJARAN YANG SALAH


Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan
perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
5

SIKAP ORANG TUA ATAU ORANG LAIN DI LINGKUNGAN RUMAH YANG


TIDAK MENYENANGKAN
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak
senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak
untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.

HARAPAN ORANG TUA YANG BERLEBIHAN TERHADAP ANAK


Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap
anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan
anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan
menghambat kemampuan bicarnya.

ANAK KEMBAR
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama
dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan
lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling
meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara
yang sama –sama belum bagus.

BILINGUAL ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun
keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan
pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak
bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan
satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.

KETERLAMBATAN FUNGSIONAL
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami
gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan
neurologis lain.

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN BICARA


Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada
apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan
perkembangan. Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan
6

bicara seorang anak kita harus lebih mewaspadainya. Misalnya pada umur tertentu
anak sudah bisa memanggil papa atau mama tetapi beberapa bulan kemudian
kemampuan tersebut menghilang. Demikian pula dengan penurunan kemampuan
mengioceh, yang sebelumnya sering jadi berkurang atau pendiam.

1.3 Tanda Dan Gejala

Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 1 tahun (12 bulan)

 Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’ atau


menunjuk objek tertentu
 Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
 Vokalisasi atau melakukan komunikasi

Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 1-2 Tahun

 Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’


 Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
 Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada usia 18 bulan
 Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
 Kesulitan mengulang suara dan gerakan
 Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal

Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 2-5 Tahun

 Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan


 Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
 Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah), ‘uka’ (buka)
 Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
 Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana

1.4 Patofisiologi

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan
yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus
arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut.
Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi,
fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan
formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan
7

dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses
enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.

Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan
atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai
proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan
bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.

1.5 Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory


Brainstem Response

Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)
sampai ke otak.Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi
yang berbeda–beda pada tingkat kekerasan yang berbeda–beda pula responnya
ditangkap langsung oleh sensor di otak.Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive),
tidak perlu respon aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh.Tes ini adalah tes
paling umum dalam mendeteksi gangguan pendengaran.

2. TES OAE (Oto Acoustic Emission).


Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi terutama
rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga dan
menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya juga
tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta obyektif.
Biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran khususnya akibat
gangguan di telinga tengah karena OME, OMA atau sensorinerual hearing loss
(SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.

3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang
sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan
8

gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu
respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan
gangguan telinga tengah jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.

4. Tes Audiometri
Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan pasien
yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
a. Audiometri nada murni
b. Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada murni
yang diberikan pada frekwensi yang berbeda melalui sebuah headphone atau ear
phone. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi sampai ambang dengar, titik
dimana suara terkecil yang dapat didengar akan diketahui. Hasilnya ditunjukkan
dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke bentuk audiogram.
Caranya dengan memberikan nada murni baik melalui earphone (direct to ear)
ataupun speaker (free field test) dan meminta respon balik dari pasien apakah
bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak menyakitkan namun agak subyektif dan
memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup sulit dilakukan khususnya untuk
anak-anak.
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien
pada stimulus nada murni.Nilai ambang diukur dengan frekwensi yang berbeda-
beda.Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas.Grafiknya
terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air conduction)
dan skull vibrator (bone conduction).
Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai
ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Untuk anak–anak biasanya dilakukan “Play Audiometri” yaitu uji pendengaran
dengan bermain dan diperlukan audiologist yang berpengalaman untuk
mendapatkan hasil yang baik. Biasanya untuk menguji kemajuan/kemunduran
fungsi pendengaran terutama pada pasien gangguan pendengaran.
Sedangkan pada audiometric tutur dites seberapa banyak kemampuan
mengerti percakapan pada intensitas yang berbeda.Tes terdiri dari sejumlah kata-
kata tertentu yang diberikan melalui headphone atau pengeras suara free
field.Kata-kata tersebut harus diulangi oleh orang yang dites.Setelah selesai,
persentase berapa kata yang dapat diulang dengan benar dapat diketahui.
9

5. TES ASSR (Auditory Steady State Response).


Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak.
Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti
layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien
karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak. Tes ini
tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien harus diam
dan tenang dalam waktu yang cukup
lama, kurang lebih 1 jam.
Seringkali dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika memang
sulit, diminta untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk mendeteksi gangguan
pendengaran pada bayi dan anak - anak yang masih kecil.

1.7 Penatalaksanaan

Terapi

1. Terapi wicara
2. Terapi okupasi

Edukasi

1. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif


2. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
3. Konseling

1.8 Pathway
10
11

II. Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian

a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
12

tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi


 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi
yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
 Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
h. Pola nutrisi dan metabolisme
 Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien,
 Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
 Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah.
13

i. Pola eliminasi
 Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
 Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
j. Pola aktivitas dan latihan
 Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
 Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
 Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada.
 Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
k. Pola tidur dan istirahat
 Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
 Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
2) Sistem Respirasi
 Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,
iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.
Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui
dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien
biasanya dyspneu.
 Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >
250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal pada dada yang sakit.
 Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya
tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan
14

berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam
posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas
di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
 Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari
parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari
atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3) Sistem Cardiovasculer
 Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5
pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
 Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
 Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.
 Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
 Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu
di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
 Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35kali per menit.
 Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
 Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
 Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
 Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
15

 Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,


penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
 Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
 Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta
dengan pemerikasaan capillary refiltime.
 Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
 Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
 Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,
demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang.

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa.


2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi.
6. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan
kerusakan sistem saraf pusat.

2.3 Perencanaan

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi - Lakukan latihan - Latihan bicara yang
verbal Sehubungan komunikasi dengan sesuai dengan
dengan kurangnya memperhatikan perkembangan anak
stimulasi bahasa perkembangan mental akan menghindari
anak ekploatasi yang
berakibat penekanan
fungsi mental anak.
16

- Lakukan komunikasi - Komunikasi yang


secara komprehensif komprehensif akan
baik verbal maupun non memperbanyak
verbal. jumlah stimulasi yang
diterima anak
sehingga akan
memperkuat memori
anak terhadap suatu
- Berbicara sambil kata.
bermain dengan alat
untuk mempercepat
persepsi anak tentang - Bermain akan
suatu hal. menigkatkan daya
tarik anak sehingga
frekwensi dan durasi
- Berikan lebih banyak latihan bisa lebih
kata meskipun anak lama.
belum mampu
mengucapkan dengan
benar. Anak lebih suka
mendengarkan kata-
akat dari pada
- Lakukan sekrening mengucapkan karena
lanjutan dengan biasanya kesulitan
mengggunakan Denver dalam mengucapkan.
Speech Test.

Untuk mengetahui jenis


dan beratnya gangguan
serta keterlambatan
dalam berbicara pada
anak.

2. Gangguan komunikasi - Lakukan latihan Agar stimulasi tetap


verbal Sehubungan komunikasi, dan diterima anak
dengan gangguan stimulasi dini dengan sesuai dengan
pendengaran benda-benda atau perlembangan
dengan menggunakan mental anak yang
bahasa isyarat serta didasarkan atas
biasakan anak melihat kemampuan
artikulasi orang tua penerimaan anak
dalam berbicara. terhadap informasi
yang diberikan
- Perhatikan kebersihan
- Ganguan
17

telinga anak pendengaran sering


disebabkan oleh
adanya hambatan
- Kolaborasi dengan pendengaran akibat
rehabilitasi untuk adanya kotoran
penggunaan alat bantu ditelinga.
dengar - Alat bantu
dengar diharapkan
mampu mengatasi
hambatan
pendengaran pada
telinga anak.

3. Gangguan komunikasi Gunakan bahasa yang - Untuk


Sehubungan dengan sederhana dan umum memudahkan
hambatan bahasa digunakan dalam pema-haman
komunikasi sehar-hari. menghindari stress
dan kebingungan
anak yang akibat
Gunakan verifikasi bahasa bahasa yang
sesuai dengan tingkat berubah-ubah.
kematangan dan
pengetahuan anak.
- Difersifikasi
bahasa dapat
diberikan jika
kemampuan mental
anak sudah matang
seperti setelah
umur 9 tahun,
karena
perkembangan
selsel otak anak
sudah mulai
maksimal.

4. Gangguan komunikasi - Stimulasi bahasa dan Untuk mengindari


Sehubungan dengan latihn bicara tetap keter-lambatan
kerusakan fungsi alat- dilakukan sesuai dengan perkembangan
alat tikulasi perkembangan mentak mental, bahasa
anak. maupun bicara
ketika alat
- Kolaborasi: dengan ahli artikulasi sudah
bedah untuk perbaikan alat- bisa diperbaiki.
alat artikulasi.
Perbaikan alat-alat
artikulasi hanya
18

bisa dilakukan
secara optimal
dengan
pembedahan.

5. Kecemasan orang tua - Gali kebiasaan - Untuk dapat


Sehubungan dengan komunikasi dan menggali efektivitas
ketidakmampuan anak stimulasi orang tua dan kemampuan serta
berbicara terhadap anak. usaha yang telah
dilakukan oleh orang
tua, untuk
mengindari
overlaping tindakan
- Berikan penjelasan yang berakibat orang
tentang kondisi anaknya tua menjadi bosan.
secara jelas, serta
kemungkinan
penanganan lanjutan, - Pengikutsertaan
prognose serta lamanya keluarga terhadap
tindakan atau perawatan anak
pengobatan. secara langsung akan
mampu mengurangi
tingat kecemasan
orang tua terhadap
keadaan anaknya.

6. Gangguan komunikasi - Hindari bicara pada - Komunikasi


Sehubungan dengan saat kondisi bising. tidak efektif
kecemasan sehingga anak
- Lakukan komunikasi menjadi irritabel.
dengan posisi lawan
bicara setinggi badan - Untuk
anak. meningkatkan
pandangan mata
- Lakukan latihan bicara dan efektivitas
sambil bermain dengan komunikasi
mainan kesukaan anak. sehingga anak
merasa lebih
nyaman.

- Agar anak lebih


tertarik dan tidak
lekas bosan.

7. Gangguan komunikasi - Lakukan observasi dan - Untuk mengetahui


Sehubungan dengan pemeriksaan fisik kemungkinan posisi
kurangnya kemampuan neurologi secara kelainan dalam
memori dan kerusakan
19

sistem saraf pusat. mendetail. otak.

- Kolaborasi pemeriksaan - Untuk mengetahui


EEG kemungkinan
kelainan pada SSP
anak.
20

III. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.D (2009), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.Edition,


Lippincott, Philadelpia, New York.

Kozier Barbara et.al (2012), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5
th
Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York.

Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.

Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby
Year Book, Philadelpia.
21

Banjarmasin, 25 Juni 2018

Ners Muda

Supiati, S.Kep

Preseptor Klinik

( )

Anda mungkin juga menyukai