“EPILEPSI”
Oleh :
NI LUH PUTU DESY TRISNA EKAYANTI
P07120216006
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER IV
I. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat adanya
ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak seimbangan polarisasi listrik
tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan
letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang
ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas
mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang
rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya).
Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000,
diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang
di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang. Laporan
WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi
aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk.
Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang.
Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian yang
tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif, dan gangguan
psikiatrik. Pada penyandang usia anak-anak dan remaja, permasalahan yang terkait
dengan epilepsi menjadi lebih kompleks.
Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah
keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan formal. Mereka
memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang
berhubungan dengan epilepsi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana dampak
epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya. Masalah yang muncul
adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana manifestasinya dan bagaimana
penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini masih memerlukan kajian yang lebih
mendalam.
Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana
meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga
maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi. Pemahaman epilepsi
secara menyeluruh sangat diperlukan oleh seorang perawat sehingga nantinya dapat
ditegakkan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan epilepsi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat mengetahui dan mengerti
tentang epilepsi.
IV. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang epilepsi ini antara lain :
A. Ceramah
B. Tanya jawab
A. ALAT
1. Meja
2. Kursi
B. MEDIA
1. Leaflet
C. SUMBER
Arif, Mansjoer, dkk., (2000) Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Medica Aesculpalus,
FKUI, Jakarta.
Arlina Hidjati Siti. 2002.Mudah dan Murah menanggulangi aneka penyakit . Jakarta :
Agromedia Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta : EGC.
Sylvia, A. pierce.1999. Patofisologi Konsep Klinis. Proses penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta
VI. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga penderita penyakit epilepsi.
VII. WAKTU
Hari / Tanggal : Kamis, 14 Juni 2018
Pukul : 10.00 WITA s/d 10.30 WITA
Durasi : 30 menit
VIII. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani.
Setting tempat
Keterangan
= Moderator
= Penyaji
= Audiens
= Notulen
= Oberver
IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO LANGKAH- KEGIATAN KEGIATAN
WAKTU
. LANGKAH PENYULUH SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit Salam Pembukaan Sasaran antusias
Perkenalan Diri atas kedatangan
Penyampaian Tujuan penyuluh
Menjelaskan penyuluh
X. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua lengkap atau
dalam kondisi baik dan bisa digunakan saat ceramah dan tanya jawab.
Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai epilepsi 2 hari sebelum pemberian
penyuluhan
b. Pemberi Penyuluhan
Pemberi materi sudah siap dalam melakukan penyuluhan
c. Undangan
Undangan terdiri dari eluarga pasien penderita epilepsi. Undangan sudah
disampaikan pada tanggal 13 juni 2018.
d. Pengorganisasian
Kewajiban Pengorganisasian
Moderator
a) Mampu memimpin jalannya diskusi sesuai dengan runtutan acara.
b) Mampu mengendalikan jalannya penyuluhan agar sesuai dengan topik.
c) Mampu membimbing peserta agar suasana tetap tenang namun tidak tegang.
d) Melakukan tindakan agar diskusi tetap fokus dan kondusif.
e) Mampu memberikan arahan kepada peserta.
Penyaji
a) Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
b) Mampu menjelasakan materi secara sistematis
c) Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
d) Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
Notulen
a) Mencatat semua hal yang disampaikan oleh moderator, penyaji, atau peserta.
Observer
a) Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
a) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b) Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c) Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian,
penyebab, dan tanda gejala epilepsi mencapai 80%.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali tentang
pencegahan dan penanganan epilepsi mencapai 75%.
LAMPIRAN 1
A. Pengertian Epilepsi
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang.
Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab
(Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-
sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri
timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak
secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.
B. Penyebab Epilepsi
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut
a) Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum
alcohol, atau mengalami cidera.
b) Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir
ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
c) Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
d) Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-
anak.
e) Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
f) Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
g) Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
h) Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak
1. Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan
kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan
zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. Penyebab pada
kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik). Sering terjadi pada:
a) Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
b) Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
c) Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
d) Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
e) Tumor Otak
f) Kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007)
2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan
otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut
sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak,
cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme
dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-
faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan
neoplasma.
D. Penatalaskanaan Epilepsi
1. Selama Kejang
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
b. Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
c. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau
panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
d. Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah
lidahnya menutupi jalan pernapasan.
e. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena
dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat
diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan
pernapasannya.
f. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa
disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung,
melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang
melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti
melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau
tidur.
g. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa
ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
2. Setelah Kejang
a) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan
napas paten.
c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang
e) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
f) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan
penderita beristirahat.
g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani
situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut
h) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian
pengobatan oleh dokter.
E. Pencegahan Epilepsi
Cara pencegahan penyakit epilepsi agar tidak kambuh :
1. Makan yang teratur
2. Istirahat yang cukup
3. Tidak mengonsumsi alkohol atau narkoba
4. Tidak lalai mengonsumsi obat epilepsinya
5. Tidak setres atau kegembiraan yang berlebihan.
LAMPIRAN 2
Evaluasi
1. Apakah pengertian dari penyakit epilepsi?
2. Sebutkan minimal 3 dari 8 penyebab spesifik epilepsi!
3. Sebutkan minimal 3 dari 13 tanda dan gejala epilepsi!
4. Bagaimanakah cara penanganan epilepsi?
5. Bagaimanakah cara pencegahan agar epilepsi tidak kambuh?