Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“EPILEPSI”

Oleh :
NI LUH PUTU DESY TRISNA EKAYANTI
P07120216006
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
EPILEPSI

I. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat adanya
ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak seimbangan polarisasi listrik
tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan
letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang
ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas
mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang
rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya).
Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000,
diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang
di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang. Laporan
WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi
aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk.
Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang.
Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian yang
tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif, dan gangguan
psikiatrik. Pada penyandang usia anak-anak dan remaja, permasalahan yang terkait
dengan epilepsi menjadi lebih kompleks.
Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah
keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan formal. Mereka
memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang
berhubungan dengan epilepsi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana dampak
epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya. Masalah yang muncul
adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana manifestasinya dan bagaimana
penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini masih memerlukan kajian yang lebih
mendalam.
Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana
meminimalisasikan  dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga
maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi. Pemahaman epilepsi
secara menyeluruh sangat diperlukan oleh seorang perawat sehingga nantinya dapat
ditegakkan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan epilepsi.
 
II. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat mengetahui dan mengerti
tentang epilepsi.

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit, sasaran diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian epilepsi dengan tepat dan benar.
b. Menyebutkan penyebab epilepsi dengan tepat dan benar.
c. Menyebutkan minimal 3 (tiga) dari 8 (delapan) penyebab sepsifik epilepsi
d. Menyebutkan tanda dan gejala epilepsi dengan tepat dan benar.
e. Menyebutkan tanda dan gejala minimal 3 (tiga) dari 13 (tiga belas) tanda dan
gejala epilepsi.
f. Menjelaskan cara penanganan epilepsi dengan tepat dan benar.
g. Menjelaskan pencegahan epilepsi dengan tepat dan benar.

III. MATERI PENYULUHAN


1. Pengertian epilepsi
2. Penyebab epilepsi
3. Tanda dan gejala epilepsi
4. Penanganan epilepsi
5. Pencegahan epilepsi

IV. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang epilepsi ini antara lain :
A. Ceramah
B. Tanya jawab

V. ALAT, MEDIA, DAN SUMBER

A. ALAT
1. Meja
2. Kursi

B. MEDIA
1. Leaflet

C. SUMBER

Arif, Mansjoer, dkk., (2000) Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Medica Aesculpalus,
FKUI, Jakarta.
Arlina Hidjati Siti. 2002.Mudah dan Murah menanggulangi aneka penyakit . Jakarta :
Agromedia Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta : EGC.
Sylvia, A. pierce.1999. Patofisologi Konsep Klinis. Proses penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta
VI. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga penderita penyakit epilepsi.

VII. WAKTU
Hari / Tanggal             : Kamis, 14 Juni 2018
Pukul                           : 10.00 WITA s/d 10.30 WITA
Durasi : 30 menit

VIII. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani.

Setting tempat

Keterangan

= Moderator
= Penyaji
= Audiens

= Notulen
= Oberver
IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO LANGKAH- KEGIATAN KEGIATAN
WAKTU
. LANGKAH PENYULUH SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit  Salam Pembukaan  Sasaran antusias
 Perkenalan Diri atas kedatangan
 Penyampaian Tujuan penyuluh

 Kontrak Waktu  Sasaran menjawab


salam penyuluh
2. Penyajian 20 menit  Penyampaian materi :  Sasaran
 Apersepsi menyimak dengan
 Menjelaskan cermat apa yang
pengertian epilepsi disajikan oleh

 Menjelaskan penyuluh

penyebab epilepsi  Bertanya apabila

 Menjelaskan tanda terdapat hal-hal

dan gejala epilepsi yang belum jelas

 Menjelaskan cara  Mencatat hal-hal

penanganan epilepsi penting yang

 Menjelaskan cara dijelaskan oleh

pencegahan epilepsi penyuluh.

3. Tanya Jawab 5 menit  Sasaran memberikan  Memberi respon


dan Evaluasi pertanyaan mengenai dengan menjawab
hal-hal yang belum pertanyaan
dimengerti penyuluh dengan
 Penyuluh memberi antusias.
pertanyaan terkait
materi yang telah
disajikan.
5. Penutup 2 menit  Menyimpulkan  Sasaran berterima
penyampaian materi kasih dan
 Menyampaikan terima menjawab salam
kasih penutup dari
 Mengucapkan salam penyuluh.
penutup

X. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua lengkap atau
dalam kondisi baik dan bisa digunakan saat ceramah dan tanya jawab.
Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai epilepsi 2 hari sebelum pemberian
penyuluhan
b. Pemberi Penyuluhan
Pemberi materi sudah siap dalam melakukan penyuluhan
c. Undangan
Undangan terdiri dari eluarga pasien penderita epilepsi. Undangan sudah
disampaikan pada tanggal 13 juni 2018.
d. Pengorganisasian

Kewajiban Pengorganisasian
 Moderator
a) Mampu memimpin jalannya diskusi sesuai dengan runtutan acara.
b) Mampu mengendalikan jalannya penyuluhan agar sesuai dengan topik.
c) Mampu membimbing peserta agar suasana tetap tenang namun tidak tegang.
d) Melakukan tindakan agar diskusi tetap fokus dan kondusif.
e) Mampu memberikan arahan kepada peserta.

 Penyaji
a) Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
b) Mampu menjelasakan materi secara sistematis
c) Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
d) Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
 Notulen
a) Mencatat semua hal yang disampaikan oleh moderator, penyaji, atau peserta.
 Observer
a) Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
a) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b) Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c) Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.

3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian,
penyebab, dan tanda gejala epilepsi mencapai 80%.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali tentang
pencegahan dan penanganan epilepsi mencapai 75%.
LAMPIRAN 1

A. Pengertian Epilepsi
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang.
Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab
(Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-
sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri
timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak
secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.

B. Penyebab Epilepsi
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut
a) Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum
alcohol, atau mengalami cidera.
b) Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir
ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
c) Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
d) Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-
anak.
e) Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
f) Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
g) Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
h) Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak
1. Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan
kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan
zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. Penyebab pada
kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik). Sering terjadi pada:
a) Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
b) Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
c) Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
d) Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
e) Tumor Otak
f) Kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007)
2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan
otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut
sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak,
cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme
dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-
faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan
neoplasma.

Tabel 01. Penyebab- penyebab kejang pada epilepsi


Bayi (0- 2 th) Hipoksia dan iskemia paranatal
  Cedera lahir intrakranial
Infeksi akut
Gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesmia, defisiensi piridoksin)
Malformasi kongenital
Gangguan genetic
Anak (2- 12 th) Idiopatik
Infeksi akut
Trauma
Kejang demam
Remaja (12- 18 th) Idiopatik
Trauma
Gejala putus obat dan alcohol
Malformasi anteriovena
Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma
Alkoholisme
Tumor otak
Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Gangguan metabolik (uremia, gagal hepatik, dll )
Alkoholisme

C. Tanda dan Gejala Epilepsi


a. Kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
b. Kelainan gambaran EEG
c. Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen
d. Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak
enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
e. Napas terlihat sesak dan jantung berdebar
f. Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat
g. Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus
atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak
normal seperti pada keadaan normal
h. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang
individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
i. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara
tiba- tiba
j. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang-
menendang
k. Gigi geliginya terkancing
l. Hitam bola matanya berputar- putar
m. Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil

D. Penatalaskanaan Epilepsi
1. Selama Kejang
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
b. Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
c. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau
panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
d. Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah
lidahnya menutupi jalan pernapasan.
e. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena
dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat
diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan
pernapasannya.
f. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa
disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung,
melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang
melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti
melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau
tidur.
g. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa
ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.

2. Setelah Kejang
a) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan
napas paten.
c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang
e) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
f) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan
penderita beristirahat.
g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani
situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut
h) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian
pengobatan oleh dokter.

3. Terapi Pengobatan Epilepsi


Obat pertama yang paling lazim dipergunakan: (seperti: sodium valporat,
Phenobarbital dan phenytoin). Ini adalah anjuran bagi penderita epilepsi yang baru. Obat-
obat ini akan memberi efek samping seperti gusi bengkak, pusing, jerawat dan badan berbulu
(Hirsutisma), bengkak biji kelenjardan osteomalakia.
Obat kedua yang lazim digunakan: (seperti: lamotrigin, tiagabin, dan gabapetin) Jika
tidak terdapat perubahan kepala penderita setelah mengunakan obat pertama, obatnya akan di
tambah dengan dengan obatan kedua. Lamotrigin telah diluluskan sebagai obat pertama di
Malaysia. Obat baru yang diperkenalkan tidak dimiliki efek samping, terutama dalam hal
kecacatan sewaktu kelahiran.

E. Pencegahan Epilepsi
Cara pencegahan penyakit epilepsi agar tidak kambuh :
1.        Makan yang teratur
2.        Istirahat yang cukup
3.        Tidak mengonsumsi alkohol atau narkoba
4.        Tidak lalai mengonsumsi obat epilepsinya
5.        Tidak setres atau kegembiraan yang berlebihan.

LAMPIRAN 2

Evaluasi
1. Apakah pengertian dari penyakit epilepsi?
2. Sebutkan minimal 3 dari 8 penyebab spesifik epilepsi!
3. Sebutkan minimal 3 dari 13 tanda dan gejala epilepsi!
4. Bagaimanakah cara penanganan epilepsi?
5. Bagaimanakah cara pencegahan agar epilepsi tidak kambuh?

Anda mungkin juga menyukai