Anda di halaman 1dari 42

BLOK 3.

08
Gangguan Kardiorespirasi

TINJAUAN KLINIS

PENYAKIT NON INFEKSI


PADA JALAN NAPAS
ANAK DAN BAYI
DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
Selasa, 20 Februari 2018
PENDAHULUAN
Penyakit non infeksi pada jalan napas
bayi dan anak:

1.Asfiksia neonatal
2.Bronkiolitis
3.Asma
ASFIKSIA NEONATORUM

 Kegagalan bernapas secara spontan


dan teratur pada saat atau
beberapa saat setelah lahir.
 Ditandai dengan PaO2 rendah
(hipoksemia), Pa CO2 meningkat
(hiperkarbia) dan asidosis.

10/22/11
PATOFISIOLOGI

 Penyebab asfiksia : faktor ibu, janin


dan plasenta.
 Hipoksia dan iskemia jaringan :
perubahan fungsional dan biokimia
janin.
 Faktor ini berperan pada asfiksia.
GEJALA KLINIK

 Bayi tidak bernapas atau napas


megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit
sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.
DIAGNOSIS

 Anamnesis : Gangguan/kesulitan
waktu lahir, lahir tidak
bernafas/menangis.
 Pemeriksaan fisik : nilai APGAR
SEKOR APGAR :
Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat


Refleks saat jalan
Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan
Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak
Tonus otot Lunglai
(lemah) aktif
Tubuh merah Merah seluruh
Warna kulit Biru pucat
ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat,


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang.
Nilai 7-10 : Normal
MANFAAT APGAR
Menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7
penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7.
Untuk menilai keberhasilan resusitasi
bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi.
Resusitasi dimulai 30 detik setelah
lahir bila bayi tidak menangis. (bukan
1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang

1. Foto polos dada


2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin, analisa
gas darah, serum elektrolit
PENYULIT
1. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati,
edema serebri, palsi serebralis
2. Jantung dan paru : hipertensi
pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
3. Gastrointestinal :
enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
5. Hematologi : DIC
BRONKIOLITIS
1. Definisi : inflamasi bronkioli pada
bayi dan anak < 2 tahun
2. Penyakit musiman (seasonal viral)
3. Penyebab tersering rawat inap bayi
2-6 bulan
PATOLOGI
PENYEBAB
1. Inflamasi
2. Pemicu infeksi virus penyebab : RSV
(Respiratory Syncytial Virus)
tersering, Rhino, Adeno, Influenza,
Parainfluenza, dan Entero.
GAMBARAN KLINIS
• Gejala : demam, batuk, pilek &
mengi.
• Tanda : inspiratory cracles & high
pitched expiratory wheeze
• DD : asma
ANAMNESIS
• Usia < 2 thn, tersering 3-6 bulan.
• Demam/riwayat, tidak tinggi.
• Bersin, pilek, batuk, napas cepat,
sulit makan, minum atau menyusu.
• Batuk kering & mengi (khas),
membedakan dengan asma.
• Jarang tampak toksik,
• Bila toksik (mengantuk, lemah,
gelisah, pucat, bercak & takikardi) :
berat.
PEMERIKSAAN FISIK
 Napas cepat >50x/mt tanda utama
infeksi jalan napas bawah (bronkiolitis &
pneumonia)
 Retraksi dinding dada (sub & interkosta,
juga supraklavikula).
 Bentuk dada hiperinflasi (beda dg
pneumonia)
 Inspiratory cracles seluruh paru (khas)
 High pithced expiratory wheeze (sering)
 Apneu (bayi prematur atau BBLR)
RABA & DENGAR
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Saturasi O2 (<92% PICU, >94% pulang)


• Gas darah (curiga gagal napas)
• Foto thoraks (yang tidak khas saja)
• Hematologi (rutin saja)
• Virologi (tidak cost effective)
• Bakteriologi (bayi < 1 bulan)
• CRP (tidak berhubungan dg bronkiolitis)
TATALAKSANA
• Tidak memerlukan pengobatan khusus.
• Ringan : rawat jalan
• Berat : rawat inap, suportif, oksigen
• Tidak direkomendasikan : antiviral,
antibiotika, montelukast, inhalasi
B2agonis, antikolinergik &
kortikosteroid, juga fisioterapi dada.
RAWAT INTENSIF
• Saturasi O2 menurun (<92%)
• Ancaman gagal napas (distres dan
atau kelelahan)
• Apneu berulang.
FAKTOR RISIKO BURUK
• Usia muda (<3 bulan)
• Prematur
• Kelainan jantung bawaan.
• Orangtua perokok
• Padat penghuni kamar/rumah/TPA
• Sosioekonomi rendah
DIAGNOSIS ASMA
1.Hampir pasti : mengi berulang dan/atau
batuk kronik berulang.
2.Dipertimbangkan : hanya batuk dan pada
saat diperiksa tanda-tanda mengi, sesak,
dan lain-lain sedang tidak timbul.
3.Patut diduga : batuk dan/atau mengi yang
timbul secara episodik, cenderung pada
malam / dini hari (nokturnal / morning
dip), musiman, setelah aktivitas fisik,
serta adanya riwayat asma dan atopi pada
pasien atau keluarganya.
DIAGNOSIS ASMA
Anak besar (>6 tahun) : pemeriksaan faal
paru. Uji fungsi paru yang sederhana
dengan peak flow meter, atau yang lebih
lengkap dengan spirometer.

Mendukung diagnosis asma anak bila :


1.Variabilitas pada PFR atau FEV1 >15%.
2.Kenaikan >15% pada PFR atau FEV1
setelah pemberian inhalasi bronkodilator.
3.Penurunan >15% pada PFR atau FEV1
setelah provokasi bronkus.
DERAJAD ASMA
Asma anak berdasarkan keadaan klinis dan
kebutuhan obat dibedakan menjadi 3
derajad yaitu :

1.Asma episodik jarang (asma ringan) :


75%
2.Asma episodik sering (asma sedang) :
20%
3.Asma persisten (asma berat) : 5%
populasi
DERAJAD ASMA
1.Asma episodik jarang (asma ringan) :
serangan sekali dalam 4-6 minggu, mengi
ringan setelah aktivitas berat, di antara
serangan normal.
2.Asma episodik sering (asma sedang) :
serangan lebih sering, seminggu sekali
atau kurang, mengi pada aktivitas
sedang, uji fungsi paru mendekati normal.
3.Asma persisten (asma berat) : serangan
sering, lebih dari 3 kali / minggu, uji
fungsi paru abnormal.
TUJUAN
TATA LAKSANA
1.Dapat beraktivitas normal, termasuk
main dan olahraga.
2.Sedikit absensi sekolah.
3.Gejala tidak timbul.
4.Uji fungsi paru normal, tidak ada variasi
diurnal pada PEF.
5.Obat minimal, kurang dari sekali dalam
dua tiga hari, dan tidak ada serangan.
6.Efek samping obat dapat dicegah,
terutama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
PREVENSI
1.Menjadi tujuan utama.
2.Pengendalian lingkungan, pemberian ASI,
penghindaran makanan alergen,
pengurangan pajanan tungau debu rumah
dan rontokan bulu binatang.
PENGENDALIAN
1.Harus dilakukan untuk setiap anak
dengan mengi.
2.Penghindaran terhadap asap rokok, tidak
memelihara binatang, khususnya kucing
dan anjing. Perbaikan ventilasi ruangan,
dan penghindaran kelembaban kamar.
3.Anak asma seringkali menderita rinitis
alergika dan/atau sinusitis. Deteksi dan
diagnosis kedua kelainan itu yang diikuti
dengan terapi yang adekuat, akan
memperbaiki gejala asma.
CARA PEMBERIAN OBAT
1.Harus disesuaikan dengan umur anak,
karena perbedaan kemampuan
menggunakan alat inhalasi.
2.Demikian juga kemauan anak perlu
dipertimbangkan.
3.Lebih dari 50% anak asma tidak dapat
memakai alat hirupan biasa (metered
dose inhaler).
4.Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan
berulang kali.
CARA PEMBERIAN OBAT
1.Umur <2 tahun, Alat inhalasi : Nebuliser
2.Umur 2-4 tahun, Alat inhalasi : Nebuliser,
MDI (metered dose inhaler) dengan alat
perenggang (spacer)
3.Umur 5-8 tahun, Alat inhalasi : Nebuliser,
MDI dengan spacer, Alat hirupan bubuk
(Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler,
Turbuhaler)
4.Umur >8 tahun, Alat inhalasi : Nebuliser,
MDI, Alat hirupan bubuk, Autohaler
NEBULISER
MDI, spacer, Spinhaler,
Diskhaler, Rotahaler,
Turbuhaler
SERANGAN ASMA
1.Episode perburukan yang progresif dari
gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa
dada tertekan atau berbagai kombinasi
dari gejala tersebut.
2.Biasanya mencerminkan gagalnya
penanganan asma jangka panjang, atau
adanya pajanan dengan pencetus.
3.Derajat serangan asma bisa mulai dari
serangan ringan hingga serangan berat
yang dapat mengancam nyawa.
SERANGAN ASMA AKUT
1.Merupakan kegawatan medis yang lazim
dijumpai di ruang gawat darurat.
2.Dapat dicegah, setidaknya dapat
dikurangi dengan pengenalan dini dan
terapi intensif.
3.Dalam penanganan asma anak, kedua hal
tersebut masih banyak kekurangan.
PENANGANAN AWAL
1.Pemberian beta-agonis secara nebulisasi.
2.Garam fisiologis dan mukolitik dapat
ditambahkan dalam cairan nebulisasi.
3.Nebulisasi serupa dapat diulang dua kali
dengan selang 20 menit.
4.Pada pemberian ketiga dapat
ditambahkan obat antikolinergik.
5.Berfungsi sebagai penapis untuk
penentuan derajat serangan, karena tidak
selalu dapat dilakukan dengan cepat dan
jelas.
SERANGAN RINGAN
1.Sekali nebulisasi respons baik (complete
response)
2.Observasi 1-2 jam, jika respons bertahan,
dipulangkan.
3.Obat beta-agonis (hirupan atau oral) tiap
4-6 jam.
4.Jika pencetusnya infeksi virus, tambahkan
steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
5.Obat pengendali diteruskan.
6.Jika observasi 2 jam gejala timbul
kembali, sebagai serangan sedang
SERANGAN SEDANG
1.Nebulisasi dua atau tiga kali, hanya
respons parsial (incomplete response).
2.Observasi dan ditangani di Ruang Rawat
Sehari (RRS), langsung dipasang jalur
parenteral.
SERANGAN BERAT
1.Sampai 3 kali nebulisasi berturut-turut
tidak menunjukkan respons (poor
response).
2.Harus dirawat di Ruang Rawat Inap.
3.Oksigen 2-4L/menit, pasang jalur
parenteral dan lakukan foto toraks.
4.Nebulisasi dengan beta-agonis dan
antikolinergik.
5.Ancaman henti napas di Ruang Rawat
Intensif dan foto rontgen toraks
(pneumotoraks dan/atau
pneumomediastinum).
RAWAT SEHARI
1.Pemberian oksigen.
2.Steroid sistemik oral berupa prednisolon,
prednison, atau triamsinolon.
3.Nebulisasi beta-agonis + antikolinergik
tiap 2 jam.
4.Jika dalam 8-12 jam klinis tetap baik,
maka dipulangkan dan obat seperti
serangan ringan.
5.Bila dalam 12 jam responsnya tetap tidak
baik, dialih rawat ke Ruang Rawat Inap
untuk mendapat steroid dan aminofilin
parenteral.
PERBAIKAN KLINIS
1.Nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga
24 jam, dan steroid serta aminofilin
diganti per-oral.
2.Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil,
pasien dapat dipulangkan dengan dibekali
obat beta-agonis (hirupan atau oral) yang
diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam.
3.Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga
pasien kontrol ke Klinik Rawat Jalan dalam
24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.
PENDIDIKAN DAN
KEMITRAAN
1.Kurangnya pengetahuan tentang asma
dan tatalaksananya berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.
2.Pada pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan, bahkan pada dokter. Banyak
dokter tidak mengikuti perkembangan dan
perubahan konsep tentang asma dan
tatalaksananya.
3.Asma anak masih banyak yang
‘underdiagnosed’ dan ‘undertreatment’.
sekian dan terima kasih

Info lebih lanjut :


sms / WA : 081227280161
e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai