Anda di halaman 1dari 54

TENTIR SOCA

AMIGDALA 2015
PEMICU 3 MODUL HI
AULIYA YASMIN & ROMI RHOMADHON
SEBELUM KITA MEMULAI, MARILAH KITA MEMBACA DOA SEBELUM
BELAJAR TERLEBIH DAHULU…. AGAR ILMU YANG KITA PELAJARI
MENJADI BERKAH DAN BERPAHALA DISISI ALLAH SWT.. AAMIIN
“BELAJAR MEMANG MELELAHKAN, TAPI AKU TAK MAU MELIHAT
PASIEN DIDEPANKU MENINGGAL
AKIBAT KETIDAKTAHUANKU”

SEMANGAT SUKSES SELALU


AMIGDALA 2015
MARI KITA MULAI MEMBAHASNYA YA….
APA SIH DBD ITU…
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang disebarkan nyamuk Aedes yang dapat
menyerang pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam,nyeri otot,tulang dan sendi yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan
dapat menyebabkan perdarahan hingga kematian.
Demam Berdarah Penyakit menular berbahaya yang dapat
Dengue (DBD) menyebabkan kematian dalam waktu
singkat dan sering menimbulkan wabah

Virus dengue
Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
Indonesia
DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di


Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten
Di Indonesia ?
Di Indonesia ?
Intinya kasus DHF masih sangat
banyak di Negara Indonesia ini.
Jadi kita perlu mengenal dan
menangani kasus ini secara
holistic ya amigdala
Pertama Kita Bahas Vektor Nya terlebih
Dahulu yaa
Ciri-ciri si nyamuk ini :
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypty
Warna hitam dengan belang-belang putih di seluruh badannya
Berbadan kecil
Biasanya menggigit pada siang hari dan sore hari
Hidup dan berkembang biak di dalam rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat
minuman burung)
Senang hinggap pada pakaian yang bergantung,kelambu dan ditempat yang gelap dan lembab.
Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak air
Posisi jentik nyamuk tegak lurus dengan permukaan air
Gerakan jentik nyamuk naik turun ke atas pemukaan air untuk bernafas
Kemampuan terbang kira-kira 100 meter
DISTRIBUSI
Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan
subtropis asia Tenggara, sebagian didaerah
perkotaan

Karena kebiasaan penyimpanan air secara


tradisional di Indonesia , Myanmar dan Thailand
kepadatan nyamuk mungkin lebih tinggi di daerah
pinggiran perkotaan d/p daerah perkotaan.
Ketinggian
Ditemukan pada ketinggian berkisar 0-1000 meter di atas
permukaan laut
Ketinggian yang rendah ( kurang dari 500 meter) memiliki tingkat
kepadatan populasi nyamuk sedang sampai berat.
Di daerah pegunungan (di atas 500 meter) mempunyai populasi
rendah.
Di Asia batas bagi penyebaran 1000-1500 meter
Di bagian lain dunia spesies ini ditemukan pada wilayah yg jauh
lebih tinggi , di Kolumbia sampai 2200 meter
TELUR
- Diletakkan pada tempat basah tepat pada batas
permukaan air
-Selama satu kali siklus gonotropik nyamuk betina
meletakkan telurnya di beberapa sarang
-Perkembangan embrio selesai dalam waktu 48 jam
-Setelah masa embrionisasi selesai telur mengalami masa
pengeringan yang lama (lebih dari satu tahun)
-Telur menetas pada saat air penampungan penuh
Telur nyamuk
LARVA DAN PUPA

-Mengalami 4 tahap perkembangan


-Lama perkembangan tergantung pada suhu, ketersediaan
makanan dan kepadatan larva pada sarang
-Waktu yg dibutuhkan mulai dari penetasan sampai menjadi
nyamuk dewasa , sedikitnya 7 hari termasuk 2 hari menjadi
pupa.
-Pada suhu rendah mungkin dibutuhkan waktu beberapa
minggu
Pupa nyamuk
Larva nyamuk
NYAMUK DEWASA
-Setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin
-Nyamuk betina yang sudah dibuahi akan mengisap darah selama 24-36 jam
-Mempunyai 2 periode aktifitas menggigit pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah
matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap
-Dapat menggigit lebih dari satu orang
-Biasanya tidak mengigit di malam hari tetapi mengigit malam pada kamar yang terang
-Perilaku istirahat: di tempat gelap, lembab, bersembunyi dalam rumah/ bangunan, jarang di
temukan di luar rumah
-Tempat yang disukai furniture, gantungan baju, gorden, dinding
-Jarak terbang: terbatas sampai 100 meter dari lokasi kemunculan
-Pada penelitian pernah ditemukan sampai 400 meter
-Lama hidup : hanya 8 hari
Intinyaaa teman teman
telur (biasanya di air tawar )  Larva  Pupa  Dewasa
Aedes aegypty biasanya aktivitas indoor sehingga salah satu pencegahan vector adalah dengan
celup larutan insektisida pada kelambu. Selain itu, bias juga dengan bubuk abate dengan dosis
tidak letal (dosis srendah mungkin)
Penyebaran virus
-Vektor dapat terinfeksi apabila mengisap darah pejamu yang
mengandung virus.
-Viraemia dalam tubuh pejamu dapat terjadi 1-2 hari sebelum awitan
demam dan berlangsung kurang lebih 5 hari setelah awitan demam
-Setelah inkubasi ekstrinsik selama 10-12 hari , virus berkembang
menemmbus usus halus untuk menginfeksi jaringan lain di dalam
tubuh nyamuk, termasuk kelenjar ludah nyamuk
-Nyamuk akan menularkan ke orang lain melalui suntikan air
ludahnya.
Lanjut bahasan kedua yaitu
Penyebab DHF itu sendiri DENGUE VIRUS
Family : flaviviridae
Genus : flavivirus
Virus dengue memiliki sel target yaitu monosit, makrofag, sel
dendritic, sel mast, sel endotel dan sel hepatosit. Virus ini
DENGUE VIRUS
terdiri dari :
- asam ribonukleat rantai tunggal
-serotype : DEN 1 ( mayoritas penyebab infeksi primer), DEN 2
(mayoritas penyebab infeksi sekunder), DEN 3, DEN 4 .
Serotipe manasih yang paling byk di Indonesia? Serotipe 3,
orang yang terinfeksi salah satu serotipe akan menstimulasi
tubuh untuk membentuk antibodi yang akan kebal pada
serotipe tersebut. Tapi kenapa org didaerah endemis dapat
terinfeksi lagi? Karena pada orang didaerah endemis dapat
terinfeksi 3-4 serotipe selama masa hidupnya
- 3 struktur protein :
- kapsid (protein C) , Membran / premembran (protein
M/PrM) dan envelope ( protein E)
Protein E berfungsi untuk replikasi virus dan sebagai cellular
attachment untuk masuknya virus dalam sel
- lipid envelope
- 10,7 kilobase RNA
DENGUE VIRUS
Virus ini juga memiliki protein structural seperti :
NS -1  Dapat dideteksi di darah
NS -2A, NS -2B , dan NS-4B  menstimulasi IFN -1 dengan produksi sitokin
NS-3  Fungsi ganda helicase ( melepas rantai DNA ) dengan protease
NS -5  sebagai adenosine methyltransferase RNA dependent RNA polymerase
NS-2B  kofaktor falam aktifitas protease
Perlekatan virus pada reseptor seperti glcosaminoglycans ( heparan sulfate) , C-type lectins
(CD209), mannose reseptor (CD 206) dan immunomodulatory protein (TAM reseptor)
Bagaimana replikasi dengue virus ? https://www.youtube.com/watch?v=_nTGXVpL4no
Klik itu yaa mulai aja dari menit ke 6.10 ya
REPLIKASI DENGUE VIRUS
Virus menempel pada dinding makrofag melalui mannose reseptor  endositosis virus 
karena adanya pH asam didalam sitoplasma makrofag akan merubah struktur protein M dan E
 sehingga membrane endosome – virion akan pecah dan melepaskan RNA dan protein  lalu
akan terjadi translasi dan replikasI DNA Virus didalam nucleus  lalu akan dibawa ke badan
golgi untuk dijadikan dalam bentuk vesicle vesicle  selanjutnya vesicle akan fusi dengan
membrane plasma  DENV akan keluar sel dan siap menginfeksi sel lain
Sekarang kita akan bahas penyakitnya ya..
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
1.Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
uji bendung positif
petekie, ekimosis, purpura
perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi
sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.
DHF
2. Laboratorium
Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai
berikut:
Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan
hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD
KLASIFIKASI
Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi)

Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
bendung.
Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak
tampak gelisah.
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
DERAJAT KEPARAHAN DENGUE
PATOGENESIS
Gigitan nyamuk Aedes menyebabkan infeksi di sel
langerhans di epidermis dan keratinosit. Kemudian
menginfeksi sel - sel lainnya seperti monosit, sel dendritik,
makrofrag, sel endotelial dan hepatosit. Monosit dan sel
dendritik yang terinfeksi memproduksi banyak sitokin
proinflammatori dan kemokin yang selanjutnya
mengaktivasi sel T yang diperkirakan menyebabkan
disfungsi endotelial. Disfungsi endotelial menyebabkan
peningkatkan permeabilitas pembuluh yang kemudian
menyebabkan perembesan cairan di pleura, rongga
peritonium, dan syok. Sel endotelial juga dirangsang untuk
menimbulkan respons imun yang mengakibatkan
permeabilitas vaskular meningkat .Menurut IDAI (2012),
patogenesis DHF belum jelas namun terdapat hipotesis
yang mendukung seperti heterologous infection hypothesis
atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan
bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi
kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu
6 bulan sampai 5 tahun (IDAI, 2012). Banyak para ahli
sependapat bahwa infeksi sekunder adalah penyebab
beratnya manifestasi klinis pada penderita DBD .
PATOGENESIS
Menurut hipotesis infeksi sekunder sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang
berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan
transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit,
proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan
kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa (WHO,
1997).
Infeksi sekuensial dengan serotipe dengue berbeda lebih rentan menjadi bentuk penyakit lebih
berat (demam berdarah dengue/sindrom syok dengue). Hal ini dijelaskan dengan pembentukan
kaskade cross-reactive antibodi heterolog nonnetralisasi yang diperkuat, sitokin (seperti
interferon gamma yang diproduksi o lek sel T spesifik) dan aktivasi komplemen yang
menyebabkan disfungsi endotel, destruksi trombosit, dan koagulopati konsumtif
FASE DENGUE
WHO pada tahun 2009 membagi gejala klinis
demam dengue menjadi 3 fase : 1. Fase Demam,
2.Fase Kritis, 3.Fase Recovery.

A. Fase I – Fase Demam


Demam akut yang berlangsung 2 - 7 hari dan
sering disertai muka kemerahan, eritema kulit,
nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit
kepala. Beberapa pasien dapat memiliki gejala
sakit tenggorokan, faring hiperemis dan injeksi
konjungtiva. Anorexia, mual, dan muntah sering
terjadi dan dapat sulit dibedakan dengan
demam non-dengue pada fase awal. Uji
torniquet positif pada fase ini meningkatkan
kepastian dari dengue. Manifestasi perdarahan
ringan seperti petekie dan perdarahan
membran mukosa (mis. hidung dan gusi) dapat
terlihat
FASE DENGUE
FASE DEMAM LANJUTAN…
A. Fase I – Fase Demam
Demam akut yang berlangsung 2 - 7 hari dan sering disertai muka kemerahan, eritema kulit,
nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit kepala. Beberapa pasien dapat memiliki gejala
sakit tenggorokan, faring hiperemis dan injeksi konjungtiva. Anorexia, mual, dan muntah sering
terjadi dan dapat sulit dibedakan dengan demam non-dengue pada fase awal. Uji torniquet
positif pada fase ini meningkatkan kepastian dari dengue. Manifestasi perdarahan ringan seperti
petekie dan perdarahan membran mukosa (mis. hidung dan gusi) dapat terlihat. Gejala tidak
khas seperti perdarahan vagina dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi. Hati
dapatmembesar dan terasa sakit pada beberapa hari sewaktu demam. Penurunan sel darah
putih dapat memberikan tanda sebagai infeksi dengue (WHO, 2009). Tanda dan gejala ini kurang
dapat membedakan antara severe dan non severe dengue sehingga perlu monitoring lebih
untuk berhati - hati dalam menilai fase perkembangan ke fase kritis (WHO, 2009).
FASE DENGUE
B. Fase II – Fase Kritis Pada tahap ini, demam masih berlangsung pada hari ke 3 – 7 namun
temperatur sedikit menurun yaitu 37.5 – 38oC atau lebih rendah dan juga menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler dengan level hematokrit yang meningkat. Periode kebocoran
plasma berlangsung selama 24 – 48 jam (WHO, 2009). Leukopenia parah diikuti dengan
penurunan hitung trombosit mengindikasikan terjadinya kebocoran plasma. Pada pasien dengan
tidak diikuti peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik namun pasien yang memiliki
keadaan tersebut akan bertambah parah dengan kehilangan volume plasma. Efusi pleura dan
ascites dapat terdeteksi tergantung dari tingkat keparahan kebocoran plasma tersebut. Maka
foto thorax dan USG abdomen dapt digunakan sebagai alat bantu diagnosa. Kadar hematokrit
yang melebihi batas normal dapat digunakan sebagai acuan melihat derajat keparahan
kebocoran plasma (WHO, 2009). Syok dapat terjadi jika volume plasma berkurang hingga titik
kritis dan sering didahului oleh warning signs. Syok yang berlangsung lama, menyebabkan
hipoperfusi organ sehingga dapat mengakibatkan gangguan organ, metabolik asidosis, dan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) (WHO, 2009).
FASE DENGUE
C. Fase III – Fase Penyembuhan/Recovery Pasien yang melewati fase kritis akan memasuki fase
recovery dimana terjadi reabsorpsi cairan extravaskular dalam 48-72 jam, dimana keadaan
umum akan membaik, nafsu makan bertambah, gejala gastrointestinal berkurang, status
hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi. Ruam, pruritis, bradikardia dapat terjadi pada fase ini
(WHO, 2009). Hematokrit dapat kembali stabil atau menurun akibat efek pengenceran dari
absorpsi cairan. Sel darah putih perlahan mengalami peningkatan setelah suhu tubuh menurun
diikuti dengan peningkatan trombosit. Respiratory distress akibat efusi pleura masif dan ascites
dapat terjadi akibat dari terapi cairan IV yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase recovery
yang dapat dikaitkan d engan edema paru atau gagal jantung kongestif (WHO, 2009).
FASE DENGUE
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa
syok
Anak dirawat di rumah sakit .Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya
perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan
intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya
(maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30
ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi
melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian
terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
DIFFERENTIAL DIAGNOSE
DIFFERENTIAL DIAGNOSE
KOMPLIKASI:
DIC
Pemberian Cairan
Sebelum dibawa berobat, anak dapat diberikan cairan rumah tangga sebanyak yang anak
mampu. Cairan yang dianjurkan untuk penderita DBD adalah cairan yang mengandung mineral
(cairan isotonik kaleng, air putih dengan garam dan gula, atau oralit). Pemberian jus jambu,
angkak, atau kurma untuk penderita DBD belum terbukti bermanfaat secara ilmiah dan belum
bisa dijadikan pedoman. Tidak ada larangan untuk memberikan cairan tersebut kepada
penderita DBD. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada anak yang sedang sakit, pemberian
minum yang bercitarasa tajam dapat memancing muntah. Muntah yang berlebihan dapat
memperburuk kondisi anak.
PENCEGAHAN
1. DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-nyamuk, pemberantasan sarang
nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M
(mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras bak air).

2. Fogging yang efektif merupakan salah satu cara menurunkan populasi nyamuk. Namun, perlu diperhatikan
dosis insektisida yang digunakan, perhitungan arah angin, dan perhitungan radius daerah cakupan. Fogging
sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00. Bila dilakukan
pada siang hari, nyamuk sedang tidak beraktivitas dan asap fogging mudah menguap karena udara siang yang
panas. Fogging sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan hujan.

3. Saat ini, vaksin DBD saat ini sudah tersedia dan dalam waktu dekat akan diedarkan di Indonesia. Pemberian
vaksin tidak lantas mengurangi upaya pencegahan DBD yang ada, dan dilakukan bersama-sama. Dengan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi DBD, keikutsertaan masyarakat dalam usaha
pencegahan, dan adanya vaksin, maka diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di Indonesia
dapat diturunkan.
TERIMA KASIH.. MOHON MAAF JIKA ADA
KESALAHAN

SELALU SUKSES AMIGDALA

Anda mungkin juga menyukai