Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Pembimbing:
Dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG (K)

Disusun oleh:
Rafi’ Nawawi Mubarok
41181396100026

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN


KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu


wata’ala atas segala limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan presentasi
kasus ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh
umatnya hingga akhir zaman nanti.
Alhamdulillah setelah penulis mencari berbagai kepustakaan, presentasi
kasus ini yang berjudul “Hipertensi Dalam Kehamilan” dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr.
Reza Tigor Manurung, Sp.OG (K) selaku pembimbing yang telah membantu dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini dan kepada semua pihak
yang turut serta membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan agar
makalah ini menjadi lebih baik.
Demikian makalah ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak
manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, 29 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
ILUSTRASI KASUS ......................................................................................................... 5
1. Kasus Pertama ...................................................................................................... 5
2. Kasus Kedua .......................................................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................... 8
ANALISIS KASUS ........................................................................................................... 8
1. Kasus Pertama ...................................................................................................... 8
2. Kasus Kedua .......................................................................................................... 9
BAB IV ............................................................................................................................. 11
SIMPULAN ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan adalah suatu hal yang paling dinantikan oleh setiap pasangan
yang telah menikah. Namun tidak semua kehamilan berjalan dengan lancar,
terdapat beberapa penyulit yang terjadi selama kehamilan yang dapat mengancam
jiwa ibu maupun janin. Salah satu penyulit dalam kehamilan adalah hipertensi pada
kehamilan. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin disamping infeksi dan perdarahan.1
Penyakit hipertensi pada kehamilan merupakan kelainan vaskular yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.
Penyakit dan kondisi ini termasuk preeklampsia dan eklampsia, hipertensi
gestasional, dan hipertensi kronik.2 Secara global kasus preeklampsia terjadi sekitar
2-8%. Sedangkan Menurut American Collage of Obstetricians and Gynecologists
angka kejadian preekmlampsia di Amerika Serikat meningkat 25% pada dua
dekada terakhir.3 Di Indonesia pada tahun 2010 lebih dari 30% angka kematian ibu
disebabkan karena hipertensi dalam kehamilan.4 Sedangkan pada tahun 2007
hipertensi dalam kehamilan terbanyak diderita pada kelompok umur 45-49 tahun
yaitu sebesar 44% sedangkan yang paling sedikit terjadi pada kelompok umur 15-
19 tahun yaitu sebesar 5,8%.5
Kejadian preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat
preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal. Pada ibu
hamil primigravida terutama dengan usia muda lebih sering menderita
preeklampsia dibandingkan dengan multigravida. Sedangkan mortalitas maternal
pada preeklampsia terjadi karena disebabkan oleh komplikasi dari preeklampsia
seperti eklampsia hingga perdarahan otak, gagal ginjal, dekompensasi kordis
dengan edema pulmonal dan aspirasi. Hipertensi juga akan mengganggu
pertumbuhan janin yang akan menyebabkan kegawatan janin atau bahkan sampai
terjadinya kematian janin.6
BAB II
ILUSTRASI KASUS

1. Kasus Pertama
Ny.R 34 tahun, dengan preeklampsia with severe feature pada G4P2A1(AH1)
hamil 30 minggu, JPKTH, janin cenderung kecil ibu dengan obesitas grade II (IMT
= 38,7). Pasien datang pertama kali ke IGD RS Fatmawati pada tanggal 3 Februari
2020 dirujuk dari Rumah Sakit Graha Permata Ibu dengan diagnosis G4P2A1 hamil
30 minggu dengan PEB. Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati sejak satu hari yang
lalu, keluhan mual dan muntah, nyeri kepala disangkal. Keluhan keluar air-air dan
mulas tidak ada, tekanan darah 195/123mmHg.
Pasien mengaku hamil 7 bulan, HPHT 3 Juli 2019, pasien rutin ANC dibidan
setiap bulan, USG pada 12 September 2019. Riwayat kehamilan pasien sebagai
berikut :
1. Pada tahun 2011, Abortus pada usia kehamilan 3 bulan dan dilakukan
kuretase
2. Pada tahun 2012, IUFD pada usia kehamilan 7 bulan di RS GPI
3. Pada tahun 2013, lahir bayi laki-laki berat 2040 gram di RS Bunda
4. Pada tahun 2019, Kehamilan saat ini.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2011 saat kehamilan yang
pertama, saat itu tekanan darah pasien tinggi saat kehamilan memasuki bulan ke 3,
namun setelah pasien mengalami abortus tekanan darah pasien kembali stabil dan
terjadi peningkatan kembali tekanan darah saat kehamilan berikutnya.
Pada hari yang sama jam 04.50 pasien diperiksa lab dan diapatkan hasil
Trombosit 120.000/ul, SGOT 131U/I, SGPT 84U/I, LDH 1532U/I, Urinalisa
didapatkan albumin +3. Setelah itu pasien dipindahkan ke ruangan VK dan
dilakukan USG Fetomaternal pada jam 14.00 yang hasilnya biometri sesuai hamil
30 minggu, aktivitas janin normal, janin IUGR, volume air ketuban berkurang, CPR
<1, TBJ 1060 gram dengan anjuran terminasi kehamilan pasca pematangan paru
dengan persiapan NICU. Pada jam 18.30 pasien dilakukan SC Cito atas indikasi
preeklampsia with severe feature pada G4P2A1(AH1) hamil 30minggu, JPKTH,
janin susp IUGR, air ketuban berkurang, ibu dengan obesitas grade II dan HELLP
Syndrome. Setelah dilakukan SC Cito lahir bayi perempuan dengan berat 1000
gram, PB 37cm dan AS 8/8. Setelah dilakukan perawatan post operasi selama 3 hari
pasien pulang dan kontrol satu minggu kemudian ke Poli Kebidanan.

2. Kasus Kedua
Ny.F 25 tahun, dengan preeklampsia with severe feature pada G2P0A1 hamil
32 minggu, JPKTH janin susp PJT oligohidroamnion tanpa ketuban pecah (ICA 3).
Pasien datang pertama kali ke poli kebidanan RSF pada tanggal 14 Februari 2020,
dirujuk dari RS Petukangan dengan PEB dan PJT. Pasien mengaku HPHT 1 Juli
2019, pasien rutin ANC di PKM Pesanggrahan sebanyak 9 kali. USG Rutin di
Kimia Farma sebanyak 3 kali, dengan USG trimester pertama pada 1 Oktuber 2019,
dikatakan janin berusia 13+2 minggu. Pasien memiliki riwayat abortus pada
kehamilan pertamanya pada usia kehamilan 11 minggu, lalu pasien dikuretase.
Dihari yang sama pasien dibawa ke IGD karena tekanan darah yang tinggi di
poliklinik yaitu 175/110mmHg. Keluhan keluar air-air, flek, dan perdarahan
negatif. Keluhan sakit kepala bagian depan, nyeri ulu hati, pandangan kabur, mual
dan muntah disangkal. Riwayat DM disangkal, riwayat hipertensi sejak 3 hari yang
lalu. Hasil pemeriksaan fisik obstetric didapatkan TFU 21cm, DJJ 128x/menit,
kontraksi (-).
Hasil USG saat di IGD didapatkan JPKTH, FHR 149 dpm. Biometri BPD 72/
HC 258/ HL 228/ FL 54, DI~32minggu, TBJ 1160gram, ICA 3, SDAU 2,97,
CPR>1. Sedangkan hasil lab didapatkan LDH 375, protein urin +2. Setelah itu
pasien ditatalaksana sesuai PEB diruangan.
Pada hari Selasa 18 Februari 2020 pasien dilakukan pemeriksaan USG
Fetomaternal dan didapatkan hasil presentasi kepala, frekuensi 145dpm, biometri
BPD 76mm, HC 269mm, FL 56mm, TBJ 1397 gram, SDAU 3,2, dengan
kesimpulan biometri sesuai hamil 33 minggu, air ketuban habis PJT.
Di hari yang sama pada pukul 22.30 pasien mengeluhkan mual dan muntah
disertai adanya nyeri ulu hati. keluhan nyeri kepala dan padangan kabur disangkal.
Pada pemeriksaan kardiotokografi didapatkan hasil kategori III, dan dilakukan SC
Cito atas indikasi gawat janin pada impending eklampsia pada G2A1 hamil 32
minggu JPKTH pasca pematangan paru oligohidroamnion (ICA 3), susp IUGR.
Setelah dilakukan SC lahir bayi laki-laki, BB 1500 gram, PB 38 cm, AS 9/10. Post
SC pasien diobservasi di HCU, lalu keesokan harinya pasien dipindahkan ke
ruangan. Setelah dirawat 3 hari pasien pulang dan kontrol satu minggu kemudian
ke Poli.
BAB III
ANALISIS KASUS

1. Kasus Pertama
Ny. R, 34 tahun dengan preeklampsia with severe feature pada G4P2A1(AH1)
hamil 30 minggu, JPKTH, janin cenderung kecil ibu dengan obesitas grade II,
dengan berat badan 87kg, tinggi badan 150cm, dan IMT 38,7kg/m2. Berdasarkan
klasifikasi Body Mass Index (BMI) pada dewasa untuk Asia Pasific, IMT pada
pasien ini masuk kedalam klasifikasi obese tipe II. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan terjadinya komplikasi selama
kehamilan termasuk diantaranya, pertumbuhan janin berlebih, malformasi janin,
abortus spontan, diabetes gestasional, kelahiran prematur, kematian janin dan
hipertensi dalam kehamilan.7
Terdapat hubungan yang kuat antara pasien hamil dengan peningkatan BMI
dengan risiko terjadinya preeklampsia dan hipertensi pada kehamilan. Pada ibu
yang mengalami peningkatan BMI sebesar 26kg/m2 berisiko 2 kali lipat terjadinya
preeklampsia, sedangkan ibu dengan peningkatan BMI sebesar 30kg/m2 berisiko
hampir 3 kali lipat mengalami preeklampsia.7
Pada pasien ini juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan terdapat peningkatan
tekanan darah sebesar 195/123mmHg, pasien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi sejak tahun 2011 saat kehamilan yang kedua namun setelah abortus
tekanan darah pasien normal dan meningkat kembali saat pasien kehamilan
selanjutnya. Pada pemeriksaan lab didapatkan hasil trombosit 120.000/ul, SGOT
131U/I, SGPT 84U/I, LDH 1532U/I, dan pada urinalisa didapatkan albumin +3.
Pasien didiagnosa preeklampsia with severe feature pada G4P2A1(AH1) hamil 30
minggu, JPKTH, janin susp IUGR, air ketuban berkurang, ibu dengan obesitas
grade II dan HELLP Syndrome. Diagnosa pada pasien ini sesuai dengan definisi
dari ISSHP yaitu peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 dan/atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg dalam dua kali pengukuran berjarak empat jam, yang
sebelumnya tekanan darah dalam batas normal, atau baru terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu dan diikuti dengan adanya proteinuria8. Pada pasien ini juga
mengalami HELLP Syndrome yang menurut buku Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo yaitu preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis,
peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia yang didahului
dengan tanda dan gejalanya pada pasien ini yaitu nyeri ulu hati dan pada
pemeriksaan lab terjadi penurunan kadar trombosit sebesar 120.000, lalu terjadi
peningkatan kadar LDH sebesar 1532, dan terjadi peningkatan SGOT 131 dan
SGPT 84.1
Pada pasien ini dilakukan SC cito yang berdasarkan buku Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo pasien dengan sindroma HELLP, tanpa memandang umur
kehamilan, kehamilan harus segera diakhiri. Persalinan dapat dilakukan
perabdominan atau pervaginam.1 Pada journal DA International Sindroma HELLP
termasuk salah satu indikasi absolut dilakukannya Sectio Cesarean.9
Setelah dilakukan SC lahir bayi perempuan dengan BB 1000 gram, dan saat
dikonversi ke kurva lubchenco dengan umur kehamilan 30 minggu berada dibawah
persentil 10 yang artinya bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan, hal tersebut
terjadi karena pada preeklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang disebabkan karena menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan endotel pembuluh darah plasenta yang akan membuat
nutrisi janin berkurang sehingga bisa terjadi adanya Intrauterine Growth
Restriction (IUGR) dan oligohidroamnion yang akan membuat peningkatan
morbiditas dan mortalitas pada janin.1

2. Kasus Kedua
Ny. F, 25 tahun, dengan preeklampsia with severe feature pada G2P0A1 hamil
32 minggu, JPKTH janin susp PJT, oligohidroamnion tanpa ketuban
pecah(ICA3).Saat datang ke IGD tekanan darah pasien 175/110 mmHg, dan pada
pemeriksaan lab didapatkan protein urin +2. Berdasarkan ISSHP pasien masuk
dalam definisi preeklampsia yaitu peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 dan/atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dalam dua kali pengukuran berjarak empat jam,
yang sebelumnya tekanan darah dalam batas normal, atau baru terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu dan diikuti dengan adanya proteinuria.8 Pasien juga
mengalami oligohidroamnion, yang terjadi karena menurunnya perfusi utero
plsaenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah
plasenta akibat preeklampsia yang terjadi pada pasien.1
Di hari yang sama pada pukul 22.30 pasien mengeluhkan mual dan muntah
disertai adanya nyeri ulu hati yang menurut buku Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo masuk kedalam klasifikasi Preeklampsia Berat dengan Impending
Eclampsia.1 Pada pemeriksaan kardiotokografi didapatkan hasil kategori III, pada
kardiotokografi kategori III tindakan yang dilakukan tidak terbatas hanya untuk
memberikan oksigensi bagi ibu, merubah posisi ibu, menghentikan stimulasi
persalinan, atasi hipotensi maternal, dan penatalaksanaan takhisistol, tetapi juga
dilihat situasi klinis yang terjadi pada saat itu. Bila kategori III tidak dapat diatasi,
pertimbangkan untuk terminasi kehamilan. Pada saat itu kondisi ibu memburuk
dengan Impending Eclampsia, maka dilakukan SC Cito untuk terminasi kehamilan
secepatnya.10
Lahir bayi laki-laki, BB 1500 gram, dan saat dikonversi ke kurva lubchenco
dengan umur kehamilan 33 minggu berada diantara persentil 10-90 yang artinya
bayi kurang bulan, sesuai masa kehamilan.
BAB IV
SIMPULAN

 Terdapat hubungan yang kuat antara pasien hamil dengan peningkatan BMI
dengan risiko terjadinya preeklampsia dan hipertensi pada kehamilan.
 Preeklampsia merupakan peningkatan tekanan darah sitolik ≥140 dan/atau
tekanan darah diastolik ≥90mmHg dalam dua kali pengukuran berjarak empat
jam yang sebelumnya tekanan darah dalam batas normal atau baru terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu dan diikuti adanya proteinuria.
 HELLP Syndrome merupakan preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.
 Preeklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang akan
membuat peningkatan morbiditas dan mortalitas pada janin.
 Pada pasien dengan Sindroma HELLP dan kategori III pada CTG dapat ditata
laksana dengan melakukan terminasi kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Angsar, M.D. Hipertensi Dalam Kehamilan. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirohardjo. 2008; BP-SP Jakarta. H.531
2. Sari NK, Hakimi M, Rahayujati TB. Determinan Gangguan Hipertensi
Kehamilan di Indonesia. BKM Journal of Community Medicine and Public
Health. 2016.Vol 32 No 9. H.295-302
3. ACOG. Preeclampsia and Hypertension in Pregnancy: Resource Overview.
dikases pada 27 Februari 2020 di https://www.acog.org/Womens-
Health/Preeclampsia-and-Hypertension-in-Pregnancy?IsMobileSet=false
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014
5. Departemen Kesehatan. 2017 diakses pada 27 Februari 2020 di .
www.Litbang.depkes.go.id
6. Kristiyani SD. Laporan Kasus : Hipertensi Dalam Kehamilan. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Bali. 2013
7. Lopez-Jaramillo P, Barajas J, Rueda-Quijano SM, Lopez-Lopez C, Felix C.
Obesity and Preeclampsia: Common Pathophysiological Mechanisms. Front
Physiology. 2018;9(December):1–10
8. Brown MA, et al. Hypertensive Disorders of Preganancy. ISSHP
Classification, Diagnosis, and Management Recommendations for
International Practice. 2018 H.24-43
9. Mylonas I, Friese K. Deutsches Arzteblatt International. Indication for and
Risks of Elective Cesarean Section. Deutsche. 2015
10. Endjun JJ, Affandi B. Kardiotokografi (KTG). Departemen Obstetri dan
Ginekologi RS Pendidikan RSPAD Gatoto Subroto.Jakarta. 2013

Anda mungkin juga menyukai