Anda di halaman 1dari 29

PNEUMOTHORAX

Oleh :
Janis Kansafitri
41191396100030

Pembimbing :
dr. Achmad Faisal, Sp.BTKV, FECT, FIHA
ANATOMI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan adanya udara di dalam rongga
pleura (rongga antara pleura viseral dan parietal) sehingga bisa
menyebabkan kolaps pada paru.

DEFINISI
Lung
infection
Emphysema Congenital

ETIOLOGI

Smoking

Genetic
Marphan’s
Syndrome
 Pneumothoraks spontan lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan 5:1.
 Kematian dari pneumotoraks sangat jarang.
EPIDEMIOLOGI  Statistik inggris telah mengungkapkan suatu kematian tahunan
sebesar 1,26 per juta per tahun pada pria dan 0,62 pada wanita,
kematian lebih tinggi pada orang tua dan mereka dengan
pneumothoraks sekunder.
 Blebs : - Suatu kumpulan udara pada pleura viseral
-biasanya berukuran 2 cm - 2.5 cm
-Secara makroskopis, blebs terlihat seperti busa sabun.
-Terjadi karena rupturnya alveolar subpleural
TERMINOLOGI
 Bula : -Suatu kumpulan udara yang lebih besar daripada blebs
-Pembentukan bula adalah karena rupturnya alveolus,
beberapa bula bisa berukuran sangat besar hingga menempati
seluruh rongga
Pneumothorax
Spontan Primer
Pneumothorax (PSP)
Spontan Pneumothorax
Spontan
Sekunder (PSS)

Pneumothorax
KLASIFIKASI Traumatik

Pneumothorax Pneumothorax
Didapat (Acquired) Induced/Therapeutic

Pneumothorax
Accidental/Iatrogenik
Pneumothorax
terbuka

Pneumothorax
tertutup

KLASIFIKASI Pneumothorax
valvular

Tension
Pneumothorax
 Pneumothorax yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya penyakit
paru yang mendahului.
PNEUMOTHORAX
SPONTAN PRIMER  Mekanisme yang diduga mendasari terjadinya PSP adalah rupture
bleb pada pleura viseral pada apeks paru-paru.
(PSP)
 Pada sebagian besar kasus PSP, gejala akan berkurang atau hilang
spontan dalam 1 hingga 2 hari.

PNEUMOTHORAX  Pneumothorax yang terjadi yang didasari oleh riwayat penyakit paru
SPONTAN yang telah dimiliki sebelumnya, misal fibrosis kistik, ppok, kanker
paru, asma dan infeksi paru.
SEUNDER
(PSS)  PSS dapat terjadi pada penderita AIDS, hal ini terkait dengan
pneumonia akibat Pneumocystis carinii
 Pneumotoraks yang terjadi akibat dari suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun non-penetrasi yang menyebabkan robeknya
pleura, dinding dada, maupun paru

Pneumothorax Traumatik

Pneumothorax  Pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.


Accidental/Iatrogenik

Pneumothorax
Induced/Therapeutic  Penumotoraks yang terjadi akibat suatu tindakan yang disengaja.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan misalnya
drainase terbuka yang dilakukan pada empyema.
Pada anamnesis didapatkan gejala :

 Ada yg tidak bergejala


 Nyeri dada tiba-tiba dan dirasakan pada sisi yang abnormal
GEJALA KLINIS  Dada terasa berat, seperti tertekan
 Batuk (tidak produktif)
 Nafas memendek, tidak membaik dengan istirahat
 Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan :

 Pasien terlihat dyspnea dan takikardi pada pneumotoraks luas


 Pergerakan dinding dada menurun
 Suara nafas menurun atau menghilang, terdapat suara nafas tambahan
(noisy air movement)
 Hipersonor ketika diperkusi
TANDA KLINIS  Fremitus menurun pada sisi yang abnormal
 Dapat ditemukan gejala Tension Pneumotoraks jika makin parah :
 Sianosis
 Hipotensi
 Deviasi trakhea ke arah kontralateral paru yang abnormal
 Terlihat cemas
 Peningkatan vena jugular
 Saturasi arterial menurun
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Rontgen toraks
 Gold Standard
 Diproyeksikan dari belakang ke depan
(Postero-Anterior).
 Biasanya pengambilan foto dilakukan saat
inspirasi.
 mengkonfirmasi diagnosis dengan
ditemukannya udara dan garis pleura visceral
seperti bergeser dari dinding dada .
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

CT Scan

Dapat menentukan estimasi ukuran


dari pneumotoraks lebih akurat
dibanding rontgen toraks karena,
pada CT scan pneumotoraks kecil
bisa terlihat lebih jelas
ALGORITMA
MANAJEMEN
PNEUMOTHORAX
 Observasi
 Observasi dilakukan pada pneumotoraks yang tidak bergejala
(asymptomatic).
Prinsipnya :
Observasi selama
kurang lebih 4-6 jam
Tatalaksana yang
(+) suplementasi
dilakukan bertujuan untuk
oksigen
mengeluarkan udara
dalam rongga pleura,
mempertahankan
pengembangan paru dan rontgen toraks
mencegah berulangnya
kejadian pneumotoraks
pada pasien
Perbaikan : Edukasi follow up 12-24 jam
Dipulangkan setelahnya dengan rontgen
toraks
Penutupan luka pada dinding dada
Manajemen awal yang bisa dilakukan pada kasus pneumotoraks
terbuka.
Pada prinsipnya untuk mencegah terjadinya tension
pneumotoraks
Menutup dinding dada
yang terbuka dengan
plastic/alumunium foil

Tempelkan perekat pada


sisi atas, kanan, dan kiri
dan membiarkan sisi
bawah terbuka
Needle Aspiration
 Pasien pneumotoraks spontan primer > 2 cm
 needle dipasang di atas iga ke 3 (ics 2) garis
midclavicula pada paru yang abnormal.
 Selanjutnya lakukan rontgen toraks untuk evaluasi
 Intercostal tube drainage
 Pemasangan intercostal tube drainage harus dipasang di tempat
yang tepat yaitu di sela iga 2 di garis aksilaris.

 Pasangkan tube ke tempat drainase dan minta pasien untuk


batuk. Jika ada gelembung maka proses pengeluaran udara sudah
baik dan paru akan mengembang.

 Lakukan rontgen toraks


Hal-hal yang perlu diperhatikan :

• Undulasi : Undulasi negatif jika habisnya efusi atau akibat terjepitnya selang. Pada keadaan ini
dapat dilakukan spooling dengan NaCl 0,9%. Bila setelah spooling cairan mengalir kembali
berarti ada jepitan pada selang. Bila setelah spooling tidak mengalir maka efusi telah habis.

• Gelembung/bubbling : Gelembung udara yang terlihat pada botol drainase, jelas terlihat saat
pasien exhale.

• obstuksi dan kinking.

• Warna dan jumlah cairan yang keluar dalam 24 jam.

• Foto rontgen thorax.


Jika paru tidak mengembang, maka kemungkinan ada beberapa kondisi yaitu :

 Terdapat sekret pada bronkiolus sumbatan jalan nafas menuju paru


sehingga paru tidak bisa mengembang.
 Adanya jaringan fibrin di permukaan paru (spt kerak) sehingga menghambat
pengembangan paru. Hal ini biasanya terjadi karena pneumotoraks jangka lama.
 Kesalahan dalam pemasangan intercostal tube drainage kebocoran udara.
Indikasi operasi adalah sebagai berikut :

1. Pneumotoraks berulang
2. Kebocoran udara menetap (>3 hari)
3. Paru tidak mengembang
4. Memiliki riwayat pneumotoraks bilateral
5. Memiliki pekerjaan yang beresiko tinggi (contoh : pilot)
6. Akses ke rumah sakit jauh
7. Memiliki riwayat tension pneumotoraks
8. Hemopneumotoraks dengan perdarahan yang menetap (persisten)
Torakoskopi

Metode ini dikerjakan untuk :

• Mengidentifikasi penyebab pneumotoraks atau mengeksplor rongga pleura


• Memisahkan adesi untuk mencegah kebocoran udara
• Mengeksisi bula
• Melakukan pleurodesis

Torakotomi

Pertimbangan dilakukannya tindakan torakotomi, jika :

• Paru gagal mengembang setelah drainase yang adekuat


• Pasien dengan kebocoran udara menetap
• Ketika video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) dirasakan bukan tindakan yang
tepat untuk dilakukan
Chemical/Surgical Pleurodesis
 Pleurodesis adalah suatu tindakan penyatuan pleura viseral dan
Mempertahankan pleura parietal secara mekanik maupun menggunakan agen
pengembangan kimiawi.
paru dan  Pleurodesis dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumotoraks
berulang. Jika terjadi kebocoran udara yang persisten > 3 hari.
mencegah  Pasien kontraindikasi operasi bisa menggunakan pleurodesis
kekambuhan kimiawi dengan talc slurry, talc poudrage, doksisiklin, dan lain-lain.
Edukasi :
• Diving underwater
• Berpergian ke tempat yang jauh dari akses rumah sakit
• Merokok
• Perjalanan udara selama 1 sampai 2 minggu bahkan sampai sampai 3
bulan
• Beritahukan bahwa ada kemungkinan pneumotoraks berulang sebesar
30% pada pasien baru 60%-70% pada pasien yang mengalami
pneumotoraks berulang.
Komplikasi :

1. Recurrence pneumothorax
2. Tension pneumotoraks
3. Infeksi
4. Pneumo-mediastinum
5. Kebococaran udara menetap.
 Sellke FW, Del Nido PJ, Swanson SJ. Sabiston & Spencer : Surgery
of The Chest, 7th ed.
 Moghissi K, Thorpe JAC, Ciulli F. Moghissi Essential of Thoracic and
Cardiac Surgery. 2nd ed. Elsevier. 2003
 DuffMac A, Arnold A, Harvey J. Management of Spontaneous
Pneumothorax. British Thoracic Society Plural Disease Guideline.
Mar 2010.
Daftar Pustaka  O’onnor AR, Morgan WE. Radiological Review of Pneumothorax.
National Center for Biotechnology Information (NCBI). Jun 2005.
 Daley BJ. What is The Role of a Chest CT Scan in the Evaluation of
Pneumothorax?. Medscape. Apr 2020.
 American College Surgeon. Advanced Trauma Life Support. 10th ed.
2018.
 Baumann MH, Starange C, Heffner JE, Light R, et al. Managemen of
Spontaneous Pneumothorax. American College Physicians Delphi
Consensus Statement. 2001
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai