Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT SESSION

PNEUMOTHORAX
Anisa Aprilia Adha 1840312458
Satia Bama 1840312642
Suci Estetika Sari 1840312635

d r. R o h a y a t B i l m a h d i , S p . P D
Enter subtitle
Please enter the required title here

Enter subtitle
Please enter the required title here

CONTENTS Enter subtitle


Please enter the required title here

Enter subtitle
Please enter the required title here
P E N D A H U L U A N
PENDAHULUAN
INSIDEN
DEFINISI Insidennya mencapai 2,4-17,8 per
Pneumothorak adalah salah satu 100.000/tahun yang lebih sering pada laki-laki
kondisi kegawatdaruratan dimana dan usia dekade 3 dan 4
terdapatnya udara atau gas
dalam rongga pleura yang pada ETIOLOGI
keadaan normal tidak berisi - Pneumothorax spontan :
udara primer dan sekunder
- Pneumothorax traumatik
PNEUMORAX
SPONTAN SEKUNDER
DIAGNOSIS
paling sering terjadi. Jenis ini tejadi sebagai bentuk komplikasi dari
penyakit seperti pneumonia, abses paru, PPOK, asma, TB Paru, Anamnesis, pemeriksaan fisik dan
keganasan paru dan penyakit interstisial paru yang menyebabkan penunjang
pecahnya dinding alveolus
T I N J A U A N P U S TA K A
DEFINISI
Pneumotoraks merupakan keadaan dimana
terdapatnya udara dalam rongga pleura,
KLASIFIKASI
berdasarkan jenis fistelnya
antara paru dan dinding dada, yang dapat
menyebabkan kolapsnya paru. 1. Pneumotoraks terbuka
(open pneumothorax)
KLASIFIKASI 2. Pneumotoraks tertutup
berdasarkan penyebabnya (simple pneumothorax)
1. pneumothorax spontan
a. pneumothorax spontan primer 3. Tension pneumotoraks
b. pneumothorax spontan sekunder
2. pneumothorax traumatik
a. pneumothorax traumatik iatrogenik
b. pneumothorax traumatik non
iatrogenik
Kejadian pneumotoraks pertahun sebanyak 18 -28 per 100.000
pada laki-laki dan 1,2-6 pada perempuan.4 Angka kejadian
pneumotoraks spontan skunder lebih sering terjadi pada laki-laki
dibanding dengan perempuan, masing-masing 7,4-18 per 100.000
dan 1,2 – 6 per 100.000 per tahun.2 Pada penelitian di Inggris
insiden pneumotoraks spontan primer 24 per 100.000 pada laki-
laki dan 9,8 per 100.000 pada perempuan
PNEUMOTHORAX
SPONTAN SEKUNDER
adanya penyakit paru-paru yang
mendasari, seperti penyakit paru
kronik ( PPOK, asma bronkial),
PNEUMOTHORAX infeksi paru ( tuberkulosis,
SPONTAN PRIMER pneumocystic carinii, abses paru),
penyakit paru intersisial, penyakit
• laki-laki jaringan ikat sistemik seperti
• usia muda Marfan sindrom, dan keganasan
paru.
• bertubuh kurus dan tinggi
• merokok
• adanya riwayat keluarga
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI

Apabila terdapat penghubung


PSP terjadi karena pecahnya bleb atau bula
antara alveoli dengan rongga
yang diperkirakan karena over distensi
Tekanan dalam rongga pleura pleura, maka udara akan mengalir
alveoli. Udara dapat merobek selaput
lebih negatif dibanding tekanan menuju rongga pleura sampai
bronkovaskular dibagian medial, sehingga
alvoli. Perbedaan tekanan inilah tekanan alveoli dan intrapleura
menyebabkan pneumomediastinum yang
yang menyebabkan distensi sama.
akan diikuti dengan emfisema dan
alveoli yang berada di apeks
pneumotorak
secara berlebihan.

Pada pneumotorak spontan sekunder akibat TB, terjadi ruptur lesi paru yang
berada dekat dengan pleura, sehingga terdapat akses antara paru dan rongga
pleura. Sehingga udara saat inspirasi dapat masuk ke rongga pleura.
DIAGNOSIS • Pemeriksaan CT-scan mungkin
diperlukan apabila dengan
fotothoraks belum dapat
A Anamnesis • Suara nafas melemah sampai
menghilang ditegakkan.
C PEM. PENUNJANG
• fremitus melemah sampai • Pemeriksaan endoskopi
menghilang, (torakoskopi) merupakan
• Sesak napas, yang didapatkan • resonansi perkusi dapat normal • AGD : Gambaran pemeriksaan invasif, tetapi
pada 80-100% pasien atau meningkat/hipersonor hipoksemia memiliki senstitivitas lebih besar
• Nyeri dada, yang didapatkan • Pneumothoraks tension
• Pemeriksaan foto thoraks dibandingkan pemeriksaan CT-
pada 75-90% pasien. dicurigai apabila didapatkan
bayangan udara dalam scan
• Batuk-batuk, yang didapatkan adanya takikardia berat,
rongga pleura memberikan
pada 25-35% pasien hipotensi dan pergeseran
mediastinum atau trakea gambaran radiolusen yang
• Tidak menunjukkan gejala
(silent) yang terdapat sekitar
tanpa struktur jaringan paru

5-10% danbiasanya pada PSP B Pemeriksaan Fisik (avascular pattern) dengan


batas tegas paru
TATALAKSANA
Pinsip-prinsip penanganan pneumothoraks
• Observasi dan pemberian tambahan oksigen
• Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis
• Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla
• Torakotomi
• Konservatif
Pada pneumotoraks spontan kecil, tidak ada sesak napas, dan tidak ada penyakit paru-paru yang
mendasari, pneumotoraks umumnya menghilang secara spontan. Pada pneumotoraks sekunder
dapat dilakukan tindakan konservatif pada ukuran yng sangat kecil (1 cm atau pinggiran udara
kurang) dan ada gejala terbatas.

• Water Sealed
Drainage
Dilakukan dengan memasukkan tabung plastik
fleksibel pada bagian samping dada ke ruang
pleura, yang gunanya untuk menghilangkan udara.
Follow up pada pemasangan WSD dengan
memperhtikan undulasi
KOMPLIKASI

1.Infeksi sekunder , sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema,


hidropneumotoraks.

2.Gangguan hemodinamika
Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan jantung dapat tergeser
ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak "output", sehingga
dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik.

3. Emfisema, dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis


PROGNOSIS

Prognosis pneumotoraks bergantung kepada tingkat dan jenis pneumotoraks. Pneumotoraks


kecil umumnya akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Pneumotoraks sekunder jauh lebih
serius dan dapatmenyebabkan kematian mencapai 15%. Tingkat kekambuhan pneumotoraks
baik tipe primer atau sekunder sekitar 40%, yang biasanya terjadi dalam waktu 1,5 sampai
dua tahun
LAPORAN KASUS
Identitas
• Pasien Nama : Tn FSF
• Jenis Kelamin : Lelaki
• Umur : 20 tahun
• Alamat : Lubuk Alung

Anamnesis
• Pasien masuk ke bangsal Penyakit Dalam RSUP dr. M Djamil Padang pada tanggal 15 Oktober
2019 dengan :

Keluhan Utama
• Sesak nafas semakin meningkat sejak 1 hari sebelum masuk ke rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Sesak nafas meningkat sejak 1 hari sebelum masuk ke rumah sakit. Sesak nafas
tidak diikuti bunyi menciut. Pasien tiba-tiba terbangun saat tidur dan terasa sangat
sesak. Sesak nafas sudah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
dan tidak dipengaruhi emosi, cuaca dan makanan.

• Nyeri dada sebelah kanan ada tidak bisa ditunjuk dan tidak menjalar, dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu pada saat batuk.

• Batuk ada dirasakan sejak 2 bulan ini, tidak berdahak dan tidak berdarah.

• Demam ada, hilang timbul tidak tinggi, tidak menggigil, dirasakan sejak 2
minggu yang lalu.
• Mual, muntah dan nyeri ulu hati tidak ada.
• Riwayat trauma dan dada terbentur tidak ada.
• Keringat malam disangkal.
• Penurunan nafsu makan disangkal
• Penurunan BB ada, tidak diketahui berapa kilogram.
• BAK volume cukup , tidak ada keluhan.
• BAB jumlah dan konsisten biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat hipertensi tidak ada
• Riwayat DM tidak ada
• Riwayat TB tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada

Riwayat Kebiasaan
Mahasiswa teknik mesin
Tidak ada kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, narkotika dan seks berisiko.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Tekanan darah : 120/70mmHg
• Nadi : 83x/menit
• Nafas : 25x/menit
• Suhu : 36,3°C
• Keadaan gizi : Buruk ( Bmi 16,7 kg/m)
• Sianosis : Tidak ada
• Ikterus : Tidak ada
• Edema : Tidak ada
• Anemis : Tidak ada
Status Generalisata
Kulit
Teraba hangat,warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi
normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-), telapak tangan dan kaki
pucat (-), pertumbuhan rambut normal.

Kelenjar Getah Bening


Tidak ada pembesaran

Kepala
Normosefal, simetris, deformitas (-), rambut hitam dan tidak mudah
dicabut atau rontok.
Mata
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, tidak ditemukan perdarahan atau
penyumbatan.

Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), nyeri tekan
prosesus mastoideus (-).
Mulut
Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)

Leher
Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB tidak ada, JVP 5-0 cmh20.

Thoraks
I : Dinding kanan tampak lebih cembung dibanding dinding kiri dan pergerakan
dinding kanan tertinggal dibanding dad kiri saat inspirasi.
P : Fremitus kanan melemah, fremitus kiri baik
P : Hipersonor pada lapangan paru kanan dan sonor pada paru lapangan kiri.
A : SN kanan menghilang, SN kiri vesikuler, Rh (-), Wh (-).
Jantung
I : Iktus kordis terlihat 1 jari medial LMCS RIC V.
P : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RUC V, luas 1 jari, kuat angkat
P : Batas atas RIC 2, batas jantung kanan linea sternalis dextra, batas
jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V.
A : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
I : Distensi(-).
P : Supel (+), nyeri tekan (-), teraba massa (-)
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal

Alat Kelamin
Tidak diperiksa
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 14,4
Leukosit : 7440
Ht : 44%
Thrombosit : 302,000

Diagnosa Kerja
Secondary spontaneous pneumothorax dextra ec suspek TB paru
Diagnosis Banding
• Primary spontaneous pneumothorax dextra.

Tatalaksana
Non farmakologis
Diet MB TKTP 1300 kkal
Terapi oksigen 3 liter per menit

Farmakologis
IVFD Nacl 0,9 % 8 ja/kolf
IVFD Aminofluid 500 ml : atnoleat 20% 100 ml
N-asetil sistein 3x200mg (po)
Paracetamol 3x500 mg (po)
Zink 1x20mg
D I S K U S I
• Pasien laki-laki berusia 20 tahun dirawat di Bangsal Penyakit Dalam
RSUP Dr. M.Djamil pada tanggal 15 Oktober 2019 dengan keluhan
sesak nafas semakin meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Sesak nafas tidak diikuti bunyi menciut kemungkinan terjadinya
gangguan pengembangan paru (kolaps), gangguan ventilasi.

• Kolapsnya paru dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya


akumulasi cairan atau akumulasi udara di dalam rongga pleura.
Insert the title of your subtitle Here

Akumulasi udara di dalam


Sesak Nafas rongga pleura menyebabkan
tekanan di dalam rongga pleura
Sesak nafas tidak diikuti bunyi tidak lagi negatif (dalam keadaan
menciut kemungkinan terjadinya normal, tekanannya adalah -5
gangguan pengembangan paru cmH2O). Paru menjadi kempis,
(kolaps), gangguan ventilasi. sehingga penderita akan
mengeluhkan sesak napas
Kolapsnya paru dapat Dari pemeriksaan fisik inspeksi
karena tidak terjadi ventilasi
disebabkan oleh dua didapatkan dinding dada kanan
pada paru yang kolaps.
hal, yaitu adanya asimetris (tampak lebih cembung)
akumulasi cairan atau dibandingkan dinding dada kiri,
akumulasi udara di pergerakan dada kanan
dalam rongga pleura. tertinggal dibanding dada kiri,
akibat penekanan udara yang
terkumpul di rongga pleura
sebelah kanan sehingga terjadi
gangguan pengembangan paru.
pasien juga mengeluhkan batuk dan nyeri dada saat batuk yang dapat
menjadi keluhan tambahan pada pasien dengan pneumothoraks.
Keluhan batuk selama lebih kurang 2 bulan, demam hilang timbul yang
tidak tinggi selama 2 minggu ini, serta adanya penurunan berat badan.

Hal ini dapat menjadi dasar penelusuran etiologi pneumothoraks yang


mengarah pada kecurigaan adanya infeksi paru pada pasien ini,
khususnya TB Paru. Pada pasien yang mengalami pneumothoraks
spontan sekunder, penyakit paru yang biasanya mendasari adalah
penyakit paru kronik (PPOK, asma bronkial), infeksi paru (tuberkulosis,
pneumocystic caranii, abses paru).
• Perubahan tekanan intra pleural meningkatkan volume thoraks yang
mengakibatkan perubahan pengembangan dari dinding dada dan
menurunkan 8% kapasitas vital. Ketika tekanan rongga pleura
meningkat, mediastinum bergerak kearah yang berlawanan,
memperluas thoraks pada daerah yang sakit, dan menekan
diafragma.

• Etiologi yang sesuai dengan faktor resiko yang ada pada pasien ini
untuk pneumothoraks sekunder spontan sesuai kriteria diagnosis TB
paru. Gejala utama TB adalah batuk 2 minggu atau lebih, diikuti gejala
tambahan berupa dahak bercampur darah, batuk darah, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat
malam.
• Untuk menegakkan diagnosis pasti TB paru perlu dilakukan uji BTA sputum atau gene expert,
Namun, pada pasien ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan BTA sputum atau gene expert
dikarenakan tidak adanya dahak, sehingga tidak dapat ditegakan etiologi pneumothoraks pada
pasien ini adalah infeksi paru tuberkulosis

• penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien ini, telah dilakukan pemberian terapi oksigen 3
liter per menit, serta dilakukan pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) untuk drainase udara
atau mengeluarkan udara dari rongga pleura.

• Kemudian pada pasien ini juga dilakukan rontgen ulang setelah dilakukan pemasangan WSD untuk
melihat perkembangan dan progresifitas pengembangan paru pasca pemasangan WSD
• Pada pasien ini, pengembangan paru yang kolaps tidak sesuai yang diharapkan,
sehingga masih dilakukan penelusuran penyebab tidak adekuatnya
perkembangan paru kolapsnya. Hal ini menyebabkan, prognosis quo ad
sanactionam pada pasien ini masih dubia (meragukan)

• Untuk terapi non medikamentosa, pasien diberikan diet MB TKTP 1300 kkal, IVFD
Aminofluid 500 ml : atnoleat 20% 100 ml, dan zink 1 x 20 mg untuk mengatasi
status gizi dengan malnutrisi
THANK YOU
T H A N K S F O R Y O U R L I S T E N I N G

Anda mungkin juga menyukai