Anda di halaman 1dari 43

HYDROPNEUMOTHORAK

Ferry Juniansyah

110.2011.105

Pembimbing:

dr. H. Edi Kurniawan, Sp.P

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Paru


Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
RSUD Arjawinangun
Maret 2016
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PARU

Paru merupakan salah satu pasangan organ respirasi, satu pada kanan dan lainnya

pada toraks kiri, yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh jantung dan

struktur mediastinum. Paru kanan terdiri atas lobus superior, medius, dan inferior

dan pada paru kiri terdiri atas lobus superior dan inferior.
Gambar 2.1 Sistem Respirasi.(A) Sistem respirasi traktus atas

dan bawah (anterior view). (B) Gambar Mikroskopik alveoli

dan kapiler pulmonal.


Gambar 1.2 Paru-paru (anterior view)
Gambar 1.3 Arteri dan vena pulmonalis
Gambar 1.4 Segmenta
brochopulmonum

Gambar 1.5 :Alveolus


DEFINISI

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di


dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa
juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan
piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana
hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan kolaps
jaringan paru.
KLASIFIKASI

Hidropneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :


Berdasarkan kejadian :
Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
(c) Pneumotoraks basalis (1)Pneumotoraks totalis
(2)Pneumotoraks parsialis

Berdasarka Fistel
Pneumotoraks ventil
Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks tertutup
EPIDEMIOLOGI

Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilakukan,


namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada
pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks
kanan dari pada hemitoraks kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh
pneumotoraks spontan. Insiden dan prevalensi pneumotoraks ventil 3 — 5% dari
pneumotoraks spontan. Kemungkinan berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy
20% untuk kedua kali,dan 50% untuk yang ketiga kali. Insiden empiema di bagian Paru
RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 1987 dirawat 3,4% dari 2.192 penderita rawat
inap. Dengan perbandingan pria:wanita = 3,4:1
ETIOLOGI

Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau


kista kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di
bawah permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah
apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena
adanya perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui
jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di bawah
pleura viseralis.
PATOFISIOLOGI

Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Diantara pleura
parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit
cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan
negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2
tahap : Fase inspirasi dan fase eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura - 9 s/d -
12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: - 3 s/d - 6 cmH2O.
PECA
dinding alveolus dan H
Pneumotorak spontan pleura visceralis Melemah.

Fistel, udara masuk ke


cavum pleura
Pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura
yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang. Pengembangan paru
menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada
pneumotorak spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum
pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada
saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini
dikenal dengan mediastinal flutter.
MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung pada besarnya kerusakan
yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru.

Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba bersifat
unilateral diikuti sesak napas.
Aktivitas berat
suara melemah, nyeri menusuk pada dada waktu inspirasi,
kelemahan fisik.
Gejala Berat

Penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum dapat mendorong kesisi kontralateral.
Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi yang sakit fungsi respirasi menurun, sianosis
disertai syok oleh karena aliran darah yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan
curah jantung menurun
DIAGNOSIS

Anamnesis

Ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai sesak
nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk

Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat.

Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru
yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula.
Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk.
Pemeriksaan fisik

• Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk,


sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
• Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau
tergeser ke arah yang sehat.
• Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
• Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Pemeriksaan Diagnostik

• Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
hidropneumotoraks
• Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.
• CT-scan thorax. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
bullosa dengan pneumotoraks.
Penatalaksanaan Medik

Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya


permukaan hidropneumotoraks.

Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk mengeluarkan udara dari


rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali mengembang.

Pada hidropneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan


pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang
serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.
Observasi dan pemberian tambahan oksigen.

Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodesis.

Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang


luasnya>15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara drongga pleura
(dekompresi).Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga
tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu dengan :
a)Jarum infuse set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura, kemudian
ujung pipa plastik dipangkal saringan tetesan dipotong dan dimasukkan ke dalam botol
berisi air kemudian klem dibuka, maka akan timbul gelembung-gelembung udara
didalam botol.
b)Jarum abbakoth no 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah mandarin di cabut,
dihubungkan dengan pipa infuse set, selanjutnya.
c)Water sealed drainage (WSD)
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Tegal Gubug, kab. Cirebon
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Supir angkutan umum
Tanggal Masuk RS : 25 Februari 2016
Tanggal Pemeriksaan : 08 Maret 2016
I. ANAMNESIS
Pada pasien dilakukan autoanamnesis pada tanggal 08 Maret 2016

Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD ARJAWINANGUN dengan keluhan sesak. Sesak ± 1


Bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengaku sesak nafas yang dialaminya
sudah lama ±1 bulan, namun pasien menghiraukan gejala tersebut hingga akhirnya
sesak nafas yang dialaminya bertambah berat dan dibawa ke IGD. Pasien mengeluhkan
kedua tangan dan kaki serta perut bengkak. Bengkak seperti ini bersamaan dengan
timbulnya sesak pertama kali. Awalnya bengkak kecil namun semakin hari makin
membesar. Pasien tindak pernah berobat ke dokter untuk memeriksakan penyakitnya
ini, namun pasien mengobati penyakitnya sendiri dengan meminum ramuan atau jamu-
jamu untuk mengurangi keluhannya namun tidak ada perubahan. Tidak ada riwayat
trauma pada pasien. Pasien tidak ada riwayat penyakit lainnya. Namun saat dilakukan
pemeriksaan glukosa darah di IGD didapatkan hasil yang tinggi dari nilai normal. Mual
dan muntah (-), BAK (+) BAB (+). Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
Pasien sebelumnya dirawat di penyakit dalam ±3 hari dan didiagnosis sementara; CHF,
CAD dan susp CKD. Namun setelah di raoutgen dengan hasil; Effusi pleura dextra massif
pasien alih rawat paru. Pasien merupakan pekerja sebagai supir angkutan umum. Pasien
mempunyai kebiasaan minum kopi dan merokok yang sudah lama ±20 tahun dan sehari bisa
lebih dari 2 bungkus.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah memiliki penyakit yang berat seperti sekarang ini. Dan ini merupakan
penyakit yang pertama kali pasien menderita penyakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Kebiasaan
Pasien sering merokok dan minum kopi.
Sosial & Ekonomi
Pasien seorang pekerja sebagai supir angkutan umum dengan penghasilan yang cukup
untuk kebutuhan sehari-hari.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tampak lemah


Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
TD  130/70 mmHg
Nadi  74x/menit
RR  32x/menit
Suhu  36,5 Oc
Kepala : Normocephal, massa (-)
Mata : Sklera Ikterik (-/-)
Konjungtiva Anemis (+/+)
Eksoftalmus (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung, epitaksis (-)
Mulut : Bibir kering (-), tidak pucat.
Leher : KGB tidak membesar
Thorax

Inspeksi : terpasang WSD (water sealed drainage) di thorax dextra, tertampung cairan
dibotol 100–200 cc, warna cairan kuning keruh, bentuk dada asimetris thorax sinistra lebih
tinggi, pergerakan thorax dextra tertinggal. tampak pelebaran sela iga (-/-), masa (-),
terdapat kulit yang hipopigmentasi kedua lapang dada.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan. fremitus taktil dan fokal pada paru dextra
menurun.
Perkusi : Redup pada paru bagian lobus media dextra dan timpati pada paru dextra lobus
media mid linea axilaris. sonor disemua lobus paru dextra.
Auskultasi : Vesikuler pada lobus media dan inferior paru dextra menurun dan
terdapat ronki. Vesikuler disemua lobus paru sinestra dan tidak terdapat ronkhi serta
wheezing.
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di linea axilaris anterior ICS V

Palpasi : Ictus cordis teraba di linea axilaris anterior ICS V

Perkusi : Pekak, batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas

jantung kiri linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I/II murni regular, Bising (-)


Abdomen
Inspeksi: datar, distensi (-), kulit sawo matang,
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba, undulasi (-)
Perkusi: timpani pada seluruh abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat: +|+
+|+
Edema: -|-
-|-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin 26-02-2016 (16:36WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 8,2 gr/dL 13.0-18
Hematokrit 25,4 % 39,0-54,0
Lekosit 7,7 10^3/uL 4000-11000
Trombosit 344 10^3/uL 150000-450000
Eritrosit 3,65 Mm3 4,4-6,0
MCV 72,3 Fl 79-99
MCH 22,5 Pg 27-31
MCHC 31,1 g/dL 33-37
RDW 17,2 fL 33-47
MPV 6,2 fL 7,9-11,1
PDW 12,8 fL 9,0-13,0
GDS 204 mg/dL 70-140
Kimia Klinik. 26/02/2016 (10:02WIB)

Ureum 16,8 mg/dL 10-45

Kreatinin 0,70 Mg/dL 0.50-1.10

Albumin 2.69 g/dl 3.5-5.5


Kimia Klinik 27/02/2016 (07:23WIB)

Ureum 15,4 mg/dL 10-45

Kreatinin 0,75 Mg/dL 0.50-1.10


Elektrolit 27/02/2016 (07:23WIB)

Natrium 139 mmol/l 135-155


Kalium 2,9 mmol/l 3,5-5,5
Chlorida 90 mmol/l 95-105
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

01-03-2016 (12:03WIB) Glukosa Sewaktu 197 mg/dL 70-140

01-03-2016 (20:06WIB) Glukosa Sewaktu 283 mg/dL 70-140

02-03-2016 (06:57WIB) Glukosa Sewaktu 199 mg/dL 70-140

02-03-2016 (20:09WIB) Glukusoa Sewaktu 289 mg/dL 70-140

03-03-2016 (06:33WIB) Glukosa Sewaktu 236 mg/dL 70-140

03-03-2016 (19:41WIB) Glukosa Sewaktu 269 mg/dL 70-140


Hemoglobin 8.7
gr/dL 13.0-18
Hematokrit 26.5
% 39,0-54,0
9.38
Lekosit 10^3/uL 4000-11000
402
Trombosit 10^3/uL 150000-450000
3.72
Eritrosit Mm3 4,4-6,0
71.3
MCV Fl 79-99
23.3
MCH Pg 27-31
32.7
MCHC g/dL 33-37
15.0
RDW fL 33-47
7.3
MPV fL 7,9-11,1
38.4
PDW fL 9,0-13,0
0.2
Eosinofil % 0-3
0.3 0-1
Basofil %
87.2 50-70
Segmen %
03-03-2016 (11:30WIB) 6.9 20-40
Limfosit %
3.9 2-8
Monosit %
1.5 35-47
Stab %
2.82 3.5-5.5
Albumin g/dl
135 135-145
Natrium Mmol/l
3.0 3.5-5.5
Kalium Mmol/l
89 95-105
Chlorida Mmol/l
04-03-2016 (06:39WIB) Glukosa Sewaktu 209 mg/dL 70-140

04-03-2016 (16:13WIB) Glukosa Sewaktu 320 mg/dL 70-140

05-03-2016 (06:23WIB) Glukosa Sewaktu 224 mg/dL 70-140

05-03-2016 (17:05WIB) Glukosa Sewaktu 219 mg/dL 70-140

05-03-2016 (09:22WIB) Albumin 3.22 g/dl 3.5-5.5

06-03-2016 (17:50WIB) Glukosa Sewaktu 214 mg/dL 70-140


07-03-2016 (10:58WIB) Hemoglobin 8.0
gr/dL 13.0-18
Hematokrit 26.0
% 39,0-54,0
6.3
Lekosit 10^3/uL 4000-11000
306
Trombosit 10^3/uL 150000-450000
3.60
Eritrosit Mm3 4,4-6,0
72.2
MCV Fl 79-99
22.2
MCH Pg 27-31
30.8
MCHC g/dL 33-37
17.5
RDW fL 33-47
7.1
MPV fL 7,9-11,1
13.8
PDW fL 9,0-13,0
0
Eosinofil % 0-3
0 0-1
Basofil %
75.5 50-70
Segmen %
15.5 20-40
Limfosit %
9.0 2-8
Monosit %
07-03-2016 (19:37WIB) Glukosa Sewaktu 0 243 mg/dL 70-140
35-47
Stab %
08-03-2016 (06:50WIB) Glukosa Sewaktu 233 mg/dL 70-140
Radiologi 27-02-2016

Thoraks:
Tampak perselubungan semiopaque
homogeny dilapangan paru dextra
Sinus Costophrenicus dextra tumpul
Diafragma dextra tertutup
Cor: CTR tak valid dinilai Aorta tampak
Kalsifikasi
Sisterna tulang yang tervisualisasi intact
KESAN:
Effusi pleura dextra massif
Besar cor tak valid dinilai
Radiologi 04-03-2016
Thoraks:

Tampak lesi lusent di hemithorax dextra

Tampak penebalan pleura dextra terpasang WSD


tube

Tampak collaps paru dextra

Sinus costophrenicus dextra tumpul

Diafragma licin

Cor: CTR tak valid. Aorta tak tampak kelainan

Sistema tulang yang tervisualisasi intact

KESAN:

1.Hydropneumothorax dextra dengan collaps paru


dextra
2.Besar cor tak valid dinilai.
EKG
I. DIAGNOSIS KERJA
HYDROPNEUMOTHORAK DEXTRA
I. PENATALAKSANAAN
Advice dr.Sibli Sp.PD 27-02-2016 :
Infus RL
ISDN 2 x 1
Aspilet 1 x 1
Furosemid 1 x 1
Ranitidin 2 x 1
Cek elektrolit
Rontgen
Transfuse albumin 20%
29-02-2016 Alih rawat ke Paru.

01-03-2016 Advice dr.Edi Kurniawan Sp.P :

WSD

02-03-2016 :

Infus RL
O2
Levofloxasin
Keterolak
Nebulizer
I.PROGNOSIS
 ad vitam : dubia ad bonam
 ad sanationam : dubia ad bonam
 ad fungsionam : dubia ad bonam
RESUME
Pasien laki-laki 62 Tahun dating ke RSUD ARJAWINANGUN dengan keluhan sesak nafas ±1
bulan SMRS. Keluhan disertai dengan bengkak pada kedua tangan dan kaki serta perut sejak ±1
bulan. Pasien tidak pernah berobat ke dokter, namun pasien mengobati keluhan tersebut dengan
konsumsi jamu-jamu/ramuan. Tidak terdapat trauma dan keluhan lainnya disangkal. Pasien
mempunyai kebiasaan minum kopi dan merokok. Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan
bentuk dada asimetris thorax sinistra lebih tinggi, pergerakan thorax dextra tertinggal serta
terdapat kulit yang hipopigmentasi kedua lapang dada. Pada hasil Palpasi tidak terdapat nyeri
tekan. fremitus taktil dan fokal pada paru dextra menurun. Saat perkusi didapatkan redup pada
paru bagian lobus media dextra dan timpati pada paru dextra lobus media mid linea axilaris.
Pada auskultasi didapatkan vesikuler pada lobus media dan inferior paru dextra menurun dan
terdapat ronki. Pada hasil pemeriksaan radiologi; Hydropneumothorax dextra dengan collaps
paru dextra. Hasil WSD tertampung cairan dibotol 100–200 cc, warna cairan kuning keruh.
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter

08/03/2016 S/ Nyeri pada luka tindakan (+) Sesak P/


06:30 WIB (+) namun sudah berkurang. Nyeri -Infus RL
TD : 130/70 mmHg dada (-). Mual (-) muntah (-) demam -02
Nadi : 74x/menit (-) bengkak kedua extremitas (-) -Meftil nebu /8jam
O/ Kepala : Kepala : Normocephal, -Furosemide
RR : 32x/menit
massa (-) -Ranitidin
Suhu : 36,5 oC
Mata : Sklera Ikterik (-/-)
Konjungtiva Anemis (+/+)
Eksoftalmus (-/-)
Telinga : Nyeri tekan.
Nyeri tarik aurikula
(-/-)
Hidung : Pernapasan cupinghidung
Mulut : Bibir kering (-), tidak
pucat.
Leher: KGB tidak memmbesar

Thorax:
Inspeksi : terpasang WSD
(water sealed drainage) di thorax
dextra, tertampung cairan dibotol
100–200 cc, warna cairan kuning
keruh, bentuk dada asimetris thorax
sinistra lebih tinggi, pergerakan
ANALISA KASUS

Pasien ini saat masuk didiagnosis; CHF, CAD, sups CKD dan secara radiologis terdapat
Effusi pleura dextra massif. Pada CHF (Cronic Hearth Failure) khususnya gagal jantung kiri
terjadi aliran balik aliran darah jantung ke vena pulmonalis. Akibatnya tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah meningkat dan mengakibatkan perpindahan cairan ke dalam pleura.
Namun cairan pada CHF biasanya berupa transudat. Kemungkinan trauma dapat disingkirkan
karena berdasarkan anamnesis riwayat trauma disangkal dan tidak tampak tanda trauma pada
tubuh pasien, serta cairan yang tertampud dari WSD bukan merupakan darah melainkan
eksudat berwarna kuning keruh. Serta dilakukan pemeriksaan radiologi kembali dengan hasil;
Hydropneumothorax dextra dengan collaps paru dextra.

Anda mungkin juga menyukai