Anda di halaman 1dari 5

Definisi dan Klasifikasi

Seseorang dikatakan hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Adapun pembagian
derajat keparahan hipertensi seseorang merupakan dasar utama penentuan tata laksana hipertensi.
(disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society
of Hypertension 2013)

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 - 129 Dan/ atau 80 - 84
Normal tinggi 130 - 139 Dan/ atau 84 - 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 Dan/ atau 90 - 99
Hipertensi derajat 2 160 - 179 Dan/ atau 100 - 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/ atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 140 Dan < 90
terisolasi

Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang harus
dijalani sebelum menentukan terapi atau tata laksana yang akan diambil ini diadaptasi dari
Canadian Hypertension Education Program The Canadian Recommendation for The
Management of Hypertension 2014
Tata Laksana Hipertensi

Non Farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan sangat
menguntungkan dalam menurunkan resiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lainnya, maka strategi pola
hidup sehat merupakan tata laksana awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan.
Apabila setelah jangka waktu tersebut, tidak dapat penurunan maka dianjurkan terapi
farmakologis. Berikut ini beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan:
 Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah – buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia. Penurunan berat badan
dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5 – 20 mmHg/ penurunan 10 kg. Rekomendasi
ukuran pinggang <94cm untuk pria, dan <80cm untuk wanita, indeks massa tubuh < 25
kg/m2 . Selain itu adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8 – 14 mmHg. Lebih banyak makan buah,
sayur, susu rendah lemak dengan kandungan lemak total dan lemak jenuhyang sedikit
serta kaya potassium dan calcium.
 Mengurangi asupan garam. Tidak jarang tanpa disadari kandungan garam pada makanan
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan. Diet rendah garam juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan asupan
garam tidak melebihi 2 gram/ hari. Retriksi garam dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 2 – 8 mmHg.
 Olah raga. Olah raga dilakukan secara teratur selama 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/
minggu, ini dapat menurunkan tekanan darah. Pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolah raga, sebaiknya harus tetap berjalan kaki, mengendarai sepeda, atau aktivitas
rutin untuk naik turun tangga di tempat kerja. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah sistolik 4 – 9 mmHg.
 Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas/ hari pada pria atau 1
gelas/ hari pada wanita, dapa meningkatkan tekanan darah. Maka dari itu membatasi
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah. Pembatasan
minuman alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2 – 4 mmHg.
 Berhenti merokok. Walaupun sampai saat ini belum terbukti langsung berefek langsung
dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular, dan pasiennya dianjurkan untuk berhenti merokok.

Terapi Farmakologis
Secara umum terapi farmakologis pada hipertensi dimulai apabila pasien hipertensi derajat 1
tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada
pasien hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip farmakologi yang perlu diperhatikan untuk
menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping yaitu:
 Bila memungkinkan berikan obat dengan dosis tunggal
 Berikan obat generic (non paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
 Berikan obat pada usia lanjut (diatas 80 tahun) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan
memperhatikan faktor komorbid
 Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs)
 Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien terapi farmakologis
 Lakukan pemantauan efek samping secara teratur

Berikut ini algoritme tata laksana hipertensi secara umum yang disadur dari A Statement by the
American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013
Sumber:

Pedoman Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular disusun oleh Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia Tahun 2015 Edisi Pertama

JNC 8: Evidence- based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa oleh Muhadi Divisi
Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai