Anda di halaman 1dari 22

Pemeriksaan fisik

koordinasi dan
keseimbangan

RULY DWI RINTAYANI

20120310157
Pemeriksaan fisik koordinasi dan
keseimbangan
– Keseimbangan merupakan suatu proses komplek yang melibatkan 3 penginderaan
penting yaitu :
1. propioseptif (kemampuan untuk mengetahui posisi tubuh atau persepsi posisi otot
dan sendi),
2. sistem vestibular (kemampuan untuk mengetahui posisi kepala),
3. Visual (untuk memonitor perubahan posisi tubuh).
Gangguan terhadap salah satu dari ketiga jalur tersebut akan membuat keseimbangan
terganggu.
CEREBELUM
– Merupakan organ yang berperan sebagai pusat keseimbangan dan pergerakan
– Pemeriksaan koordinasi dibagi menjadi 2:

Ekuilibrium Non ekuilibrium


• Mengacu kepada • Menilai kemampuan dalam
pemeliharaan melakukan gerakan
keseimbangan dan berlainan
koordinasi tubuh secara
keseluruhan
PEMERIKSAAN
KESEIMBANGAN
Tes romberg

• Minta pasien berdiri tegak dengan kedua tumit


saling bertemu. Pertama dengan mata terbuka lalu
minta pasien untuk menutup mata selama 20
detik.
• (+) jika menutup mata terjatuh
• (-) jika menutup mata tidak terjatuh

• Lesi cerebelum waktu membuka dan menutup


mata pasien kesulitan berdiri tegak dan berdiri
dengan kaki terbuka lebar.
• Lesi propioseptik  ketika membuka masih bisa
beridiri dan ketika menutup makata pasien
kesulitan mempertahankan diri dan jatuh
Tes tandem walking
• Penderita diminta berjalan pada satu garis
lurus di atas lantai, dengan cara
menempatkan satu tumit langsung di
depan ujung jari kaki yang berlawanan
dengan mata terbuka.
• (+) lesi cerebelum penderita tidak dapat
menjalankan tes/ tidak dapat berdiri kokoh
(cenderung jatuh), dan cara berjalan
terganggu ( langkah menjadi lebar-lebar)
• Jika cenderung jatuh ke salah satu sisi
artinya gangguan unilateral,
• jika berjalan sempoyongan ke samping
berarti ada gangguan di vermis b. Tes Tandem
Walking
Fukuda Stepping Test
• Penderita disuruh jalan ditempat
dengan mata tertutup dan lengan
diarahkan ke depan, lakukan sebanyak
50 langkah dengan kecepatan jalan
biasa. Sebelumnya katakan padanya
bahwa ia tidak boleh beranjak dari
tempat berdiri selama tes ini.
• (+) Abnormal  penderita beranjak
lebih dari 1 meter atau badan
berputar lebih dari 30 derajat.
Tes satu kaki
• Mintalah pasien berdiri pada satu kaki
dengan mata tertutup
• Kedua lengan lurus dan tetap di sisi tubuh.
• Ulangi prosedur ini pada kaki satunya.
• Normal keseimbangan berkisar 5 detik
dengan sedikit goyangan tubuh
• Penyimpangan apabila pasien menggerakkan
badan dan mengayunkan kakinya untuk
mencegah agar tidak jatuh
Tes koordinasi
1. Finger-to-nose test

• Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk


atau berdiri. Pasien disuruh menutup mata dan
meluruskan lengannya k esamping, kemudian ia
disuruh menyentuh hidungnya dengan telunjuk.

• Lesi cerebelum (+) telunjuk tidak sampai di hidung


tetapi melewatinya dan sampai di pipi.
• (-) dapat menunjuk hidung dengan benar
• Setelah menyentuh hidungnya, pasien diminta
menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali
menyentuh ujung hidungnya. Perhatikan gerakan Finger-to-nose test
mulus/tidak. Lakukan berulang.
2. Finger-to-finger test

• Penderita disuruh merentangkan kedua


lengannya kesamping sambil menutup
mata, ia kemudian disuruh
mempertemukan jari jarinya ditengah
depan.
•  Lesi cerebelum (+) : Lengan di sisi lesi
akan ketinggalan dalam gerakan ini, dan
mengakibatkan jari sisi yang sehat
melampaui garis tengah.
Finger-to-finger test
3. Diadokokinesis
• Minta pasien melakukan gerakan pronasi
dan supinasi secara berganti-gantian
secara cepat dengan posisi siku diam.
• (+) Lesi cerebelum khususnya pada
serebroserebelum yang menyebabkan
adanya dekomposisi gerakan volunter :
gerakan dilakukan lamban dan tidak
tangkas atau tidak beraturan
• (-) dapat menggerakan secara beraturan
Heel-to-knee-to-toe test ( tes tumit)
• Suruh pasien mengangkat satu tungkai tinggi
kemudian menempatkan tumitnya pada lutut
yang satu lagi (kontralateral), kemudian
meluncurkan kakinya ke bawah sampai ibu jari
kaki yang lainnya.
• Pasien berbaring dengan kedua tungkai
diluruskan, kemudian diminta menempatkan
tumit pada lutut kaki yang lain. Minta pasien
menggerakan tumit naik-turun tanpa mengenai
lutut.
• Lesi cerebelum (+) : gerakan dilakukan tidak Heel-to-knee test
tangkas dan berlebihan dimana tumit sampai
hingga ke paha
Rebound test
• Minta pasien fleksi lengan
melawan tahanan yang diberikan
pemeriksa. Lalu lepaskan lengan
pasien secara tiba-tiba.
• Lesi cerebelum (+): lengan pasien
memukul dirinya sendiri. Hal ini
terjadi karena kontraksi M. Triceps
terlambat akibat gangguan
cerebelum
Rebound Test
Intensio tremor
• Tremor yang timbul bila melakukan
gerakan volunter dan menjadi lebih
nyata bila menghampiri tujuannya.
Suruh pasien mengambil benda yang
kecil,
• makin dekat ia pada benda tersebut
makin jelas tremornya.
• Tremor terjadi akibat rusaknya nuclei
dentatus dan merupakan khas dari
kerusakan cerebelum
. Arm Bounce
• Minta pasien merentangkan kedua
lengan ke depan lalu diminta melawan
tahanan yang diberikan pemeriksa dari
atas. Lalu lepaskan tahanan secara tiba-
tiba
• Lesi cerebelum : (+) lengan akan berayun
ke atas dan ke bawah secara berlebihan
tanpa dapat dihentikan oleh pasien

Anda mungkin juga menyukai