Disusun oleh:
Fadhli Rizal Makarim
012106151
Pembimbing :
dr. Sunaryo, M.Kes, Sp. S.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2015
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama
: Ny. P
2. Umur
: 64 tahun
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan
:-
6. Pekerjaan
: Tidak bekerja
7. Status
: Menikah
: 02.00
Lokasi
Onset
Kronologis
Kualitas
tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari di rumah, dan hanya dapat
ditidurkan di kasur saja.
Kuantitas
: -
: -
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
Riwayat Stroke
: Disangkal
Riwayat Kejang
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Ada
: Disangkal
- Riwayat DM
: Disangkal
- Riwayat Stroke
: Disangkal
- Riwayat Kejang
: Disangkal
: Lemah
Kesadaran
Vital Sign
TD
N
RR
t
: 170/100 mmHg
: 96 x/
: 24 x/
: 36,8 oC
b. Status Internus
Kepala
: Mesocephale
Mata
Leher
Sikap
: Simetris
Pergerakan : Normal
Kaku kuduk
: (-)
Dada
Paru
: tidak dilakukan
Jantung
: tidak dilakukan
Abdomen
: tidak dilakukan
Extremitas
Oedem
Superior
Inferior
-/-
-/-
Varises
-/-
-/-
c. Status Psikikus
o Cara berpikir
o Perasaan hati
o Tingkah laku
: hipoaktif
o Ingatan
d. Status Neurologikus
1. N.I ( OLFAKTORIUS) : Normal
2. N II ( OPTIKUS)
tajam penglihatan
: tidak dilakukan
lapang penglihatan
: tidak dilakukan
funduskopi
: tidak dilakukan
Dx
N
Sx
MATA
NISTAGMUS
EKSOFTALMUS
PUPIL
bulat, isokor,
bulat, isokor,
REFLEK
3mm
+
3mm
+
KONVERGENSI
STRABISMUS
MELIHAT KEMBAR
4. N V (TRIGEMINUS)
Sensibilitas taktil dan nyeri muka
Membuka mulut
: bisa
Meringis
Menggigit
Reflek kornea
: tidak dilakukan
5. N VII (FACIALIS)
Dx
Tidak dapat dinilai
+
+
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dilakukan
MENGERUTKAN DAHI
MENUTUP MATA
LIPATAN NASOLABIAL
MENGGEMBUNGKAN PIPI
MEMPERLIHATKAN GIGI
MENCUCUKAN BIBIR
PENGECAPAN 2/3
Sx
Tidak dapat dinilai
+
+
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dilakukan
ANTERIOR LIDAH
6. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
JENTIK JARI
DETIK ARLOJI
SUARA BERBISIK
TES WEBER
TES RINNE
TES SCHWABACH
7. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
: tidak dilakukan
8. N X ( VAGUS )
Arkus faring
: simetris
Berbicara
Menelan
: normal
Nadi
9. N XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
: simetris (+/+)
: (-)
Sx
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Artikulasi
: tidak jelas
Lidah
Respirasi
Duduk
: normal
: tidak bisa
SENSIBILITAS
Taktil
Nyeri
Thermi
: tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik
: tidak dilakukan
REFLEK
: tidak dilakukan
Reflek kremaster
: tidak dilakukan
Dx
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
Sx
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
SENSIBILITAS
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Dx
Sulit dinilai
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Sx
Sulit dinilai
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
REFLEK
Biceps
Dx
+N
Sx
+N
Triceps
Radius
Ulna
Hoffman
Trommer
+N
+N
+N
-
+N
+N
+N
-
Dx
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
Sx
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
Dx
Sulit dinilai
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Sx
Sulit dinilai
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Dx
+N
+N
>700
>1350
Sx
+N
+N
+
>700
>1350
SENSIBILITAS
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Lokasi
REFLEK
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Gonda
Bing
Rossolimo
Mendel-Bechtrew
Laseque Test
Kernig Test
f. Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan
Cara berjalan
: tidak dilakukan
Tes Romberg
: tidak dilakukan
Disdiadokokinesis
: tidak dilakukan
Ataksia
: tidak dilakukan
Dismetria
: tidak dilakukan
g. Gerakan Abnormal
Tremor : -
h. Alat Vegetatif
Miksi
Defekasi : -
:+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Satuan
Nilai Rujuk
12.6
35.9
9.2
208
gr/dl
%
10^3 ul
10^3 ul
11.0-15.0
34.0-48.0
3.0-10.0
150-450
Kimia Darah
Gula
darah
301
mg/dl
sewaktu
Gluc HK2
Chol
Trigly
HDL Plus
LDL CALC
Ur Ac
398
154
160
40
82
8,0
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
70 100
160 260
<150
>55
0 150
2,40 - 7
Kesadaran : 2,5 x 0
=0
Muntah
:2x0
=0
Nyeri kepala
:2x0
=0
Diastolic
: 0,1 x 100
= 10
Ateroma
:3x1
=3
Konstanta
= 12
Skor = (0+0+2+10)-3-12 = -15 (suspek SNH)
Interpretasi : >1 = SH
0 = perlu pemeriksaan lanjutan
>-1= SNH
Algoritme gajah mada :
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Reflex Babinsky (+)
(Stroke iskemik akut atau stroke infark)
CT Scan kepala
Tidak dilakukan.
o
o
o
o
o
o
E. RESUME
F. DIAGNOSA
D/ Klinis
:Atetosis
D/ Topis
D/ Etiologis
Faktor resiko
G. SIKAP
1.
Pengawasan
2.
Medikamentosa:
CT scan
Edukasi
PROBLEM AKTIF
Atetosis
Hipertensi Grade II
DM
Hiperurisemia
TGL
26-8-2015
26-8-2015
27-8-2015
27-8-2015
H. PROGNOSA
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad vital
: dubia ad bonam
Ad fungsional
: dubia ad malam
PROBLEM INAKTIF
Kesan Ekonomi rendah
TGL
26-8-2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Gerakan involunter merupakan gerakan yang tidak sesuai dengan kemauan, tidak
diketehendaki, dan tidak bertujuan.
B. PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempuma pada otot rangka memerlukan kerjasama
yang terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP). Sistem
piramidal terutama untuk gerakan volunter sedang sistem ekstrapiramidal
menentukan landasan untuk dapat terlaksananya suatu gerakan volunter yang
terampil dan mahir.
Dengan kata lain, sistem ekstrapiramidal mengadakan persiapan bagi setiap
gerakan volunter berupa pengolahan, pengaturan dan pengendalian impuls
motorik yang menyangkut tonus otot dan sikap tubuh yang sesuai dengan gerakan
yang akan diwujudkan.
Sistem ekstrapiramidal terdiri atas:
1. Inti-inti korteks serebri area 4S, 6 & 8;
2. Inti-inti subkortikal ganglia basalis yang meliputi inti kaudatus,
putamen, globus palidus, substansi nigra, korpus subtalamikum dan
inti talamus ventrolateralis;
3. Inti ruber dan formasio retikularis batang otak dan
4. Serebelum. Inti-inti tersebut saling berhubungan melalui jalur jalur
khusus yang membentuk tiga lintasan lingkaran (sirkuit).
Sedangkan sistem piramidal, dari korteks serebri area 4 melalui jalur-jalur
kortikobulbar dan kortikospinal (lintasan piramidal) menuju Ice "lower motor
neuron (LMN). Untuk mengetahui mekanisme terjadinya gerakan involunter,
terlebih dahulu dijelaskan pengertian perihal jalannya impuls motorik yang
digunakan 'untuk mempersiapkan dan membangkitkan gerakan volunter. Impuls
motor dan
pengolahan di berbagai inti ganglia basalis dan korteks serebelum sehingga telah
siap sebagai impuls motorik/pengendali bagi setiap gerakan yang akin diwujudkan
impuls motoric P. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam membangkitkan setiap gerakan volunter yang sempuma.
3)Sirkuit ketiga
Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk diolah
secara berturut-turut oleh nucleus kaudatus, globus palidus & nucleus
ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh
nucleus ventrolateralis talami yang dipancarkannya ke korteks piramidalis &
ekstrapiramidalis (area 6). Impuls terakhir ini melakukan tugas INHIBISI.
sebagian impuls ini disampaikan oleh globus pallidus kepada nucleus Luysii.
Bila area 4S & 6 tidak dikelola oleh impuls tersebut maka timbul gerakan
involunter (gerakan spontan yang tidak dapat dikendalikan) seperti Khorea dan
Atetosis .Keduanya akibat lesi di nucleus kaudatus & globus pallidus. Balismus
akibat lesi di Nukleus Luysii.
kerja sejumlah otot ekstensor. Tremor ini dapat muncul pada gerakan aktif dan
meningkat apabila kebutuhan gerakan semakin tinggi. Tremor menghilang apabila
ekstremitas direlaksasi namun muncul kembali bila otot yang bekerja diaktifkan.
Karakteristik tremor postural/aksi yakni adanya ledakan ritmis pada neuron
motorik yang terjadi tidak secara sinkron dan simultan pada otot yang berlawanan,
tidak seimbang dalam hal kekuatan dan periodenya.
Tremor postural/aksi ini terbagi lagi menjadi beberapa tipe:
Tremor pada alkoholik. Tremor ini terjadi pada penarikan alkohol dan obat
sedatif (benzodiazepin, barbiturat) setelah penggunaan yg cukup lama.
yang
berganti-gantian
(alternating)
otot-otot
yang
bekerja
daripada palatum mole. Ada dua jenis tremor palatal: tremor palatal essensial dan
tremor palatal simtomatis. Pada tremor palatal essensial terjadi aktivasi dari m.
Tensor veli palatini tanpa ada penyebab patologis, menimbulkan bunyi klik dan
berkurang pada saat tidur. Sedangkan tremor palatal simtomatis melibatkan m.
Levator veli palatini dan terdapat lesi batang otak yang mempengaruhi jaras
dentata-olivari. Frekuensi: 26-420 kali permenit (tremor essensial) dan 107-164
kali permenit (tremor simtomatis).
-
tremor gejala lainnya: rasa berat di tungkai, kram, sulit bernapas, palpitasi, rasa
tercekik, berteriak seperti kesakitan, penurunan kesadaran, dll. Penyebabnya
adalah
stress.
2.
Khorea
Kata
khorea
berasal
dari
Yunani
yang
berarti
menari
Chorea
adalah
gerakan
di luar
kesadaran yang cepat, menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu
bagian tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara
terus-menerus sampai bagian tubuh lainnya.
Khorea biasanya melibatkan tangan, kaki, dan muka. Gerakan menyentak
kelihatannya mengalir dari satu otot ke otot berikutnya dan mungkin kelihatannya
seperti menari. Gerak-gerik mungkin bergabung secara tak terlihat ke dalam
tanpa
pengobatan
segera
setelah
persalinan.
3)Korea Iatrogenik
Jenis korea ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan yang pada umunya
obat yang digunakan untuk pasien sakit jiwa atau disebut obat antipsikosis seperti
haloperidol dan fenotiazin. Korea dapat melibatkan sesisi tubuh saja, sehingga
disebut hemikorea. Bila hemikorea bangkit secara keras sehingga seperti
membanting-bantingkan diri, maka istilahnya ialah hemibalismus.
3. Atesosis
Atetosis berasal dari Yunani yang berarti berubah. Pada atetose gerakan lebih
lambat dan melibatkan otot bagian distal, namun cenderung menyebar ke
proksimal. Atetosis banyak dijumpai pada penyakit yang melibatkan ganglia
basal. Athetosis adalah aliran gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat di luar
kesadaran. Biasanya pada kaki dan tangan.
Khorea dan atetosis bisa terjadi secara bersamaan, dan disebut koreoatetosis.
Korea dan atetosis bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa
terjadi
pada
beberapa
penyakit
yang
berbeda.
Seseorang yang mengalami korea dan atetosis memiliki kelainan pada ganglia
basalisnya di otak. Penyakit yang seringkali menyebabkan korea dan atetosis
adalah penyakit Huntington.
Gerakan atetotik ditemukan pada beberapa penyakit:
1) Kelumpuhan otak (cerebral palsy)
Biasanya dijumpai pada anak terutama bayi baru lahir akibat kerusakan otak nonprogresif yang terjadi intrauterin,waktu lahir atau segera sesudah lahir.
Kelumpuhan otak yang disertai gerakan atetotik/koreo-atetotik termasuk
kelumpuhan otak tipe subkortikal, akibat lesi pada komponen ganglia basalis. Tipe
ini meliputi 515% kasus kelumpuhan otak.
Terdapat 2 faktor perinatal sebagai penyebab utama kelumpuhan otak tipe
subkortikal ialah hiperbilirubinemia (kern ikterus) dan asfiksi berat.
Gejala klinik biasanya baru tampak sesudah umur 18 bulan. Dapat ditemukan
gerakan atetotik, koreo-atetotik maupun jenis GI fainnya bergantung pada lokasi
kerusakan. Pengobatan hanya simtomatik dan suportif.
2) Sindrom Lesch-Nyhan
sejenak namun berkal-kali dan kadang kala selalu serupa atau berbentuk
majemuk. Menurut gerakan otot involunter yang timbul, penggolongan tic diberi
tambahan sesuai dengan lokasi kontraksi otot stempat. Dengan demikian dikenal
istilah tic facals, yang mengenai otot-otot wajah, otot orbikularis oris, dan tic
orbikularis okuli. Dalam hal ini, otot yang berkontarksi secara involunter adalah
otot orbikularis oris, orbikularis okuli dan zigomatikus mayor atau otot fasial
lainnya.
Penyebab tic belum diketahui, tic merupakan suatu gerakan yang terkoordinir ,
berulang dan melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik.
Gerakan tik ini dibedakan menjadi 3 macam:
a. Tik Fonik
Gerakan otot penggerak pita suara yang mana suara yang diproduksi berubahubah karena pasien berusaha memindahkan udara nafasnya melalui mulut, kadang
sengau karena melewati hidung sehingga gerakan tik ini disebut juga tik verbal.
b. Tik motorik sederhana
Tik ini biasanya terjadi tiba-tiba, singkat, gerakan berarti yang biasanya hanya
melibatkan satu kelompok otot, seperti mata berkedip, kepala menyentak, atau
mengangkat bahu. Selain itu, dapat beragam tak bertujuan dan mungkin termasuk
gerakan-gerakan seperti tangan bertepuk tangan, leher peregangan, gerakan mulut,
kepala, lengan atau kaki tersentak, dan meringis wajah.
c. Tik motorik komplek
Tik motor komplek biasanya lebih terarah-muncul dan yang bersifat lebih lama.
Mereka mungkin melibatkan sekelompok gerakan dan muncul terkoordinasi.
Contohnya menarik-narik baju, menyentuh orang, menyentuh benda-benda,
ekopraksia/gerakan latah dan koprolalia/ngomong jorok.
Tik fonik yang bersifat komplek dapat jatuh ke dalam gerakan tik motor komplek
berbagai seri (kategori), termasuk echolalia (mengulangi kata-kata hanya
diucapkan oleh orang lain), palilalia (mengulangi seseorang kata-kata sebelumnya
diucapkan sendiri), lexilalia (mengulangi kata-kata setelah membaca mereka), dan
coprolalia (ucapan spontan sosial pantas atau tabu kata atau frase).
Tik motor komplek jarang terlihat berdiri sendiri kadang dicetuskan denagn tik
yang sederhana.
6. Mioklonus
Merupakan aktivasi sekelompok otot yang menyebabkan gerak singkat, eksplosif
seperti tersengat listrik, sering mengenai seluruh ekstremitas. Sentakan
mioklonus sekali terjadi bisa mengenai seluruh otot, seperti yang sering terjadi
ketika kita mulai tertidur. Mioklonus juga bisa terbatas pada satu tangan,
sekumpulan otot di lengan bagian atas atau tungkai atau bahkan pada sekelompok
otot wajah.
Penyebabnya banyak sekali seperti dari penyakit vascular, obat-obatan dan
ganguan
metabolic,
dan
penyakit
neurodegenerative
seperti
enselopati
spongioform.
7. DISKINESIA TARDIF
Diskinesia sendiri ialah pergerakan yang tidak disadari. Tardif ialah efek dari
pemakaian obat. Sehingga diskinesia tardif adalah gerakan berulang- ulang dan
tidak disadari yang merupakan efek samping jangka panjang dari obat antipsikotik
khususnya pada orang sakit jiwa.
Gambaran klinis diskinesia tardif yaitu berulang-ulang, involunter dan gerakan
yang tidak ada tujuannya. Selain menyeringai, menjulur-julurkani lidah, bergetar,
melipat dan mengerutkan bibir serta mengedipkan mata secara cepat. Pergerakan
cepat dari ekstremitras dan jari-jari juga muncul pada beberapa penderita. Hal
yang membedakannya dengan parkonson disease ialah pergerakan dari
ekstremitasnya. Pada parkinson disease, pasien kesulitan untuk bergerak tetapi
pada pasien diskinesia tardif tidak ada kesulitan untuk bergerak.
Mekanisme diskinesia tardif karena proses antagonisme dopamin di jalur antara
lokasi substansia nigra dan korpus striatum. Terutama kalau yang terkena proses
antagonisasi dopaminpada reseptor D2 menyebabkan efek lepas obat dan
menimbulkan gerakan ini.
8. Distonia
Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus
menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang
abnormal. Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa
mengenai satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher)
atau seluruh tubuh. Pada beberapa penderita, gejala distonia muncul pada masa
kanak-kanak
(5-16
tahun),
biasanya
mengenai
kaki
atau
tangan.
Beberapa penderita lainnya baru menunjukkan gejala pada akhir masa remaja atau
pada awal masa dewasa.
Gejala awal adalah kemunduran dalam menulis (setelah menulis beberapa baris
kalima), kram kaki dan kecenderunagn tertariknya satu kaki keatas atau
kecenderungan menyeret kaki setelah berjalan atau berlari pada jarak tertentu.
Leher berputar atau tertarik diluar kesadaran penderita, terutama ketika penderita
merasa lelah. Gejala lainnya adalah tremor dan kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara. Gejala awalnya bisa sangat ringan dan baru dirasakan hanya
setelah olah raga berat, stres atau karena lelah. Lama-lama gejalanya menjadi
semakin jelas dan menyebar serta tak tertahankan.
Berdasarkan bagian tubuh yang terkena:
kepala
bisa
tertarik
ke
depan
atau
ke
belakang.
adalah distonia Segawa. Mulai timbul pada masa kanak-kanak atau remaja, berupa
kesulitan dalam berjalan. Pada distonia Segawa, gejalanya turun-naik sepanjang
hari, mulai dari kemampuan gerak di pagi hari menjadi ketidakmampuan di sore
dan malam hari, juga setelah melakukan aktivitas.
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan ini bukan suatu penyakit dalam arti sebenarnya, tetapi hanya
manifestasi klinik sesuatu penyakit dengan gangguan ganglia basalis
dan/atau serebelum.
KEPUSTAKAAN
Fahmi. Chorea, Athetosis, dan Hemiballismus. Universitas negeri malang; 2005.
http://forum.um.ac.id/index.php?topic=6054.0
Grace et Borley. Surgery at Glance Third Edition. Erlangga. 2006
Houston H, Rowland L, Rowland R. Merrits Neurology. 10th ed. US: LWW;
2000.
Isselbacher dkk. Harison Prinsip-prinsip umum Ilmu penyakit dalam.Volume 1.
Edisi 13. EGC: 1999.
Muttaqin, A. hal 62-63,Pengantar Asuhan keperawatan Klien dengan gangguan
system persarafan. Salemba medika
Prof.DR.dr.S.M.Lumbantobing.Neuorologi Klinik,Pemeriksaan Fisik dan
Mental.Jakarta : FKUI
Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. US: Thieme; 2004. p.62-3.
Ropper A, Brown R. Adams and Victors Principles of Neurology. 8th ed. US: The
McGraw-Hill Company; 2005. p.55-97
Santens P, Boon P, Van Roost D, Caemaert J. The Pathophysiology of motor
symptoms in Parkinsons disease. Acta neurol. Belg. 2003 [103];129-34