Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS

“EKSTRAKSI GIGI PADA PASIEN

RIWAYAT ALERGI ”

Pembimbing: drg. Yayun Siti Rochmah, Sp.BM

DisusunOleh:

Henny Eka Putri (112100136)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
DESKRIPSI KASUS

a. IdentitasPasien

Nama : Lisna Dewi

Usia : 46 th

JK : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kaligawe, Semarang.

b. PemeriksaanSubyektif

Keluhan Utama

Pasien mengeluhgigidepanbagian kiri tinggalsisaakar.

Anamnesis

Pasien mengeluhgiginyatinggalsisaakar. Dulugigitersebut bewarna hitam

kemudian lama kelamaan gigi tersebuthancur . Gigi tersebuttidakpernahsakit dan

tidak pernah bengkak pada daerah gigi depan tersebut. Sebelumnya pasien pernah

ke dokter gigi untuk melakukan perawatan pada gigi belakang bawah kanan dan

kiri, dan pernah melakukan pencabutan gigi dan luka pasca pencabutan gigi cepat

sembuh. Riwayatkesehatanpasienbaik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit

sistemik seperti darah tinggi atau kencing manis.

Pemeriksaan Riwayat penyakit Sistemik

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik


c. PemeriksaanObyektif

- General

Tekanandarah : 140/90 mm/Hg Nadi :80 x/menit

Beratbadan : 45 Kg Respiration rate :24 x/menit

Temperatur : t.d.l Tinggibadan : 155 cm

- Ekstraoral

 Tidak terdapatgangguanfungsi TMJ

 Tidakterdapatpembengkakanpadakelenjarlimfe

 Tidakterdapatgangguanpadamuskuloskeletal

- Intraoral

Terdapat lesi berupa plak berukuran 1 – 2 cm pada mukosa buccal dextra dan

sinistra.

- Gigi Geligi

Gigi 23: terdapat sisa akar pada regio rahang atas depan kiri

Perkusi (-), Palpasi(-), Mobilitas(-)

Assesment : Periodontitis kronis et causa necrose radix

Planning : Ekstraksi
Kunjungan1 (22 Mei 2015)

 PemeriksaanSubjektif :

Pasien mengeluhgiginyatinggalsisaakar. Dulugigitersebut bewarna hitam kemudian

lama kelamaan gigi tersebuthancur . Gigi tersebuttidakpernahsakit dan tidak pernah

bengkak pada daerah gigi depan tersebut. Sebelumnya pasien pernah ke dokter gigi

untuk melakukan perawatan pada gigi belakang bawah kanan dan kiri, dan pernah

melakukan pencabutan gigi dan luka pasca pencabutan gigi cepat sembuh.

Riwayatkesehatanpasienbaik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti

darah tinggi atau kencing manis.

Pemeriksaan umum

Keadaan umum pasien : baik

Tekanan darah : 140/90

Nadi : 80x / menit

RR : 24x/ menit

Ekstra Oral : d.t.a.k

Intra oral :

Gigi 23 : terdapat sisa akar pada regio rahang atas depan kiri

Perkusi (-)

Palpasi (-)

Mobilitas (-)

Assesment : Periodontitis kronis et causa necrose radix

Planning : Ekstraksi gigi anterior rahang atas menggunakan teknik infiltrasi dengan

cairan pehacain sebanyak 1 ampul 2 cc


Tahapan ekstraksi

1. Inform consent (Izin tertulis(Informed Concent))

2. Posisi operator danasisten (posisi operator di depankananuntuk RA depan

3. Persiapanalatdanbahan

Alat :
• Alatdiagnostik
• Bein
• Tang sisaakarrahangatas
• Bone file
• kuret
Bahan :
• Povidone iodine
• Kassasteril
• Kapas
• Tampon
• Pehacain
• Spuit 3ml

4. KeadaanAseptik (alatsteril,operator,asistendanpasien)

5. Disinfeksi IO (povidone iodine 2%) padadaerahakandilakukananastesilokal.

Dengangerakanberlawananarahjarum jam, daridalamkeluar.

6. Anestesilokaldengan teknik infiltrasimenggunakancairan pehacaine sebanyak 1

ampul 2 cc

7. Check kekebasandenganmenggunkansonde

8. Separasijaringanlunakdisekitargigi yang akandilakukanpencabutan

9. Pengungkitandenganbein

10. PengambilandenganForcep (tang radiks) denganarahgerakanRotasi, bukal-palatal


11. Setelahgigidiambil, area socket diraba jika ada tulang yang tajamdengan bone file
danmukasa di message.
12. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon

13. Instruksikepadapasien post pencabutan gigi

 Gigit tampon selama ½ - 1 jam


 Hindarikumurkerasselama 24 jam

 Hindarimakan/minumpanasataupedas

 Bilapasienmerokok, hindarimerokokselama 24 jam

 Hindarimenyentuhlukabekaspencabutandenganlidah

Resep

Amoxcyclin tab 500 mg no XV

s.3.d.d tab I p.c

Asam Mefenamat tab 500 mg no X

s.3.d.d.tab.p.c

pro : lisna dewi

umur : 46 tahun

Kunjungan2 (28 Mei 2015 )

PemeriksaanSubjektif :

Pasien datang untuk kontrol post pencabutan gigi 1 minggu yang lalu, pasien

tidak ada keluhan pada area bekas pencabutan gigi, obat telah habis diminum oleh

pasien, tidak ada pembengkakan pada area bekas pencabutan gigi. Pasien

mengeluhkan terdapat sariawan pada bibir atas kiri , langit langit mulut dan pada

mukosa pipinya. Sariawan timbul pada hari jumat yaitu 2 hari setelah pasien

melakukan pencabutan gigi. Pasien merasa perih dengan adanya sariawan tersebut

sehingga pasien tidak dapat makan selama 2 hari, pasien belum mengobati

sariawannya. Saat ini pasien masih merasakan perih pada sariawan di bibir kiri
atasnya, sariawan pada langit langit mulut dan mukosa pipi telah sembuh tanpa di beri

obat.

Pemeriksaan ekstra oral : dtak

Pemeriksaan intra oral :

Terdapat lesi berupa ulser berukuran 15 mm dengan batas jelas bewarna

kemerahan tanpa adanya indurasi berjumlah tunggal pada mukosa labial superior

sinistra

Pemeriksaan gigi 23 : terdapat socket gigi 23 belum menutup

Tidak ada tanda tanda inflamasi yaitu rubor (-), kalor (-), dolor (-), tumor (-) Tidak

ada pembengkakan pada area bekas pencabutan. dan functio laesa (-).

Assesment : hari ke-7 post ekstraksi disertai RAS Mayor

Planning :

o Pemeriksaan darah
o Pemberian obat kumur

R/ tantum verde garg fl no I

s.3.d.d

o Edukasi kedapa pasien untuk menghindari makan makanan yang panas dan

pedas

o Pemberian resep

R/ metil prednisolon tab 4 mg no XXI


S. 2-2-2
2-2-1
2-1-1
1-1-1
1-1-0
1-0-0

R/ loratadine tab 10 mg no X
S.3.d.d tab I

Pro : Lisna Dewi

Umur : 46 thn

Lampiran hasil pemeriksaan darah lengkap, GDS, dan IgE


Pertanyaan kritis

1. Obat obatan analgetik- antipiretik serta obat anti inflamasi non steroid

2. Reaksi hipersensitivitas

3. Penatalaksanaan penggunaan analgetik pada pasien riwayat alergi obat

Definisi Obat NSAID

NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid

(AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan

antipiretik. Obat golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non steroid,

karena ada obat golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat

golongan steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, yaitu

menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui penghambatan

terhadap enzim fosfolipase.

Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga

sebagai obat mirip aspirin (aspirin like drugs). Contoh obatnya antara lain: aspirin,

parasetamol, ibuprofen, ketoprofen, naproksen, asam mefenamat, piroksikam, diklofenak,

indometasin.
Klasifikasi obat analgesik anti inflamasi non streoid ( OAINS )

NSAID

AINS COX AINS COX-2 AINS COX-2


NON SELEKTIF PREFERENTIAL SELEKTIF

- Aspirin - Selekoksib
- nimesulid
- Indometasin - Rofekoksib
- Meloksikam
- Piroksisam - Valdekoksib
- Nabumeton
- Ibuprofen - Parekoksib
- Diklofenak
- Naproksen - Eterikoksib
- Etodolak
- Asam - Lumirakoksib
mefenamat

1. Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat

2. Derivat Asam Propionat à As.Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen,


Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen

3. Derivat.As.Fenamat à As.Mefenamat, Meklofenamat


4. Derivat As.Fenilasetat à Diklofenak, Fenklofenak

5. Derivat Oksikam à Piroksikam, Tenoksikam


6. Deriva Pirazolon à Azapropazon, Fenilbutazon, Oksifenbutazon

7. Der.As.Asetat inden/indol à Indometasin, Sulindak, Tolmetin


Mekanisme Kerja Obat NSAID

Sebagian besar efek terapi dan efek samping NSAID berdasarkan atas penghambatan

biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel mengalami kerusakan, maka akan dilepaskan

beberapa mediator kimia. Di antara mediator inflamasi, prostaglandin adalah mediator

dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada rangsang mekanik maupun kimia

adalah prostaglandin endoperoksida sintase (PGHS) atau siklo oksigenase (COX) yang

memiliki dua sisi katalitik. Sisi yang pertama adalah sisi aktif siklo oksigenase, yang akan

mengubah asam arakhidonat menjadi endoperoksid PGG2. Sisi yang lainnya adalah sisi aktif

peroksidase, yang akan mengubah PGG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2. PGH2

selanjutnya akan diproses membentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2, yang ketiganya

merupakan mediator utama proses inflamasi. COX terdiri atas dua isoform yaitu COX-1 dan

COX-2.

Golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (COX) sehingga konversi

asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda.

Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya


rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung

banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi

parasetamol praktis tidak ada. Inhibisi biosintesis prostaglandin oleh aspirin menyebabkan

asetilasi yang irreversibel di sisi aktif siklo okigenase, sedangkan sisi aktif peroksidase tidak

terpengaruh. Berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibel, NSAID lainya seperti

ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik reversibel

maupun irreversibel melalui kompetisi dengan substrat, yaitu asam arakhidonat.

Reaksi Hipersensitivitas
Suatureaksihipersensitivitasbiasanyaakanterjadisesudahkontakpertama kali

dengansebuah antigen. Reaksiterjadipadakontakulangsesudahseseorang yang

memilikipredisposisimengalamisensitisasi.Sensitisasimemulairesponhumoralataupembe

ntukan antibody.Untukmenambahpemahamanmengenaiimunopatogenesispenyakit,

reaksihipersensitivitastelahdiklasifikasikanolehGelldan Coombs menjadi 4 tipereaksi

yang spesifik.

Pada

keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular

tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau
gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang

disebut reaksi hipersensitivitas.

Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4

tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang

bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV

hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat). Selain itu masih ada satu tipe

lagi yang disebut sensitivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity.

Pembagian reaksi hipersensitivitas menurut Gell and Coombs


Penatalaksanaan pasien dengan riwayat alergi obat

Alergiobatadalahrespon abnormal

seseorangterhadapbahanobatataumetabolitnyamelaluireaksiimunologi yang

dikenalsebagaireaksihipersensitivitas yang

terjadiselamaatausetelahpemakaianobat.Alergiobatmasukkedalampenggolonganreaksisimpan

gobat (adverse drug reaction), yang meliputitoksisitas, efeksamping, idiosinkrasi,

intoleransidanalergiobat.Toksisitasobatadalahefekobatberhubungandengankelebihandosisobat

.Efeksampingobatadalahefekobatselain khasiatutama yang

timbulkarenasifatfarmakologiobatatauinteraksidenganobat lain. Idiosinkrasiadalahreaksiobat

yang timbultidakberhubungandengansifatfarmakologiobat,

terdapatdenganproporsibervariasipadapopulasidenganpenyebab yang tidakdiketahui.

Intoleransiadalahreaksiterhadapobatbukankarenasifatfarmakologi, timbulkarena proses non

imunologi. Sedangkanalergiobatadalahrespon abnormal

terhadapobatataumetabolitnyamelaluireaksiimunologi.

Alergiobatmerupakanreaksihipersensitivitas yang dapatdigolongkanmenjadi 4

tipemenurutGelldan Coombs.Alergiobatdapatterjadimelaluimekanisme ke-4

tipetersebut.Bilaantibodispesifik yang terbentukadalahIgEpadapenderitaatopi(IgE-mediated)

maka yang terjadiadalahreaksitipe I (anafilaksis).Bilaantibodi yang

terbentukadalahIgGdanIgM, kemudiandiikutiolehaktivasikomplemenmaka yang

terjadiadalahreaksihipersensitivitastipe II atautipe III.Bila yang

tersensitisasiadalahresponsimunselularmakaakanterjadireaksitipe IV. Reaksitipe II sampai IV

merupakanreaksiimun yang tidakdapatdiprediksidantidakmelaluipembentukanIgE(non IgE-

mediated).Pada saat

sajaterjadialergiobatmelaluikeempatmekanismetersebutterhadapsatumacamobatsecarabersam

aan. Alergiobatterseringbiasanyamelaluimekanismetipe I dan


IV.Sedangkanalergiobatmelaluimekanismetipe II dantipe III

umumnyamerupakanbagiandarikelainanhematologikataupenyakitautoimun.

Dasarutamapenangananalergiobatadalahpenghentianobat yang

dicurigaikemudianmengatasigejalaklinis yang timbul.dan

dilakukanupayapencegahanalergiobat berupa anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat

sebelumnya penting untuk selalu dilakukan walaupun harus dinilai dengan kritis sebelum

dilakukan pemberian obat kepada pasien.

Bilaseseorangtelahdiketahuiataudidugaalergiterhadapobattertentumakaharusdipertimbangkan

pemberianobat lain.
Refleksi Kasus

Pada kasus ini pasien mengalami alergi obat , obat yang diberikan pasca pencabutan

gigi yaitu amoxcyclin dan asam mefenamat. Sebelumnya pasien pernah melakukan

pencabutan gigi obat antibiotik yang diberikan sama sedangkan analgesik yang diberikan

pasca pencabutan sebelumnya berbeda. Setelah 2 hari mengkonsumsi obat amoxcyclin dan

asam mefenamat pasien mengeluh adanya sariawan pada rongga mulutnya , seminggu setelah

sariawan timbul pasien melakukan pemeriksaan darah berupa cek darah lengkap dan

pemeriksaan Ige total, dari hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil Ige total 459,6.

Timbulnya sariawan disebabkan reaksi hipersenistivitas akibat obat yang diberikan

kemungkinan penyebab alergi obatnya adalah Asam mefenamat .

Asam mefenamat sebagai analgesik serta anti inflamasi merupakan derivat asam

fenamat dan merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid. Sebagian besar efek terapi

dan efek samping NSAID berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).

Golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (COX) sehingga konversi asam

arakhidonat menjadi PGG2 terganggu.

Alergi obat merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV HipersensitivitastipeLambat

(Tiper IV). Reaksiini yang jugadikenalsebgaaihipersensitivitasseluler, terjadi 24 hingga 72

jam sesudahkontakdengan allergen.Hipersensitivitastipe IV diantaraiolehmakrofagdarisel-sel

T yang sudahtersensitisasi..Sel-sel T yang tersensitisasiakanbereaksidengan antigen.

Pelepasanlimfokinakanmenarik, mengaktifkandanmempertahankansel-

selmakrofagpadatempattersebut. Lisozim yang dilepasolehsel-

selmakrofagakanmenimbulkankerusakanjaringan.
Manifestasi klinik yang biasa terjadi adalah
1. Pada saluran pernafasan : asma
2. Pada saluran cerna: mual,muntah,diare,nyeri perut
3. Pada kulit: urtikaria. angioderma,dermatitis,pruritus,gatal,demam,gatal
4. Pada mulut: rasa gatal, sariawan dan pembengkakan bibir

Penggunaan analgesik pada pasien dengan riwayat alergi obat perlu diperhatikan,upaya

pencegahan berupa anamnesis yang rinci dan jelas serta pertimbangan obat dalam

pemberian obat analgesik, Dapat dilakukan pemberian obat analgesik NSAID jenis lain jika

diketahui pasien memiliki riwayat alergi obat NSAID derivat asam fenamat dan dapat

dilakukan pemberian obat kortikosteroid jika diperlukan. Dalam penggunaan kortikosteroid

perlu diperhatikan karena penggunaan jangka panjang obat ini dalam menimbulkan efek

samping. Dalam Penghentianpengobatan harusperlahan-lahandengandosis yang makin lama

makinberkurang karena selamapenggunaankortikosteroiddariluar,

produksihormoninisecaraalamidaritubuhakanterhenti, makajikapenggunaandariluartiba-

tibadihentikan, tubuhakankekuranganhormoninisecara normal danakanterjadireaksi-reaksi

yang tidakdiinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH. Basic immunology. Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders,
2004.

Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10 th Edition. San Fransisco

Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4 (cetakan ulang 2002), bagian Farmakologi FKUI: Gaya Baru,
Jakarta

Journal of physiology and pharmacology 2006, 57, supp 5, 113.124. Inhibitors Of Cyclooxygenase:
Mechanisms, Selectivity and Uses

Bellanti JA. Mechanism of tissue injury produced by immunologic reactions. Dalam:


Bellanti JA, penyunting. Immunology III. Philadelphia: WB Saunders, 1985; 218-60.

Roitt IM. Essential immunology; edisi ke-6. Oxford: Blackwell Scioentific, 1988;
233-67.

Anda mungkin juga menyukai