Anda di halaman 1dari 27

L BM 5 REPRODUKSI

STEP 1

Lokea purulenta : cairan sekret yg berasal dari cavum uteri dari masa nifas, cairan keluar seperti nanah dan berbau
busuk

STEP 2

1. Mengapa didapatkan ppv berwarna merah bercamour cairan kuning keruh serta berbau?
2. Mengapa pasien mengeluh demam dan perdarahan dari jalan lahir sejak 5 hari yg lalu?
3. Tindakan awal apa ygdilalkukan dokter utk menghentikan perdarahan?
4. Mengapa terdapat lokea purulenta?
5. Mengapa dokter memberikan obat paracetamol?
6. Apa saja macam-macam lokea yang fisiologis dan patologis?
7. Apa interpretasi TFU setinggi pertengahan umbilikus?
8. Bagaimana fisiologis nifas?
9. Mengapa didapatkan nyeri goyang portio + dan nyeri pada uterus?
10. Sebutkan kelainan2 yg terjadi pada saat masa nifas! DD
11. Apa saja Pemeriksaan penunjangnya?
12. Apa komlikasi yang terjadi apda skenario?

STEP 3

1. Bagaimana fisiologis nifas?


Nifas fisiologis:
Keluar setelah 1 jam setelah plasenta keluar, berhenti setelah 6 minggu stlh plasenta keluar.
Patologis: nifas keluar kurang dari 24 jam sebanyak >500 ml.

Periode:
-puerperium dini: ibu sudah boleh berdiri dan berjalan. Setelah 40 hari. Selama apa baru bisa beraktivitas???
Patokannya apa supaya bisa beraktivitas lagi? Darah nifas normal berapa? Untuk ganti pembalut berapa kali
ya?
-Puerperium intermedial: Alat reproduksi udh pulih seperti semula selama 6-8 minggu
-Remote puerperium: waktu dimana pulih dan sehat sempurna, beberapa bulan hingga tahun tergantung
kondisi ibu.

Masa nifas: pemulihan terhadap organ2 reproduksi. Berat awal uterus dari 1000 gram sampai 500 gram.
Involusi
TFU SETINGGI PUSAR
2 hari setelah kelahiran, TFU 2 jari dibawah pusat beratnya 750 gram
1 minggu anatar pertengahan pusar dan symphisis, erat 500 gram
2 minggu tdk teraba di simpisis, berat 350 gram
6 minggu bertambah kecil, berat 50 gram
8 minggu uterus normalm berat 30 gram

Fisiologi :
INVOLUSI
LOKEA
LAKTASI
Vulva dan vagina kembali ke semula
Perineum yang tadinya meregang menjadi kencang
Payudara akibat penuruna progesteron memunculkan hormin prolaktin utk menyusui

Hari ke 2-3 tirah naring untuk mencegah perdarahan


Hari ke 4 boleh berdiri dan berjalan
Hari ke 5 dipulangkan

Lihat KU KU normal ibu bisa dipulangkan

2. Bagaimana vaskularisasi reproduksi?


Ovarium:
a.ovarica cabang aorta abdominalis stinggi VL. 1 , Vena ovarica dextra VCI dan sinistra V.RENALIS

TUBA UTERINA
Dari a.ovarica dan a.uterina, venanya mengikuti arterinya

UTERUS
a.uterina cabang a.iliaca interna, venanya v.uterina

VAGINA
Cranial : a.uterina
Caudal : a. Vaginalis
Venanya: v.vaginalis

3. Mengapa didapatkan ppv berwarna merah bercampur cairan kuning keruh serta berbau? Mengapa terdapat
lokea purulenta?
Fisiologis
Lokea rubra: darah segar, sisa ketuban, dan mekonium, 2 hari post partum
Loke sanguilenta: merh kuning, berisi darah dan lendir, 3-7 hari post partum
Lokea serosa: wrna kunign tidak ada darah, 3-7 hari post partum
Lokea alba: hanya berwarna putih, selama 2 minggu

Lokea purulenta akibat infeksi

Apabila lokea keluar lebih lama:


-plasenta tertinggal atau selaput janin karena kontraksi uterus kurang baik. PERDARAHAN HEBAT, KU lemah,
Retensio plasenta : 24 jam pertama setelah kelahiran, termasuk PPP primer. TANDA PASTINYA?
Inspekulo: cervix masih membuka
ATONIA UTERI, TANDA PASTINYA?
Tidk ada kontaksi di uterus perdarahn bnyk

Lihat volume perdarahan, tinggi TFU, kontraksi uterus, px.dalam dilihat!

-Ibu yg tdk menyusi anaknya, lokea rubra lbh bnyk


-Infeksi dari jalan lahir: bisa membuat kontaksi uterus lebih lambat dan lokea bisa berbau amis, tanda ada
peradangan di uterus

4. Apa hubungan dengan persalinan dibantu dukun beranak dengan keluhan?


Dibantu dengan dukun beranak menyebabkan infeksi akibat tdk steril dalam pertolongan persalinan
Staphylococcus aureus: didapat dari luar, infeksi umum
Streptococcus hemoliticus aerobicus: infeksi yang berat didapat secara eksogen. Streptococcus A dan B bisa
melisiskan darah.
B beta hemoliticus: FLORA normal di genital wanita. Mengeluarkan N protein menahan fagositosis, bnyk PMN.
Loke akeruh dan berbau
A beta hemoliticus: lokea bening dan tdk bau

Budaya pada daerah setempat yg kuat, proses dgn dukun beranak menyebabkan perlukaan yg merupakan port
d entry. Di dalam tubuh balteria da toksin mediator infeksi penangan lambat perlawanan dengan sel
imun kalah maka mengeluarkan pus

5. Mengapa pasien mengeluh demam dan perdarahan dari jalan lahir sejak 5 hari yg lalu?
FISIOLOGIS: wajar bila suhu naik 0,5 dan tdk lebih dari 38 celcius. 24 jam pertama pasca persalinan

Patologis:
Akibat infeksi kuman
Naik >= 38 selama 2hari pd 10 hari pertama asca persalinan, dan diukur melaui mulut sekurang-kurangnya 4x

Masuknya bakteri
eksogen: berasal dari luar
Endogen: dari jalan lahir
Autogen: dari tempat lain dalam tubuh

Pirogen dan eksogen menstimulasi leukosi sitokin sbg pirogen dan endogen =hipotalamus terangsang
prostaglandin naik panas tubuh meningkat mekanisme demam

Infeksi intra : proses kelahiran (amnioktomi)


Infeksi ekstra: seperti persalinan dengan dukun, infeksi nosocomial, E.coli

Beberapa cara infeksi:


Tangan pemeriksa yang tertutup sarung tangan
Droplet infeksi dari saluran pernafasan pemeriksaan
Kuman2 di RS
Ketuban pecah (infeksi intra partum)

6. Tindakan awal apa yg dilakukan dokter utk menghentikan perdarahan?

7. Mengapa dokter memberikan obat paracetamol?


8. Apa saja faktor resiko dari skenario?
9. Apa saja tanda-tanda gawat darurat perdarahan post partum?
10. Apa saja macam-macam lokea yang fisiologis dan patologis?
11. Apa interpretasi TFU setinggi pertengahan umbilikus?
12. Mengapa didapatkan nyeri goyang portio + dan nyeri pada uterus?
13. Sebutkan kelainan2 yg terjadi pada saat masa nifas! DD!
14. Apa saja Pemeriksaan penunjangnya? (LABORATORIUM)
15. Apa komplikasi yang terjadi apda skenario?
16. Perdarahan post partum (definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, penatalaksaan, pencegahan, komplikasi)

MAPPING

PERDARAHAN POST PARTUM

FISIOLOGIS PATOLOGIS

PRIMER SEKUNDER
LOKEA

Sebelum 24 jam Setelah 24


post partum jam post
partum

Retensio uteri ROBEKAN


STEP 7

1. Bagaimana fisiologis nifas?

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal


Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4-6 minggu. Menurut konvensi, masa nifas berlangsung selama
enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut perubahan-perubahan fisiologik dan
morfologik yang terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak hamil.
- Perubahan fisiologik dan anatomik
Perubahan-perubahan endokrinologik yang terjadi selama kehamilan pulih kembali dengan cepat.
Beberapa jam setelah plasenta keluar, kadar hormon-hormon plasenta, hPL dan hCG turun dengan cepat.
Dalam 2 hari, hPL sudah tidak terdeteksi dalam serum dan pada hari ke 10 setelah melahirkan, hCG sudah
tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesteron dalam serum menurun dengan cepat dalam 3 hari
pertama masa nifas dan mencapai kadar tidak hamil sebelum hari ke 7 melahirkan. Kadar ini tetap
demikian jika wanita menyusui bayinya; jika tidak, estradiol akan mulai meningkat, yang menunjukkan
pertumbuhan folikular. Di antara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi menyusu.
- Perubahan morfologik dalam traktus genitalia
Perineum dan vagina. Setelah melahirkan perineum mengalami kerusakan atau utuh. Kerusakan ini
dapat diperbaiki, tetapi edema jaringan yang terjadi mungkin menetap samap beberapa hari. Dinding vagina
bengkak, kebiruan dan menonjol. Tonusnya cepat pulih kembali meskipun masih fragil samapi satu atau dua
minggu.
Uterus. Uterus mengalami perubahan paling besar. Pada akhir persalinan kala tiga, ukuran uterus kira-
kira sebesar uterus pada kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 gr. Ukuran ini cepat mengecil dan pada
akhir minggu pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gr. Involusi ini dapat diperlihatkan oleh fakta bahwa
pada pemeriksaan abdomen besar uterus berkurang satu lebar jari tangansetiap hari hingga pada harike 12
uterus tidak teraba lagi pada pemeriksan abdomen. Setelah itu involusi berlangsung lebih lambat, tetapi
pada akhir minggu ke 6 masa nifas ukurannya sedikit lebih besar daripada sebelum hamil.
Bersamaan dengan involusi uterus, tempat plasenta juga menjadi lebih kecil. Tempat ini cepat tertutup oleh
anyaman fibrin setelah melahirkan dan terjadi trombosis di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
memberikan suplai kepadanya. Di bawah tempat plasenta ini, terbentuk barier oleh makrofag, limfosit dan
polimorf yang juga meluas ke seluruh rongga endometrium. Dalam 10 hari tempat plasenta mengecil hingga
berdiamter 2,5 cm dan sudah tumbuh lapisan epitelium baru, yang juga menutupi sisa rongga uterus.
Jaringan superficial dinding uterus dan tempat plasenta terus menerus terlepas selama 6 minggu, yang
menjadi bagian dalam lokia.
Istilah lokia digunakan untuk discharge yang keluar dari traktus genitalis setelah melahirkan. Selama 3-4
hari lokia ini terdiri dari darah dan sisa-sisa jaringan trofoblast, terutama dari tempat plasenta. Sifat lokia
berubah ketika trombosis pembuluh darah di tempat itu mengalami organisasi. Warnanya menjadi coklat
kemerahan dari hari ke 3 sampai ke 12, tetapi setelah itu, ketika kebanyakan rongga endometrium telah
tertutup oleh epitelium, lokia menjadi berwarna kuning. Kadang-kadang trombi pada ujung pembuluh darah
pecah dan mengeluarkan darah sehingga lokia kembali menjaddi merah selama beberapa hari lagi.

Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates.
Obstetri Williams

2. Bagaimana vaskularisasi reproduksi?

Suplai vaskular pada vulva


Arteri
Genitalia eksterna sangat vaskular dan diperdarahi oleh cabang-cabang a.pudenda interna, yang beradal dari
a.iliaca interna, dan oleh a.pudenda yang berasal dari a.femoralis.
Vena
Vena-vena vulva membentuk plexus vena yang besar dan mengalami dilatasi sewaktu rangsangan seksual dan
dilatasinya lebih besar lagi pada waktu kehamilan, sehingga varises tidak jarang tejadi. Kebanyakan vena
tersebut menyertai ateri yang sesuai, namun yang mengalirkan darah dari klitoris bergabung dengan plexus
venosus vesikalis dan vaginalis.

Suplai vaskular pada vagina


Suplai darah arterial berasal dari a.vaginalis dan a.uterina, yang merupakan cabang dari a.iliaka interna dan
membentuk pleksus yang mengelilingi organ. Sebuah arteri median muncul dari pleksus ini pada dinding
anterior dan posterior. Arteri ini dikenal sebagai a.vaginalis azygos. Drainase vena yang menuju ke vena iliaka
interna, berasal dari pleksus venosus yang terletak pada dinding muskular vagina, yang terutama berkembang
baik pada ujung bawah vagina dan berhubungan dengan pleksus venosus, pudendalis dan hemoroidalis.

Suplai vaskular pada uterus


Uterus mendapat suplai darah dari a.uterina cabang dari a.iliaka interna. Masing-masing pembuluh darah
berjalan ke arah depan dan masuk pada dasar ligamentum latum uteri dan menyilang di atasnya dan tegak lurus
terhadapnya, 1 cm di sebelah lateral seviks supravaginal. Arteri ini memberikan cabang descendens yang
beranastomosis dengan cabang cabang ascendens arteri vagina dan mensuplai seviks bawah. Cabang utama
berubah arah dan berjalan ke atas, bergelung dan berkelok-kelok, di antara lembaran lig.latum yang berdekatan
dengan dinding uterus lateral, dan mensuplai cabang-cabang yang menuju ke miometrium secara interval.
Arterin ini berakhir dengan mengadakan anastomosis dengan arteri ovarica. Masing-masing cabang mensuplai
uterus bercabang di lapisan muskular luar dan memberikan cabang anterior dan psoterior ke miometrium dan
beranastomosis dengan sisi kontralateral. Arteri ini bercabang-cabang dengan sudut tegak lurus, dan menembus
dan mensuplai miometrium dan memasuki endometrium sehingga membentuk a.basilaris.
Vena-vena uterus mengikuti a.uterina dan membentuk pleksus pampiniformis yang sangat kompleks, terutama
di parametrium untuk bersambung dengan vena-vena kandung kemih. Pleksus pampiniformis mencurahkan
isinya ke dalam vena uterina dan vena ovarica, dan mempunyai hubungan dengan pleksus vena vertebra.

Suplai vaskular pada ovarium dan tuba uterina


Sambungan-sambungan arteri, vena dan pembuluh limfe pada kedua ovarium dan tuba uterina adalah sama
dan kedua organ ini sering disebut adneksa atau tambahan uterus.
Suplai arteri adalah berasal dari a.ovarica yang pajang dan ramping, sebuah cabang dari aorta abdominalis yang
timbul tepat di bawah arteri renalis dan menyilang vena cava inferior, ureter dan otot psoas pada sisi kanan,
dan otot psoas kiri pada sisi kiri. Pembuluh darah ini menyilang a.iliaca eksterna terdapat pada pintu atas
panggul, berjalan di antara kedua lapisan pada lipatan infundibulopelvik dan masuk ke dalam ligamenum latum
uteri. Di dalam ligamentum latum uteri, arteri ini berjalan 0,5 cm dibawah tuba dan mengeluarkan cabang ke
ovarium melalui mesovarium dan ke tuba uterina di antara kedua lapisan ligamentum latum uteri. Arteri ini
berakhir dengan bergabung dengan cabang terminal arteri uterina membentuk arkade arteri. Drainase vena
masuk ke dalam pleksus pampiniformis, kemudian vena ovarika. Vena ovarika kanan bergabung dengan vena
cava inferior, vena ovarika kiri biasanya masuk ke vena renalis sinistra.

Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates.

3. Mengapa didapatkan ppv berwarna merah bercampur cairan


kuning keruh serta berbau? Mengapa terdapat lokea purulenta?
Kebidanan Komunitas
Oleh Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes
Henderson, Christine. Jones, Kathleen. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan
Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba

4. Apa hubungan dengan persalinan dibantu dukun beranak dengan


keluhan?
- Demam:
Cara terjadi infx.:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yg tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
2. Droplet infecton
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman2 patogen
4. Koitus pd akhir kehamilan tdk merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya
ketuban.
5. Infeksi intrapartum
- Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-
alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
1. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi sebab infeksi umum.
1. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn.
Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
1. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
(Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004).

5. Mengapa pasien mengeluh demam dan perdarahan dari jalan lahir


sejak 5 hari yg lalu?
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
- Demam:
Cara terjadi infx.:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yg tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
2. Droplet infecton
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman2 patogen
4. Koitus pd akhir kehamilan tdk merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya
ketuban.
5. Infeksi intrapartum

- Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :


2. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-
alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi sebab infeksi umum.
2. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn.
Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
2. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
(Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004).
Ilmu Kebidanan. Sarwono

6. Tindakan awal apa yg dilakukan dokter utk menghentikan


perdarahan?
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi

7. Mengapa dokter memberikan obat paracetamol?


Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin
terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002)
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana,
1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan.
Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan
lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.
Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh
kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 %
dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian
dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis
normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan
sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung
tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.(Mahar Mardjono 1971)
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol
menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan
pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan
sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol
menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen
dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak
dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009)
Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.(Cranswick 2000)
Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini. (Yulida 2009)

8. Apa saja faktor resiko dari skenario?


Ilmu Kebidanan. Sarwono

9. Apa saja tanda-tanda gawat darurat perdarahan post partum?

10. Apa saja macam-macam lokea yang fisiologis dan patologis?


Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia:
Lochia Rubra ( Cruenta ): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium, selama 2 hari post partum.
Lochia Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post partum.
Lochia Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum.
Lochia Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya.
( Mochtar, Rustam, 1998 : 116 )

11. Apa interpretasi TFU setinggi pertengahan umbilikus?


Terjadi kehilangan darah yang banyak sebelum plasenta lahir (perarahan kala ketiga) atau pengeluaran plasenta.
Setelah plasenta lahir, darah dapat membeku di dalam uterus dan tidak keluar sehingga fundus naik di dalam
abdomen dan jika kontraksi dirangsang, uterus berkontraksi dan bekuan darah terdorong ke luar. Perdarahan
cenderung intermiten, karena uterus berkontraksi secara periodik.

Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates
Involusi uterus
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi
sesudah 2 hari ini uterus terus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Sesudah plasenta lahir beratnya rahim 1000 gr,
seminggu kemudian 500 gr, 2 minggu postpartum 375 gr, dan pada akhir puerperium 50 gr.
Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil, karena sitoplasma yang berlebihan
dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolisis, pada mana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi,
dan kemudian dibuang dengan air kencing. Sebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen dalam air
kencing sangat tinggi.
Pelepasan plasenta dari selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum bagian atas.
Setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas stratum spongiosum yang tinggal menjadi nekrosis, sedangkan
lapisan yang bawahnya yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik.
Bagian yang nekrosis dikeluarkan dengan lokia, sdangkan lapisan yang tetap sehat menghasilkan
endometrium yang baru. Epitel baru terjadi denga proliferasi sel-sel kelenjar, sedangkan stroma baru dibentuk
dari jaringan ikat di antara kelenjar-kelenjar. Epitelisasi siap dalam 10 hari, kecuali tempat plasenta dimana
epitelisasi memakan waktu tiga minggu.

Obstetri fisiologi. FK UNPAD

12. Mengapa didapatkan nyeri goyang portio + dan nyeri pada


uterus?

13. Sebutkan kelainan2 yg terjadi pada saat masa nifas! DD!


Ada empat masalah yang mungkin timbul selama masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan postpartum
2. Infeksi nifas
3. Tromboembolisme
4. Depresi postpartum

1. Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum yaitu perdarahan pervaginam >500 ml, yang dapat terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan yang disebut sebagai perdarahan postpartum primer atau pada masa nifas setelah 24
jam yang disebut sebagai perdarahan postpartum sekunder.

Perdarahan postpartum primer


Perawatan osbtetrik yang lebih baik dan penggunaan obat oksitosik secara tepat setelah melahirkan telah
mengurangi insidens dan beratnya perdarahan postpartum primer menjadi <4%.
Etiologi
Pada persalinan normal setelah melahirkan bayi, terjadi kehilangan darah sebanyak 200-400 ml sebelum
retraksi miometrium dan dilengkapi dengan kontraksi uterus kuat yang menyebabkan pemendekan dan
penyempitan pembuluh darah uterus dan retraksi jaringan plasenta. Perubahan-perubahan ini mencegah
kehilangan darah lebih lanjut.
Jika uterus tidak berkontraksi secara efektif (atonia uteri) atau jika sisa plasenta mencegah retraksi
tempat plasenta secara baik, perdarahan dapat terjadi (uterus yang mengkerut dan kosong tidak berdarah).
Dua penyebab ini bertanggung jawab atas 80% kasus PPP.
Dalam 20% kasus penyebabnya adalah laserasi traktus genitalis, biasanya vagina atau serviks, tetapi
jarang juga terjadi karena ruptur uterus.
Dalam beberapa hal, PPP terjadi karena gangguan pembekuan darah, misalnya setelah abruptio
plasenta.
Perdarahan postpartum primer lebih mungkin terjadi setelah persalinan lama, distensi uterus yang
berlebihan (kehamilan multipel atau polihidramnion), perdarahan antepartum, dan anestesi umum yang
dalam. Dalam kasus ini, perlu dilakukan tindakan mencegah PPP, baik dengan oksitosik profilaksis setelah
melahirkan atau kala ketiga dikelola secara tradisional, dan dihindari pendorongan fundus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya jelas, terjadi kehilangan darah yang banyak sebelum plasenta lahir (perarahan kala
ketiga) atau pengeluaran plasenta. Setelah plasenta lahir, darah dapat membeku di dalam uterus dan tidak
keluar sehingga fundus naik di dalam abdomen dan jika kontraksi dirangsang, uterus berkontraksi dan
bekuan darah terdorong ke luar. Perdarahan cenderung intermiten, karena uterus berkontraksi secara
periodik.
Penatalaksanaan
PPP harus ditangani dengan cepat dan efisien, karena merupakan penyebab kematian ibu.
Penatalaksanannya berbeda-beda bergantung apakah plasenta masih di dalam uterus atau telah keluar.

Perdarahan kala ketiga (plasenta di dalam uterus)


Terdapat dua tingkatan :
- Kontraksi dirangsang dan dilakukan tekanan fundus dikombinasi dengan penarikan tali pusat secara
terkendali untuk melahirkan plasenta. Jika perdarahan terus berlanjut meskipun uterus sudah berkontraksi,
harus dilakukan inspeksi vagina bawah untuk melihat apakah terdapat kerusakan.
- Jika plasenta tidak dapat dilahirkan atau ketika keluar dengan inspeksi ternyata tidak komplit, harus
dilakukan eksplorasi rongga uterus. Kecuali jika pasien sudah menadpat anestesi epidural, berikan anestesi
umum dan lakukan pengeluaran plasenta secara manual dengan memasukkan tangan bersarung ke dalam
rongga uterus dan mengatur kerjanya dengan tangan lain yang ditempatkan di fundus. Arah tali pusat diikuti
sampai pada tempat insersinya dan cari tepi plasenta bawah. Dengan telapak tangan yang berada dalam
uterus menghadap rongga uterus, dokter memisahkan plasenta dari perlengkatannya dengan gerakan
menggergaji. Ketika plasenta keluardengan lengkap, bagian rongga uterus lainnya dieksplorasi untuk
mencari sisa plasenta dan kerusakan yang lain. Plasenta yang lengkap ini dipegang dengan tangan di dalam
uterus dan membran dikeluarkan dari jalan lahir, sementara tangan yang ada diluar melakukan masase
fundus. Plasenta diinspeksi secara cermat untuk memastikan kelengkapannya. Lalu disuntikkan ergometrin
0,5 mg secara intravena dan 0,5 diberikan intramuskular.

Perdarahan postpartum sejati (plasenta sudah keluar)


Meliputi beberapa tahapan :
- Periksa plasenta untuk menentukan apakah telah keluar lengkap
- Lakukan masase uetrus dengan pergerakan memutar lambat
- Pasang infus larutan Hartman dan berikan ergometrin atau Sintosinon 0,25 mg IV dengan infus kontinu (10
IU dalam 500 ml larutan Hartman). Alternatif lain adalah menggunakan PGF2a disebut Haemabate.
- Berikan darah jika terjadi kehilangan >1000 ml.
- Periksa sampel darah untuk mengetahui defek koagulasi dan obati jika ada
- Jika perdarahan berlanjut meskipun kontraksi uterus kuat dengan induksi oksitosin, lakukan inspeksi untuk
mengetahui laserasi traktus genitalis
- Jika perdarahan menetap, dicoba kompres uterus dengan cara manual. Tindakan ini akan menyakitkan
pasien dan melelahkan dokter.
- Jika perdarahan masih berlanjut, dapat dilakukan ligasi arteri iliaca iterna atau histerektomi.

Perdarahan postpartum sekunder


Penyebab perdarahan postpartum yang paling umum adalah :
- Epitelisasi yang buruk pada tempat plasenta (80% kasus)
- Fragmen plasenta dan/bekuan darah yang tertahan di dalam uterus.

Scan uterus dengan USG akan dapat mengenali jaringan plasenta atau bekuan darah. Uterus mungkin
sangat besar dan nyeri tekan dan seviks terbuka. Pengobatan awal dalah membrikan ergotamin 0,5 mg
intramuskular, diulangi jika perlu dan berikan antibiotika untuk mengontrol infeksi yang ada. Kuretase hanya
diperlukan jika didapati jaringan plasenta atau bekuan darah dan scanning USG atau jika perdarahan
menetap meskipun telah diberikan oksitosin.

2. Infeksi masa nifas


Infeksi masa nifas (pireksi nifas) didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai 38 C atau lebih, yang
berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak akhir hari 1 sampai akhir hari ke 10 setalah
melahirkan atau abortus. Dalam beberapa tahun belakangan ini, karena perawatan kebidanan yang lebih
baik, higiene dan pengontrolan infeksi di dalam rumah sakit yang lebih baik, insidens pireksi nifas turun
menjadi 1-3% dari semua kelahiran atau abortus.
Tempat dan penyebaran infeksi
Kebanyakan kasus infeksi masa nifas yang timbul pada traktus genitalis berasal dari infeksi ascendens dari
vagina atau serviks yang menginfeksi tempat plasenta. Penyebaran dari sini adalah ke parametrium atau
melalui rongga uterus menuju ke tuba fallopi dan pada beberapa kasus menimbulkan peritonitis pelvik.
Keparahan insidensinya tergantung pada virulensi agen infeksi dan respon imun pasien.
Diagnosis
Setiap wanita yang mengalami pireksi nifas harus diselidiki dan mungkin perlu diisolasi. Dilakukan
pemeriksaan payudara untuk mengetahui tanda-tanda mastitis dan diperiksa spesimen urin porsi tengah
untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan abdomen dapat memperlihatkan uterus yang
sangat besar dan nyeri tekan. Dilakukan inspeksi pada traktus genitalis bawah untuk mencari laserasi,
robekan atau luka episiotomi yang terinfeksi. Swab vagina tinggi dibuat untuk pemeriksaan bakteriologik,
dan lokia berbau menusuk.
Terapi
Terapinya adalah memberika antibiotika spektrum luas yang tepat untuk agen penyebab dan metronidazol
selama 5 hari. Karena antibiotik yang dipakai bergantung pada institusi dan pengetahuan lokal, harus
dilakukan konsultasi dengan petugas pengontrol penyakit infeksi rumah sakit, baik ibu itu berada di rumah
sakit atau di rawat oleh dokter umum di rumah.

Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates
Ilmu Kebidanan. Sarwono

14. Apa saja Pemeriksaan penunjangnya? (LABORATORIUM)


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterin
3. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastin parsial
Cunningham, dkk . 1995 . Obstetri Williams . Jakarta : EGC

15. Apa komplikasi yang terjadi pada skenario?

16. Perdarahan post partum (definisi, etiologi, klasifikasi,


patogenesis, penatalaksaan, pencegahan, komplikasi)
Perdarahan postpartum yaitu perdarahan pervaginam >500 ml, yang dapat terjadi dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan yang disebut sebagai perdarahan postpartum primer atau pada masa nifas
setelah 24 jam yang disebut sebagai perdarahan postpartum sekunder.
Perdarahan postpartum primer
Perawatan osbtetrik yang lebih baik dan penggunaan obat oksitosik secara tepat setelah melahirkan
telah mengurangi insidens dan beratnya perdarahan postpartum primer menjadi <4%.
Etiologi
Pada persalinan normal setelah melahirkan bayi, terjadi kehilangan darah sebanyak 200-400 ml sebelum
retraksi miometrium dan dilengkapi dengan kontraksi uterus kuat yang menyebabkan pemendekan dan
penyempitan pembuluh darah uterus dan retraksi jaringan plasenta. Perubahan-perubahan ini mencegah
kehilangan darah lebih lanjut.
Jika uterus tidak berkontraksi secara efektif (atonia uteri) atau jika sisa plasenta mencegah retraksi
tempat plasenta secara baik, perdarahan dapat terjadi (uterus yang mengkerut dan kosong tidak berdarah).
Dua penyebab ini bertanggung jawab atas 80% kasus PPP.
Dalam 20% kasus penyebabnya adalah laserasi traktus genitalis, biasanya vagina atau serviks, tetapi
jarang juga terjadi karena ruptur uterus.
Dalam beberapa hal, PPP terjadi karena gangguan pembekuan darah, misalnya setelah abruptio
plasenta.
Perdarahan postpartum primer lebih mungkin terjadi setelah persalinan lama, distensi uterus yang
berlebihan (kehamilan multipel atau polihidramnion), perdarahan antepartum, dan anestesi umum yang
dalam. Dalam kasus ini, perlu dilakukan tindakan mencegah PPP, baik dengan oksitosik profilaksis setelah
melahirkan atau kala ketiga dikelola secara tradisional, dan dihindari pendorongan fundus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya jelas, terjadi kehilangan darah yang banyak sebelum plasenta lahir (perarahan kala
ketiga) atau pengeluaran plasenta. Setelah plasenta lahir, darah dapat membeku di dalam uterus dan tidak
keluar sehingga fundus naik di dalam abdomen dan jika kontraksi dirangsang, uterus berkontraksi dan
bekuan darah terdorong ke luar. Perdarahan cenderung intermiten, karena uterus berkontraksi secara
periodik.
Penatalaksanaan
PPP harus ditangani dengan cepat dan efisien, karena merupakan penyebab kematian ibu.
Penatalaksanannya berbeda-beda bergantung apakah plasenta masih di dalam uterus atau telah keluar.

Perdarahan kala ketiga (plasenta di dalam uterus)


Terdapat dua tingkatan :
- Kontraksi dirangsang dan dilakukan tekanan fundus dikombinasi dengan penarikan tali pusat secara
terkendali untuk melahirkan plasenta. Jika perdarahan terus berlanjut meskipun uterus sudah berkontraksi,
harus dilakukan inspeksi vagina bawah untuk melihat apakah terdapat kerusakan.
- Jika plasenta tidak dapat dilahirkan atau ketika keluar dengan inspeksi ternyata tidak komplit, harus
dilakukan eksplorasi rongga uterus. Kecuali jika pasien sudah menadpat anestesi epidural, berikan anestesi
umum dan lakukan pengeluaran plasenta secara manual dengan memasukkan tangan bersarung ke dalam
rongga uterus dan mengatur kerjanya dengan tangan lain yang ditempatkan di fundus. Arah tali pusat diikuti
sampai pada tempat insersinya dan cari tepi plasenta bawah. Dengan telapak tangan yang berada dalam
uterus menghadap rongga uterus, dokter memisahkan plasenta dari perlengkatannya dengan gerakan
menggergaji. Ketika plasenta keluardengan lengkap, bagian rongga uterus lainnya dieksplorasi untuk
mencari sisa plasenta dan kerusakan yang lain. Plasenta yang lengkap ini dipegang dengan tangan di dalam
uterus dan membran dikeluarkan dari jalan lahir, sementara tangan yang ada diluar melakukan masase
fundus. Plasenta diinspeksi secara cermat untuk memastikan kelengkapannya. Lalu disuntikkan ergometrin
0,5 mg secara intravena dan 0,5 diberikan intramuskular.

Perdarahan postpartum sejati (plasenta sudah keluar)


Meliputi beberapa tahapan :
- Periksa plasenta untuk menentukan apakah telah keluar lengkap
- Lakukan masase uetrus dengan pergerakan memutar lambat
- Pasang infus larutan Hartman dan berikan ergometrin atau Sintosinon 0,25 mg IV dengan infus kontinu (10
IU dalam 500 ml larutan Hartman). Alternatif lain adalah menggunakan PGF2a disebut Haemabate.
- Berikan darah jika terjadi kehilangan >1000 ml.
- Periksa sampel darah untuk mengetahui defek koagulasi dan obati jika ada
- Jika perdarahan berlanjut meskipun kontraksi uterus kuat dengan induksi oksitosin, lakukan inspeksi untuk
mengetahui laserasi traktus genitalis
- Jika perdarahan menetap, dicoba kompres uterus dengan cara manual. Tindakan ini akan menyakitkan
pasien dan melelahkan dokter.
- Jika perdarahan masih berlanjut, dapat dilakukan ligasi arteri iliaca iterna atau histerektomi.

Perdarahan postpartum sekunder


Penyebab perdarahan postpartum yang paling umum adalah :
- Epitelisasi yang buruk pada tempat plasenta (80% kasus)
- Fragmen plasenta dan/bekuan darah yang tertahan di dalam uterus.

Scan uterus dengan USG akan dapat mengenali jaringan plasenta atau bekuan darah. Uterus mungkin
sangat besar dan nyeri tekan dan seviks terbuka. Pengobatan awal dalah membrikan ergotamin 0,5 mg
intramuskular, diulangi jika perlu dan berikan antibiotika untuk mengontrol infeksi yang ada. Kuretase hanya
diperlukan jika didapati jaringan plasenta atau bekuan darah dan scanning USG atau jika perdarahan
menetap meskipun telah diberikan oksitosin.

Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai