Anda di halaman 1dari 7

TERM OF REFERENCE

SEMINAR NASIONAL DAN MINI WORKSHOP


”NEURORESTORASI UNTUK PASIEN STROKE PASCA AKUT”

DISUSUN OLEH

PRODI S1 FISIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PEKAJANGAN PEKALONGAN
NOVEMBER, 2018
TERM OF REFERENCE (TOR)
SEMINAR NASIONAL DAN MINI WORKSHOP
“NEURORESTORASI UNTUK PASIEN STROKE FASE PASCA AKUT”

A. NAMA KEGIATAN
Seminar nasional managemen fisioterapi stroke tema “Neurorestorasi untuk
Pasien Stroke Fase Pasca Akut”

B. GAMBARAN UMUM

Stroke menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan masalah terbesar di


Negara berkembang. Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak sebagai
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan, selainitu stroke
juga merupakan penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia. Penderita
stroke yang bertahan hidup dengan kecacatan merupakan beban ekonomi bagi keluarga
dan negara. Peningkatan usia harapan hidup dan semakin banyaknya factor risiko stroke
menyebabkan jumlah penderita stroke diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 1 juta
orang pada tahun 2050. Berbagai tindakan telah ditempuh untuk mendapatkan terapi
yang tepat untuk mencegah dan menurunkan angka kecacatan yang disebabkan oleh
stroke, tetapi sampai saat ini upaya tersebut belum mendapatkan hasil yang optimal,
sehingga dibutuhkan alternative terapi lain untuk mencegah dan menurunkan angka
kecacatan sebagai akibat stroke.

Hasil penemuan neuroscience mengidentifikasi bahwa proses neuroregenerasi


dan neuroplastisitas susunan saraf pusat manusia terus berlangsung sepanjang
kehidupan. Berbagai masalah pada otak termasuk Cedera otak, seperti stroke, akan
direspons dengan pembentukan neuron baru (neurogenesis), vaskulerisasi baru
(angiogenesis), dan pembentukan hubungan antar neuron baru (sinapto genesis).
Keseluruhan proses tersebut dinamakan neurorestorasi.
Fakta ini memberikan harapan bagi penderita stroke dan untuk perkembangan
terapi stroke pada waktu mendatang. Aktivitas neurorestorasi dapat meningkat dengan
terapi farmakologis dan latihan fisik berulang. Neurorestoratologi merupakan salah satu
cabang ilmu neuroscience yang mempelajari regenerasi neuron, perbaikan struktur
saraf, dan neuroplastisitas. Saat terjadi cedera otak, salah satunya stroke, aktivitas
neurogenesis akan meningkat secara signifikan, begitu juga proses angiogenesis akan
timbul kembali saat terdapat kondisi patologis, seperti setelah serangan stroke.

Penambahan pembuluh darah berlangsung hingga 6 minggu pasca-awitan stroke yang


diikuti peningkatan cerebral blood flow (CBF) pada daerah penumbra, kondisi ini
berdampak positif pada proses neurogenesis dan sinaptogenesis. Terdapat korelasi kuat
antara jumlah pembuluh darah korteks serebri dengan harapan hidup, pasien dengan
pembuluh darah lebih padat memiliki harapan hidup lebih baik, dan memiliki output
fungsional yang lebih baik.

Dalam kondisi normal, aktivitas sinaps pada susunan saraf pusat (SSP) dapat
berupa long term potentiation (LTP) danlong term depression (LTD). Perbedaan kedua
jenis aktivitas sinaps ini tergantung aktivitas. Jika aktivitas makin sering diulang maka
akan terbentuk LTP pada hubungan sinaps, dapat menimbulkan remodeling sinaps
bahkan pembentukan sirkuit baru, dimana proses remodeling ini dapat bersifat
sementara, dapat pula menetap.

Saat ini berbagai aktivitas neurorestorasi belum optimal, sehingga proses


pemulihan cedera system saraf pusat juga tidak sempurna. Berbagai penyebab turut
berperan, antara lain ekspresi gen yang kurang, yang dihasilkan oleh badan sel untuk
memicu proses neuroregenerasi tidak mampu menjangkau lokasi cedera yang jauh dari
badan sel. Selainitu, lingkungan mikro juga harus mendukung agar proses
neurorestorasi dapat berjalan baik; pada cedera SSP, kondisi ini sulit terjadi karena
astrosit dan microglia mengalami aktivasi saat terjadi cedera SSP dan sitokin inflamasi
yang dihasilkan akan menghambat proses neurorestorasi tersebut.

Menghadapi permasalahan tersebut, pengobatan farmakologis dan non


farmakologis terus dikembangkan. Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan
salah satunya adalah dengan melakukan latihanTask-specific. Training Latihan motorik
pada pasien stroke hendaknya ditujukan pada gerakan bertujuan, terutama untuk
pemulihan fungsional. Latihan berbasis task-specific merupakan prinsip utama
rehabilitasi penderita stroke.

Pendekatan ini dapat berupa latihan motorik dasar harian, latihan gerakan lengan
atas, gerakan tungkai bawah, gerakan duduk, berdiri, dan latihan jalan yang dikerjakan
berulang, dimana latihan-latihan ini dapat meningkatkan pemulihan pasca-stroke secara
efektif. Pendekatan latihan berulang yang bersifat dapat memicu pembentukan sinaps
baru yang lebih permanen dan dikaitkan dengan reorganisasi kortikal.

Hasil penelitian membuktikan bahwa latihan motoric task specific berulang pada lengan
atas mampu mengubah korteks somatosensorik hemisfer bersangkutan. Fakta ini
membuktikan manfaat latihan motorik berulang yang bersifat task specific. Terapi lain
yang dapat dilakuakan adalah Enriched Environment (Lingkungan Kaya Stimulasi)
Lingkungan selama proses rehabilitasi berlangsung juga memegang peranan penting.
Lingkungan yang dapat memberikan kesempatan lebih baik untuk aktivitas motorik dan
yang memberikan motivasi dinamakan enriched environment.

Hasil penelitian membuktikan bahwa enriched environment memfasilitasi


pemulihan motorik dan memicu neuroplastisitas. Kondisi enriched environment tersebut
dapat dicapai selama perawatan penderita di ruang rawat multi disiplin, seperti stroke
unit, Program rehabilitasi penderita stroke idealnya meliputi program latihan yang
bermakna, berupa latihan gerak task specific, berulang, danintensif yang dikerjakan
dalam kondisi enriched environment agar neuroplastisitas dapat meningkat dan
diperoleh perbaikan motorik serta fungsional.

Constraint-induced Movement Therapy (CIMT) Penderita stroke umumnya akan


menggunakan anggota gerak yang sehat untuk menggantikan peran anggota gerak yang
lumpuh dalam melakukan aktivitas harian, kondisi demikian akan membatasi
pemulihan fungsional pasca-stroke.

CIMT merupakan strategiterapi berupa latihan berulang pada lengan yang lumpuh dan
membatasi penggunaan lengan yang tidak lumpuh. Hal ini penting untuk merangsang
aktivitas neuroplastisitas.
Terapi yang dilakukan saat ini belum efektif untuk mencegah dan mengurangi
angka kecacatan yang disebabkan oleh stroke sehingga dibutuhkan pendekatan terapi
lain, yaitu neurorestorasi. Kombinasi bersama Antara terapi neurorestorasi diharapkan
sebagai agen neurorestorasi. Kombinasinya bersama agenneuroproteksi diharapkan
mampu memberikan harapan baru bagi penderita stroke di masa mendatang.

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk acara berupa seminar nasional dan mini workshop, yang mana pembicara
membahas tentang:
1. Pemahaman neurorestorasi setiap fase stroke
2. Neuroproteksi dengan penatalaksanaan farmakologi sesuai dengan fase stroke
3. Latihan gerak task specific sesuai dengan tahapan proses neurorestorasi, khususnya fase
pasca akut
4. Kondisi enriched environment: desain peralatan, tata ruang dan lingkungan pasein stroke
dirawat/ tinggal

Perlengkapan yang disediakan panitia adalah bed, bantal, guling, handuk.

D. PESERTA
Peserta seminar nasional dan mini workshop ini adalah:
1. Dosen
2. Mahasiswa Program Studi fisioterapi
3. Fisioterapis

E. TARGET DAN ARAHAN MATERI


Beberapa hal yang akan dibahas dalam materi ini adalah:
1. Memberikan gambaran tentang patofisiologi stroke
2. Memberikan gambaran tentang tahapan perkembangan perbaikan stroke
(neurorestorasi) sesuai dengan fasenya.
3. Memberi gambaran tentang Neuroproteksi dengan penatalaksanaan farmakologi sesuai
dengan fase stroke
4. Memahami peran fisioterapi untuk perbaikan sel saraf (plastisitas) pasca stroke.
5. Memberikan gambaran tentang program fisioterapi untuk pasien stroke sesuai dengan
defisit neurologis yang ada, khususnya pada fase pasca akut.
6. Mempraktikkan prinsip-prinsip neurorestorasi pasca stroke fase post akut

F. Tujuan Umum
1. Mengetahui gambaran patofisiologi stroke
2. Memahami gambaran neurorestorasi pasca stroke sesuai dengan fasenya
3. Memberi gambaran tentang Neuroproteksi dengan penatalaksanaan farmakologi sesuai
dengan fase stroke
4. Memahami peran fisioterapi untuk perbaikan fungsi saraf (plastisitas) pasca stroke
5. Mengetahui gambaran program fisioterapi khususnya fase pasca akut dengan prinsip
neuroproteksi untuk mencegah perluasan ukuran infark dan neurorestorasi untuk
membantu proses regenerasi
6. Mampu melakukan terapi sesuai prinsip neurorestorasi khususnya fase post akut.

G. Acara
Seminar nasional dan miniworkshop.

H. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Hari, tanggal : Minggu / 13 Januari 2019
Jam : 07.30 s.d. 17.00 WIB
Tempat : Ruang auditorium STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Januari 2019
Pukul Kegiatan PenanggungJawab
07.30-08.30 1. Registrasi Panitia
2. PraAcara (music dan tari) SieAcara
08.30-09.00 Pembukaan
1. Pembacaan AyatSuci Al-Quran
2. Doa
3. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan
Lagu Sang Surya
4. Sambutan Ketua STIKES Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan
09.00-12.00 SEMINAR NASIONAL
09.00-10.00 Neuroproteksi dengan Penatalaksanaan Dr. Bair Ginting, Sp.BS
Farmakologi sesuai Fase Stroke

10.00-11.15 Neurorestorasi Pasien Pasca Stroke FasePost Umi Budi Rahayu, S.Fis.,
Acute M.Kes

11.15-12.00 Diskusi

12.00-13.00 Isoma Panitia


13.00-16.30 MINI WORKSHOP:
Neurorestorasi pasca stroke fase post akut
untuk 1 minggu pertama (Neurorestoration-
The TIDIeR Guidelines)
16.30-17.00 Penutup Panitia

I. Penyelenggara
Penyelenggara kegiatan ini adalah Prodi S1 Fisioterapi STIKES Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan.
J. Penutup
Demikianlah Term Of Reference kegiatan Seminar Nasional dan mini workshop ini dibuat
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan sebagaimana mestinya.

Pekalongan, November 2018


Ketua Panitia

Nurul Aktifah., S.Kep., Ns., M.Si. Med

Anda mungkin juga menyukai