Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN LARINGOSKOPI DIREK

PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/3

Tanggal terbit Ditetapkan di Semarang


Direktur Utama

Dr. Agus Suryanto, Sp.PD-KP, MARS, MH


NIP. 196108181988121001
Adalah suatu cara pemeriksaan langsung untuk melihat adanya
PENGERTIAN
kelainan patologis pada laring dengan menggunakan laringoskop.
A. diagnostik:
1. Untuk pemeriksaan kelainan pada plika vokalis, tumor laring
(biopsi).
2. Sebagai evaluasi hasil pemeriksaan Bedah Laring Mikroskopik
(follow up).
3. Untuk melakukan palpasi dengan forcep agar dapat diketahui
INDIKASI adanya
- Infiltrasi jaringan.
- Adanya udem palsu pada plika vokalis.
- Adanya gangguan pergerakan sendi krikoaritenoida.
B. Terapeutik :
1. Insisi dan eksisi, ekstirpasi kelainan/tumor laring
2. Untuk pengambilan benda asing laring
Kontraindikasi laringoskopi direk bersifat relatif:
1. Trismus
2. Unstable cervical spine atau unstable atlanto-occipital joint
(cth:severe rheumatoid arthritis, trauma, Down syndrome)
KONTRA INDIKASI 3. Major trauma, abnormal anatomy, tumor mandibula, maxilla,
laring, leher, mediastinum, atau trachea
4. Riwayat radioterapi saluran nafas extensive dengan laring kaku
5. Riwayat tracheotomy atau stenosis trakea
6. Perdarahan jalan nafas aktif
PERSIAPAN 1. Persiapan alat :
- Laringoskop.
- Light source.
- Botol kecil+formalin (fixasi jaringan)
- Forcep
2. Persiapan penderita :
- Penderita dipuasakan minimal 6 – 8 jam sebelum tindakan
dilakukan.
PANDUAN LARINGOSKOPI DIREK

PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3

- Pemeriksaan laboratorium (darah rutin, kimia darah), penderita


dengan riwayat kecurigaan koagulasi perlu ditentukan waktu
bekuan, waktu perdarahan, waktu protombin dan trombosit.
- Pemeriksaan CT-Scan leher.
Pada usia lanjut diperlukan pemeriksaan kardiovaskuler, respirasi,
ginjal, dan EKG.
3. Tindakan :
- Posisi penderita berbaring terlentang dengan kepala disanggah
dan bahu berada pada ujung meja.
Pada penderita yang kooperatif,cukup diberikan anestesi
lokal. Sebelum tindakan diberikan premedikasi sulfas atrofine dan
sedasi, kemudian disemprotkan lidokain atau pantokain 2% pada
faring ± 5 – 10 menit kemudian laringoskop dapat dimasukan.
PROSEDUR - Laringoskop dipegang dengan tangan kiri, jari tengah dan jari
TINDAKAN manis membuka bibir atas. Tangan kiri berfungsi mendorong
laringoskop sedikit demi sedikit.
- Dapat dievaluasi daerah supraglotik.
- Epiglotis kemudian diangkat ke atas, dan dapat dinilai adanya
kelainan laring.
- Bila didapatkan keadaan patologis seperti tumor, dengan
menggunakan forceps, jaringan yang dicurigai diambil kemudian
dilakukan pemeriksaan histopatologis.
PASKA
PROSEDUR - Observasi KU, TV, tanda perdarahan.
TINDAKAN
KOMPETENSI Dokter Spesialis IK THT-KL
Merah Kuning Hijau
Diagnosis V V V
KOMPETENSI PPDS
Pengelolaan medis V V
Prosedur V
Bila tidak dapat dilakukan biopsi dengan anestesi topikal diperlukan
EDUKASI tindakan dengan general anestesi atau dengan laringoskopi direct.

Ad vitam = ad bonam
PROGNOSIS Ad sanationam = ad bonam
Ad fungsionam = ad bonam
TINGKAT Diagnosis: I (1,2)
PANDUAN LARINGOSKOPI DIREK

PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3

EVIDENS Terapi : I (1,2)

INDIKATOR MEDIS Penyakit dapat didiagnostik dan perbaikan klinis sesuai indikasi

1. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head& Neck Surgery. New


York. Mc Graw Hill. 8th Ed, Chapter 31, pp.724-92.
KEPUSTAKAAN 2. Bailey BJ and Pillsburry. Head and Neck Surgery-Otolaryngology.
Philadelphia, JB Lippincott Co.,1991, chapter 29, 3, 33 & 34, pp.
2257-384.

Anda mungkin juga menyukai