Oleh:
.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data profil pasien trauma Bedah Plastik di Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi sebagai rumah sakit pusat rujukan daerah.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bidang Akademik/Ilmiah
Meningkatkan Pengetahuan Peneliti dibidang trauma serta meningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam menangani pasien trauma Bedah Plastik di Rumah Sakit TK.II 03.05.01
Dustira Cimahi.
2.1 Definisi
2.1.1 Defenisi trauma
Trauma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) adalah keadaan jiwa atau tingkah
laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani; luka berat. Trauma
secara garis besar terbagi atas trama fisik dan trauma psikis. Dalam penelitian ini trauma yang
dimaksud adalah trauma fisik. Berbagai macam defenisi taruma telah dikemukakan. Trauma
adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat, 1997).
Trauma didefenisikan sebagai gangguan seluler yang disebabkan oleh suatu perubahan pada
lingkungan yang melebihi daya tahan tubuh yang menyebabkan kematian sel karena iskemia atau
reperfusi (Brunicardi, 2015). Secara umum pengertian trauma merujuk pada kondisi yang serius,
cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh kecelakaan, benturan, atau energi (panas, bahan kimia,
dll). Cedera bervariasi menurut jenis dan keparahan nya, tetapi secara umum melibatkan luka
bakar, luka robek, patah tulang dan crush injury.
3. Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan bahan tajam
lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
4. Luka bakar karena listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC). Luka
bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan
melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage
dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Di banyak center, luka bakar menjadi kasus terbanyak pada trauma Bedah Plastik. Luka
bakar bisa berpotensi menjadi fatal tergantung pada tingkat keparahan nya. Pengobatan luka bakar
bisa dibagi menjadi 3 tahap utama :
Resusitasi
Pada kasus luka bakar berat atau dengan trauma inhalasi, prioritas utama adalah dengan
kontrol jalan nafas kemudian resusitasi cairan.
o Fraktur Mandibula: bisa terjadi pada beberapa lokasi karena bentuk rahang yang seperti
huruf U dan lemah nya condylar neck. Fraktur muncul karena trauma langsung atau tidak
langsung pada wajah, termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, olahraga, dan
pukulan benda tumpul. Fraktur mandibula bisa melibatkan symphisis, body, angle, ramus,
condyle dan subcondyle. Fraktur pada body madibula, condyle dan angle mempunyai
frekuensi kejadian yang hampir sama, diikuti fraktur pada ramus dan prosesus coronoid
(Reehal 2010)
o Fraktur alveolar : bisa muncul dari trauma langsung yang berkukuatan rendah atau
perluasan dari fraktur yang terjadi pada fraktur mandibula atau maksila.
Gambar 2.2 Fraktur mandibula (emedicine.medscape.com,2018)
o Panfacial fraktur : disebabkan oleh mekanismen berkekuatan tinggi pada upper face,
midface dan lower face. Fraktur ini harus terdiri dari paling tidak 3 dari 4 kemungkinan
unit wajah untuk disebut sebagai panfacial fraktur.
2.6 Epidemiologi
Tidak banyak data dan penelitian yang menggambarkan peran bedah plastik pada pasien-pasien
trauma di Indonesia. Kebanyakan data hanya melaporkan trauma secara keseluruhan atau spesisfik
pada trauma pada Bedah Plastik karena etiologi atau organ tertentu saja.
Misalnya penelititan yang dilakukan di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi pada
pasien luka bakar yang di rawat pana Juni 2011 hingga Mei 2014 terdapat 353 kasus. Dengan
angka mortalitas yang cukup tinggi 118 kasus ( 33.4 %). Penelitian oleh Kuswan dkk di RSUD
Arifin Achmad Pekan Baru terhadap cedera maksilofacial, dari tahun 2010 hingga 2013 sebanyak
182 kasus. lokasi cedera jaringan lunak yang terbanyak adalah multiple sebanyak 156 kasus
(37,68%), kemudian mata dan pipi masing-masing 60 (14,49%) dan 42 (10,14%). Sedangkan
jaringan keras wajah (fraktur tulang), yang terbanyak adalah fraktur multiple 134 kasus (32,3%)
kemudian fraktur mandibula 76 kasus (18,36%). Peneltian Anugrah dkk di RSUP Prof. Kandau
Manado pada periode Januari 2013 hingga Desember 2015 melaporkan total kasus trauma di
Instalasi Rawat Darurat Bedah sebanyak 13248 kasus. Trauma kepala dan wajah merupakan yang
terbanyak (71,56%) diikuti cedera ekstremitas (19,65%).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien trauma yang melibatkan
Bedah Plastik yang datang ke IGD kemudian dirawat di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira
Cimahi dimulai dari 1 Januari 2020 sampai 31 Desember 2020. Cara pemilihan sampel yang
digunakan adalah Total sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua data rekam medis pasien trauma Bedah
Plastik yang di rawat tercatat dimulai 1 Januari 2020 sampai 31 Desember 2020.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien Bedah Plastik non trauma atau pasien
trauma yang datang ke IGD yang tidak melibatkan Bedah Plastik.
3.4 Metode pengumpulan data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data sekunder, terdiri dari jumlah pasien
trauma dari IGD yang di rawat di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi periode 1 Januari
2020 sampai 31 Desember 2020.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan
rekam medis pasien trauma di IGD Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi periode 1 Januari
2020 sampai 31 Desember 2020. Kemudian data dievaluasi berdasarkan distribusi umur, jenis
kelamin, penyebab dan tipe injuri serta prosedur penatalaksanaan. Distribusi usia pasien
berdasarkan jenis kelamin dievaluasi. Pasien dievaluasi berdasarkan tiga kategori utama yaitu
trauma wajah, luka bakar, dan cedera jaringan lunak.
Trauma wajah
Seluruh pasien dengan diagnosis trauma wajah dievaluasi berdasarkan distribusi usia dan
jenis kelamin. Kemudian diklasifikasikan berdasarkan etiologi sebagai kecelakaan lalulintas,
kekerasan fisik, jatuh, dan kecelakaan kerja. Distribusi usia berdasarkan faktor etiologi dievaluasi.
Trauma wajah dibagi menjadi dua grup berdasarkan jaringan yang cedera; cedera jaringan lunak
and fraktur tulang.
Jenis fraktur dievaluasi berdasarkan letak anatomi menjadi fraktur mandibula, zygoma,
dasar orbita, maksila, nasal dan frontal. Kemudian fraktur mandibula diklasifikasikan lebih lanjut
berdasarkan lokasi fraktur menjadi fraktur pada simphisis/parasimphisis, kondilar, angular, corpus,
ramus dan coronal.
Trauma wajah dibagi menjadi dua grup berdasarkan waktu penatalaksanaan yaitu periode
awal dan lanjut, kemudian faktor yang mempengaruhi nya dievaluasi.
Luka bakar
Distribusi usia dan jenis kelamin seluruh pasein luka bakar dievaluasi. Luka bakar dibagi menjadi
3 subgrup berdasarkan etiologi nya yaitu luka bakar api, luka bakar listrik, dan scald burn.
Distribusi dari etiologi berdasarkan grup usia akan dibahas. Kemudian luka bakar dibagi
berdasarkan ada tidak nya trauma inhalasi.
Pasien Bedah
Trauma Yang
terdaftar di Instalasi
IGD
Data Rekam
Medis Jan 2020 s/d
Des 2020