Anda di halaman 1dari 59

DEFINISI

 Fraktur :
 disrupsi komplit kontinuitas tulang
 Dislokasi :
 Disrupsi komplit sendi, dan berkurangnya
kontak antar permukaan sendi
 Subluksasi:
 Disrupsi minor sendi, masih ada kontak
antar permukaan sendi
* TIPE TULANG

Long bones – femur


Short bones – somewhat cubed- shaped as in the
phalanges
Flat bones – broad surface for muscular
attachment or protection of organs (skull, ribs,
shoulder blades, & sternum.
Irregular bones – wrist, vertebrae
Terdiri dari :
1. PERIOSTEUM
2. CORTEX, Tdd:
- Str. Compactum
- Str. Spongiosum
3. MEDULA
 1.EPIFISIS -------(3)

 2.GARIS EPIFISIS-
-----(5)

 3.METAFISIS ------
--(6)

 4.DIAFISIS-----------
-- (7)
SUSUNAN TULANG SECARA BIOKIMIAWI

H2O
BAHAN ANORGANIK

CA FOSFAT. 25 %
CA CARBONAT.
45%

30%

BAHAN ORGANIK
Peran Radiologi:
1. Diagnosis dan evaluasi tipe
fraktur dan dislokasi
2. Monitoring hasil terapi dan
komplikasi
DEFINISI
 Fraktur :
 disrupsi komplit kontinuitas tulang
 Dislokasi :
 Disrupsi komplit sendi, dan berkurangnya
kontak antar permukaan sendi
 Subluksasi:
 Disrupsi minor sendi, masih ada kontak
antar permukaan sendi
Evaluasi fraktur:
1. Lokasi anatomi dan perluasan
2. Tipe fraktur
3. Alignment dan displacement
4. Arah garis fraktur terhadap aksis longitudinal
5. Gambaran fraktur khusus
6. Keadaan khusus yang menyertai
7. Tipe khusus: stress/ pathologic fracture
1. LOKASI DAN PERLUASAN
 Tulang apa yang
fraktur ?
 Bagian tulang yang
fraktur ? ( ex. Femur :
kaput, trochanter dll )
 Jika diafisis,
deskripsikan :
proksimal/medial/dist
al)
2. TIPE FRAKTUR :
3.
4. ARAH GARIS FRAKTUR
5. GAMBARAN FRAKTUR KHUSUS
7. FRAKTUR TIPE KHUSUS : STRESS;
PROSES PATOLOGIS
FRAKTUR YANG MENGENAI GROWTH PLATE
KLASIFIKASI SALTER-HARRIS
DEWASA ANAK

SERING TUNGKAI LENGAN BAWAH DAN


BAWAH SEKITAR SIKU
PENYEMBUHAN LEBIH CEPAT
LAMBAT
REMODELLING REMODELLING BAIK
KURANG
:
1. LINEAR ---LURUS

2. IMPRESI ---SEBAGIAN
TULANG MASUK
CRANIUM.
3. FRAKTUR DIASTASIS
(SUTURA)

.
 Fraktur maksila diklasifikasikan menggunakan
sistem Le Fort yang menjelaskan tiga pola
utama fraktur.
 Fraktur Le Fort I
bagian maxila yg mengandung gigi terpisah
dari bagian maksila lainnya akibat fraktur
yang melalui dinding medial dan lateral sinus
maksilar dan oleh fraktur yang melalui bagian
bawah dari septum nasal.
 Fraktur Le Fort II,
Terjadi lebih luas dan berbentuk piramida.
Apeks dari piramida adalah bagian bawah dari
tulang hidung, dan fraktur berjalan ke inferior
dan lateral melalui dinding inferior dan lateral
orbita, kemudian melalui dinding lateral sinus
maksilla. Septum nasal mengalami fraktur
pada bagian yang bervariasi.
 Fraktur Le Fort III

Tdp pemisahan craniofacial yang sempurna.


Fraktur berjalan melalui tulang nasal spt pd
fraktur Le Fort II kemudian kearah posterior
dan lateral melalui dinding lateral dan medial
orbita dan melaui arkus zygomatikus. Septum
nasal mengalami fraktur pada bagian atasnya.
 Secara praktis, banyak fraktur tidak memenuhi
deskripsi ini secara tepat, contohnya : mungkin
terdapat fraktur Le Fort II pada satu sisi dan
fraktur Le Fort III pada sisi Iainnya atau terjadi
bersamaan.
 Fraktur mandibula digolongkan berdasar lokasi
terjadinya fraktur.
 Lokasi yang paling sèring adalah pada collum
condylus mandibula, angulus mandibula, dan corpus
mandibula, tetapi bisa saja tjd dimanapun, dan bisa
comminuted.
 Fraktur yang tidak disertai disposisi pada corpus dan
angulus mandibula digolonglan sebagai horizontally
favourable, sedangkan fraktur yang melalui posterior
dan inferior digolongkan sebagai horizontally
unfavourable.
 Tulang mandibula, sebagaimana pelvis, biasanya
mengalami fraktur pada dua lokasi karena tulang
mandibula berbentuk U dan ditopang dengan kuat
pada kedua ujungnya oleh kapsula sendi
temporomandibular. Fraktur corpus mandibula
biasanya disertai fraktur collum condylus
mandibula
 FRAKTUR PADA PROCESSUS ODONTOID ( DENS )

TIPE I : # pd bag. Atas odontoid (stable )


TIPE II : # pd basis odontoid ( unstable )
TIPE III : # basis odontoid yang meluas sampai body axis ( stable
)
 Hiperekstensi dan traksi C2
 Fraktur pada bilateral korpus dan
pedikel
 Most severe c-spine injury
 Acute anterior cord syndrome
 FRAKTUR OBLIK
DISERTAI AVULSI
PADA PROCESSUS
SPINOSUS ( t.u. Pd
C6- T1
 OK. Powerful
hyperflextion
 VENTRAL SUBLUKSASI KORPUS
VERTEBRA
FRAKTUR HUMERUS DISTAL
FRAKTUR PADA MANUS
BOXER’S FRACTURE
FRAKTUR FEMUR PROKSIMAL
FRAKTUR FEMUR PROKSIMAL
FRAKTUR PADA FEMUR DISTAL
FRAKTUR PADA FEMUR
DISTAL
a. Saat mendiagnosis.

b. Pasca reposisi.

c. 1 sampai 2 minggu pada kontrol posisi.

d. 3 sampai 8 minggu pada evaluasi kalus.

e. Setiap perubahan beban.

f. Sebelum pulang dari RS.


TERDIRI DARI :
1. DELAYED UNION; tidak menyambung dalam
waktu 16-18 minggu
2. NON UNION: tidak menyambung, ada gap
3. MAL UNION: Penyatuan posisi fragmen tulang
tidak anatomis
4. PSEUDOARTHROSIS; VARIAN NON UNION 
False joint tidak sembuh sampai 8 bulan
1. ATROFI SUDDECK (RSDS/ Reflex
Sympathetic Dystrophic Syndrome)
2. KEKAKUAN SENDI.
3. NEKROSIS AVASKULER.
4. DISUSE OSTEOPOROSIS
ATROFI SUDDECK
ARTIKULATIO COXAE
Yang dinilai :
 Gr. Shanton : garis lengkung
yang dibentuk tepi bawah
ramus superior os pubis dan
tepi medial kolum femoris.
 Gr. Skinner : garis horisontal
yang ditarik melalui tepi atas
trochanter mayor dan tepi
bawah ramus superior pubis
DISLOKASI KAPUT FEMUR KE ANTERIOR
DISLOKASI KAPUT HUMERI KE ANTERIOR

Anda mungkin juga menyukai