Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

F DENGAN
FRAKTUR OS NASAL DI RUANG NAKULA 1 RSUD
KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :
EDY NURYANTO
G3A016145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kesinambungan sebagian atau seluruh tulang/bahkan
tulang rawan (Pusponegoro, 2012).
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012)

B. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Fraktur komplit / tidak komplit
a. Fraktur komplit bila garis patah melalui seluruh penampang tulang / melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang, seperti :
- Hairline fracture / patah retak rambat
- Buckle fracture / torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, biasanya pada distal radius
anak-anak.
- Greenstick fracture, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.
2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
a. Garis patah melintang : trauma angulasi / langsung
b. Garis patah oblik : trauma angulasi
c. Garis patah spiral : trauma rotasi
d. Fraktur kompresi : trauma aksial – fleksi pada tulang spongiosa
e. Fraktur avulsi : trauma tarikan / traksi otot pada insersinya ditulang, misalnya
fraktur patella.
3.
4. Jumlah garis patah
a. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila
dua garis patah disebut pula fraktur bifocal
c. Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur kruis dan fraktur tulang belakang.
5. Bergeser / tidak bergeser
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh
b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi penggeseran fragmen dan fraktur yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagai :
- Dislokasi adalah longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping)
- Dislokasi adalah axim (pergeseran yang membentuk sudut)
- Dislokasi adalah latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauhi)
6. Terbuka / Tertutup
a. Fraktur tertutup (closed) : bila tidak terdapat hubungan antara framen tulang
dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open / compound) : bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi
atas 3 derajat (menurut R. Gustillo) yaitu :
- Derajat 1
1) Letak < 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, tranversal, oblik / kominutif ringan
4) Kontaminasi minimal
- Derajat 2
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / ovulsi
3) Fraktur kominutif sedang
4) Komtaminasi sedang
- Derajat 3
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat 3 terbagi atas :
1) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat meskipun
terdapat laserasi luas / flap / avulsi, atau fraktur segmental / sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat
besarnya ukuran luka.
2) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar /
kontaminasi massif
3) Luka pada pembuluh arteri / saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jaringan lunak
C. ETIOLOGI
Penyebab trauma nasal ada 4 yaitu:
1. Mendapat serangan misal dipukul.
2. injury karena olah raga
3. kecelakaan (personal accident).
4. kecelakaan lalu lintas.
Dari 4 kasus diatas, yang paling sering karena mendapat serangan misalnya dipukul dan
kebanyakan pada remaja. Jenis olah raga yang dapat menyebabkan injury nasal misalnya
sepak bola, khususnya ketika dua pemain berebut bola diatas kepala; olah raga yang
menggunakan raket misalnya ketika squash, raket dapat mengayun ke belakang atau
depan dan dapat memukul hidung atau karate; petinju. Trauma nasal yang disebabkan
oleh kecepatan yang tinggi menyebabkan fraktur wajah.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beranya sampai fragmen tulang
dimobilisasi
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas
4. Pemendekan tulang
5. Krepitasi
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal

E. PATOFISIOLOGI
Riwayat kecelakaan dan kondisi patologis, derajat keparahannya, jenis kekuatan
yang berberan menentukan kemungkinan fraktur dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan
spesifik untuk mencari adanya fraktur. Nyeri pada fraktur tulang yang panjang sangat
khas. Contoh pada tempat fraktur tungkai akan teraba nyeri sekali dan bengkak. Perkiraan
diagnosis fraktur pada tempat kejadian dapat dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri
dan bengkak lokal, kelainan bentuk dan ketidakstabilan. Krepitus menyatakan perasaan
seakan-akan seperti ada 2 kertas gosok yang digosok-gosokan satu dengan lainnya.
Krepitus merupakan petunjuk adanya fraktur dan sensasi ini ditimbulkan karena gesekan-
gesekan fragmen-fragmen tulang yang patah. Fragmen-fragmen tulang yang patah
mungkin tajam dan keras. Pergerakan relatif sesudah cidera dapat menganggu supply
neurovaskular ekstremitas yang terlibat.
Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai kemungkinan adanya
fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidal segera dan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini
khususnya harus dilakukan pada cedera tulang belakang bagian servikal, dimana kontusio
dan laserasic pada wajah dan kulit kepala menunjukkan perlunya evaluasi radiofrafik,
yang dapat memperlihatkan fraktus tulang belakang bagian serviks / dislokasi serta
kemungkinan diperlukannya pembedahan untuk mestabilitasnya.

F. KOMPLIKASI
1. Syok (hipovolemik / traumatic)
2. Syndrom emboli lemak
3. Syndrom kompartemen
4. Tromboemboli
5. Infeksi
6. KID (Koagulapati Intravaskuler Desiminata)

G. PENATALKASNAAN
 Pengobatan fraktur tertutup
2. Terapi konservatif terdiri dari
a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum chirungcum humeri
dengan kedudukan baik
b. Imobilisasi tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur in
komplit dan fraktus dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus, fraktus colles, fraktur smit. Reposisi seperti dalam anestasi
umum / lokal
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan pada anak-anak dipakai fraksi
kulit (fraksi Hamilton russel, fraksi Bryant), fraksi kulit terbatas untuk 4
minggu dan beban < 5 kg. untuk transaksi dewasa / definitive harus traksi
skeletal berupa balanced tractiar.
3. Terapi operatif, terdiri dari
a. Reposisi terbuka fiksasi interna
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologist diikuti fiksasi eksterna
 Tindakan pada fraktur terbuka
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan waktu
dapat mengakibatkan komplikasi infeksi. Waktu yang optimal untuk bertindak 6-7
jam (golden period). Berikan tol soid antitetanus serum (ATS) / tetanus human
globulin. Berikan Ab untuk kuman gram positif + negatif dengan dosis tinggi.
Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.
Teknik debridemen adalah sebagai berikut :
1. Lakukan narcosis umum / anestasi lokal bila luka ringan dan kecil
2. Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa / esmarch)
3. Cuci seluruh ekstremitas selama 5-10 menit kemudian lakukan pencukuran
lakukan diirigasi dengan cairan NaCl steril / air matang 5-10 menit sampai bersih
4. Lakukan tindakan desienfeksi dan pemasangan duk
5. Eksisi luka lapis demi lapis, mulai dari kulit, subkutis, fasia hingga otot. Eksisi
otot dan yang tidak vital. Buang tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada
periosteum. Pertahankan fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas
6. Luka fraktus terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup 1 minggu
kemudian setelah edema menghilang (secondary sufure) / dapat juga hanya
dijahit situasi bila luka tidak terlalu lebar (jahit luka jarang

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Tanda : keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2. Sirkulasi
Tanda : - Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /
ansietas).
-Hipotensi (kehilangan darah)
-Takikardia (respons stress, hipovolemia)
-Penurunan / tidak ada nadi bagian distal yang cidera
-Pembengkakan jaringan / massa hematoma

3. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot, kesemutan (perestesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, kp epitas, agitasi
(mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas / trauma lain)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tiba-tiba pada saat cedera, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf,
spasme / kram otot seperti imobilisasi.
5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna
pembengkakan lokal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan roentgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
2. Scan tulang, tomogram, CT scan / MRI ; memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) / menurun
(perobatan bermakna pada sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
multiple / cedera kepala
J.
K. PATHWAYS

Kondisi Traumatik
Osteoporosis Jatuh
Ca tulang Kecelakaan
Tumor tulang Olah raga

Penurunan obsorbsi kalsium dalam tulang Terputusnya kontinuitas tulang

Tulang menjadi rentan

Fraktur

Terbuka Tertutup

Reduksi Immobilisasi

Eksterna Interna Bedrest

Fraksi Pembedahan
Penekanan pada kulit
Penurunan aktivitas
Penekanan pada kulitPengaruh anestasi
Trauma jaringan
Depresi saraf

Penurunan peritaltik
Gangguan integritas kulit
Relaksasi otot Nyeri
Gangguan integritas kulit Risiko infeksi

Gangguan rasa nyaman: nyeri Gangguan eliminasi defekasi


Intoleransi aktivitas
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri pada daerah fraktur sehubungan dengan keterbatasan pergerakan dan
aktifitas karena adanya fraktur sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur.
2. Resiko gangguan integritas kulit sehubungan dengan keterbatasan pergerakan
dan aktifitas karena adanya fraktur,sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat
tidur.
3. Gangguan aktifitas sehubungan dengan adanya fraktur.
4. Gangguan istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya rasa nyeri pada
daerah yang mengalami fraktur.

M. FOKUS INTERVENSI
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan 1. Anjurkan pasien seperti napas dalam, 1. Agar jalan napas pasien kembali
efektie napas kembali batuk, menghela napas sangat dalam, efektif
efektif atau menguap yang dilakukan pada
waktu efek analgesi berada dalam
2. Untuk menetahui keadaan umum
puncaknya
2. Monitor TTV pasien

3. Belat tempat fraktur dengan tangan


anda untuk membantu latihan
mengembangkan paru
2. Pola pernapasan tidak 1. Baringkan klien dengan posisi 1. Frekuensi pernapasan pasien
efektif yang nyaman; posisi untuk dapat tertur
bernapas dengan optimal adalah
Fowler atau semi-Fowler
2. Kaji TTV
2. Untuk mengetahui keadaan
umum pasien

3. Nyeri sehubungan dengan Pasien merasa 1. Berikan analgesik untuk 1. Menghilangkan nyeri
adanya fraktur nyeri mengurangi rasa nyeri
2. Lakukan kompres dingin atau es
berkurang. 2. Menurunkan oedem/membentuk
24-28 jam pertama dan sesuai
hematoma,menurunkan sensasi
keperluan.
nyeri.

3. Menghilangkan nyeri
3. Kolaborasi dalam pemberian
sehubungan dengan tegangan otot
perubahan enalgesik.
dan spasme.
4. Kecemasan sehubungan Pasien merasa 1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui keadaan
dengan ancaman terhadap tenang umum pasien
2. Berikan penjelasan kepada klien
2. Agar klien mengetahui dan
perubahan dalam status kembali
tentang penyakitnya
memahami tebtang penyakin
kesehatan setelah di beri
yang dialaminya
tindakan atas
penyakitnya

DAFTAR PUSTAKA

Pusponegoro,A, dkk. (2012). Basic Trauma & Basic Cardiac Life Suport (Ed.5). Jakarta :
Yayasan Ambulans Gawat Darurat
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba Medika,
Jakarta, hal. 226-231, 534-535.

Mansjoer. Arif dkk, (2008), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Fauzi, I., Rusmariana, A., & Mustikawati, N. (2013). Pengaruh Kompres Dingin terhadap
Tingkat Nyeri pada Prosedur Invasif Pemasangan Infus Anak Usia Sekolah di RSUD
Bendan Kota Pekalongan. http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-
skripsi/index.php?p=show_detail&id=566 diunduh pada tanggal 28 Mei 2014.

Helmi, Z. N. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskleletal. Jakarta: Salemba Medika.

A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata pasien
a. Nama : Tn. F
b. Umur : 17 tahun
c. Agama : Katolik
d. Pendidikan : SMK
e. Pekerjaan : Pelayan
f. Alamat : Pedurungan
g. Dx medis : Fraktur os nasal
h. No reg : 37.61.04
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. H
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tembalang
Hubungan dengan klien : Paman

B. RIWAYAT KESEHATAN
Data riwayat Tn. R yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Keluhan Utama
Datang tidak sadaran diri setelah mengalami kecelakaan di jln.Fatmawati
2. Riwayat penyakit sekarang
Tn.F datang ke ruang nakula 1 pada jam 10:00 dengan dx medis fraktur os nasal.
Pasien mengeluh sakit pada area hidung ( nyeri skala 4 ). Pasien terapasang nasal
kanul 3 liter.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah d rawat sebelumnya di umah sakit. Pasien mengatakan tidak
memiliki sakit seperti hiertensi, DM.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga Tn. F tidak ada yang menderita seperti ini, juga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM.
C. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI
Pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada Tn. R pola mengacu pada pola
pemenuhan kebutuhan menurut Gordon. Adapun data yang berhasil dikumpulkan:
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat merupakan hal yang berharga. Dalam
memelihara kesehatan Tn. F menyatakan sebelum sakit mandi, gosok gigi,
mengganti pakaian dilakukan sendiri sehari 2 x pagi dan sore hari. Berdasarkan
pengamatan, selama dirawat pasien mandi dengan di sibin di atas tempat tidur
dengan bantuan perawat / keluarga. Pasien mengatakan bahwa sakit merupakan
cobaan dari Tuhan.
2. Pola kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit 3 x dengan porsi sedang, dan minum 7-8 gelas air putih. Selama di
rawat tidak mempunyai gangguan dalam hal makan dan minum.
3. Pola kebutuhan eliminasi
Sebelum masuk RS biasanya BAB tidak tentu antara lain 1-2 hari sekali sesuai
dengan kondisi tubuh, BAK 5-6 x / hari tanpa ada keluhan. Setelah sakit pasien
mengatakan BAK dengan selang dan merasa nyeri pada perut bagian bawah
terutama saat ma duduk terpasang DC.
4. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit pasien dalam seharinya bekerja sebagai pegawai negeri sipil,
pasien mengatakan dalam aktivitas dan memenuhi kebutuhannya dilakukan
sendiri. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, dan riwayat sesak nafas,
makan, minum, BAB, ganti baju dibantu perawat / keluarga dan dilakukan di
tempat tidur, pasien hanya tidur di atas tempat tidur, indeks adalah menunjukkan
tergantung sedang, mobilisasi di bantu, observasi kateter dan infus, THY suntikan
1-2 x/sehari.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit sekitar jam 21.00 dan Bangun jam 04.30 WIB dengan nyenyak
tanpa ada gangguan. Namun setelah sakit sering terbangun pada malam hari
untuk kencing dan kembali tidur pukul 22.00 WIB, dan Bangun pukul 05.30
psien mengatakan sering karena merasa nyeri pada perut bagian bawah.
6. Pola reproduksi dan seksual
Pasien belum memiliki keluraga dan baru saja bertunangan
7. Pola persepsi sensori dan kongnitif
Sebelum masuk RS pasien tidak mempunyai gangguan panca indera. Pasien
belum tahu pasti tentang penyakitnya. Setelah di rawat didapatkan hasil,
pendengaran, pengelihatan, penciuman, berfungsi normal, pasien merasa takut
karena balutan luka cepat basah oleh darah. Pasien merasa takut untuk bergerak
bebas karena ingin cepat sembuh. Pasien tampak berbaring di tempat tidur pasien
mengatakan pasrah untuk dilakukan perawatan yang menunjukkan kesembuhan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit pasien merasa bersyukur karena memiliki anggota tubuh yang
normal dan sehat dari hasil pengkajian selama dirawat, pasien merasa lega telah
dilakukan operasi dan ingin cepat sembuh.
9. Pola peran dan hubungan dengan orang lain
Hasil pengkajian disiapkan hasil bahwa sebelum sakit hubungan pasien dengan
keluarga maupun lingkungan setempat baik. Selama dirawat pola interaksinya
pasien tidak ada gangguan. Pasien sering berbincang-bincang dengan pasien lain
sangat kooperatif.
10.Pola mekanisme koping
Klien selalu bermusyawarah dengan keluarga bila mendapat masalah. Selama di
rawat pasien selalu memanggul perawat bila muncul keluhan. Pasien mengeluh
adanya rembesan darah pada balutan luka.
11.Nilai kepercayaan dan keyakinan
Sebelum sakit, pasien mengatakan tekun beribadah melaksanakan sholat 5 waktu.
Namun selama di rawat pasien hanya berzikir dan berdua memohon kesembuhan.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik, Bed rest
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : TD 140/70 mmHg, N : 92 x/mnt, S : 37,8oC, RR : 22
x/mnt
Pemeriksaan secara umum
Kepala : mesocepal
Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid, integritas kulit baik (tidak ada
luka), tidak ada peningkatan AVP
Dada :Pengembangan paru simetris, tidak ada wheezing tdak ada gallop
pada auskultasi jantung.
Abdomen :Extrimitas bagian atas dan bawah tidak ditemukan kelainan. Pada
tangan kiri terpasang infus RI 30 tts/mnt, tidak ada tanda
peradangan. Secara umum integritas kulit baik/tidak ada luka,
ekstrimitas atas bawah dapat digerakkan tanpa ada gangguan.
Genitalia :tidak terpasang kateter

E. DATA PENUNJANG
Laboratorium tanggal 2 Oktober 2016
Kimia klinik I :
Gula darah sewaktu : 115 mg % (80 – 140 mg%)
Kimia klinik III :
Ureum darah : 33,9 mg% (20 – 40 mg%)
Natrium darah : 140,5 mmol/l (135 – 147 mmol/l)
Kalium darah : 4,56 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
Chlorida darah : 104,2 mmol/l (100 – 106 mmol/l)

Hematologi
Leukosit : 14,1 ul (5000 – 10.000 ul)
Eritrosit : 4,35 jt/ul (4,5 – 5,5 jt/ul)
HB : 13,2 g/dl (13 – 16 g/dl)
Hematokrit : 40,2 vol % (40 – 48 vol %)
Trombosit : 373 rb/ l (150 – 400 rb/ l
μ μ

Erinalisa : Sedimen
Epitel : 10/18
Lekosit : lebih dari 100 l
μ
Eritrosit : 10/15
Kristal Uric Acid : (+)
HbSAg : Negatif

F. THERAPY
Oxtercid : 4 x 1 gr
Cefotaksin : 2 x 80 mg
Diet : TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
G. ANALISA DATA
No Data Etelogi Problem
1. DS :Pasien mengatakan nyeri Agen cidera Nyeri
pada daerah hidung (fraktur)
DO :
P : nyeri pada bagian hidung
Q: nyeri seperti di pukul benda
tumpul
R : hidung
S : Skala nyeri 4
T : nyeri terus menerus

2. DS: Pasien mengeluh adanya Adanya benda Pola nafas tidak


susah bernafas jka tidak asing di jalan efektif
menggunakan masker nafas
oksigen
DO :pada hidung klien
terpasang tanpon

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d agen cidera (fraktur)
2. Pola nafas tidak efektif b/d adanya benda asing di jalan nafas

I. RENCANA KEPERAWATAN
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan Kaji tingkat nyeri pasien - Membantu
tindakan keperawatan 2 x sifat, intensif, lokasi, mengidentifikasi
24 jam nyeri perut tidak durasi, faktor pencetus intervensi yang tepat
terjadi dengan kriteria - Pertahankan - Mempertahankan
hasil : fungsi kateter fungsi kateter dan
- Nyeri hilang / menunjukkan risiko
terkontrol distensi pada kandung
- Pasien tenang / kemih
rileks
- Pasien dapat
istirahat
- Berikan - Informasi ini dapat
informasi akurat menghilangkan cemas
tentang kateter, driane sehingga dapat
meningkatkan kerjasama
- Monitor TTV - Rasa nyeri dapat
mempengaruhi
perubahan tanda-tanda
vital
- Beri posisi - Tindakan tersebut
senyaman mungkin dapat menurunkan
ketegangan otot
- Kolaborasi - Analgetik
dengan medis tentang merupakan
pemberian analgetik antispsamodik
2. Setelah dilakukan - Monitor TTV - Pasien yang
tindakan keperawatan mengalami sistotomi
selama 3 x 24 jam tidak di berisiko syok sehingga
temukan tanda-tanda dengan monitor dapat
infeksi dengan kriteria diketahui secara dini.
hasil :
- Tidak ada tanda-
tanda infeksi
- Kedaan luka baik
rembesan darah (-)
- Anjurkan pasien - Pemasukkan cairan
untuk banyak minum adekuat membantu
transportasi oksigen
serta hidrasi untuk
membantu proses
penyembuhan luka
- Observasi - Adanya drainase
drainase dari luka dan insisi suprapubik
meningkatkan resiko
untuk infeksi.
- Pertahankan - Mencegah
sistem kateter steril masukan bakteri dan
infeksi lanjut
- Ganti balut - Balutan basah
dengan teknik aseptic menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan
media untuk
pertumbuhan bakteri.

J. IMPLEMENTASI
Hari/ Wakt TT
Implementasi Respon
Tgl u D
senin 03-10- 14.00 Mengikuti operan jaga O: Jumlah pasien ada 24
2016 dari shif pagi orang keadaan baik. Dan
13 orang akan melakukan
operasi pada esok hari
14.30 Mengganti alat tenun S: Pasien mengatakan tempat
dengan pasien di atas. tidurnya jadi lebih
nyaman.
O: Pasien berada di tempat
tidur dan kooperatif,
keadaan tempat tidur
bersih dan rapi.
Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan nyeri
pada Tn. R dan pada daerah bagian bawah
keluarganya dan merasakan bandannya
panas.
O: Pasien kooperatif, keluarga
turut menjawab pertanyaan
yang diberikan perawat.
Melakukan pemeriksaan S: Pasien mengatakan adanya
fisik rembesan daerah pada
balutan luka.
O: Pasien kooperatif terhadap
luka suprapubik 15 cm
dengan 9 jahitan, suhu
pasien 33 oC
Melakukan perawatan S: Pasien mengatakan
luka dengan mengganti nyaman
balut, melakukan O: Keadaan luka lembab
perawatan kateter. sekitar luka merah, adanya
rembusan darah.
Mendengarkan keluhan S: Pasien mengatakan nyeri
pasien dan mengkaji bertahap saat belajar
factor timbulnya nyeri duduk.
O: Pasien tampak gelisah.
16.00 Menjelaskan pada pasien S: Pasien merasa tenang
tentang penyakitnya dan diberikan penjelasan.
prosedur pengobatan. O: Pasien kooperatif, mau
menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
16.30 Monitor tanda-tanda vital S: Pasien mengeluh badannya
panas.
O: TT 140/70 mmHg, N 92
x/mnt, S : 33 oC, RR 24
x/mnt
20.00 Mengobservasi (jumlah S: Selang kateter tampak
urine) warna adanya keruh. Aliran lancer, warna
darah pada urine urine merah 400 CC
O: Pasien menanyakan cara
membuang urin dalam
kantongnya.
selasa 14:30 Monitor keadaan umum S: Pasien mengatakan hari ini
04-10-2016 pasien. lebih baik.
O: Nyeri tekan pada perut
ada.
15.00 Membersihkan alat alat S: Pasien nyaman
tenun dengan pasien di O: Tempat tidur bersih, rapi
atasnya

K. EVALUASI
No
Waktu Perkembangan TTD
DP
1 Senin S: Pasien mengatakan perut bagian bawah tidak terasa nyeri,
03-10- pasien dapat tidur dengan nyenyak, pada saat aktifitas kadang
2016 muncul rasa nyeri.
O: Tidak ada nyeri tekan pada perut, ekpresi pasien tampak
rileks dan tenang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Pertahankan intervensi.
2 Selasa S: Pasien mengatakan balutan tidak basah lagi sejak senin siang
04-10- panas badan dan muka hilang.
2016 O: Suhu 36 oC, N 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, keadaan luka bersih
dan kering, Pus tidak ada.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Pertahankan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai