BAKER’S CYST
DISUSUN OLEH:
1. Definisi
Gambar. Baker’scyst
2. Epidemiologi
Prevelensi kista Baker pada populasi secara umum tidak diketahui.
Namun insidennya meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden
tertinggi terjadi pada usia > 50 tahun dan sering ditemukan pada pasien
dengan riwayat Osteoarthritis saat dilakukan pemeriksaan USG. Pada
anak-anak, kista Baker sangat jarang terjadi. Namun biasa lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1 dengan insiden usia
4-7 tahun. Dan biasa pada anak kista dapat hilang secara spontan dan
tidak perlu dilakukan tindakan operasi (Gonzales, 2012).
3. Etiologi
Kista baker diakibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang
terjebak, yang menonjol dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai
kantung yang menonjol. Kista Baker biasanya disebabkan karena
noninfeksius efusi lutut sekunder karena kondisi seperti meniscal tears,
osteoarthritis, rheumatoid arthritis, trauma, synovitis ataupun
pembedahan pada daerah lutut (Lee, 2011).
4. Patofisiologi
Lutut di bungkus dalam suatu membran kedap air yang bagian
paling dalamnya disebut membran synovial. Membran tersebut
mensekresi sejumlah kecil cairan yang disebut cairan synovial yang
berfungsi sebagai pelumas dan menutrisi sendi. Ketika sendi mengalami
iritasi atau trauma, membran synovial akan merespon dengan mensekresi
cairan synovial dalam jumlah yang abnormal. Cairan tersebut nantinya
akan mencari jalan keluar melalui bagian paling lemah dari kapsul yang
berada di bagian belakang dari lutut yang menyebabkan terbentuknya
suatu massa yang disebut kista. Karena bagian belakang lutut disebut
area poplitea, maka disebut juga kista poplitea atau kista Baker
(Bourdilla, 2012).
(Gambar cyst baker)
5. Tanda dan Gejala
Dalam beberapa kasus, kista Baker tidak menyebabkan sakit, dan
mungkin tidak disadari. Gejala yang dapat muncul pada kista Baker,
antara lain menurut artikel Sport Health (2015) :
a. Pembengkakan di belakang lutut, dan kadang-kadang di kaki
b. Nyeri lutut
c. Kekakuan
d. Munculnya pembengkakan dengan tekstur yang mirip dengan balon
yang diisi air
Kista Baker dapat tidak menimbulkan gejala. Namun pasien dapat
mengeluh nyeri lutut atau rasa ketat atau tegang dibelakang lutut,
terutama saat lutut dalam posisi ekstensi atau difleksikan maksimal. Kista
Baker biasa terlihat sebagai benjolan di belakang lutut saat sedang berdiri
atau saat dibandingkan dengan lutut yang tidak terdapat kista Baker. Saat
diraba akan terasa lunak dan lembut (Juwita, 2019).
Perkembangan yang cepat dalam hal banyaknya dan tekanan dari
cairan dalam kista bisa membuatnya pecah. Cairan yang dilepaskan dari
kista bisa membuat jaringan sekitarnya menjadi meradang, menghasilkan
gejala yang mungkin seperti thrombophlebitis. Selain itu, Kista baker
menonjol atau pecah bisa menyebabkan thrombophlebitis di vena
popliteal (yang terletak di belakang lutut) dengan menekan vena (Lee,
2012).
6. Pathway
Kista Baker
Perubahan fisik
Menstimulasi respon
nyeri Peradangan Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit mikroorganisme
abnormal
Nyeri
Kerusakan
integritas
Cemas kulit
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Artikel Sport Health (2015), diagnosa Kista Baker dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun karena gejala dari Kista
Baker terdang menyerupai penyakit lain seperti Deep Vein Thrombosis,
Aneurysma atau tumor, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
a. USG
Sangat membantu dalam mengevaluasi massa di poplitea. Pada
USG dapat dibedakan apakah massa tersebut berupa kista massa
padat. Chatzopoulos et al, menemukan bahwa Kista Baker sering
ditemukan pada pasien dengan Osteoarthritis lutut dan berkaitan
dengan inflamasi synovial.
Color Doppler Ultrasonography dapat mendeteksi aliran
pembuluh darah diantara massa tersebut untuk membedakannya
dengan popliteal artery aneurysma. Pada kista yang diakibatkan
degenerasi pembuluh darah dari arteri poplitea, ditemukan gambaran
kista multiple yang mengelilingi ukuran normal dari a. poplitea. USG
merupakan cara yang tercepat dan murah untuk mendeteksi Kista
Baker.
b. Rontgen
Terlihat adanya gambaran kalsifikasi, soft-tissue mass dan bone
involvement. Terlihat adanya massa soft tissue di bagian posterio-
medial sendi lutut.
c. MRI
Pada MRI, Kista Baker terlihat sebagai homogen, high-signal
intensity, terdapat massa kistik di kondilus media femoralis; tipis dan
berisi cairan diantara tendon kepala m. Gastrocnemius bagian medial
dan m. Semimembranosus.
8. Penatalaksanaan
Jika tidak menimbulkan gejala, Kista Baker tidak memerlukan
pengobatan. Namun apabila pasien mengeluhkan gejala dapat dilakukan
tatalaksana sebagai berikut (Mansfield, 2011):
a. Non Medikamentosa:
1. Istirahatkan kaki, hindari posisi berlutut, berjongkok,
mengangkat beban berat, berlari dan aktivitas lain yang
mengakibatkan peregangan pada bagian posterior dari lutut.
2. Beri bantalan es atau bantalan hangat
3. Kompresi dengan menggunakan balutan untuk mengurangi
pembengkakan lutut
4. Elevasikan kaki
b. Medikamentosa
NSAID sangat membantu apabila terjadi proses peradangan. Ada dua
jenis terapi yang dapat dilakukan untuk kista poplitea yang tidak
hilang spontan atau tidak hilang setelah diberi pengobatan : non
surgical dan surgical.
1) Nonsurgical Treatment
Mengambil cairan dengan jarum suntik (aspirasi) dapat
mengurangi ukuran kista. Kemudian kortison dapat disuntikkan
ke daerah yang terkena untuk mengurangi peradangan.Injeksi
intra-artikular glukokortikoid merupakan terapi yang sering
dilakukan untuk mengatasi gejala dari osteoarthritis pada lutut
dan Kista Baker. Injeksi tersebut terbukti efektif untuk terapi
jangka pendek untuk arthritis yang sangat menyakitkan dan
mengecilkan ukuran dari Kista Baker.
2) Surgical
Tujuan pembedahan adalah untuk membuang kista dan
memperbaiki lubang di lapisan sendi tempat kista menerobos.
Sayangnya, sekitar setengah dari waktu kista kembali, atau
berulang setelah dibuang. Ahli bedah berhati-hati ketika
menyarankan operasi untuk menghapus poplitea kista karena
mereka cenderung akan berulang. Penyembuhan sering
permanen, tetapi mencegah kembalinya kista tergantung pada
keberhasilan mengobati penyebab. Pembedahan memerlukan
waktu satu jam untuk menyelesaikannya, dilakukan baik di
bawah anestesi umum atau spinal anestesi. Komplikasi yang
dapat terjadi setelah pembedahan adalah infeksi karena insisi,
cedera pembuluh darah, cedera saraf yang dapat menyebabkan
rasa baal atau mati rasa pada ekstremitas bawah.
1) Rehabilitasi setelah pembedahan:
2) Gunakan Kruk selama beberapa waktu
3) Hindari olahraga yang berat selama 6 bulan
4) Fisioterapi untuk memulihkan kekuatan otot kaki
9. Komplikasi
Komplikasi dari Kista Baker sangat jarang terjadi.Komplikasi yang
sering terjadi adalah sepsis. Sepsis arthritis dapat merupakan komplikasi
saat pemberian injeksi Glukokortikoid dengan insiden terjadinya 1 : 3000
dan 1: 50. 000 (0.002%). Walaupun sangat jarang terjadi, terdapat 20
laporan kasus dari infeksi Kista Bake primer dalam literature. yang
paling banyak terjadi adalah infeksi sekunder dari Staphylococcus
aureus. Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan infeksi sekunder
antara lain: Mycobacterium tuberculosis, Candida albicans, dan
Streptococcus pnemoniae. Gejalanya muncul 3-4 hari setelah pemberian
injeksi. Karena adanya hubungan secara anatomi antara Kista Baker
dengan rongga synovial pada sendi lutut, sehingga apabila terjadi sepsis
berpotensi untuk menyebar. Ruptur dari Kista Baker tersebut akan
menjadi abses (Lee, 2012).
Penekanan akibat pembengkakan akibat kista Baker dapat
menekan dan menutup jalan dari vena poplitea yang menyebabkan
edema tungkai bawah dan deep vein thrombosis (DVT) apabila kista
tersebut ruptur dan menyebabkan nyeri pada tungkai bawah, bengkak dan
kemerahan (Lee, 2012).
b. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita secara umum,
kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2. Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah,
gigi, gusi, dan indra penglihatan.
3. Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang
dapat dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4. Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
5. Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6. Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7. Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria pasien, adakah keluhan
pada sistem urinaria.
8. Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan.
9. Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan
radiologi untukmenentukan sejauh mana/ sebesar apa ganglion tersebut,
namun tanpa dilakukan radiologipun ganglion dapat di tentukan besarnya.
Temuan radiografik biasanya normal, dan MRI berguna dalam
mengkonfirmasi diagnosis.
Mansfield, Liem. 2011. Baker’s Cyst Imaging. Updated April 12, 2011. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/387399-overview#showall.
Accessed on: 2 Desember 2020.