Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BAKER’S CYST

DISUSUN OLEH:

NOVIA TRI ANGGRAINI


2011515103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BAKER’S CYST

1. Definisi

Kista Baker didefinisikan sebagai distensi abnormal berisi cairan


dari bursa gastrocnemius-semimembranosus. Kista ini biasanya meluas
ke posterior diantara tendon medial head muskulus gastrocnemiusdan
muskulus semimembranosus melalui suatu saluran hubungan dengan
sendi lutut. Kista paling sering terdapat di aspek posteromedial lutut
(Neubauer, 2011 dalam Juwita 2019).
Kista sinovial poplitea, juga dikenal sebagai kista Baker, biasanya
ditemukan terkait dengan gangguan lutut intraartikular, seperti
osteoartritis dan robekan meniskus. Secara histologis, dinding kista
menyerupai jaringan sinovial dengan fibrosis yang jelas, dan mungkin
terdapat inflamasi kronis nonspesifik. Badan Osteocartilaginous longgar
juga dapat ditemukan di dalam kista, bahkan jika mereka tidak terlihat di
sendi lutut. Kista Baker dapat menjadi sumber nyeri lutut posterior yang
terus berlanjut meskipun ada perawatan bedah untuk lesi intraartikular,
dan kista tersebut secara rutin ditemukan pada pemindaian pencitraan
resonansi magnetik pada lutut yang bergejala. Gejala yang terkait dengan
asal kista poplitea jarang terjadi dan mungkin terkait dengan ukuran
(Sport Health, 2015).

Gambar. Baker’scyst
2. Epidemiologi
Prevelensi kista Baker pada populasi secara umum tidak diketahui.
Namun insidennya meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden
tertinggi terjadi pada usia > 50 tahun dan sering ditemukan pada pasien
dengan riwayat Osteoarthritis saat dilakukan pemeriksaan USG. Pada
anak-anak, kista Baker sangat jarang terjadi. Namun biasa lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1 dengan insiden usia
4-7 tahun. Dan biasa pada anak kista dapat hilang secara spontan dan
tidak perlu dilakukan tindakan operasi (Gonzales, 2012).
3. Etiologi
Kista baker diakibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang
terjebak, yang menonjol dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai
kantung yang menonjol. Kista Baker biasanya disebabkan karena
noninfeksius efusi lutut sekunder karena kondisi seperti meniscal tears,
osteoarthritis, rheumatoid arthritis, trauma, synovitis ataupun
pembedahan pada daerah lutut (Lee, 2011).
4. Patofisiologi
Lutut di bungkus dalam suatu membran kedap air yang bagian
paling dalamnya disebut membran synovial. Membran tersebut
mensekresi sejumlah kecil cairan yang disebut cairan synovial yang
berfungsi sebagai pelumas dan menutrisi sendi. Ketika sendi mengalami
iritasi atau trauma, membran synovial akan merespon dengan mensekresi
cairan synovial dalam jumlah yang abnormal. Cairan tersebut nantinya
akan mencari jalan keluar melalui bagian paling lemah dari kapsul yang
berada di bagian belakang dari lutut yang menyebabkan terbentuknya
suatu massa yang disebut kista. Karena bagian belakang lutut disebut
area poplitea, maka disebut juga kista poplitea atau kista Baker
(Bourdilla, 2012).
(Gambar cyst baker)
5. Tanda dan Gejala
Dalam beberapa kasus, kista Baker tidak menyebabkan sakit, dan
mungkin tidak disadari. Gejala yang dapat muncul pada kista Baker,
antara lain menurut artikel Sport Health (2015) :
a. Pembengkakan di belakang lutut, dan kadang-kadang di kaki
b. Nyeri lutut
c. Kekakuan
d. Munculnya pembengkakan dengan tekstur yang mirip dengan balon
yang diisi air
Kista Baker dapat tidak menimbulkan gejala. Namun pasien dapat
mengeluh nyeri lutut atau rasa ketat atau tegang dibelakang lutut,
terutama saat lutut dalam posisi ekstensi atau difleksikan maksimal. Kista
Baker biasa terlihat sebagai benjolan di belakang lutut saat sedang berdiri
atau saat dibandingkan dengan lutut yang tidak terdapat kista Baker. Saat
diraba akan terasa lunak dan lembut (Juwita, 2019).
Perkembangan yang cepat dalam hal banyaknya dan tekanan dari
cairan dalam kista bisa membuatnya pecah. Cairan yang dilepaskan dari
kista bisa membuat jaringan sekitarnya menjadi meradang, menghasilkan
gejala yang mungkin seperti thrombophlebitis. Selain itu, Kista baker
menonjol atau pecah bisa menyebabkan thrombophlebitis di vena
popliteal (yang terletak di belakang lutut) dengan menekan vena (Lee,
2012).
6. Pathway

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Kista Baker

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
nyeri Peradangan Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit mikroorganisme
abnormal

Nyeri

Kurang Bercak – Resti infeksi


pengetahuan bercak merah

Kerusakan
integritas
Cemas kulit

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Artikel Sport Health (2015), diagnosa Kista Baker dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun karena gejala dari Kista
Baker terdang menyerupai penyakit lain seperti Deep Vein Thrombosis,
Aneurysma atau tumor, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
a. USG
Sangat membantu dalam mengevaluasi massa di poplitea. Pada
USG dapat dibedakan apakah massa tersebut berupa kista massa
padat. Chatzopoulos et al, menemukan bahwa Kista Baker sering
ditemukan pada pasien dengan Osteoarthritis lutut dan berkaitan
dengan inflamasi synovial.
Color Doppler Ultrasonography dapat mendeteksi aliran
pembuluh darah diantara massa tersebut untuk membedakannya
dengan popliteal artery aneurysma. Pada kista yang diakibatkan
degenerasi pembuluh darah dari arteri poplitea, ditemukan gambaran
kista multiple yang mengelilingi ukuran normal dari a. poplitea. USG
merupakan cara yang tercepat dan murah untuk mendeteksi Kista
Baker.
b. Rontgen
Terlihat adanya gambaran kalsifikasi, soft-tissue mass dan bone
involvement. Terlihat adanya massa soft tissue di bagian posterio-
medial sendi lutut.
c. MRI
Pada MRI, Kista Baker terlihat sebagai homogen, high-signal
intensity, terdapat massa kistik di kondilus media femoralis; tipis dan
berisi cairan diantara tendon kepala m. Gastrocnemius bagian medial
dan m. Semimembranosus.

8. Penatalaksanaan
Jika tidak menimbulkan gejala, Kista Baker tidak memerlukan
pengobatan. Namun apabila pasien mengeluhkan gejala dapat dilakukan
tatalaksana sebagai berikut (Mansfield, 2011):
a. Non Medikamentosa:
1. Istirahatkan kaki, hindari posisi berlutut, berjongkok,
mengangkat beban berat, berlari dan aktivitas lain yang
mengakibatkan peregangan pada bagian posterior dari lutut.
2. Beri bantalan es atau bantalan hangat
3. Kompresi dengan menggunakan balutan untuk mengurangi
pembengkakan lutut
4. Elevasikan kaki
b. Medikamentosa
NSAID sangat membantu apabila terjadi proses peradangan. Ada dua
jenis terapi yang dapat dilakukan untuk kista poplitea yang tidak
hilang spontan atau tidak hilang setelah diberi pengobatan : non
surgical dan surgical.
1) Nonsurgical Treatment
Mengambil cairan dengan jarum suntik (aspirasi) dapat
mengurangi ukuran kista. Kemudian kortison dapat disuntikkan
ke daerah yang terkena untuk mengurangi peradangan.Injeksi
intra-artikular glukokortikoid merupakan terapi yang sering
dilakukan untuk mengatasi gejala dari osteoarthritis pada lutut
dan Kista Baker. Injeksi tersebut terbukti efektif untuk terapi
jangka pendek untuk arthritis yang sangat menyakitkan dan
mengecilkan ukuran dari Kista Baker.
2) Surgical
Tujuan pembedahan adalah untuk membuang kista dan
memperbaiki lubang di lapisan sendi tempat kista menerobos.
Sayangnya, sekitar setengah dari waktu kista kembali, atau
berulang setelah dibuang. Ahli bedah berhati-hati ketika
menyarankan operasi untuk menghapus poplitea kista karena
mereka cenderung akan berulang. Penyembuhan sering
permanen, tetapi mencegah kembalinya kista tergantung pada
keberhasilan mengobati penyebab. Pembedahan memerlukan
waktu satu jam untuk menyelesaikannya, dilakukan baik di
bawah anestesi umum atau spinal anestesi. Komplikasi yang
dapat terjadi setelah pembedahan adalah infeksi karena insisi,
cedera pembuluh darah, cedera saraf yang dapat menyebabkan
rasa baal atau mati rasa pada ekstremitas bawah.
1) Rehabilitasi setelah pembedahan:
2) Gunakan Kruk selama beberapa waktu
3) Hindari olahraga yang berat selama 6 bulan
4) Fisioterapi untuk memulihkan kekuatan otot kaki

9. Komplikasi
Komplikasi dari Kista Baker sangat jarang terjadi.Komplikasi yang
sering terjadi adalah sepsis. Sepsis arthritis dapat merupakan komplikasi
saat pemberian injeksi Glukokortikoid dengan insiden terjadinya 1 : 3000
dan 1: 50. 000 (0.002%). Walaupun sangat jarang terjadi, terdapat 20
laporan kasus dari infeksi Kista Bake primer dalam literature. yang
paling banyak terjadi adalah infeksi sekunder dari Staphylococcus
aureus. Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan infeksi sekunder
antara lain: Mycobacterium tuberculosis, Candida albicans, dan
Streptococcus pnemoniae. Gejalanya muncul 3-4 hari setelah pemberian
injeksi. Karena adanya hubungan secara anatomi antara Kista Baker
dengan rongga synovial pada sendi lutut, sehingga apabila terjadi sepsis
berpotensi untuk menyebar. Ruptur dari Kista Baker tersebut akan
menjadi abses (Lee, 2012).
Penekanan akibat pembengkakan akibat kista Baker dapat
menekan dan menutup jalan dari vena poplitea yang menyebabkan
edema tungkai bawah dan deep vein thrombosis (DVT) apabila kista
tersebut ruptur dan menyebabkan nyeri pada tungkai bawah, bengkak dan
kemerahan (Lee, 2012).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Data Fokus Pengkajian
a. Wawancara
1. Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama: Adanya rasa nyeri ketika digerakan, namun terkadang
asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya di dekat sendi.
3. Riwayat kesehatan sekarang: Berisi tentang kapan terjadinya benjolan,
penyebab lain yang menyertai terjadinya ganglion serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu, Adanya riwayat ganglion sebelumnya.
Riwayat aktifitas dan pekerjaan pasien yang mungkin berhubungan
dengan terjadinya ganglion.
5. Riwayat kesehatan keluarga, adakah riwayat penyakit yang sama pada
keluarga dan penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
6. Riwayat psikososial, Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita secara umum,
kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2. Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah,
gigi, gusi, dan indra penglihatan.
3. Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang
dapat dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4. Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
5. Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6. Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7. Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria pasien, adakah keluhan
pada sistem urinaria.
8. Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan.
9. Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan
radiologi untukmenentukan sejauh mana/ sebesar apa ganglion tersebut,
namun tanpa dilakukan radiologipun ganglion dapat di tentukan besarnya.
Temuan radiografik biasanya normal, dan MRI berguna dalam
mengkonfirmasi diagnosis.

d. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan kista ganglion baik pre
operasi maupun post operasi adalah sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman cemas berhubungan dengan ketidak tahuan
pasien tentang proses operasi dan perjalanan penyakit.
2) Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka operasi.
3) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.
e. Perencanaan Keperawatan
.
Diagnosis Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC NIC

Definisi : Pengalaman  Pain level Pain Management :


sensori dan emosional  Pain control
yang tidak  Comfort level - Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan yang secara komperhensif,
muncul akibat Kriteria hasil : termasuk lokasi,
kerusakan jaringan karakteristik, durasi,
yang aktual atau  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
potensial atau nyeri (tahu, factor presipitasi
digambarkan dalam hal penyebab nyeri, - Observasi reaksi
kerusakan sedemikian mampu nonverbal dari ketidak
rupa (International menggunakan tehnik nyamanan
Associaton for the nonfarmakologi
- Gunakan teknik
study of pain) : awaitan untuk mengurangi
komunikasi terapeutik
yang tiba-tiba atau nyeri, mencari
untuk mengetahui
lambat dari intensitas bantuan )
ringan hingga berat pengalaman nyeri pasien
 Melaporkan bahwa
dengan akhir yang nyeri berkurang - Kaji kultur yang
dapat diantisipasi atau dengan mempengaruhi respon
diprediksi dan menggunakan nyeri
berlangsung <6 bulan. manajemen nyeri - Evaluasi pengalaman
 Mampu mengenali nyeri masa lampau
Batasan nyeri (skala, - Evaluasi bersama pasien
karakteristik : intensitas, frekuensi dan tim kesehatan lain
dan tanda nyeri ) tentang ketidakefektifan
 Perubahan selera  Menyatakan rsa control nyeri masa
makan nyaman setelah nyeri lampau
 Perubahan tekanan berkurang - Bantu pasien dan keluarga
darah untuk mencari dan
 Perubahan frekuensi menemukan dukungan
jantung - Control lingkungan yang
 Perubahan frekuensi dapat mempengaruhi
pernafasan nyeri seperti suhu
 Laporan isyarat ruangan, pencahayaan,
 Diaphoresis
 Perilaku distraksi kebisingan
(mis., berjalan - Kuangi factor presipitas
mondar-mandir nyeri
mencari orang lain - Pilih dan lakukan
dan atau aktivitas penanganan nyeri
lain, aktivitas yang (farmakologi, non
berulang) farmakologi dan
 Mengekspresikan interpersonal)
perilaku (mis., - Kaji tipe dan sumber
gelisah, nyeri untuk menentukan
merengek,
intervensi
menangis)
- Ajarkan tentang teknik
 Masker wajah (mis.,
mata kurang non farmakologi
bercahaya, tampak - Berikan analgetik untuk
kacau, gerakan mata mengurangi nyeri
berpencar atau tetap - Evaliasi keefektifan
pada satu fokus control nyeri
meringis ) - Tingkatkan istirahat
 Sikap - Kkolaborasikan dengan
melindungi area dokter jika ada keluhan
nyeri dan tindakan nyeri tidak
 Fokus menyempit berhasil
(mis., gangguan - Monitor penerimaan
persepsi nyeri, pasien tentang manajemen
hambatan proses
nyeri
berfikir, penurunan
interaksi dengan
Analgesic administration:
orang dan
lingkungan)
- Tentukan lokasi,
 Indikasi nyeri yang
dapat diamati karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
 Perubahan posisi
pemberian obat
untuk menghindari
nyeri - Cek instruksi dokter
 Sikap tubuh tentang jenis obat, dosis,
melindungi dan frekuensi
 Dilatasi pupil - Cek riwayat alergi
 Melaporkan nyeri - Pilih anlgesik yang
secara verbal diperlukan atau kombinasi
 Gangguan tidur dari anlgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Faktor yang - Tentukan pilihan anlgesik
berhubungan : tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Agen cedera (mis., - Pilihrute pemberian
biologis, zat
kimia, fisika,
psikologis)
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitot vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anelgesik
pertama kali
- Berikan anelgesik tepat
waktu, terutama pada saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala.

2 Kerusakan Integritas NOC NIC


Kulit
 Tissue Integrity : Pressure Management
Definisi : Perubahan/ Skin and Mucous
gangguan epidermis Membranes  Anjurkan pasien untuk
dan /atau dermis  Hemodyalis akses menggunakan pakaian
yang longgar
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada
tempat tidur
 Kerusakan lapisan  Integritas kulit yang  Jaga kebersihan kulit agar
kulit (dermis) baik bisa tetap bersih dan kering
 Gangguan dipertahankan  Mobilisasi pasien (ubah
permukaan kulit (sensasi, elastisitas, posisi pasien)
(epidermis) temperatur, hidrasi,  Monitor kulit akan
 Invasi struktur pigmentasi) adanya kemerahan
tubuh  Tidak ada luka/lesi  Oleskan lotion atau
pada kulit minyak/baby oil pada
Faktor yang  Perfusi jaringan baik daerah yang tertekan
Berhubungan  Menunjukkan  Monitor aktivitas dan
pemahaman dalam
mobilisasi pasien
 Eksternal proses perbaikan
 Monitor status nutrisi
 Zat kimia, kulit dan mencegah
pasien
radiasi terjadinya cidera
 Memandikan pasien
 Usia yang berulang
 Mampu melindungi dengan sabun dan air
ekstrem hangat
kulit dan
 Kelembapan
mempertahankan
 Hipertermia,
kelembaban kulit dan Insision Site Care
hipotermia
perawatan alami
 Faktor mekanik  Membersihkan,
(misalnya gaya memantau dan
gunting meningkatkan proses
[shearing penyembuhan pada luka
forces]) yang ditutup dengan
 Medikasi jahitan, klip atau staples
 Lembab  Monitor proses
 Imobilitasi fisik kesembuhan area insisi
 Internal  Monitor tanda dan gejala
 Perubahan infeksi pada area insisi
status  Bersihkan area sekitar
cairan jahitan atau staples
 Perubahan menggunakan lidi kapas
pigmentasi steril
 Perubahan  Gunakan preparat
turgor antiseptik sesuai program
 Faktor  Ganti balutan pada
perkembangan interval waktu yang
 Kondisi sesuai atau biarkan luka
ketidakseimban tetap terbuka (tidak
gan nutrisi dibalut) sesuai program
(misalnya
obesitas, Dialysis Acces Maintenance
emasiasi)
 Penurunan
imunologis
 Penurunan
sirkulasi
 Kondisi
gangguan
metabolik
 Gangguan
sensasi
 Tonjolan tulang
3 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami
peningkatan resiko  Immune Status Infecton control (Kontrol
terserang organisme  Knowledge : infeksi)
patogenik Infection control
Faktor-faktor resiko :  Risk control - Bersihkan lingkungan
setelah di pakai pasien
 Penyakit kronis Kriteria Hasil : lain
- Diabetes - Pertahankan teknik
melitus  Klien bebas dari isolasi
- Obesitas tanda dan gejala
- Batasi pengunjung bila
infeksi
 Pengetahuan yang perlu
 Mendeskripsikan
tidak cukup untuk - Instruksikan pada
proses penularan
menghindari pengunjung untuk
penyakit, faktor yang
pemanjanan mencuci tangan saat
mempengaruhi
patogen berkunjung dan dan
penularan serta
 Pertahanan tubuh penatalaksanaannya, setelah berkunjumg
primer yang tidak  Menunjukkan meninggalkan pasien
adekuat kemampuan untuk - Gunakan sabun
- Gangguan mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
peristalsis infeksi tangan
- Kerusakan  Jumlah leukosit - Cuci tangan setiap
integritas kulit dalam batas normal sebelum dan sesudah
(pemasangan  Menunjukan perilaku tindakan keperawatan
kateter hidup sehat
- Gunakan baju, sarung
intravena,prose tangan sebagai alat
dur invasive) pelindung
- Perubahan - Pertahankan lingkungan
sekresi PH aseptik selama
- Penurunan pemasangan alat
kerja - Ganti letak IV perifer dan
siliaris line central dan dressing
- Pecah ketuban sesuai dengan petunjuk
dini umum
- Pecah ketuban - Gunakan kateter
lama intermiten untuk
- Merokok menurunkan infeksi
- Stasis cairan kandung kencing
tubuh - Tingkatkan intake nutrisi
- Trauma - Berikan terapi anti biotik
jaringan bila perlu Infaction
(mis.,trauma Protection (proteksi
destruksi terhadap infeksi)
jaringan) - Monitor terhadap tanda
 Ketidak adekuatan dan gejala infeksi
pertahanan sistemik dan local
sekunder - Monitor hitung
- Penurunan granulosit, WBC
hemoglobin - Monitor kerentanan
- Imuno supresi tehadap infeksi
(mis.,imunitas - Batasi pengunjung
di dapat tidak - Sering pengunjung
adekuat, agen terhadap penyakit
farmaseutikal menular
termasuk - Pertahankan teknik
imunomudulato
aspesis pada pasien yang
r)
beresiko
- Supresi respon
- Pertahankan teknik
inflamasi
isolasi k/p
 Vaksinasi tidak
adekuat - Berikan perawatan kulit
 Pemajanan terhadap
patogen lingkungan pada area epidema
meningkat - Inspeksi kulit dan
- Wabah membran mukosa
- Prosedur terhadap kemerahan,
invasif panas, drainase
- Malnutrisi - Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Bourdilla, Phillipe. 2012. Popliteal cyst.


http://www.genou.com/anglais/poplitealcyst/poplitealcyst.htm. Diakses
tanggal 2 desember 2020, pada pukul 19.39 WITA

Juwita, Ratna. 2019. Analisis Gambaran Kista Baker Pada Pemeriksaan


Musculoskeletal Knee Dengan Modalitas Ultrasonografi Di Rsud Pasar
Rebo.https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?
p=show_detail&id=2849&keywords=. Diakses tanggal 4 Desember 2020,
pukul 09.07 WITA.

Lee, Denis. 2011. Baker’s cyst. https://www.medicinet.com/baker.cyst. Diakses


tanggal 2 Desember 2020 pukul 19.39 WITA

Mansfield, Liem. 2011. Baker’s Cyst Imaging. Updated April 12, 2011. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/387399-overview#showall.
Accessed on: 2 Desember 2020.

Sport Health. 2015. Baker’s Cyst Diagnostic and Surgical Considerations.


Volume 7 no. 4.. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4481672.
Diakses tanggal 4 Desember 2020, pukul 09.07 WITA.

Anda mungkin juga menyukai