Disusun Oleh :
Jumasing, S.Kep
NIM : 70900120001
DOSEN PEMBIMBING :
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
Disusun Oleh :
Jumasing, S.Kep
NIM : 70900120001
DOSEN PEMBIMBING :
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
1. Tengkorak
Tulang tengkorak menurut, Corwin, Elizabeth J (2009) merupakan struktur tulang
yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang kranium dan tulang muka.
Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan :lapisan luar, etmoid dan lapisan dalam.
Lapisan luar dan dalam merupakan struktur yang kuat sedangkan etmoid merupakan
struktur yang menyerupai busa. Lapisan dalam membentuk rongga/fosa; fosa
anterior didalamnya terdapat lobus frontalis, fosa tengah berisi lobus temporalis,
parientalis, oksipitalis, fosa posterior berisi otak tengah dan sereblum.
Gambar 2. Lapisan cranium
2. Meningen
Francis A & Kormano, Martti (2010) otak dan sumsum tulang belakang
diselimuti meningia yang melindungi syruktur saraf yang halus itu, membawa
pembulu darah dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu: cairan serebrospinal yang
memperkecil benturan atau goncangan. Selaput meningen menutupi terdiri dari 3
lapisan yaitu:
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka
terdapat suatu ruang potensial ruang subdural yang terletak antara dura mater
dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,
pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat . Hematoma subdural
yang besar, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan
melalui pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:
1) sakit kepala yang menetap 2) rasa mengantuk yang hilang-timbul 3) linglung
4) perubahan ingatan 5) kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari
kranium ruang epidural. Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang
paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak
pada fosa media fosa temporalis. Hematoma epidural diatasi sesegera mungkin
dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak untuk mengalirkan
kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan penyumbatan sumber perdarahan
Corwin, Elizabeth J (2009)
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan duramater
sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh
ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari piamater oleh spatium
subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid
umumnya disebabkan akibat cedera kepala (Ramamurthi, et al. 2007).
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan
masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam
substansi otak juga diliputi oleh pia mater.
3. Otak
Menurut Price, (2005), otak terdiri dari 3 bagian, antara lain
yaitu: a. Cerebrum
Gambar 3. Lobus-lobus Otak
\
BAB II
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajiaan
a. Data subjektif :
1) Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis
kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
dan hubungan pasien dengan keluarga/pengirim).
2) Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah
pasien sadar atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain?
3) Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam),
lokasi/tempat mengalami cedera.
4) Mekanisme cedera: Bagaimana proses terjadinya sampai pasien menjadi cedera.
5) Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
(jenisnya), obat, dan lainnya.
6) Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan
pertama setelah cedera, apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan
terhadap penyakit tertentu?
7) Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien menderita
penyakit tertentu sebelum menngalami cedera, apakah penyakit tersebut menjadi
penyebab terjadinya cedera?
8) Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera?
Hal ini untuk memonitor muntahan dan untuk mempermudah mempersiapkan bila
harus dilakukan tindakan lebih lanjut/operasi.
9) Event Leading Injury (peristiwa sebelum/awal cedera): Apakah pasien mengalami
sesuatu hal sebelum cedera, bagaimana hal itu bisa terjadi?
b. Pengkajian ABCD FGH
1) AIRWAY
a. Cek jalan napas paten atau tidak
b. Ada atau tidaknya obstruksi misalnya karena lidah jatuh kebelakang, terdapat
cairan, darah, benda asing, dan lain-lain.
c. Dengarkan suara napas, apakah terdapat suara napas tambahan seperti snoring,
gurgling, crowing.
2) BREATHING
a. Kaji pernapasan, napas spontan atau tidak
b. Gerakan dinding dada simetris atau tidak
c. Irama napas cepat, dangkal atau normal
d. Pola napas teratur atau tidak
e. Suara napas vesikuler, wheezing, ronchi
f. Ada sesak napas atau tidak (RR)
g. Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan
3) CIRCULATION
a. Nadi teraba atau tidak (frekuensi nadi)
b. Tekanan darah
c. Sianosis, CRT
d. Akral hangat atau dingin, Suhu
e. Terdapa perdarahan, lokasi, jumlah (cc)
f. Turgor kulit
g. Diaphoresis
h. Riwayat kehilangan cairan berlebihan
4) DISABILITY
a. Kesadaran : composmentis, delirium, somnolen, koma
b. GCS : EVM
c. Pupil : isokor, unisokor, pinpoint, medriasis
d. Ada tidaknya refleks cahaya
e. Refleks fisiologis dan patologis
f. Kekuatan otot
5) EXPOSURE
a. Ada tidaknya deformitas, contusio, abrasi, penetrasi, laserasi, edema
b. Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman
6) FIVE INTERVENTION
a. Monitoring jantung (sinus bradikardi, sinus takikardi)
b. Saturasi oksigen
c. Ada tidaknya indikasi pemasangan kateter urine, NGT
d. Pemeriksaan laboratorium
7) GIVE COMFORT
a. Ada tidaknya nyeri
b. Kaji nyeri dengan
P : Problem
Q : Qualitas/Quantitas
R : Regio
S : Skala
T : Time
8) H 1 SAMPLE
a. Keluhan utama
b. Mekanisme cedera/trauma
c. Tanda gejala
9) H 2 HEAD TO TOE
a. Fokus pemeriksaan pada daerah trauma
b. Kepala dan wajah
B. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi (SDKI DPP PPNI, 2016)
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Risiko tinggi cedera ditandai dengan perubahan fungsi neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,
transmisi
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf
5. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
Intra Operasi
1. Risiko kekurangan volume cairan ditandai dengan kehilangan cairan
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Risiko cedera ditandai dengan trauma intracranial
3. Risiko infeksi ditandai dengan luka post operasi
C. Intervensi Keperawatan
Standar intervensi keperawatan menurut (SIKI DPP PPNI, 2018), (SLKI PPNI, 2019)
Pre Operasi
Intra Operasi
Post Operasi
Operasi Trepanasi/Craniotomi
Skull defect
Perdarahan atau
hematoma Jaringan otak Gangguan
rusak
Menurunkan Port the entry suplai darah
tekanan pembuluh Risiko virus
bakteri,
Perubahan Rangsangan
darah pulmonal infeksi Iskemia
sirkulasi CSS simpatis
meningkat Pertahanan
tubuh Hipoksia
Peningkatan inadekuat
TIK Tahanan vaskuler
Risiko sistemik dan Gangguan
tekanan darah
Penurunan Injury perfusi jaringan
meningkat
kesadaran selebral
Penumpukan
sekret
Ketidakfektifan
bersihan jalan nafas Kebocoran
cairan kapiler