(KASUS 4)
OLEH :
KEPERAWATAN B
KELOMPOK 3
ABD. WAHAB BR
ULFA WILDANA HASAN
A.ARDIANSYAH
TEZA AINUN RAISY
NURFADILAH
UMRAH
HIKMAWATI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN HASIL ANALISIS SISTEM URINARIA PADA KASUS 4
B. Daftar Istilah
1. Muntah : pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara aktif akibat adanya kontraksi
abdomen.
2. Edema palpebra : akumulasi abnormal cairan di dalam ruang intersitial (celah antar sel)
bagian palpebra.
3. Hb : protein yang kaya akan zat besi.
4. LFG :
5. Ureum : hasil akhir metabolisme protein dalam tubuh
6. Kreatinin : metabolisme endogen yang berguna untuk menilai fungsi glomerulus
7. Tekanan darah : tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk menggerakkan
darah ke seluruh tubuh
8. Pucat : suatu keadan yang terjadi akibat penurunan jumlah hb didalam sirkulasi atau
vasokontraksi pembuluh darah kulit.
(Suraatmaja, 2010), (Schwartz, 2005), (Suryawan, Arjani., & Sudarmanto, 2016)
C. Learning Objektif
1. Memahami struktur anatomi dan fisiologi sistem urinaria pada anak
2. Memahami mekanisme tanda dan gejala yang biasa timbul pada anak dengam
gangguan ginjal
3. Memahami perbedaan penyakit tumor wilms, sindroma nefrotik dan glumerulonephritis
kronis
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus gangguan ginjal
5. Mengetahui mekanisme pencegahan dan pengobatan pada kasus gangguan ginjal
6. Mengetahui diagnosa keperawatan yang ,ungkin muncul pada kasus gangguan ginjal
pada anak
7. Mengetahui intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan
ginjal
2. Tanda dan gejala yang biasa timbul pada anak dengan gangguan ginjal
Manifestasi klinis PGK bervariasi tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Glomerulonefritis bermanifestasi edema, hipertensi, hematuria, dan proteinuria.
Sedangkan pasien dengan kelainan kongenital seperti displasia ginjal dan uropati
obstruktif datang berobat dengan keluhan gagal tumbuh, dehidrasi karena poliuria,
infeksi saluran kemih, maupun insufisiensi ginjal. Pada stadium lanjut pasien tampak
pucat, perawakan pendek, dan menderita kelainan tulang (O, Pardede, & Chunnaedy,
2009).
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan hematuria, proteinuria, atau berat jenis
urin rendah. Pemeriksaan memperlihatkan anemia normositik, peningkatan ureum dan
kreatinin, asidosis metabolik, hiperkalemia, hiponatremia, hipokalsemia, hiperfosfatemia,
hiperurikemia, hipoalbuminemia, serta peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol
serum (O et al., 2009).
7. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan ginjal
a. Dx. Kep. I : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal,
menurunnya filtrasi glomerulus, retensi cairan dan sodium.
Tujuan : Tidak memperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan.
Kriteria hasil : Tidak ada edema.
Intervensi:
1) Monitor intake dan output
R/ Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
2) Pertahankan pembatasan cairan
R/ Membantu menghindari periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan
pilihan terbatas dan menurunkan rasa kekurangan dan haus.
3) Monitor berat badan
R/ Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik.
Peningkatan BB 0,5 kg/hari diduga adanya retensi cairan.
4) Monitor TD dan HB
R/ Tachycardi dan HT terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine
dan pembatasan cairan berlebihan selama mengobati hipovolemia/
hipotensi/perubahan fase oliguria gagal ginjal.
5) Kaji edema, turgor kulit, membran mukosa
R/ Edema terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh. BB
pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi.
Edema periorbital dapat menunjukkan tanda perpindahan cairan ini, karena
jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan walaupun minimal
(Doenges et al., 2014).
b. Dx. Kep. II : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema polmonal.
Tujuan : Pola nafas anak menjadi efektif kembali.
Kriteria hasil : Bunyi nafas bersih.
Intervensi :
1) Kaji bunyi nafas
R/ Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dibuktikan oleh terjadinya
bunyi napas tambahan.
2) Bila sesak, posisikan kepala lebih tinggi, pemberian oksigen dan latihan nafas
dalam
R/ Meningkatkan lapang paru (Doenges et al., 2014).
c. Dx. Kep. III : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Anak menunjukkan BB yang sesuai dan ada nafsu makan serta
dapat menyelesaikan makanan sesuai diit.
Kriteria hasil : Klien menghabiskan porsi diitnya.
Intervensi :
1) Timbang BB tiap hari
R/ Px. puasa/katabolik akan secara normal kehilangan 0,2 – 0,5 kg/hari.
Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan
cairan.
2) Kaji pola makan anak dan pembatasan makanan
R/ Memberikan Px. tindakan terkontrol dalam pembatasan diit.
3) Jelaskan tentang diit yang diberikan dan alasannya
R/ Pengetahuan Px./keluarganya tentang diit yang diberikan membuat
klien/keluarga lebih kooperatif (Doenges et al., 2014).
d. Dx. Kep. IV : Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.
Tujuan : Anak dan keluarga akan memahami proses penyakit, prognosis dan
pengobatan yang diberikan.
Kriteria hasil : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat dan kooperatif
terhadap tindakan keperawatan.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pamahaman anak dan keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan pengobatan.
R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana Px./keluarga dapat membuat pilihan
informasi (Doenges et al., 2014).
f. Dx. Kep. VI : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema
paru.
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pola nafas dan pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :Suara nafas vesikuler.
Intervensi :
1) Lakukan auskultasi suara 2 – 4 jam sekali.
R/ Mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan menifestasinya pada suara
nafas.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki
R/ Penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru maskimal.
3) Ubah posisi klien tiap 2 jam.
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi
sekret dan cairan pada lobus yang berada dibagian bawah.
4) Monitor tanda vital tiap 4 jam.
R/ Peningkatan frekwensi nafas mengindikasi tingkat keparahan (Doenges et al.,
2014).
g. Dx. Kep. VII : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kelebihan volume
cairan.
Tujuan :Meningkatkan derajat rasa nyaman klien.
Kriteria hasil :Klien terlihat rileks, dapat tidur dan beristirahat.
Intervensi :
1) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur.
R/ Tirah baring mungkin diperlukan sampai perbaikan objektif dan subjektif
didapat.
2) Dorong penggunaan tekhnik manajemen sterss, misalnya relaksasi.
R/ Meningkatkan relaksasi, meningkatkan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
3) Libatkan dalam aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
R/ Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot / spasme memudahkan
untuk ikut serta dalam dalam terapi (Doenges et al., 2014).