Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Paska RJP

Ns. Riyan Dwi Prasetyawan, M.Kep


Out line
• Pengertian
• Etiologi
• Patofisiologi
• Manifestasi klinis
• Penatalaksanaan
• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
• Intervensi keperawatan
Pengertian
• Cardiopulmonary arrest (CPA) didefinisikan sebagai
berhentinya secara tiba-tiba sirkulasi dan ventilasi
yang efektif dan spontan. CPA bisa disebabkan
oleh kegagalan jantung primer atau merupakan
suatu manifestasi kondisi medis yang heterogen
• Menurut AHA (2015) cardiac arrest adalah
hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, dapat terjadi pada seseorang yang
sudah terdiagnosa penyakit jantung ataupun tidak
Etiologi Cardiac Arrest
• CPA bisa disebabkan oleh berbagai hal, yang berasal dari
jantung maupun diluar jantung
• penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian
pertama pada dewasa dengan CPA karena iskemia koroner
sebagai kausa utama
• Penyebab yang berasal dari luar jantung meliputi trauma,
overdosis obat, asfiksia dan tenggelam
• cardiac arrest dapat terjadi oleh banyak kondisi yang
mendasarinya yang meliputi infark miokard, overdosis
obat, trauma, dan ganguan impuls yang meliputi ventrikel
fibrilasi.
Post Cardiacarrest -> ROSC
• Terdapat peran penting dari metode resusitasi
jantung paru otak (RJPO) dalam menentukan
keberhasilan penyelamatan korban henti
jantung
• Menurut Morrison et al (2013) dan Neumar et al
(2008) menjelaskan terkait dengan sindrom post
cardiac arrest merupakan kondisi klinis yang kompleks
dengan empat konsekuensi patofisiologis primer yang
akan terjadi, yang terdiri dari disfungsi miokard,
adanya cedera neurologis, cedera sistemik akibat
kekurangan darah (iskemia) dan cedera pemulihan
aliran darah (repurfusi) serta adanya beberapa faktor
pencetus lainnya seperti penyakit penyerta
kardiovaskuler atau paru-paru atau pneumonia.
• Menurut Peberdy et al (2010) menjelaskan fokus
utama perawatan pasca cardiac arrest pada
penilaian pasien gagal jantung secara cepat yang
telah mencapai ROSC, mengoptimalkan kembali
fungsi kardiopulmoner, menstabilkan aliran
darah, meminimalkan terjadinya cedera
neurologis, mengendalikan suhu tubuh,
meningkatkan ventilasi mekanik untuk
meminimalkan cidera paru-paru.
PENATALAKSANAAN
• American Heart Association memberikan
pedoman penatalaksanaan terhadap pasien
post cardiac arrest yang terdiri dari :
1. Managemen Suhu Tubuh
2. Manajemen Hemodinamik
3. Terapi Vasopressor
4. Oksigenasi dan Ventilasi
5. Manajemen Metabolik (Kadar Gula Darah)
Managemen Suhu Tubuh
• Management suhu tubuh dikenal dengan terapi
hipotermia yang merupakan sebuah intervensi
yang diberikan post ROSC yang berfungsi untuk
mengurangi suhu tubuh.
• Tujuan dari terapi hipotermia untuk
memperlambat terjadinya kematian sel dan
cidera sistemik secara menyeluruh
• Terapi hipotermi dibagi menjadi 3 fase yaitu
induksi, pemeliharaan dan penghangatan.
• Fase induksi dapat dilakukan dengan cara eksternal
dan internal. Pemberian infus 30ml/kg BB NaCl
0,9% atau Ringer laktat yang bersuhu 4°C akan
menurunkan suhu inti sekitar 1,5°C. Sebagai
tambahan pemberian infus dingin adalah teknik
surface cooling yaitu meletakkan bongkahan es atau
handuk dingin atau selimut dingin pada lipat paha,
ketiak, kepala dan leher. Pemberian cairan dingin
melalui pipa nasogastrik juga dapat dilakukan.
• Apabila Pencapaian suhu target 32-34°C telah
tercapai maka fase kedua yaitu fase
pemeliharaan dimulai dan dipertahankan
selama 12 sampai 24 jam.
• Pada fase pemeliharaan, Infus dingin dapat
dihentikan dan hanya dilakukan pemeliharaan
suhu dengan bongkahan es serta
selimut/handuk dingin.
• Setelah 12-24 jam hipotermi, mulai dilakukan fase
ketiga yaitu penghangatan. Penghangatan yang
dilakukan dengan kecepatan 0,25 °C sampai 0,5°C
per jam.
• Fase hipotermi ke normotermia dapat berpengaruh
terhadap hemodinamik, metabolisme, kadar
elektrolit, dan efek obat. Selama terapi hipotermi,
pemantauan dan optimasi oksigenasi, ventilasi dan
hemodinamik tetap dilakukan
Manajemen hemodinamik
• Manajemen hemodinamik pada pasien yang mengalami
post cardiac arrest diutamakan terkait dengan perubahan
volume intravaskuler, menjaga kondisi tekanan perfusi
yang adekuat, mengoptimalkan pasokan oksigen dan
mengobati penyebab henti jantung tersebut
• Manajemen hemodinamik pada pasien yang mengalami
post cardiac arrest diutamakan terkait dengan perubahan
volume intravaskuler, menjaga kondisi tekanan perfusi
yang adekuat, mengoptimalkan pasokan oksigen dan
mengobati penyebab henti jantung tersebut.
• pasien yang mengalami return of spontaneous
circulation segera di pantau hemodinamiknya
untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam
tubuh terpenuhi. Pencapaian tekanan perfusi
yang adekuat tekanan arteri rerata (MAP)
harus berada pada kisaran 90-100 mmHg, hal
ini dapat menjaga perfusi serebral dan
pasokan oksigen yang adekuat.
Terapi Vasopressor
• Terapi vasopressor yang sering digunakan
adalah epineprine yang berfungsi untuk
memfasilitasi peningkatan tekanan darah
rendah
• Pemberian terapi ini perawat harus
berkolaborasi dengan dokter terkait dengan
dosis, waktu pemberian, dan tempat
pemberian obat.
Oksigenasi dan Ventilasi
• Oksigenasi dan ventilasi digunakan untuk meningkatkan
jumlah oksigen yang disalurkan ke organ vital tubuh dan
menghindari terjadinya demam yang tinggi.
• Menghindari hiperventilasi sangatlah penting setelah
terjadinya serangan jantung, karena pengurangan tekanan
parsial karbondioksida akan menyebabkan reduksi aliran
darah serebral, vasokontriksi dan berpontensi
memperburuk cidera serebral sehingga mampu
menyebabkan hipoksia dan iskemik.
• saturasi oksigen arteri lebih dari 94% dan PaO2 sekitar 100
mmHg.
Manajemen Metabolik
(Kadar Gula Darah)
• Menurut Finfer (2009) mengungkapkan pada
pasien yang mengalami serangan jantung
biasanya akan mengalami hiperglikemia dan
perlu memerlukan pemantauan secara ketat,
sehingga perlu adanya pengelolaan gula darah
pada pasien. Tujuan dari pengelolaan gula
darah adalah untuk mempertahankan glukosa
kurang dari 180 mg/dL.
pengkajian
 Pengkajian primer  ABCD
 Pengkajian sekunder/resusitasi  EFGHI
 Pengkajian terfokus
Pengkajian Terfokus (Subjektif)
• Keluhan utama/RPS:
• Riwayat penyakit dahulu : penyakit
kardiovaskuler, penyakit pulmonal, penyakit
CNS, riw. Merokok, penyalahgunaan obat,
medikasi, alergi, riw. pembedahan
Pengkajian Terfokus (Objektif)
• PEMERIKSAAN FISIK
 General appearance : LOC, perilaku, afek,
restless, ansietas, takipnea (tanda awal),
hipoksia (meningkatnya distres pernafasan),
hipotensi, takikardia, tampak distress berat
 Inspeksi : sianosis dan retraksi
 Auskultasi : ronki halus - kasar
diagnosa
• Penurunan curah jantung
• Gangguan ventilasi spontan
• Gangguan perfusi serebral
• Hipertermi
• hiperglikemi

Anda mungkin juga menyukai