Disusun oleh :
Satuan Acara Penyuluhan ini telah diresponsi dan disetujui pembimbing pada :
Gunawan, S.Kep.,Ns
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga
kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin
berkembang tapi bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien,
terutama dengan pasien dengan tirah baring harus memerlukan penanganan yang
kompeten. Pada dengan tirah baring misalnya, seorang pasien memerlukan
perawatan yang maksimal demi mempercepat proses kesembuhan bahkan
penyembuhan fisik pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien dengan tirah
baring perlu dilakukan latihan mobilisasi dini agar tidak terjadi komplikasi penyakit
(Pristahayuningtyas, 2016)
Mobilisasi dapat mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga dapat mengurangi
nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, mengembalikan kerja fisiologis organ-
organ vital yang pada akhirnya akan mempercepat luka bekas operasi dan proses
penyembuhan (Dermawan,2018). Banyak pasien dirumah sakit yang harus menjalani
imobilisasi, apakah harus tirah baring karena terapi atau karena penyakit yang
diderita. Dengan melihat kondisi pasien dengan tirah baring yang memerlukan
perawatan maka perlu dilakukannya intervensi dengan maksud untuk mengurangi
tegangan melalui mobilisasi untuk mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan
pasien serta dapat memberikan kepuasan atas perawatan yang diberikan. Mobilisasi
dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara
menghilangkan konsentrasi pasien terhadap lokasi nyeri atau daerah operasi,
mengurangi aktivasi mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan
respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri sehingga mobilisasi efektif
dalam intervensi pasien parca operasi (Nugroho,2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksionsal Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien
mampu memahami tentang mobilisasi
2. Tujuan Intruksionsal Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien
mampu :
a. Mengetahui pengertian mobilisasi
b. Mengetahui tujuan mobilisasi
c. Mengetahui macam-macam mobilisasi
d. Mengetahui rentang gerak dalam mobilisasi
e. Mengetahui manfaat mobilisasi
f. Mengetahui kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
g. Mendemontrasikan tahap-tahap mobilisasi
C. Pokok Bahasan
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien
memahami tentang mobilisasi
E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Setting tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan
Keterangan :
: Observer
: Penyuluh
: Peserta
: Moderator
: Fasilitator : Notulen
J. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Evaluasi
K. Metode Evaluasi
1. Metode evaluasi : Tanya jawab
2. Jenis evaluasi : Lisan
L. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Stuktur
a) Kesiapan materi
b) Kesiapan SAP
c) Kesiapan media : Leaflet
d) Keluarga pasien siap di ruangan
e) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d) Suasana penyuluhan tertib
e) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f) Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang
3. Evaluasi Hasil
a) Menanyakan kembali materi yang telah disampaikan kepada peserta
penyuluhan (keluarga pasien):
b) Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala.
c) Peserta memahami materi yang disampaikan oleh pemateri.
d) Peserta mampu melakukan tahap-tahap mobilisasi.
e) Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum acara penyuluhan
selesai.
TERLAMPIR
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas sehingga dapat
menjadi upaya yang dilakukan guna mempertahankan kemandirian selekas mungkin
setelah operasi (Mubarak, 2018)
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat
tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2010).
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Konsep mobilisasi dini
sebenarnya daalh untuk mencegah komplikasi paska operasi. Dari Kedua definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis (Clark et al,2018)
Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan pasien setelah beberapa jam post/pasca operasi.
2. Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2014), antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan
atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
3. Macam-Macam Mobilisasi
Menuruit Priharjo 2010, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara
dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara
mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
4) Latihan Panggul
a. Abduksi-aduksi panggul. Gerakkan tungkai kearah luar dari tubuh. Lembalikan ke
posisi semula.
b. Fleksi lutut dan rotasi internal eksternal panggul. Tekuk lutut dan putar
tungkai dengan gerakan kedalam keluar.
c. Untuk meregangkan otot – otot hamstring, luruskan tungkai.
5) Latihan Kaki
a. Dorsofleksi kaki. Gerakkan kaki ke atas dan kearah tungkai. Kemudian
gerakkan kaki kebawah dan menjauh dari tungkai (fleksi plantar).
b. Inversi dan eversi kaki. Gerakkan sehingga telapak kaki menghadap keluar
(eversi). Kemudian gerakkan kaki sehingga telapak kaki menghadap ke dalam
(inversi)
c. Fleksi ibu jari kaki. Tekuk ibu jari kaki kearah bola kaki.
d. Ekstensi ibu jari kakiluruskan ibu jari kaki dan tarik kearah tungkai sejauh
mungkin
Gambar 5. Latihan
Kaki (Smeltzer, S C, 2010)
14. Mobilisasi Dini pada Pasien dengan Anestesi Spinal dan Anestesi Umum
Perbedaan mobilisasi dini antara pasien dengan anstesi spinal dan anestesi umum adalah
waktu pelaksanaannya. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal dapat
dilakukan pada 24 jam setelah operasi sedangkan pada pasien dengan anestesi umum
dapat dilakukan sedini mungkin mulai dari 6-12 jam setelah operasi.
a. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal :
1) Setelah operasi berbaring di tempat tidur, tetapi dapat melakukan pegerakan ringan
seperti menggerakkan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur dan duduk dengan kaki
menjuntai di pinggir tempat tidur
3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan di kamar seperti ke kamar mandi dan bisa
juga berjalan ke luar kamar
b. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi umum :
1) Pada saat awal (6 sampai 12 jam pertama) pasien dapat melakukan pergerakan fisik
seperti menggerakkan ekstremitas seperti mengangkat tangan, menekuk kaki, dan
menggerakkan telapak kaki
2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur ambil makan, atau duduk
dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur. Jika pasien sudah berani, pasien
dapat berjalan di sekitar kamar seperti ke kamar mandi
3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan ke lua kamar dengan dibantu atau secara
mandiri
DAFTAR HADIR PESERTA PENDIDIKAN KESEHATAN
MOBILISASI
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
MOBILISASI
DI RUANG ICU RS PHC SURABAYA
MOBILISASI
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
Lampiran 3. Lembar penilaian
FORMAT PENILAIAN
I. Penyajian
Bobot
No. Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
TOTAL : ……………..
Bobot
No. Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
TOTAL : ……………..
Bobot
No. Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1. Ketepatan Menjawab
52
Keterangan :
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
(_________________________)
NIP.
Lampiran 4. Lembar observasi
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
MOBILISASI
DI RUANG ICU RS PHC SURABAYA
Evaluasi:
11 Menanyakan kepada peserta penyuluhan tentang
materi yang diberikan
12 Moderator penyimpulkan hasil penyuluhan
13 Ucapan terimakasih kepada peserta
14 Menutup acara dengan salam
Kriteria Hasil
15 Peserta yang hadir 10 orang
16 Acara dimulai tepat waktu
17 Peserta mengikuti acara sesuai dengan aturan yang
disepakati
18 Peserta memahami materi yang telah disampaikan
dan menjawab pertanyaan dengan benar
LEMBAR NOTULENSI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
MOBILISASI
DI RUANG ICU RS PHC SURABAYA
Beyer, Dudes. 2016. The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co
Biston.
Marlitasari, H., Basirun., Ning. 2010. Gambaran Penatalaksanaan Mobilisasi Dini oleh
Perawat pada Pasien Post Appendiktomy Di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan 6(2), pp. 48-54.
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. 2018. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, T. 2019. Buku Askep Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Bantul : Nuha
Medika
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Consept Proccess and practice. St. Louise
Missiouri: Mosby Company
Zanni, J. M., & Needham, D. M. (2018). Promoting Early Mobility and Rehabilitation in the
Intensive Care Unit. PTmmotion, 32-38.