Disusun Oleh
By. G, umur 7 bulan, jenis kelamin perempuan, dirawat di R. Anak lantai II dengan keluhan
sesak dan sianosis. Klien datang dengan riwayat panas sejak 1 hari sebelum MRS dengan S: 38,7 0C dan
mencret 5x berupa cairan berwarna kuning, ada ampas. Dari hasil pemeriksaan didapatkan: BB saat ini
5 kg, N: 128x/mnt, S: 36,70C, RR: 36 x/mnt, sesak nafas, terpasang alat bantu napas bila tenang (nasal:
2lpm), spell (masker:6 lpm), akral hangat, clubbing finger (+), pergerakan sendi bebas, sianosis, turgor
baik, tidak ada oedem.
Terapi:
- Eritromycin 3x50 mg p.o
- Vit. A 1x5000 IU p.o
- Propanolol 3x0,5 mg p.o
- O2 nasal 2lpm
- Termoregulasi: kompres basah, paracetamol 3x60 mg p.o k/p, inj novalgin 60 mg k/p
- Jika spell: knee chest position, O2 masker 6 lpm, morfin: 0,6 mg SC/ IM, Nabic 84% 6 Meq
IV bolus
Perkembangan: klien mampu memegang dengan ibu jari danjari telunjuk, menyebut papa mama
spesifik. Ibu klien sering menanyakan kondisi anaknya, ekspresi cemas
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hepatitis 3x (2 3 4 bulan)
Campak (- belum cukup umur)
Riwayat nutrisi
Nafsu makan: O Baik OTidak O Mual O Muntah
Pola makan : O 2x/hari O 3x/hari O >3x/hari
Minum: Jenis : ASI dan air , jumlah: ±700cc/hari ( 4-6 kali ASI/hari)
Pantangan makan : O Ya O Tidak
Menu makanan : MPASI berupa beras merah, wortel, brokoli, kentang, ikan, daging
sayur-sayuran dan pisang yang di haluskan
Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini : 5 Kg (Normal: 8 kg), TB : 63 cm, LLA: 9 cm
BB Lahir : 3000 gr BB sebelum sakit: 5 Kg
Status nutrisi : sangat kurang ( GIBU)
Riwayat Perkembangan
Pengkajian Perkembangan (DDST) : Klien mampu memegang dengan ibu jari
danjari telunjuk, menyebut papa mama spesifik.Berdasarkan hasil DDST dapat
diinterpretasikan hasilnya yaitu Normal (Tidak ada keterlambatan)
Tahap Perkembangan Psikososial :
Tahap trust vs mistrust. Ditandai dengan klien lebih dekat pada ibunya dan
tampak rewel jika ibunya dipisahkan dari klien.
Tahap Perkembangan Psikoseksual :
Tahap Oral. Ditandai dengan klien minum asi 4-6 kali perhari namun terkadang
masih rewel karena dibatasi akibat sesak napas hingga kebiruan.
(Blood)Kardiovakuler B2
Irama jantung: O teratur O tidak teratur S1/S2 tunggal O Ya O Tidak
Nyeri dada: O ya O tidak
Bunyi jantung: O Normal O Murmur O Gallop OLain-lain:
CRT: O < 3 detik O > 3 detik
Akral: O Hangat O Panas O Dingin kering O Dingin basah
Lain-lain : Nadi 128 x/menit kuat dan teratur dan cepat, saturasi O2: 95%, sianosis pada
bagian jari kaki dan tangan, Akral teraba hangat
Masalah : Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) & Penurunan curah jantung (D.0008)
Penglihatan (mata)
Pupil : O Isokor O Anisokor O Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : O Anemis O Ikterus O Lain-lain:
Kemampuan pergerakan
Masalah sendi
: Defisit : O(D.0019)
Nutrisi Bebas
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kulit
Warna kulit:
Tyroid: O Ikterus
Membesar O Ya O Sianotik O Kemerahan O Pucat
O keperawatan
Tidak O Hiperpigmentasi
HygienePers. Endokrin
Hipoglikemia
Mandi Masalah Odengan
: 2 :x/hari
Tidak Ya Okeperawatan
diseka
ada masalah Tidak
Sikat gigi : 2x/hari (pagi dan malam hari)
Keramas : 2 x/minggu Memotong kuku: kuku terlihat rapi
Ganti pakaian : 2 x/hari
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
sosio-Psiko-
Terapi/Tindakan lain:
- Termoregulasi: kompres basah, paracetamol 3x60 mg p.o k/p, inj novalgin 60 mg k/p
- Eritromycin 3x50 mg p.o
- Vit. A 1x5000 IU p.o
- Propanolol 3x0,5 mg p.o
- O2 nasal 2lpm
- Jika spell: knee chest position, O2 masker 6 lpm, morfin: 0,6 mg SC/ IM, Nabic 84% 6 Meq IV
bolus
Surabaya,10 Agustus 2020
Ners
R
(Regina Ximenes)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Interpretasi:
By. G lahir tanggal 08-01-2020, lahir preterm 38 minggu
Usia kronologis: 7 bulan
BB saat ini: 5 kg
BB berdasarkan usia (z-score) : SD-3 (BB anak lebih kurus daripada BB normal / GIBU)
Interpretasi:
By. G lahir tanggal 08-01-2020, lahir preterm 38 minggu
Usia kronologis: 7 bulan
TB saat ini: 63 cm
TB berdasarkan usia (z-score) : SD-2 (TB anak lebih pendek daripada TB normal)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISA DATA
TANGGA DATA ETIOLOGI MASALAH
L
10 Agustus DS : Faktor prenatal, Gangguan
2020 Orang tua pasien mengatakan Endogen dan eksogen Pertukaran
anaknya sesak dan kebiruan ↓ Gas (D.0003)
(sianosis) Mempengaruhi
DO: perkembangan janin
- KU Lemah, tampak pada 2 bulan kehamilan
sianosis ↓
- Terpasang O2 Nasal 2 VSD, Stenosis
Lpm pilmonal, overriding
- TTV: RR 36x/menit, Aorta, Hipertrofi
Nadi:128x/mnt Ventrikel
- SpO2 95%, Napas cepat, ↓
sianosis pada bagian jari TOF
kaki dan tangan ↓
- Pernapasan Cuping Kontraktivitas kerja
hidung jantung menjadi berat
- Hasil Lab 10 agaustus untuk memenuhi
2020:AGD : kebutuhan
- PH: 6 (7,35-7,45), ↓
- PCO2 : 48mmHg(35-45, Aktivitas
- PO2: 65mmHg(80-100), meningkat/menangis
- HCO3: 20mEq/L(22-26) ↓
Peningkatan Valsavah
dan pelebaran pembluh
darah
↓
Aliran darah ke paru
menurun
↓
Penurunan pertukaran
gas di paru
↓
Hipoksia
↓
Dispnea dan sianosis
↓
Gangguan pertukaran
gas
2. Penurunan Curah jantung (D.0008) b.d Perubahan preloud dan afterloud DS: Orang tua
pasien mengatakan anaknya sesak dan kebiruan (sianosis) DO:KU Lemah, tampak sianosis
TTV: RR 36x/menit, Nadi:128x/mnt SpO2 95%,
3. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b/d penurunan aliran arteri d.d. DS :Orang tua pasien
mengatakan anaknya kebiruan (sianosis) DO: KU Lemah, tampak sianosis, Terpasang O2 Nasal
2 Lpm, TTV: RR 36x/menit, Nadi:128x/mnt kuat dan teratur dan cepat,TD:90/60 mmHg, SpO 2
95%, Sianosis pada bagian jari kaki dan tangan , Akral teraba hangat
4. Defisit Nutrisi (D.0019) b/d peningkatan metabolism d.d DS: Ibu klien mengatakan
anaknya napsu makan dan minum menurun saat merasakan sesak. tampak kurus dan kebiruan.
DO: BB By.G: 5 Kg (GIBU) (normal:8 kg) PB: 63 cm, Tampak kurus dan kebiruan. Hasil Lab
10 Agustus 2020 GDS:90gr/dL , Minum sehari 700ml, Makan sehari 2-4 sendok MPASI
berupa beras merah, wortel, brokoli, kentang, ikan, daging sayur-sayuran dan pisang yang di
haluskan
5. Risiko Termoregulasi tidak efektif (D.0148) d.d. kebutuhan oksigen meningkat, suplai
lemak subkutan tidak memadai, proses penyakit (infeksi)
6. Ansietas (D.0080) b/d kurang terpapar informasi dan krisis situasional d.d. DS:Ibu klien
mengatakan cemas dengan penyakit yang diderita anaknya dan berharap dengan pengobatan di
RS anaknya dapat cepat sembuh. DO: Ibu klien sering menanyakan tentang kondisi anaknya.
Ekspresi ibu tampak cemas. Klien tampak rewel dan tidak ingin dipisahkan dari ibunya. TTV:
Nadi: 128 x/menit
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Senin, 08.00 Penurunan Curah jantung (D.0008) b.d Perawatan Jantung ( 1.02076)
10 WIB Perubahan preloud dan afterloud Observasi:
Agustus - Monitor saturasi Oksigen
2020 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapeutik:
selama 3 x 24 jam , maka masalah keperawatan - Atur posisi knee to chest position saat terjadi serangan spell
penurunan curah jantung dapat teratasi dengan - Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
kriteria hasil : Edukasi:
Curah Jantung (L.02008) meningkat: - Jelaskan tindakan yang dijalankan pasien
- Denyut nadi perifer membaik Kolaborasi:
- Dispnea membaik - Kolaborasi pemberian morfin: 0,6 mg SC/ IM, Nabic 84% 6 Meq IV bolus saat terjadi
- Tekanan Darah membaik serangan spell
- CRT membaik
3. Senin, 08.00 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b/d Perawatan Sirkulasi (1.02079)
10 WIB penurunan aliran arteri Observasi
Agustus - Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi
2020 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer
selama 3 x 24 jam , maka masalah keperawatan Terapeutik
perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi dengan - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
kriteria hasil : - Lakukan hidrasi
Perfusi perifer (L.02011) meningkat: Edukasi
- Denyut nadi perifer membaik - Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
- CRT membaik
- Tekanan Darah sistolik membaik Pemantauan Tanda Vital (1.02060)
- Diastolik membaik Observasi :
- Akral Membaik - Monitor Nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Monitor pernapasan ( frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor Oksimetri nadi
Terapeutik
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. Senin, 08.00 Defisit Nutrisi (D.0019) b/d peningkatan Manajemen nutrisi (1.03119)
10 WIB metabolism Observasi
Agustus 1. Identifikasi status nutrisi
2020 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Identivikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
selama 3 x 24 jam diharapkan masalah deficit 3. Monitor BB
nutrisi teratasi dengan kriteria hasil: 4. Monitor hasil pemeriksaan lab
Status nutrisi ( L.03030) membaik Terapeutik
- Penerimaan makanan membaik 5. Lakukan oral dan mamae hyegiene sebelum makan/menyusui
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 6. Berikan penguatan positif terhadap target keberhasilan perilaku makan yang baik
- Frekuensi makan meningkkat 7. Awasi pemberian ASI dan makan, hentikan jika kondisi pasien tampak sesak
- Nafsu makan meningkat Edukasi
- BB membaik 8. Anjurkan posisi duduk saat makan dan menyusui
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam target pencapaian BB dan pengaturan diet lunak sesuai
kebutuhan kalori pasien
Edukasi Berat Badan Efektif (1.12365)
Observasi
10. Identifikasi kesiapan untuk menerima informasi
Terapeutik
11. Sediakan materi dan edukasi
12. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
13. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
Edukasi
14. Jelaskan hubungan makanan, latihan, peningkatan BB
15. Ajarkan cara mengelola BB secara efektif
5. Senin, 08.00 Risiko Termoregulasi tidak efektif (D.0148) Manajemen hipertermia(1.15506)
10 WIB d.d. kebutuhan oksigen meningkat, suplai Observasi
Agustus lemak subkutan tidak memadai, proses 1. Identifikasi penyebab hipertermia
2020 penyakit (infeksi) 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor haluaran urine
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapeutik
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
selama 3 x 24 jam diharapkan masalah Risiko 1. Sediakan lingkungan yang dingin
Termoregulasi tidak efektif teratasi dengan 2. Longgarkan atau lepas pakaian
kriteria hasil: 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Termoregulasi (L.14134) membaik 4. Berikan caira oral
- Takipnea menurun 5. Berikan O2 jika perlu
- Suhu tubuh membaik 6. Lakukan pendinginan ekternal / kompres
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit intravena jika perlu
Kolaborasi pemberian antipiretik
6. Senin, 08.00 Ansietas (D.0080) b/d kurang terpapar Reduksi ansietas (1.09314)
10 WIB informasi dan krisis situasional Observasi
Agustus 1. Monitor tanda-tanda ansietas
2020 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapeutik
selama 3 x 24 jam diharapkan masalah ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhan kepercayaan
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Gunakan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan
4. Pahami situasi yang membuat ansietas dengan mendengarkan dengan penuh perhatian
Tingkat ansietas (L.090923) menurun: Edukasi
- Verbalisasi kebingungan menurun 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 6. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
dihadapi menurun 7. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Perilaku tegang menurun 8. Latih kegiatan pengalihan perhatian untuk mengurangi ketegangan
Anjurkan keluarga untuk tepap bersama pasien
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Format Model PIE (Problem Intervensi Evaluasi)
2. Senin, Penurunan Curah 12.00 - Memonitor saturasi Oksigen ( 95%) 14.00 S: Orang tua pasien mengatakan
27
April
jantung (D.0008) b.d
Perubahan preloud
WIB - Mengatur posisi knee to chest position
saat terjadi serangan spell
WIB anaknya sesak dan kebiruan (sianosis)
O:
R
Regina
2020 dan afterloud - Menyediakan lingkungan yang - KU Lemah, tampak sianosis
kondusif untuk beristirahat dan - TTV: RR 36x/menit,
12.30 pemulihan Nadi:128x/mnt
WIB - Menjelaskan tindakan yang dijalankan - SpO2 95%,
pasien A : Masalah Penurunan curah jantung
13.00 - Kolaborasi pemberian morfin: 0,6 mg belum teratasi
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
WIB SC/ IM, Nabic 84% 6 Meq IV bolus P : Intervensi 1,2,3,4,5,dilanjutkan
saat terjadi serangan spell
2. Senin, Perfusi perifer tidak 08.00 - Memeriksa sirkulasi perifer ( CRT>3 14.00 S:
27 efektif (D.0009) b/d
April penurunan aliran
WIB dtk)
- Menghindari pemasangan infus atau
WIB Orang tua pasien mengatakan anaknya
masih kebiruan (sianosis)
R
Regina
2020 arteri pengambilan darah di area keterbatasan O:
perfusi - KU Lemah, tampak sianosis
- Melakukan hidrasi dengan - Terpasang O2 Nasal 2 Lpm
menganjurkan orang tua untuk berhati- - TTV: RR 36x/menit,
hati dalam pemberian ASI Nadi:128x/mnt kuat dan teratur
- Menginformasikan tanda dan gejala dan cepa,TD:90/60 mmHg
08.30 darurat yang harus dilaporkan - SpO2 95%,
WIB - Memonitor Nadi (frekuensi, kekuatan, - Sianosis pada bagian jari kaki dan
irama) (Nadi 128x/Menit kuat dan tangan
teratur) - Akral teraba hangat
09.00 - Monitor pernapasan ( frekuensi, A : Masalah Perfusi perifer tidak
WIB kedalaman) (RR: 36 x/menit cepat dan efektif belum teratasi
teratur) P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8,9
11.30 - Memonitor suhu tubuh ( 36,7oC) dilanjutkan
WIB - Monitor Oksimetri nadi (95%)
- Memantauan TTV sesuai kondisi
pasien setiap 1 jam
- Mendokumentasi hasil pemantauan
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan kepada keluarga dan
orang tua pasien
- Kolaborasi dalam pemberian therapy
Propanolol 3 x 0,5 mg po
- Melakukan pengaturan posisi pasien
knee to chest . O2 Masker 6 Lpm,
morfin: 0,6 mg SC/ IM, Nabic 84% 6
Meq IV bolus saat terjadi serangan
spell
3. Senin, Defisit Nutrisi 08.00 - Memonitor asupan intake dan output 14.00 S: Ibu klien mengatakan anaknya
10 (D.0019) b/d WIB makanan dan cairan serta kebutuhan WIB napsu makan dan minum menurun saat R
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Agustu peningkatan kalori: pasien makan 2-4 sendok setiap merasakan sesak. tampak kurus dan Regina
s 2020 metabolism 08.30 kali makan kebiruan.
WIB - Timbang BB secara rutin : BB : 5 Kg O:
- Memerikan penguatan positif terhadap - BB By.G: 5 Kg (GIBU)
target keberhasilan perilaku makan (normal:8 kg)
yang baik dengan memberikan pujian - PB: 63 cm
09.00 - Sediakan materi dan edukasi mengenai - Tampak kurus dan kebiruan.
WIB pentingnya makanan bergizi dan diet - Hasil Lab 10 Agustus 2020
yang seimbang kepada pasien dan - GDS:90gr/dL
12.00 keluarga - Minum sehari 700ml
WIB - Mengawasi Ibu pasien ketika Makan sehari 2-4 sendok MPASI
menyusui dan memberi makan pasien berupa beras merah, wortel, brokoli,
- Menganjurkan posisi yang nyaman kentang, ikan, daging sayur-sayuran
saat menyusi dan memberi makan dan pisang yang di haluskan
13.00 (kepala di tinggikan) A : Masalah Risiko defisit nutrisi
WIB - Menganjurkan ibu untuk memberi ASI belum teratasi
dan makanan secara perlahan-lahan P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan dilanjutkan
sesuai kesepakatan
- Memberi kesempatan pada keluarga
untuk bertanya
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
target pencapaian BB dan pengaturan
diet lunak sesuai kebutuhan kalori
pasien
- Melayani Vit a 1 x 5000 IU po
4. Senin, Risiko 08.00 - Mengidentifikasi penyebab 14.00 S: Klien datang dengan riwayat panas
10
Agustu
Termoregulasi tidak
efektif (D.0148) d.d.
WIB
-
hipertermia
Memonitor suhu tubuh S: 36,7oC
WIB sejak 1 hari sebelum MRS dengan S:
38,70C dan mencret 5x berupa cairan
R
Regina
s 2020 kebutuhan oksigen 08.30 - Memonitor haluaran urine : Produksi berwarna kuning, ada ampas
meningkat, suplai WIB urine 600 cc O: K/U: Lemah, Tampak Kurus, BB: 5
lemak subkutan tidak - Melonggarkan atau lepas pakaian Kg,
memadai, proses - Melakukan kompres basah jika saat Suhu: 36,7oC
penyakit (infeksi) terjadi demam Hasil Lab 10 Agustus
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10.00 - Memberikan cairan oral WBC:15.000 mm3 (4500-13500/mm3).
WIB - Lakukan pendinginan ekternal / A: Masalah Risiko termoregulasi tidak
kompres efektif belum tertasi
- Menganjurkan tirah baring P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8 dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian cairan dan
eletrolit intravena : Melakukan
pemasangan IVFD RL 21 tpm mikro
- Kolaborasi pemberian antipiretik :
melayani PCT 3 x60 mg po dan
Novalgin 60 mg/IV k/p
- Melayani pemberian antibiotic
Eritromycin 3 x 50 mg po
5. Senin, Ansietas (D.0080 ) 08.00 - Monitor tanda-tanda ansietas (ibu 14.00 S: Ibu klien mengatakan cemas dengan
10
Agustu
b/d krisis situasional WIB pasien tampak
mengatakan cemas)
tegang dan WIB penyakit yang diderita anaknya dan
berharap dengan pengobatan di RS
R
Regina
s 2020 08.30 - Menciptakan suasana terapeutik anaknya dapat cepat sembuh.
WIB untuk menumbuhan kepercayaan
dengan menyapa pasien dserta O: Klien tampak rewel pada ibunya.
keluarga dengan ramah TTV: Nadi: 128 x/menit
- Menggunakan pendekatan dengan A : Masalah ansietas belum teratasi
10.00 tenang dan meyakinkan P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
WIB - Mendengarkan keluhan pasien
dengan penuh perhatian
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan pada pasien
- Menginformasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis ( keluarga memahami apa
yang disampaikan
- Mendengarkan orang tuan pasien
mengungkapkan persepsi mereka
tentang keadaan anaknya
- Menganjurkan keluarga untuk tepap
bersama pasien
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini digambarkan bahwa seorang bayi berumur 7 bulan dirawat di ruang Bona 2
lantai 2 RSUD DR.Soetomo dengan diagnosa TOF (Tetralogi Of Fallot). Pengkajian
dilaksanakan pada hari senin, 10 Agustus 2020 pukul 08.00. Pasien dengan identitas By. G
beralamatkan di Rungkut, Surabaya Jawa timur. MRS pada tanggal 10 Agustus 2020 dengan usia
saat ini adalah 7 bulan 2 hari, bayi lahir aterm pada tanggal 08 Agustus 2020 di usia gestasi 38
minggu dengan berat badan lahir 3000 gram PB 45 cm,Riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya ibu pasien memiliki anak pertama dengan kelainan jantung bawaan,bayi G
merupakan anak kedua dari ibu berusia 35 tahun. Pasien dibawa ke RS dengan keluhan utama
sesak dan kebiruan (sianosis) . Satu hari sebelum MRS klien mengalami panas/demam dengan
suhu S: 38,70C dan mencret 5x berupa cairan berwarna kuning, ada ampas . Ibu klien
mengatakan keluarganya tinggal di area pemukiman dekat pabrik tekstil, sumber air yang mereka
gunakan di rumah adalah air galian sumur yang dekat dengan tempat pembuangan limbah tekstil.
Ibu klien mengatakan waktu hamil sering mengkonsumsi jamu dan ayah klien merupakan
perokok aktif dan sering merokok di dalam rumah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
Kesadaran comphosmenthis, keadaan umum lemah, tampak kebiruan/sianotik pada jari dan
tangan .BB saat ini 5 kg, N: 128x/mnt, S: 36,70C, RR: 36 x/mnt, sesak nafas, terpasang alat
bantu napas bila tenang (nasal: 2lpm), spell (masker:6 lpm), akral hangat, clubbing finger (+),
pergerakan sendi bebas, sianosis, turgor baik, tidak ada oedem.
Berdasarkan kondisi sianosis yang terjadi pada By. G hal tersebut merpakan gejala yang
sangat khas pada pasien dengan TOF, yan disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung yang
meliputi 4 hal diantaranya VSD, Stenosis pulmonal, Overriding Aorta dan hipertrofi ventrikel.
Dari keempat hal tersebut yang berperan penting dalam terjadinya sianosis adalah VSD dan
Overriding Aorta yang mengakibatkan terjadinya pencampuran antara darah yang kaya akan O2
dengan CO2. Diperberat dengan kondisi stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel sehingga
oksigenasi yang terjadi di paru-paru berjalan tidak optimal. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Schmitz dalam Dausawati(2013) yang menyatakan bahwa manifestasi klinis TOF terutama
disebabkan penurunan aliran darah pulmonal dan derajat sianosis TOF ditentukan oleh berat
ringannya obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan. Menurut Erni dalam Soegijianto (2016)
menyatakan bahwa manifestasi klinis TOF mencerminkan derajat hipoksia.
Saat bayi baru lahir biasanya bayi belum bisa sianotik sebab stenosis pulmonal yang masih
ringan, sehingga gambaran klinisnya mirip seperti VSD dengan pirau kiri ke kanan. Bila Bayi
tumbuh, stenosis pulmonal akan bertambah sehingga akan timbul sianosis. Jari Tubuh biasanya
sudah mulai tampak pada usia setelah 6 bulan. Manifestasi yang penting adalah terjadinya
sianosis yang ditandai dengan timbulnya sesak, napas cepat dan dalam, sianosis bertambah,
lemas bahkan disertai kejang atau sinkope. Maka pada Bayi G dalam kasus ini berumur 7 bulan
yang memang gejala sianosis dan dispneu sangat tampak. Selain itu manifestasi lain dari TOF
yaitu ditemukan Asodosis metabolic yang tercermin dalam pemeriksaan AGD berupa PH: 6
(7,35-7,45), PCO2 : 48mmHg(35-45), PO2: 65mmHg(80-100), HCO3: 20mEq/L(22-26) yang
sesuai dengan pernyataan Erni dalam Soegijianto (2016) yakni pada penderita TOF hasil lab
AGD ditemukan kecendrungan asidosis metabolik. Selain itu dari hasi Ro thoraks didapatkan
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hasil berupa kelainan pada jantung berupa apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti
sepatu Maka bersadarkan data dalam kasus penulis mengangkat masalah Gangguan Pertukaran
gas (D.0003) sebagai masalah utama karena merupakan keluhan utama dan jika hal tersebut tidak
ditangani segera maka akan menimbulkan masalah lebih lanjut pada sistem lain yang bahkan
berakibat kematian.
Selain sianosis dan sesak, dari hasil pemeriksaan fisik seperti SPO2 95% yang sesuai
dengan pernyataan Erni dalam Soegijianto (2016) yang mengatakan pada pasien TOF
pemeriksaan oksimetri jarang mencapai 100% meskipun pemberian Oksigen 100%. Maka itu
dalam pada kasus penulis memilih intervensi Pemantauan Respirasi (1.01014) danTerapi
Oksigen (1.01026) sebagai rencana keperawatan untuk mengoptimalkan dan menjaga pertukaran
gas dalam tubuh pasien menjadi efektif meskipun tidak bisa seoptimal mungkin. Dalam
intervensi pemantauan RR juga patut diperhatikan saat terjadi spell pada By.G yaitu mengaturan
posisi pasien knee to chest . O2 Masker 6 Lpm, morfin: 0,6 mg SC/ IM, Nabic 84% 6 Meq IV
bolus . O2 Masker bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen akibat peningkatan
metabolism, Morvin untuk menghambat pusat pernapasan dan mengakibatkan tubuh pasien
tertidur ( efek psikotropika/penenang) dan propranolol yang merupakan jenis obat beta blocker
yang berperan dalam penangaan ritme detak jantung abnormal akibat peningkatan laju
metabolisme. Menurut Erni dalam Soegijianto (2016) serangan sianosis bisa terjadi setiap
waktu, paling sering di pagi hari setelah bangun tidur dan sering sebagaia factor pencetusnya
adalah gerakan peristaltic isis saat BAB, makan dan menangis. Hal itu terjadi akibat peningkatan
Cardiac Output yang mendadak mengakibatkan pengembalian aliran vena balik sistemik yang
meningkat. Bila disertai penyempitan aliran balik vena kaknan yang menetap dan adanya spasme
infundibulum maka pirau kanan ke kiri makin meningkat sehingga terjadi penurunan PO2,
peningkatan PCO2 dan penurunan PH sebagai kompensasi tubuh terhadap hiperkepnea.
Dalam kasus ini diduga penyebab terjadinya TOF terletak pada factor Endogen yakni ibu
sebelumnya pernah melahirkan bayi dengan PJB, dan factor eksogen diantaranya keluarga bayi
G tersebut tinggal di area pemukiman dekat pabrik dengan sumber air berdekatan dengan tempat
pembuangan limbah pabrik tekstil. Selain itu ibu By G memiliki riwayat minum jamu pada saat
hamil. Hal ini selaras dengan pernyataan (Israr, 2010) yang menyatakan penyebab dari TOF
dikarenakan factor Endogen dan Eksogen diantaranya berbagai h=jenis penyakit genetic:
kelainan kromosom, riwayat melahirkan anak sebelumnya menderita PJB. Faktor
Eksogendiantaranya riwayat kehamilan ibu sebelumnya, riwayat konsumsi obat atau jamu tanpa
resep dokter selama kehamilan serta pajanan sinar X atau radikal bebas.
By.G juga memiliki BB yang rendah dari normal yang seharusnya berdasarkan Z-score
untuk usia bayi 7 bulan adalah 8 kg, dan dengan tabel z-score dapat diinterpretasikan By G
tergolong dalam -3 SD yang termasuk kedalam kondisi buruk. Selain BB, By G juga memiliki
PB 63 yang jika dilihat denga z –score tergolong dalam -2 SD. Anak dengan TOF cenderung
untuk memiliki BB dan TB yang lebih rendah dibandingkan dengan normal yang dapat
disebabkan akibat ketidakadekuatan jantung dalam mendistribusikan O2 secara optimal ke
seluruh tubuh. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wisnuwardhana dalam Maramis (2014) yang
mengatakan status gizi pada bayi dan anak penderita PJB dipengaruhi oleh nutrient, kebutuhan
energy, komponen diet. Kondisi prenatal seperti gangguan pertumbuhan intrauterine, kromosom
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang abnormal contohnya trisomy kromosom 18 dan 21 dan malformasi nonkardiak yang lain
seperti palate schizis yang dapat berpengaruh pada nutrisi yang masuk, pertumbuhan dan
perkembangan. Walaupun anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi dengan adanya penyakit jantung yang
dimiliknya mereka memiliki risiko yang besar untuk jatuh dalam keadaan nutrisi buruk, anak
dengan PJB sering menunjuk-kan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan
pertumbuhan. Malnutrisi pada penyakit jantung menyebabkan kegagalan perkembangan karena
asupan nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan absobsi (Maharamis, 2013). Berdasarkan hal
tersebut maka penulis mengangkat masalah deficit nutrisi (D.0019) dengan menerapkan
intervensi manajemen nutrisi (1.130119) yang mana dalam intervensi tersebut juga patut
diperhatikan dan diawasi mengenai cara pemberian asi dan makan kepada pasien yaitu dengan
mengatur posisi yang nyaman dan diberikan secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya aspirasi oleh karena keluhan dispnea yang dialami.
Dalam kasus terdapatdata yang menunjukan ibu pasien sering bertanya tentang keadaan
anaknya srta tampak tegang. Hal ini merupakan bentuk dari dampak hospitalisasi pada orang tua
dengan anak TOF yang mengharuskan anak menjalani perawatn di RS dan harus melakukan
control berulang demi mempertahankan status kesehatan yang baik. Maka diagnose keperawatan
yang diatas dengan masalah Ansietas (D.0080) relevan dengan keadaan yang dialami ibu By. G.
ditambah lagi dengan data pendukung berupa By.G tampak rewel dan sering bergelayut pada ibu
dan tidak ingin dipisahkan selama menjalani perawatan. Menurut teori perkembangan
psikososial Erikson By.G dengan usia 7 ulan tergolong dalam anak dengan usia 0-18 bulan yang
berada pada tahap Trust Vc Miss Trust . Pada tahap ini anak akan mulai beradaptasi dengan
sekitarnya dan sepenuhnya bergantung pada orang lain dalam hal ini ibu pasien. Perkembangan
rasa percaya dibentuk berdasarkan kesungguhan dan kualitas penjagaan / yang merawat bayi.
Intervensi yang dipilih berupa Reduksi Ansietas (1.09314) untuk mengatasi masalah ansietas
yang dialami pasien dan ibu sebagai dampak dari hospitalisasi yang dijalani.
DAFTAR PUSTAKA
Israr Yayan Akhyar .(2010). Tetralogy Of Fallot; Universitas of Riau. Pekan Baru;
http://www.Files-of-DrsMed.tk
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
A. Definisi
Berdasarkan metode pemberian terapi oksigen dibagi menjadi 3, sebagai berikut:
1. Close system
Pemberian terapi oksigen dengan jalan mengisi aliran udara bebas melalui
pipa endotrakheal, tracheostomy atau masker ketat yang dihubungkan ke
ventilator atau alat anastesi.
a. Keuntungan : Konsentrasi O2 bisa mencapai100%
b. Kerugian:
1) Klien merasa tidak nyaman,
2) Kemungkinan intoksikasi O2,dan
3) Bahaya jika terjadi kegagalan suplaiO2.
A. Prosedur Oksigenasi
1. Nasal Kanul
a. Karakteristik
1) Terdapat 2 ujungmasing-masing 1.5 cm (0,5 inch) yang menonjol keluar.
2) Tidak dapat megirimkan konsentrasi 02 > 40%.
b. Perkiraan Konsentrasi O2
1) 1L=24–25%
2) 2L=27-29%
3) 3L=30–33%
4) 4L=33–37%
5) 5L=36-39%
6) 6L=41-45%
c. Keuntungan
1) Murah dan mudah diberikan,
2) Ringan dan relatif nyaman,
3) Tersedia untuk beberapa kelompok usia,
4) Dapat digunakan dalam jangka waktu lama,dan
5) Klien masih bisa beraktifitas(makan,minum,berbicara).
d. Kerugian
1) Mudah lepas
2) Aliran meningkat menyebabkan iritasi mukosa hidung dan faring
3) Konsentrasi O2 tergantung pada RR dan tidal volume.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
1) O2 sumber,
2) Masker O2,
3) Reservoir,
4) Selang O2,
5) Humidifire (jika perlu),
6) Flow meter,dan
7) No smoking sign.
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Pasang No Smoking sign.
2. Isi Humidifire dengan air.
3. Sambungkan selang luar humidifire
4. Sambungkan flow meter.
5. Tunjukkan masker dan terangkan prosedurnya.
6. Isi reservoir bag dengan O2,kosongkan sebelumnya.
7. Pasang masker O2 pada wajah klien.
8. Atur Flow meter.
9. Tetap bersama klien untuk beberapa waktu untuk membuat klien nyaman dan
observasi reaksinya.
10. Lepaskan secara periodik untuk mengeringkan wajah sekitar masker, beri bedak dan
massage wajah sekitar masker.
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
1) Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
2) Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan klien kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
1) Catat flow rate dan respon klien dengan segera serta toleransi klien terhadapalat.
2) Observasi perubahan kondisi klien.
3) Observasi adanya kerusakan alat dan level air humidifier
5. Masker Venturi
a. Karakteristik
1) Mahal,
2) Dibutuhkanwaktuuntukmenggantikonectorbilainginmerubahkonsentrasi,
3) Konektorberesikohilang,dan
4) Klientidakbebasberaktifitas.
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
1) SumberO2
2) Flowmeter
3) Venturi masker with konektor
Bila menginginkan higthumidity:
1) Sumber compressed airsource
2) Flowmeter
3) Humidifire dan air
4) Selang berukuran besar
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Pasang tanda dilarang merokok pada pintu atau tempat yang mudah dilihat
2. Tunjukkan venturi masker dan terangkan prosedurnya.
3. Set venturi masker sesuai kebutuhan FiO2.
4. Sambungkan selang masker dengan sambungan luar humidifire.
5. Cek aliran udara apakah sudah benar-benar mengalir.
6. Letakkan masker venturi pada hidung, mulut dan dagu klien bagian bawah dan pasang
elastik strapnya.
7. Cek aliran udara tidak buntu.
8. Bila menggunakan high humiditi:
9. Sambungkan humidifire dan sumber O2
10. Pasang selang pada humidifire dan sambung tubing pada dasar konektor
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dankeluarga:
1) Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
2) Jangan merubahflowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
1) Catat flow rate dan respon klien, Laporkan bila klien intolerance terhadap terapi.
2) Bila klien menunjukkan retensi CO2, lakukan BGA tiap 30 menit, selama 1 – 2
jam atau sampai PaO2> 50 mmHg dan PaCO2 tidak meningkat, Monitor PH,
Laporkan bila PH meningkat.
3) Observasi tingkat kenyamanan klien.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (T. Pogja
(ed.); 1 Cetakan II).Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.