Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG BONA 2


RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH:

MAXIMUS BERTOLOMEUS DUE


NIM. 131923143009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
TRIGGER CASE KASUS BONA 2
STASE KEPERAWATAN ANAK

KEJANG DEMAM

Seorang anak usia 2 tahun dirawat di ruang Bona 2 dengan diagnose medis
Kejang Demam. Hasil anamnesa didapatkan data:
Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan
menghentak – hentak, kejang berhenti sendiri, setelah kejang anak
menangis dan terlihat lemas, saat kejang Suhu tubuh terukur: 39 0C, ibu
mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, ini adalah kejang yang pertama kali. RR 24 x/menit. Hasil
pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski I positif. Berat
badan anak 8 kg.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


Pengkajian tgl. : 04/05/2020 Jam : 10.00
MRS tanggal : 03/05/2020 No. RM : 11.12.XX
Ruang/Kelas : 3 Diagnosa Masuk : Kejang demam

Identitas Anak Idenitas Orang Tua


Nama :
An. A Nama Ayah : Tn. M
Tanggal Lahir :
02/05/2018 Nama Ibu : Ny. S
Identitas

Jenis kelamin :
Perempuan Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
Usia :
2 tahun Pendidikan Ayah/Ibu : SLTA
Diagnosa Medis :
Kejang Agama : Islam
Demam Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Diagnosa Medis : Surabaya Alamat : Surabaya
Keluhan Utama : : Orangtua
Ibu mengatakan anaknya kejang selama 5 menit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan
menghentak – hentak, kejang berhenti sendiri, setelah kejang berhenti anak menangis dan
terlihat lemas, tidak nafsu makan, saat kejang Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR:
24x/menit, ibu mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, ini adalah kejang yang pertama kali. Ibu mengatakan takut dan khawatir
dengan kondisi penyakit anaknya saat ini yang dirawat di rumah sakit, tampak tegang,
gelisah dan murung. Hasil pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski I positif.

Riwayat kesehatan sebelumnya


Riwayat Kesehatan yang lalu :
 Penyakit yg pernah diderita
O DEMAM O KEJANG O BATUK PILEK
O MIMISAN O Lain-lain..............................................................
Riwayat Sakit dan kesehatan

 Operasi : O Ya O Tidak Tahun......................................


 Alergi : O Makanan O obat O Udara
O Debu O Lainnya, sebutkan.................................................
 Imunisasi : BCG 1x (2 bln) Polio 4.x ( 2,3,4,5 bln) DPT 3x(3,4,5 bln), Campak
1x (9 bln) Hepatitis 4x (0, 3, 4, 5 bln)
Riwayat kesehatan keluarga
 Penyakit yang pernah diderita keluarga: penyakit Hipertensi
 Lingkungan rumah dan komunitas: Bersih
 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan: ada yang merokok dalam keluarga
 Persepsi keluarga terhadap penyakit anak: Disebabkan oleh penyakit

Riwayat nutrisi
 Nafsu makan: O Baik O Tidak O Mual O Muntah
 Pola makan : O 2x/hari O 3x/hari O >3x/hari
 Minum: Jenis air putih, jumlah: 1.200cc/hari
 Pantangan makan : O Ya (Jenis:………………………………..) O Tidak
 Menu makanan : bubur, sayur, lauk dan buah
Riwayat Pertumbuhan
 BB saat ini : 8 Kg, PB : 84 cm, LD: 38cm, LK: 46 cm LLA: 16 cm
 BB Lahir : 3000 gr, BB sebelum sakit: 11 Kg
 Panjang Lahir: 48 cm IMT : 12
 Status Gizi: Buruk

Riwayat Perkembangan
 Pengkajian Perkembangan (DDST) :
Ibu mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan pada gerakan motorik
halus, bahasa dan gerakan motorik kasar.
 &
Observasi Tahap Perkembangan
Pemeriksaan Psikososial : Of System)
Fisik (ROS:Review
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keadaan Umum : O Baik O Sedang O Lemah
ROS Tanda vital TD: mmHg, Nadi: 120x/menit, Suhu Badan: 39 C, RR: 24x/menit 0

Pernafasan B1 (Breath)
Bentuk dada : O Normal O Tidak, jenis...........................................
Pola nafas Irama : O Teratur O Tidak teratur
Jenis O Dispnoe O Kusmaul O Ceyne Stokes O Lain-lain:
Suara Nafas : O Vesiculer O Ronchi O Wheezing O Stridor O Lain-lain:
Sesak Nafas O Ya O Tidak Batuk O Ya O Tidak
Retraksi otot bantu nafas : O Ada O ICS O Supraklavikular O Suprasternal
O Tidak ada
Alat bantu pernafasan : O Ya: O Nasal O Masker O Respirator (...............lpm)
O Tidak
Lain-lain :......................................................................................
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
(Blood)Kardiovakuler B2

Irama jantung: O teratur O tidak teratur S1/S2 tunggal O Ya O Tidak


Nyeri dada: O ya O tidak
Bunyi jantung: O Normal O Murmur O Gallop OLain-lain:..............................
CRT: O < 3 detik O > 3 detik
Akral: O Hangat O Panas O Dingin kering O Dingin basah
Lain-lain :
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total:15


Reflek Fisiologis: O menghisap O menoleh O menggenggam O moro (Khusus
neonatus/Infant)
O Patella O Triceps O Biceps O Lain-lain:....................
Reflek Patologis: O Babinsky O Budzinsky O Kernig O Kaku kuduk OLain-lain
…….. Lain-lain: kejang selama 5 menit
Istirahat / tidur: 6-7 jam/hari Gangguan tidur:
Kebiasaan sebelum tidur: O Minum susu O Mainan O Cerita / Dongeng
Masalah : Risiko cedera
(Brain)Persarafan & Penginderaan B3

Penglihatan (mata)
Pupil : O Isokor O Anisokor O Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : O Anemis O Ikterus O Lain-lain:

Gangguan Penglihatan : O Ya O Tidak


Pendengaran(Telinga) :
Gangguan Pendengaran : O Ya O Tidak Jelaskan:........................................

Penciuman (Hidung) :
Bentuk : O Normal O Tidak Jelaskan:........................................
Gangguan Penciuman : O Ya O Tidak Jelaskan:.........................................

Lain-lain: Ibu mengatakanOanaknya panas, O


Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit
n B4Perkemiha

Kebersihan:
Masalah : HipertermiaBersih Kotor
Urin: Jumlah:.2500 cc/hr: Warna: kuning Bau: amoniak
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Kandung kencing : Membesar O Ya O Tidak
Nyeri tekan O Ya O Tidak 2
n B5Pencernaa

Nafsu makan:
Masalah : Tidak O Baik
ada O Menurun
masalah keperawatan Frekuensi: x/hari
Porsi makan: O Habis O Tidak Ket.:
Minum: 100 cc/hari Jenis: susu
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: O Bersih O Kotor OOTerbatas
Berbau
keleta B6Muskulos

Kemampuan pergerakan
Masalah sendi
: Defisit : O Bebas
nutrisi
Kekuatan otot: pada ekstremitas bawah bagian kanan mengalami ganguan
Kulit
Warna kulit: O Ikterus O Sianotik O Kemerahan O Pucat O Hiperpigmentasi
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HygienePers. Endorin Tyroid: Membesar O Ya O Tidak

Hiperglikemia O Ya O Tidak

Hipoglikemia
Mandi : 1x/hari
Masalah O Ya
: Tidak ada masalahOkeperawatan
Tidak Sikat gigi :1x/hari
Keramas : 1x/hari Memotong kuku: 1x/minggu
Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah : Tidak ada masalah
sosio-Psiko-

a. Ekspresi afek dan emosi : O Senang O Sedih O Menangis


O Cemas O Marah O Diam
O Takut O Lain:.......................................................
b. Hubungan dengan keluarga: O Akrab O Kurang akrab
c. Dampak hospitalisasi
Data Penunjang Masalah
(Lab, Foto, USG,
: tidak bagi anak:
adadll)
masalah keperawatan
Laboratorium :
Darah lengkap
Hemoglobin 10,3 g/dl (11,7 – 15,2)
Leukosit 14,270/mm3 (4.600-10.000)
Hematokrit 27,17% (36-47)
Eritrosit 3,04 jt/mm3 (3,7-5,4)
Trombosit 232.000 /mm3 (150.000-400.000)
Albumin 3 g/dL (3,4 – 4,8)
Radiologi:
Adanya segi tiga codman dan dekstruksi korteks tulang

Terapi/Tindakan lain:

1. Diazepam 0,5 mg/kgBB/x perektal


2. Ceftriaxone dosis anak 80 mg/kgbb/hari
3. Antipiretik : Paracetamol 15mg/kgBB per 6 jam
4. Infus NaCl : 960 ml/24 jam

Surabaya,04 Mei 2020


Ners

(Maximus Bertolomeus Due)


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak:
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 02/05/2018
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 2 tahun
Alamat : Surabaya
Sumber Informasi : Orangtua anak
Diagnosa Medis : Kejang demam

2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik:


Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan menghentak – hentak,
kejang berhenti sendiri, setelah kejang berhenti anak menangis dan terlihat lemas, tidak nafsu
makan, saat kejang Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit, ibu mengatakan anak sudah
demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma sebelumnya, ini adalah kejang yang pertama
kali. Ibu mengatakan takut dan khawatir dengan kondisi penyakit anaknya saat ini yang dirawat
di rumah sakit, tampak tegang, gelisah dan murung. Hasil pemeriksaan neurologis kaku kuduk
positif, brudzinski I positif.

3. Pemeriksaan penunjang:

Laboratorium :
Darah lengkap
Hemoglobin 10,3 g/dl (11,7 – 15,2)
Leukosit 14,270/mm3 (4.600-10.000)
Hematokrit 27,17% (36-47)
Eritrosit 3,04 jt/mm3 (3,7-5,4)
Trombosit 232.000 /mm3 (150.000-400.000)
Albumin 3 (3,4 – 4,8)

4. Terapi:

1. Diazepam 0,5 mg/kgBB/x perektal


2. Ceftriaxone dosis anak 80 mg/kgbb/hari
3. Antipiretik : Paracetamol 15mg/kgBB per 6 jam
4. Infus NaCl : 960 ml/24 jam
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISA DATA

TANGGA DATA ETIOLOGI MASALAH


L
04 Mei DS: Infeksi virus, Hipertermia
2020 - Ibu mengatakan anaknya masih panas bakteri, parasit (D.0130)
selama di rumah sakit
DO : Reaksi inflamasi
- Pasien teraba panas
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR Proses demam
24x/menit.
Panas

04 Mei DS: Infeksi virus, Defisit nutrisi


2020 - Ibu mengatakan anaknya lemas, tidak bakteri, parasit (D.0019)
nafsu makan
DO : Peningkatan
- Anak terlihat lemas kebutuhan
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR metabolisme
24x/menit.
- Akral hangat kering pucat. Kerusakan
- Konjungtiva anemis. mukosa lambung
- Hasil lab Hb: 10,3 (11,7-15,2) dan usus
- Albumin 3 (3,4-4,8)
Mual
- PB: 84cm, BB: 8 kg, IMT : 12
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan
¼ porsi

04 Mei DS : Rangsangan Risiko cedera


2020 - Ibu mengatakan anaknya masih kejang mekanik dan (D.0136)
1 kali selama berada di rumah sakit biokimia

DO :
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR Perubahan
24x/menit. konsentrasi ion
- Kaku kuduk positif diruang
- Brudzinski 1 positif ekstraselular
- Akral hangat kering pucat.

Ketidak
seimbangan
potensial
membrane
ATP ASE

Perubahan difusi
Na+ dan K+

Pelepasan muatan
listrik meluas

Kejang
-
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan:


DS:
- Ibu mengatakan anaknya masih panas selama di rumah sakit
DO:
- Pasien teraba panas
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit.

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan:


DS:
- Ibu mengatakan anaknya lemas, tidak nafsu makan
DO:
- Anak terlihat lemas
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit.
- Akral hangat kering pucat.
- Konjungtiva anemis.
- Hasil lab Hb: 10,3 (11,7-15,2)
- Albumin 3 (3,4-4,8)
- PB: 84cm, BB: 8 kg, IMT : 12
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan ¼ porsi

3. Risiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia ditandai dengan:


DS:
- Ibu mengatakan anaknya masih kejang 1 kali selama berada di rumah sakit
DO:
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit.
- Kaku kuduk positif
- Brudzinski 1 positif
- Akral hangat kering pucat.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSIS
HARI/
WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL
(Tujuan, Kriteria Hasil)
04/05/202 08.00 D.0130. Hipertermia Manajemen hipertermia 1.15506
0 berhubungan dengan Observasi:
proses penyakit 1. Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi, 1. Mengetahui pokok persoalan
terpapar lingkungan panas) 2. Tidak memperparah keadan pasien
2. Monitor suhu tubuh 3. Cairan yang cukup akan menormalkan suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit 4. Kompres dengan air dingin biasa agar suhu tubuh
4. Monitor komplikasi akibat hipertermia kembali normal
Terapeutik: 5. Pemenuhan kebutuhan oksigen yang kurang
1. Sediakan lingkungan yang dingin 6. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Longgarkan pakian
3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin
dengan air suhu biasa)
5. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

Manajemen Nutrisi I. 03119


04/05/202 08.00 D.0019.Defisit nutrisi Observasi:
0 berhubungan dengan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status gizi
peningkatan kebutuhan 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
metabolisme 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 3. Untuk menentukan jumlah sesuai dengan
4. Identifikasi perlunya penggunaan selang kebutuhan
nasogastrik 4. Alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan
5. Monitor berat badan nutrisi
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 5. Berat badan rendah menggambarkan gizi
7. Monitor asupan makanan kurang
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Terapeutik: 6. Oral hygiene sebelum makan dapat
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu meningkatkan selera makan
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang 7. Makanan tinggi kalori, protein dan serat dapat
sesuai memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah 8. Untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
konstipasi yang dibutuhkan pasien
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
04/05/202 08.00 D.0136. Risiko cedera b.d Manajemen Kejang (1.06193)
0 disfungsi biokimia Observasi:
1. Monitor terjadi kejang berulang 1. Membantu dalam menentukan keberhasilan
2. Monitor karakteristik kejang (aktivitas motoric dan porgresi kejang) manajemen kejang berulang
3. Monitor tanda – tanda vital 2. Menghindari cedera yang lebih parah
Terapeutik: 3. Agar kebutuhan oksigenasi tetap terpenuhi
1. Baringkan pasien agar tidak terjatuh 4. Mempermudah perawatan dan pengobatan
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas selanjutnya
3. Longgarkan pakian terutama di bagian leher 5. Menghindari terjadinya aspirasi
4. Jauhkan benda – benda berbahaya terutama benda tajam 6. Menghindari terjadinya cedera otot dan tulang
5. Catat durasi kejang 7. Anti konvulsan dapat membantu meredakan kejang
6. Pasang akses intravena jika perlu yang dialami oleh pasien
7. Berikan oksigen
Edukasi:
1. Anjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam mulut
pasien saat periode kejang
2. Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerassan untuk menehan
gerakan pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian antikonvulsan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT MODEL PIE (PROBLEM INTERVENSI EVALUASI)

MASALAH WAKT IMPLEMENTASI WAKT EVALUASI


U U
D.0130. Hipertermia 10.00 Manajemen hipertermia 1.15506 14.00 S:
berhubungan dengan proses Observasi: - Ibu mengatakan anak kejang 5
penyakit 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia menit
(dehidrasi, terpapar lingkungan panas) - Ibu mengatakan anaknya panas
2. Memonitor suhu tubuh O:
3. Memonitor kadar elektrolit - Pasien teraba panas
4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia - Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR
Terapeutik: 24x/menit.
1. Menyediakan lingkungan yang dingin - Akral hangat kering pucat.
2. Melonggarkan pakian anak
3. Berikan cairan oral A:
4. Memberikan kompres dingin dengan air suhu - Masalah hipertermia sebagian
biasa teratasi
5. Berikan oksigen jika perlu P:
Edukasi: - Intervensi dipertahankan
1. Meganjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

D.0019.Defisit nutrisi 10.30 Manajemen Nutrisi I. 03119 14.00 S:


berhubungan dengan Observasi: - Ibu mengatakan anaknya lemas dan
peningkatan kebutuhan 1. Mengidentifikasi status nutrisi tidak nafsu makan
metabolisme 2. Mengidentifikasi makanan yang disukai O:
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis - Anak terlihat lemas
nutrien - Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR
4. Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang 24x/menit.
nasogastrik - Akral hangat kering pucat.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Memonitor berat badan - Konjungtiva anemis.
6. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium - Hasil lab Hb: 10,3 (11,7-15,2)
7. Memonitor asupan makanan - Albumin 3 (3,4-4,8)
Terapeutik: - TB: 84cm, BB: 8 kg, IMT : 12
1. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu - Porsi makan yang disajikan
yang sesuai dihabiskan ¼ porsi
2. Memberikan makanan tinggi serat untuk A:
mencegah konstipasi - Masalah defisit nutrisi teratasi
3. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi sebagian
protein P:
4. Memberikan suplemen makanan - Intervensi dipertahankan
Edukasi:
1. Menganjurkan posisi duduk saat makan
2. Mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
D.0136. Risiko cedera 09.30 Manajemen Kejang (1.06193) 14.00 S:
berhubungan dengan Observasi: - Ibu mengatakan anaknya panas
disfungsi biokimia 1. Memonitor terjadinya kejang berulang O:
2. Memonitor karakteristik kejang (aktivitas motorik dan porgresi - Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR
kejang) 24x/menit.
3. Memonitor tanda – tanda vital - Kaku kuduk positif
Terapeutik: - Brudzinski 1 positif
1. Membaringkan pasien agar tidak terjatuh - Akral hangat kering pucat.
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas A:
3. Melonggarkan pakian anak terutama di bagian leher - Masalah risiko cedera teratasi
4. Menjauhkan benda – benda berbahaya terutama benda tajam sebagian
5. Mencatat durasi kejang P:
Edukasi: - Intervensi dipertahankan
1. Menganjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang
2. Menganjurkan keluarga tidak menggunakan kekerassan untuk
menehan gerakan pasien
Kolaborasi:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Melakukan kolaborasi pemberian antikonvulsan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMBAHASAN
Dalam kasus ini digambarkan bahwa seorang An. A berumur 2 tahun dirawat di ruang Bona

2 dengan diagnosa medis kejang demam. An. A masuk rumah sakit pada tanggal 03 Mei 2020 dengan

keluhan Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan menghentak –

hentak, kejang berhenti sendiri setelah kejang berhenti anak menangis dan terlihat lemas. Dilakukan

pengkajian pada tanggal 04 Mei 2020. Saat pengkajian didapatkan hasil anak terlihat lemas, Suhu: 39
0
C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit, BB: 8 kg, pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski

I positif, ibu mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma sebelumnya, ini

adalah kejang yang pertama kali, ibu mengatakan takut dan khawatir dengan kondisi penyakit anaknya

saat ini yang dirawat di rumah sakit, tampak tegang, gelisah dan murung. Hasil pemeriksaan

antropometri didapatkan hasil BB:8kg, PB: 84cm, LLA: 16cm, dan IMT: 12.

Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah kejang demam.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-

15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi

otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.

Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron

dan dalam waktu yang singkat terjadi disfusi dari ion kaliun maupun ion natrium melalui

membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini

demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya

dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter”dan terjadi kejang. Tiap anak

mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang

seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 0C sedang anak dengan ambang kejang

yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat

disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang

kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat

suhu berapa pasien menderita kejang ( Ngastiyah, 2014).

Berdasarkan data hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka

masalah keperawatan yang muncul pada An. A adalah hipertermia, defisit nutrisi, risiko cedera.

Masalah keperawatan hipertermia yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya kejang selama
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5 menit, anaknya panas sudah 3 hari, Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit. Intervensi

yang diberikan yaitu manajemen hipertermia. Dalam manajemen hipertermia klien akan

dilakukan indentifikasi penyebab hipertemia, monitor suhu tubuh, kadar elektrolit, kompres air

suhu biasa, memberikan cairan dan elektrolit intravena guna menjawab tujuan dan kriteria hasil

yang sesuai dengan SLKI (2019) yaitu kejang menurun, suhu tubuh membaik, pengisian kapiler

membaik dan ventilasi membaik.

Kompres dingin menurunkan temperatur kulit lebih cepat dari pada temperatur inti tubuh,

sehingga merangsang vasokonstriksi dan shivering. Shivering mengakibatkan gangguan

metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan volume respirasi, meningkatkan

persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi dan meningkatkan aktifitas sistem saraf

simpatis. Oleh karena itu, kompres dingin kurang efektif dalam tatalaksana demam karena

selain kurang nyaman juga merangsang produksi panas dan menghalangi pengeluaran panas

tubuh ( Susanti, 2012).

Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke

hypothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di

hypothalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan

vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusatvasomotor pada

medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bagian anterior sehingga

terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan

energi/panas melalui kulit meningkat, diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga

mencapai keadaan normal kembali (Nursanti, 2009 dalam Djuwarijah (2009)). Panas dari

kompres panas dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahankan suhu yang konstan,

perawat harus sering mengganti kompres atau menggunakan bantalan akuatermi yang hangat

atau bantalan panas kedap air di atas kompres. Karena kelembaban dapat mengantarkan panas,

maka untuk membuat kompres lembab, semua pengaturan suhu pada alat pemanas harus lebih

rendah dari pada membuat kondisi kering. Lapisan pembungkus plastik atau handuk kering juga

dapat mengisolasi kompres dan menahan panas. Panas yang lembab dapat meningkatkan

vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit (Perry, 2005) . Kompres hangat adalah

melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan temperatur

maksimal 43 ̊C. Lokasi kulit tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kompres hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang

ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga

meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi

demam kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik

saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.

Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak berlawanan dalam

menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian kombinasi keduanya dianjurkan

pada tatalaksana demam (Susanti, 2012).

Pada masalah keperawatan defisit nutrisi, yang ditandai dengan ibu mengatakan

anaknya lemas, tidak nafsu makan, Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit, akral hangat

kering pucat, konjungtiva anemis, hasil lab Hb: 10,3 (11,7-15,2), albumin 3 (3,4-4,8), PB:

84cm, BB: 8 kg, IMT : 12, Porsi makan yang disajikan dihabiskan ¼ porsi. Masalah

keperawatan ini diberikan intervensi manajemen nutrisi dengan mengidentifikasi status nutrisi,

makanan yang disukai, kebutuhan kalori dan jenis nutrient, memonitor berat badan, hasil

pemeriksaan laboratorium, asupan makanan, memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan. Keseluruhan intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien.

Pada masalah keperawatan risiko cedera, yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya

kejang selama 5 menit, suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit, kaku kuduk positif,

brudzinski 1 positif, akral hangat kering pucat. Intervensi yang diberikan untuk masalah

keperawatan ini adalah manajemen kejang yaitu memonitor terjadinya kejang berulang,

karakteristik kejang (aktivitas motorik dan porgresi kejang), tanda – tanda vital,

mempertahankan kepatenan jalan nafas, melonggarkan pakian anak terutama di bagian leher,

menganjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam mulut pasien saat periode

kejang, menganjurkan keluarga tidak menggunakan kekerassan untuk menehan gerakan pasien,

melakukan kolaborasi pemberian antikonvulsan (SIKI, 2018).


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

1. Aliabad GM, Khajeh A, Fayyazi A, Safdari L. Clinical, Epidemiological and Laboratory


Characteristics of Patients with Febrile Convulsion. Journal of Comprehensive
Pediatrics. 2013;4(3):134-7.

2. American Academy of Pediatrics. Committee on Quality Improvement, Subcommittee


on Febrile Seizures. Practice Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple
Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103 (6): 1307-9.

3. Deliana M. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002;4(2):59 - 62.

4. Fuadi. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak: Universitas Diponegoro;
2010.

5. Graves RC, Oehler K, Tingle LE. Febrile Seizures : Risks, Evaluation, and Prognosis.
American Family Physician. 2012;85(2):149-53.

6. Pasaribu AS. Kejang Demam Sederhana Pada Anak yang Disebabkan karena Infeksi
Tonsil dan Faring. Medula. 2013;1(1):65-71.

7. PPNI, D. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

8. PPNI, D. (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. 1st edn. Jakarta.

9. PPNI, D. (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria

10. Wardhani AK. Kejang Demam Sederhana Pada Anak Usia Satu Tahun. Medula.
2013;1(1):57-64.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENANGANAN AWAL KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI RUMAH

Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 0C, yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan – 5
tahun
Tujuan Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi, hypoksia dan kecemasan
keluarga akibat kejang pada anak.
Indikasi Anak yang mengalami kejang
Persiapan alat 1. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain / paksaan pada
anak (kecuali anak dalam bahaya).
2. Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak
untuk mencapai lantai/ tempat baring.
3. Observasi perilaku anak selama kejang, jenis kejang, lama kejang,
gerakan saat kejang, perubahan wajah, mata, upaya pernafasan
4. Jangan membuat anak kaget, bicara dengan suara lembut dan sikap
tenang.
5. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena adanya
kerusakan kesadaran.
6. Tempatkan selimut kecil yang lunak di bawah kepala anak.
7. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan
yang tertinggal di mulut.
8. Longgarkan pakaian anak.
9. Cegah benturan kepala anak pada objek keras, singkirkan benda-benda
(perabotan) yang dapat menimbulkan bahaya atau cedera.
10. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur / kursi ( pertahankan kondisi
ini tetap terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat atau mengalami
kejang)
11. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi, untuk
meningkatkan ventilasi yang adekuat.
12. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati – hati dan dekatkan
bengkok / wadah muntah di sisi mulut anak.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13. Lindungi anak pada periode pasca kejang: Pertahankan posisi miring;
tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai ia sadar ( karena anak
mungkin bingung dan takut)
14. Hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan selanjutnya  

Anda mungkin juga menyukai