OLEH:
KEJANG DEMAM
Seorang anak usia 2 tahun dirawat di ruang Bona 2 dengan diagnose medis
Kejang Demam. Hasil anamnesa didapatkan data:
Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan
menghentak – hentak, kejang berhenti sendiri, setelah kejang anak
menangis dan terlihat lemas, saat kejang Suhu tubuh terukur: 39 0C, ibu
mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, ini adalah kejang yang pertama kali. RR 24 x/menit. Hasil
pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski I positif. Berat
badan anak 8 kg.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jenis kelamin :
Perempuan Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
Usia :
2 tahun Pendidikan Ayah/Ibu : SLTA
Diagnosa Medis :
Kejang Agama : Islam
Demam Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Diagnosa Medis : Surabaya Alamat : Surabaya
Keluhan Utama : : Orangtua
Ibu mengatakan anaknya kejang selama 5 menit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan
menghentak – hentak, kejang berhenti sendiri, setelah kejang berhenti anak menangis dan
terlihat lemas, tidak nafsu makan, saat kejang Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR:
24x/menit, ibu mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, ini adalah kejang yang pertama kali. Ibu mengatakan takut dan khawatir
dengan kondisi penyakit anaknya saat ini yang dirawat di rumah sakit, tampak tegang,
gelisah dan murung. Hasil pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski I positif.
Riwayat nutrisi
Nafsu makan: O Baik O Tidak O Mual O Muntah
Pola makan : O 2x/hari O 3x/hari O >3x/hari
Minum: Jenis air putih, jumlah: 1.200cc/hari
Pantangan makan : O Ya (Jenis:………………………………..) O Tidak
Menu makanan : bubur, sayur, lauk dan buah
Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini : 8 Kg, PB : 84 cm, LD: 38cm, LK: 46 cm LLA: 16 cm
BB Lahir : 3000 gr, BB sebelum sakit: 11 Kg
Panjang Lahir: 48 cm IMT : 12
Status Gizi: Buruk
Riwayat Perkembangan
Pengkajian Perkembangan (DDST) :
Ibu mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan pada gerakan motorik
halus, bahasa dan gerakan motorik kasar.
&
Observasi Tahap Perkembangan
Pemeriksaan Psikososial : Of System)
Fisik (ROS:Review
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keadaan Umum : O Baik O Sedang O Lemah
ROS Tanda vital TD: mmHg, Nadi: 120x/menit, Suhu Badan: 39 C, RR: 24x/menit 0
Pernafasan B1 (Breath)
Bentuk dada : O Normal O Tidak, jenis...........................................
Pola nafas Irama : O Teratur O Tidak teratur
Jenis O Dispnoe O Kusmaul O Ceyne Stokes O Lain-lain:
Suara Nafas : O Vesiculer O Ronchi O Wheezing O Stridor O Lain-lain:
Sesak Nafas O Ya O Tidak Batuk O Ya O Tidak
Retraksi otot bantu nafas : O Ada O ICS O Supraklavikular O Suprasternal
O Tidak ada
Alat bantu pernafasan : O Ya: O Nasal O Masker O Respirator (...............lpm)
O Tidak
Lain-lain :......................................................................................
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
(Blood)Kardiovakuler B2
Penglihatan (mata)
Pupil : O Isokor O Anisokor O Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : O Anemis O Ikterus O Lain-lain:
Penciuman (Hidung) :
Bentuk : O Normal O Tidak Jelaskan:........................................
Gangguan Penciuman : O Ya O Tidak Jelaskan:.........................................
Kebersihan:
Masalah : HipertermiaBersih Kotor
Urin: Jumlah:.2500 cc/hr: Warna: kuning Bau: amoniak
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Kandung kencing : Membesar O Ya O Tidak
Nyeri tekan O Ya O Tidak 2
n B5Pencernaa
Nafsu makan:
Masalah : Tidak O Baik
ada O Menurun
masalah keperawatan Frekuensi: x/hari
Porsi makan: O Habis O Tidak Ket.:
Minum: 100 cc/hari Jenis: susu
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: O Bersih O Kotor OOTerbatas
Berbau
keleta B6Muskulos
Kemampuan pergerakan
Masalah sendi
: Defisit : O Bebas
nutrisi
Kekuatan otot: pada ekstremitas bawah bagian kanan mengalami ganguan
Kulit
Warna kulit: O Ikterus O Sianotik O Kemerahan O Pucat O Hiperpigmentasi
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HygienePers. Endorin Tyroid: Membesar O Ya O Tidak
Hiperglikemia O Ya O Tidak
Hipoglikemia
Mandi : 1x/hari
Masalah O Ya
: Tidak ada masalahOkeperawatan
Tidak Sikat gigi :1x/hari
Keramas : 1x/hari Memotong kuku: 1x/minggu
Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah : Tidak ada masalah
sosio-Psiko-
Terapi/Tindakan lain:
3. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium :
Darah lengkap
Hemoglobin 10,3 g/dl (11,7 – 15,2)
Leukosit 14,270/mm3 (4.600-10.000)
Hematokrit 27,17% (36-47)
Eritrosit 3,04 jt/mm3 (3,7-5,4)
Trombosit 232.000 /mm3 (150.000-400.000)
Albumin 3 (3,4 – 4,8)
4. Terapi:
DO :
- Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR Perubahan
24x/menit. konsentrasi ion
- Kaku kuduk positif diruang
- Brudzinski 1 positif ekstraselular
- Akral hangat kering pucat.
Ketidak
seimbangan
potensial
membrane
ATP ASE
Perubahan difusi
Na+ dan K+
Pelepasan muatan
listrik meluas
Kejang
-
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSIS
HARI/
WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL
(Tujuan, Kriteria Hasil)
04/05/202 08.00 D.0130. Hipertermia Manajemen hipertermia 1.15506
0 berhubungan dengan Observasi:
proses penyakit 1. Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi, 1. Mengetahui pokok persoalan
terpapar lingkungan panas) 2. Tidak memperparah keadan pasien
2. Monitor suhu tubuh 3. Cairan yang cukup akan menormalkan suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit 4. Kompres dengan air dingin biasa agar suhu tubuh
4. Monitor komplikasi akibat hipertermia kembali normal
Terapeutik: 5. Pemenuhan kebutuhan oksigen yang kurang
1. Sediakan lingkungan yang dingin 6. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Longgarkan pakian
3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin
dengan air suhu biasa)
5. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini digambarkan bahwa seorang An. A berumur 2 tahun dirawat di ruang Bona
2 dengan diagnosa medis kejang demam. An. A masuk rumah sakit pada tanggal 03 Mei 2020 dengan
keluhan Ibu mengatakan anak kejang selama 5 menit, saat kejang kaki dan tangan menghentak –
hentak, kejang berhenti sendiri setelah kejang berhenti anak menangis dan terlihat lemas. Dilakukan
pengkajian pada tanggal 04 Mei 2020. Saat pengkajian didapatkan hasil anak terlihat lemas, Suhu: 39
0
C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit, BB: 8 kg, pemeriksaan neurologis kaku kuduk positif, brudzinski
I positif, ibu mengatakan anak sudah demam selama 3 hari, tidak ada riwayat trauma sebelumnya, ini
adalah kejang yang pertama kali, ibu mengatakan takut dan khawatir dengan kondisi penyakit anaknya
saat ini yang dirawat di rumah sakit, tampak tegang, gelisah dan murung. Hasil pemeriksaan
antropometri didapatkan hasil BB:8kg, PB: 84cm, LLA: 16cm, dan IMT: 12.
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah kejang demam.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-
15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi disfusi dari ion kaliun maupun ion natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter”dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 0C sedang anak dengan ambang kejang
yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat
Berdasarkan data hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
masalah keperawatan yang muncul pada An. A adalah hipertermia, defisit nutrisi, risiko cedera.
Masalah keperawatan hipertermia yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya kejang selama
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5 menit, anaknya panas sudah 3 hari, Suhu: 39 0C, Nadi: 120x/menit, RR: 24x/menit. Intervensi
yang diberikan yaitu manajemen hipertermia. Dalam manajemen hipertermia klien akan
dilakukan indentifikasi penyebab hipertemia, monitor suhu tubuh, kadar elektrolit, kompres air
suhu biasa, memberikan cairan dan elektrolit intravena guna menjawab tujuan dan kriteria hasil
yang sesuai dengan SLKI (2019) yaitu kejang menurun, suhu tubuh membaik, pengisian kapiler
Kompres dingin menurunkan temperatur kulit lebih cepat dari pada temperatur inti tubuh,
persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi dan meningkatkan aktifitas sistem saraf
simpatis. Oleh karena itu, kompres dingin kurang efektif dalam tatalaksana demam karena
selain kurang nyaman juga merangsang produksi panas dan menghalangi pengeluaran panas
Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hypothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
hypothalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan
vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusatvasomotor pada
medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bagian anterior sehingga
energi/panas melalui kulit meningkat, diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
mencapai keadaan normal kembali (Nursanti, 2009 dalam Djuwarijah (2009)). Panas dari
kompres panas dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahankan suhu yang konstan,
perawat harus sering mengganti kompres atau menggunakan bantalan akuatermi yang hangat
atau bantalan panas kedap air di atas kompres. Karena kelembaban dapat mengantarkan panas,
maka untuk membuat kompres lembab, semua pengaturan suhu pada alat pemanas harus lebih
rendah dari pada membuat kondisi kering. Lapisan pembungkus plastik atau handuk kering juga
dapat mengisolasi kompres dan menahan panas. Panas yang lembab dapat meningkatkan
vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit (Perry, 2005) . Kompres hangat adalah
melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan temperatur
maksimal 43 ̊C. Lokasi kulit tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kompres hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang
ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga
demam kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik
saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.
Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak berlawanan dalam
menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian kombinasi keduanya dianjurkan
Pada masalah keperawatan defisit nutrisi, yang ditandai dengan ibu mengatakan
anaknya lemas, tidak nafsu makan, Suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit, akral hangat
kering pucat, konjungtiva anemis, hasil lab Hb: 10,3 (11,7-15,2), albumin 3 (3,4-4,8), PB:
84cm, BB: 8 kg, IMT : 12, Porsi makan yang disajikan dihabiskan ¼ porsi. Masalah
keperawatan ini diberikan intervensi manajemen nutrisi dengan mengidentifikasi status nutrisi,
makanan yang disukai, kebutuhan kalori dan jenis nutrient, memonitor berat badan, hasil
pemeriksaan laboratorium, asupan makanan, memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan. Keseluruhan intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
Pada masalah keperawatan risiko cedera, yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya
kejang selama 5 menit, suhu 39 0C, Nadi 120x/menit, , RR 24x/menit, kaku kuduk positif,
brudzinski 1 positif, akral hangat kering pucat. Intervensi yang diberikan untuk masalah
keperawatan ini adalah manajemen kejang yaitu memonitor terjadinya kejang berulang,
karakteristik kejang (aktivitas motorik dan porgresi kejang), tanda – tanda vital,
mempertahankan kepatenan jalan nafas, melonggarkan pakian anak terutama di bagian leher,
menganjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam mulut pasien saat periode
kejang, menganjurkan keluarga tidak menggunakan kekerassan untuk menehan gerakan pasien,
DAFTAR PUSTAKA
3. Deliana M. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002;4(2):59 - 62.
4. Fuadi. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak: Universitas Diponegoro;
2010.
5. Graves RC, Oehler K, Tingle LE. Febrile Seizures : Risks, Evaluation, and Prognosis.
American Family Physician. 2012;85(2):149-53.
6. Pasaribu AS. Kejang Demam Sederhana Pada Anak yang Disebabkan karena Infeksi
Tonsil dan Faring. Medula. 2013;1(1):65-71.
10. Wardhani AK. Kejang Demam Sederhana Pada Anak Usia Satu Tahun. Medula.
2013;1(1):57-64.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 0C, yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan – 5
tahun
Tujuan Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi, hypoksia dan kecemasan
keluarga akibat kejang pada anak.
Indikasi Anak yang mengalami kejang
Persiapan alat 1. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain / paksaan pada
anak (kecuali anak dalam bahaya).
2. Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak
untuk mencapai lantai/ tempat baring.
3. Observasi perilaku anak selama kejang, jenis kejang, lama kejang,
gerakan saat kejang, perubahan wajah, mata, upaya pernafasan
4. Jangan membuat anak kaget, bicara dengan suara lembut dan sikap
tenang.
5. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena adanya
kerusakan kesadaran.
6. Tempatkan selimut kecil yang lunak di bawah kepala anak.
7. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan
yang tertinggal di mulut.
8. Longgarkan pakaian anak.
9. Cegah benturan kepala anak pada objek keras, singkirkan benda-benda
(perabotan) yang dapat menimbulkan bahaya atau cedera.
10. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur / kursi ( pertahankan kondisi
ini tetap terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat atau mengalami
kejang)
11. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi, untuk
meningkatkan ventilasi yang adekuat.
12. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati – hati dan dekatkan
bengkok / wadah muntah di sisi mulut anak.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13. Lindungi anak pada periode pasca kejang: Pertahankan posisi miring;
tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai ia sadar ( karena anak
mungkin bingung dan takut)
14. Hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan selanjutnya