Oleh :
2130010
1.1 Definisi
Luka tekan adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan
urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di
atas kursi atau di atas tempat tidur, sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun
individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat
kesadaran. Luka tekan juga diartikan sebagai kerusakan lokal dari kulit dan jaringan
dibawah kulit yang disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna
Kalijana, 2008).
1.2 Etiologi
disebabkan karna adanya kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan
adanya tekanan dari luar, dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan dapat
membuat gangguan pada suplai darah didaerah yang tertekan. Apabila terus
berlangsung akan menyebabkan insufiens aliran darah, anoreksia atau iskemia jaringan
dan akhirnya dapat menimbulkan kematian sel. Banyak faktor yang menyebabkan
pembentukan luka tekan pada pasien. Faktor ini sering dihubungkan dengan penyakit,
misalnya menurunnya tingkat kesadaran yang berhubungan dengan efek setelah trauma
terjadi, tekanan pada gips, atau akibat penyakit seperti menurunya sensasi yang
1) Tahap 1
Muncul kemerahan pada kulit, yang memucat ketika kulit diregangkan. Kulit
dengan pigmentasi yang gelap mungkin tidak memiliki pucat yang dapat dilihat,
2) Tahap 2
Kehilangan kulit sebagian, meliputi epidermis, dermis atau keduanya. Luka ini
superfisial dan tampak secara klinis sebagai abrasi, melepuh atau membentuk
3) Tahap 3
tendon dan otot tidak tampak. Cekungan (sloug) dapat tampak, tetapi tidak jelas
4) Tahap 4
Kehilangan seluruh jaringan dengan tulang, tendon dan otot tampak. Cekungan
Dalam proses penyembuhan luka, ada 3 fase yang terlibat, yaitu : inflamasi,
a. Fase inflamasi : tahap inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap luka sendiri dan
terjadi dalam beberapa menit setelah cedera dan berakhir kira-kira 3 hari.
Selama homeostatis, sel pembuluh darah yang cedera berkontriksi dan platelet
inflamasi ini sangat penting dan jangan memberikan kompres dingin di area
Aktivitas utama fase ini adalah mengisi luka dan membentuk kembali
struktural pada luka. Selama periode ini, luka berkontraksi untuk mengurangi
lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan besarnya luka. Jaringan
bulan. Namun luka yang telah sembuh biasanya tidak memiliki daya regang
jaringan parit, terdiri atas sedikit sel yang berpigmen (melanosit) dan memiliki
1.4 Patofisiologi
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan
lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu
jaringan. Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme
melalui darah. Beberapa faktor yang mengganggu proses ini akan mempengaruhi
metabolisme sel dengan cara mengurangi atau menghilangkan sirkulasi jaringan yang
Iskemia jaringan adalah tidak adanya darah secara lokal atau penurunan aliran darah
akibat obstruksi. Penurunan aliran darah menyebabkan daerah tubuh menjadi pucat. Pucat
terlihat ketika adanya warna kemerahan pada pasien berkulit terang. Pucat tidak terjadi
menutup kapiler tersebut. Tekanan pada kapiler merupakan tekanan yang dibutukan untuk
menutup kapiler misalnya jika tekanan melebihi tekanan kapiler normal yang berada pada
Setelah priode iskemi, kulit yang terang mengalami satu atau dua perubahan hiperemi.
Hiperemia reaktif normal (kemerahan) merupakan efek vasodilatasi lokal yang terlihat,
respon tubuh normal terhadap kekurangan aliran darah pada jaringan dibawahnya, area
pucat setelah dilakukan tekanan dengan ujung jari dan hyperemia reaktif akan menghilang
dalam waktu kurang dari satu jam. Kelainan hyperemia reaktif adalah vasodilatasi dan
indurasi yang berlebihan sebagai respon dari tekanan. Kulit terlihat berwarna merah muda
terang hingga merah. Indurasi adalah area edema lokal dibawah kulit. Kelainan hiperemia
reaktif dapat hilang dalam waktu antara lebih dari 1 jam hingga 2 minggu setelah tekanan
di hilangkan.
Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan
tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit. Tekanan
menyebabkan penurunan suplai darah pada jaringan sehingga terjadi iskemi. Apabila
tekanan dilepaskan akan terdapat hiperemia reaktif, atau peningkatan aliran darah yang
tiba-tiba ke daerah tersebut. Hiperemia reaktif merupakan suatu respons kompensasi dan
hanya efektif jika tekan dikulit di hilangkan sebelum terjadi nekrosis atau kerusakan.
a. Stadium 1: Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini biasanya
reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari. Tanda dan gejala: Adanya perubahan
dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal,
maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperaturkulit
(lebih dingin atau lebih hangat), Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau
terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial (epidermis dan sebagian
dermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh . Stadium ini dapat sembuh dalam
10-15 hari. Tanda dan gejala: Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau
dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau
c. Stadium 3: Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur fibril.
Tanda dan gejala: Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka
d. Stadium 4: Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi. Dapat
sembuh dalam 3-6 bulan. Tanda dan gejala : Hilangnya lapisan kulit secara lengkap
dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau
tendon.
1.6 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun dapat terjadi
pada luka yang superfisial. Menurut Sabandar (2008), komplikasi yang dapat terjadi
antara lain:
1) Infeksi
3) Septikimia
Septikemia adalah adanya bakteri dalam darah. Hal ini umumnya dikenal
sebagai keracunan darah atau bakteremia. Istilah lain untuk septikemia adalah
Blood poisoning. Septikemia ini adalah merupakan infeksi akut yang disebabkan
oleh adanya mikroorganisme tertentu dan produk beracun dalam aliran darah.
Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan
cepat memburuk.
4) Anemia
metabolisme sel dan mengganggu penyembuhan luka (Potter & Perry, 2005).
5) Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah albumin yang rendah, keadaan dimana kadar albumin serum
< 3,5 g/dL. Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino yang tidak
memadai dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin serta protein lain oleh
hati.
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
b. Urine
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
c. Kultur pus
d. Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
Lokasi luka tekan sebenarnya biasanya terjadi di seluruh permukaan tubuh kita bila
mendapat penekanan keras secara terus menerus. Namun paling sering terjadi pada tulang
yang menonjol. Lokasi tersebut diantaranya adalah : tulang oksipital, skapula, prosesus
spinous, siku, puncak ilika, sakrum, ischium, tendon achiles, tumit, telapak kaki, telinga, bahu,
spinal ilika anterior, trochanter, paha, lutut medial, lutut lateral, tungkai bawah atas. Lokasi
e. Maleolous
f. Genu
tinggi mengalami luka tekan akibat tirah baring lama. Setiap tonjoloan bagian tubuh yang
tertindih dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus dapat menyebabkan terhentinya
aliran darah yang memberikan suplai oksigen beserta nutrisi sehingga dapat menyebabkan
3) Toleransi jaringan
Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan, semakin besar
tekanan dan durasinya, maka semakin besar pula insidensinya terbentuknya luka.
Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi saat
menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Area sakral dan tumit merupakan area yang
paling rentan. Efek tekanan juga dapat di tingkatkan oleh distribusi berat badan yang tidak
merata. Seseorang mendapatkan tekanan konstan pada tubuh dari permukaan tempatnya
berada karena adanya gravitasi. Jika tekanan tidak terdistribusi secara merata pada tubuh
maka gradien tekanan jaringan yang mendapatkan tekanan akan meningkat dan metabolisme
Penggunaan tool sebaiknya dilakukan setiap 48 jam di unit perawatan akut, setiap 24 jam
di unit perawatan kritis, setiap minggu saat 4 minggu pertama di unit perawataan jangka
panjang (long term care) kemudian setiap bulan hingga setiap 3 bulan. dan setiap kali
2) Perawatan Diri
Perawatan kulit bertujuan untuk mencegah kejadian luka tekan melalui upaya merawat,
Pengkajian risiko luka tekan dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Braden.
Inspeksi kulit dilakukan secara teratur dengan frekuensi sesuai kebutuhan masing-masing
pasien. Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kondisi-kondisi seperti kulit kering,
sangat basah, kemerahan, pucat dan indurasi. Pemeriksaan lain seperti apakah ada tanda
Massage yang kuat pada area tonjolan tulang atau kulit yang kemerahan dihindarkan.
Penggunaan massage untuk mencegah luka tekan masih kontroversial, mengingat tidak
semua jenis massage bisa digunakan. Namun massage di area tulang menonjol atau
bagian kulit yang telah menunjukkan tanda kemerahan atau discolorisation patut dihindari
karena hasil biopsi post mortem pada jaringan yang di lakukan massage menunjukkan
adanya degenerasi jaringan, dan maserasi. Teknik Massage yang diperbolehkan hanya
Efflurage namun tidak untuk jaringan diatas tulang yang menonjol maupun yang telah
menunjukkan kemerahan ataupun pucat. Lama waktu massage yang digunakan masih
bervariasi antara 15 menit. Massage umumnya dilakukan 2 kali sehari setelah mandi.
Kulit yang kering diberi emolients dan krem. Penting untuk memberikan pelembab secara
menyebabkan kulit kering dan berkurangnya kelembaban kulit seperti suhu dingin, dan
hidrasi tidak adekuat. Kulit kering meningkatkan risiko terbentuknya fissura dan rekahan
mempertahankan kelembaban kulit dan keutuhan stratum corneum namun belum ada
ketetapan jenis pelembab apa yang memberikan manfaat terbaik dan memberi evidence
penggunaan Mephentol (suatu agent topikal terbuat dari campuran asam lemak
mencegah timbulnya luka tekan derajat I pada pasien dengan risiko menengah hingga
1) Membersihkan kulit dengan mandi menggunakan air hangat dan sabun dengan pH
sehingga membuat kulit kering dan mudah iritasi oleh karena itu jenis sabun yang
membuat kulit menjadi kering, namun jika sabun atau bahan pembersih yang
3) Proteksi dengan bahan-bahan pelindung seperti film, krem, ointment, atau pasta
yang biasanya terbuat dari zink oxide, asam laktat, petrolatum atau dimeticone dan
meminimalkan ekspose kulit dengan bahan-bahan lembab yang iritan tersebut asal
3) Dukungan Permukaan
Dukungan permukaan termasuk pelapisan (ditempatkan di atas tempat tidur standar) atau
kasur khusus. Ada 2 jenis dukungan permukaan: statis tanpa bergerak dan dinamis dengan
bagian yang bergerak yang dijalankan oleh energi. Matras udara dan air efektif tetapi
glove yang diisi air atau bantalan donat. Namun bantalan donat kini mulai ditinggalkan
karena terbukti menimbulkan efek tekanan baru pada area pinggir donat. Termasuk upaya
memperbaiki dukungan permukaan adalah menjaga alat tenun tetap licin dan kencang,
kasur yang rata dan tebal serta pemberian bantal pada area-area berisiko tekanan seperti
Nutrisi adalah faktor pendukung yang penting untuk mempertahankan kulit yang sehat dan
elastis. Pemberian secara oral, parenteral maupun melalui sonde feeding sama efektifnya
asalkan jumlah yang diberikan cukup sesuai kebutuhan. Suplemen nutrisi dapat diberikan
jika diperlukan. Beberapa penelitian menunjukkan nutrien yang penting untuk pencegahan
dan proses penyembuhan luka tekan adalah protein, vitamin C, kalori, zat besi dan zink.
5) Edukasi
sehingga keluarga diharapkan berperan serta secara aktif dalam perawatan pasien. Percaya
bahwa pasien dan keluarga adalah bagian integral dalam perawatan pasien khususnya
upaya pencegahan luka tekan. Topik pendididkan kesehatan yang dianjurkan adalah
sebagai berikut etiologi dan faktor risiko luka tekan, aplikasi penggunaan tool pengkajian
risiko, pengkajian kulit, memilih dan atau gunakan dukungan permukaan, perawatan kulit
individual, demonstrasi posisi yang tepat untuk mengurangi risiko luka tekan dan
Imobilitas
Tekanan pada kulit yang terus menerus dan dalam waktu yang
lama
Penurunan metabolisme sel untuk mengedarkan O2 dan nutrisi
Iskemia Jaringan
kimia
Resiko infeksi
1.12 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan, aparan
saraf.
1.13 Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan, paparan saraf.
rileks
Intervensi Anak
3) Untuk neonatus gunakan sokrosa oral dan Non Nutritional Sucking (NNS)
atau ASI untuk nyeri dengan durasi pendek, seperti saat pengambilan darah
pada neonatus.
analgesia pada neonatus sampai usia 6 bulan. Sukrosa oral dan NNS lebih
nyeri.
5) Gunakan anastesi lokal topikal seperti krim EMLA atau LMX- 4 sebelum
membuat stres untuk anak. Anastesi topikal lebih efektif dalam menangani
6) Nilai tingkat nyeri menggunakan skala nyeri yang sah dan dapat
mengukur skala nyeri pada neonatus, bayi dan anak kurang dari 4 tahun.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan imobilitas fisik, faktor mekanik
Intervensi
prematur.
tepat.
laken yang sudah kotor dengan yang bersih (Borghesi & Stronati,
2008).
5) Monitor penggunaan ulang antibiotik pada bayi.
kulit.
Intervensi
sesuai kondisi.
3) Ubah posisi pasien setiap 1 sampai 2 jam secara teratur dan atur
masa tubuh dan berat badan dalam batas normal, memiliki nila
Intervensi :
Rasional :