DI SUSUN OLEH :
NI MADE SINDI ASIH
P07120319042
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
1. Bulu Babi 3
2. Fisiologi Bulu Babi 3
3. Habitat Penyebaran Bulu Babi 6
4. Tanda dan Gejala Tertusuk Bulu Babi 7
5. Langkah-Langkah Penanganan Pertama Bila Tertusuk Bulu Babi 7
BAB III Konsep Keperawatan Tertusuk Bulu Babi 8
A. Pengkajian 8
B. Diagnosa Keperawatan 8
C. Intervensi 9
BAB IV PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan pertama yang tepat serta terapi definitif sedini mungkin dan
mengatasi kedaruratan akibat trauma (perdarahaan, syok, reaksi antigen-antibody)
dan kecepatan evakuasi kefasilitas medis terdekat sangat menentukan kehidupan
korban
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
1. Bulu Babi
Bulu babi atau landak laut (dalam Bahasa Inggris disebut sea urchin atau
dalam Bahasa Jepang disebut uni) adalah hewan avertebrata laut. Para ahli
mengelompokkan bulu babi dalam Klas Echinoidea, Filum Echinodermata
(echinos = landak; derma = kulit). Organisme ini sangat banyak, menurut Aziz
(1999) in Dahuri (2003) dikenal sekitar 800 spesies di dunia. Sedangkan di
Perairan Indonesia terdapat sekitar 84 jenis bulu babi (Aziz, 1993).
A. Sistem Pencernaan
Gigi/rahang ditopang oleh ossicle yang dinamakan pyramid plate yang memiliki
alur sebagai landasan dari gigi untuk bergerak ke bawah (keluar) maupun ke atas
(masuk). Terjadi gerakan gigi ke bawah atau ke atas merupakan peranan dari otot
extensor, sedangkan terjadinya gerakan gigi-gigi ke atas atau masuk ke dalam
merupakan peranan otot retractor. Pada saat gigi-gigi tersebut keluar, ujung-ujung
gigi tersebut akan terkumpul di satu titik dan memotong makanan yang ada.
B. Sistem Sirkulasi
Hewan ini memiliki pembuluh sirkular dan 5 buah pembuluh radier. Respirasi
berlangsung di sebagian besar echinoidea melalui sepuluh insang peristomial
terletak di daerah sekitar mulut, satu pasang di setiap sudut antara pelat
ambulacral.
C. Sistem Ekskresi
D. Sistem Reproduksi
Bulu babi mempunyai kelamin yang terpisah dalam artian bahwa induk
jantan mempunyai kelamin jantan (testis) yang menghasilkan sperma dan induk
betina mempunyai kelamin betina. jantan dan betina pada bulu babi juga sulit
dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Secara kasar hanya warna yang
digunakan untuk membedakan gonad, misalnya pada bulu babi Paracentrotus
livindus, gonad jantan berwarna kuning sedangkan betina berwarna orange. Induk
jantan biasanya terlebih dulu mengeluakan sperma kemudian diikuti oleh
pengeluaran telur oleh betina. Pembelahan sel pada umumnya berkelipatan 2,
pada saat fase embrio, bentuknya menyerupai segitiga sama kaki dan apabila telah
mencapai fase anakan akan mulai tampak tentakel-tentakel dan duri-duri dan
selanjutnya dapat tumbuh hingga organ tubuhnya menjadi lengkap pada saat
mencapai tahap dewasa.
Lima buah gonad melekat pada sisi aboral test, masingmasing bermuara
sebagai porus genitalis pada papan genital. Fertilisasi terjadi didalam air seperti
halnya bintang laut, larva yang terbentuk bersimetri bilateral, berenang bebas dan
disebut larva pluteus. Gonad landak laut terhubung dengan suatu celah untuk
melepaskan sperma ataupun telur yang disebut sebagai gonophore.
Pada landak laut jantan dan betina ukuran gonophore berbeda, yakni
gonophore betina lebih besar dari pada gonophore jantan. Pada saat memijah, telur
dan sperma akan dilepaskan dan kemudian terjadi fertilisasi. Setelah telur
mengalami fertilisasi, maka terjadi pembelahan. Pembelahan menjadi dua sel,
empat sel, dan seterusnya hingga terbentuk blastula. Selanjutnya blastula akan
mengalami gastrulasi, mulut mulai terbentuk dan terbentuklah tahapan prisma
dimana larva mulai mampu untuk makan. Setelah tahapan prisma, maka larva
berkembang menjadi tahap pluteus dan setelah itu terjadi metamorfosis menjadi
juvenil landak laut.
Kaki tabung atau tube feet merupakan bagian dari sistem kanal yang
berada di dalam tubuh landak laut. Kaki tabung memiliki peranan dalam
pergerakan dan menangkap partikel makanan. Cara kerja dari sistem kanal untuk
memunculkan kaki tabung yaitu pertama air laut masuk melalui suatu celah di sisi
aboral yang disebut madreporite. Air mengalir di dalam kanal dengan dibantu oleh
silia dan mengalir ke dalam saluran yang disebut stone canal, kemudian memasuki
ring canal dan terdistribusi ke lima bagian radial canal untuk kemudian air
mengisi kaki-kaki tabung sehingga kaki tabung terjulur keluar. Kaki tabung
dilengkapi dengan alat penghisap. Hal tersebut baerguna bagi landak laut untuk
menempel pada substrat dan berjalan di permukaan substrat. Melalui kaki tabung
ini, partikel makanan juga dapat ditangkap dan dipindahkan melalui kaki-kaki
tabung sebelum akhirnya sampai di bagian oral.
F. Sistem Syaraf
Sistem syaraf terdiri atas cincin syaraf yang mengelilingi mulut, lima
syaraf radial (terdapat sepanjang saluran radial), pleksus subepidermal, duri, dan
pediselaria.
Landak laut atau bulu Babi pada daerah berpasir, daerah padang lamun,
daerah pertumbuhan algae, maupun di daerah terumbu karang dan karang-karang
mati. Landak laut seringkali ditemukan pada habitat yang spesifik, namun
sebagian landak laut mampu hidup pada daerah yang berbeda. Echinometra
mathaei merupakan landak laut yang hanya dijumpai di celah-celah bebatuan atau
karang mati.
Contoh lain dari landak laut yang hidup pada habitat yang spesifik adalah
Colobocentrotus atratus yang hidup pada tebing-tebing daerah pasang surut bukan
pada dasar perairan seperti landak laut pada umumnya. Hal tersebut berbeda
dengan Diadema setosum yang dapat ditemukan pada hampir semua daerah mulai
rataan pasir, padang lamun, hingga pada daerah bebatuan. Marga Diadema
memakan daun lamun dan dianggap sebagai herbivora, namun pada lingkungan
yang berbeda mereka dapat beradaptasi dengan memakan krustasea, foraminifera,
polip karang dan algae.
Langkah–langkah penanganan bila kita atau orang disekitar kita tertusuk bulu
babi, yang perlu dilakukan adalah :
1) Jangan panik
2) Biasanya pada korban tertusuk bulu babi tidak perlu dilakukan tindakan
ABCD apabila tidak ada tanda-tanda sesak napas atau henti napas dan
gangguan sirkulasi
3) Racunnya sendiri dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan
(jeruk lemon atau cuka) dengan cara menyiramkan pada daerah tubuh
yang tertusuk.
4) Keluarkan durinya dan beri antiseptik
5) Pertolongan selanjutnya bawalah ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan secara medis.
BAB III
A. PENGKAJIAN
Kaji kondisi pasien, apabila ada tertusuk duri bulu babi akan ditemukan :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
Intervensi
Intervensi
3.Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang
dihadapi oleh para wisatawan dan orang yang berada/bekerja diair laut. Disamping
itu resiko karena sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut,
kondisi didasar laut dan jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga
menimbulkan resiko trauma diair laut.Binatang laut yang biasanya menyerang para
wisatawan yang berlibur di pantai adalah bulu babi,ikan pari,kerang laut,ular
laut,ubur-ubur,stonefish,gurita dan sebagainya. Keadaan yang sering muncul
apabila pasien telah tergigit dengan binatang laut adalah akan adanya bekas gigitan
pada kulit pasien,rasa gatal di area yang tergigit,kemerahan,suhu tubuh
meningkat,pasien merasa mual dan bahkan muntak,sianosis,bengkak,pasien
nampak kebingungan ,perdarahan pasien pingsan,lumpuh,sesak nafas,alergi,syok
hipopolemik,nyeri kepala bahakan pasien dapat meninggal apabila tidak ditangani
dengan cepat.
Pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami gigitan
hewan laut adalah:
a. Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan
racun,kecuali dokter memerintahkan.
b. Jangan memberi obat apapun.
c. Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya dengan
air laut.
d. Jika menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
e. Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA