Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROMA NEFROTIK

DI RUANGAN PICU RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : LUCKY ARISANDI, S.Kep


NIM : 2022031015

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns.Hasni Hilipito, S.Kep Ns. Katrina Feby Lestari, M.P.H


NIP. 19700630 199303 2 003 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2019).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2020).
2. Epidemiologi
Angka kejadian Nefrotik Sindrom di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun (Dew, 2019). Di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
(FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Nefrotik Sindrom
merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara
tahun 1995-2000. Perbandingan Nefrotik Sindrom pada anak laki-laki dan
perempuan adalah 2:1 (Ngastiyah, 2020).
3. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1) Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya,
perkembangan pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-
bulan pertama kehidupannya.
2) Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
 Malaria kuartana atau parasit lainnya
 Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
 Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
 Penyakit sel sabit, dll
3) Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi
ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron
4) Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu sklerosis
glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
4. Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus.
Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar
dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini
menyebabkan retensi garam dan air. Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan
edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam
ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan
sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein  dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan
peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini
dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang
dewasa termasuk lansia.
5. Klasifikasi
Secara klinis Nefrotik sindrom dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
a. Nefrotik Sindrom Primer atau Idiopatik
Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara
primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab
lain. Sekitar 90% anak dengan sindrom nefrotik merupakan sindrom nefrotik
idiopatik. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah Nefrotik sindrom
kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak
itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini diturunkan secara resesif
autosom atau karena reaksi fetomaternal. Resisten terhadap semua
pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Pencangkokan
ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
b. Nefrotik Sindrom Sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari
berbagai sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering dijumpai antara lain :
1) Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom
Alport, miksedema
2) Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus,
AIDS
3) Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun
serangga, bisa ular
4) Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik,
purpura Henoch-Schönlein, sarkoidosis
6. Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
1) Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
2) Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia
dan ekstremitas).
3) Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
4) Pucat.
5) Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6) Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m 2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn
edema ).
b. Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya
cyanosis, diaphoresis.
c. Sistem pernafasan :  kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi
dada, cuping hidung.
d. Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e. Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f. Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
8. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik, antara
lain:
1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin Biakan urin dilakukan apabila terdapat
gejala klinik yang mengarah pada infeksi saluran kemih (ISK).
2. Protein urin kuantitatif Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan urin 24
jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari.
3. Pemeriksaan darah
1) Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
trombosit, hematokrit, LED)
2) Albumin dan kolesterol serum
3) Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin.
9. Tindakan Penanganan
1) Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit
garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3) Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4) Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5) Berikan diuretik untuk mengatasi edema

6) Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney


Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
7) Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
8) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb.
10. Komplikasi
1) Meningkatnya degradasi renal dan hilangnya protein di dalam urin seperti
antithrombin(AT III), protein S bebas, plasminogen dan α antiplasmin.
2) Hipoalbuminemia menimbulkan aktivasi trombosit lewat tromboksan A2.
3) Meningkatnya sintesis protein prokoagulan dan tertekannya fibrinolisis.
4) Aktivasi sistem hemostatik di dalam ginjal dirangsang oleh faktor jaringan
monosit dan oleh paparan matriks subendotel pada kapiler glomerolus yang
selanjutnya mengakibatkan pembentukan fibrin dan agregasi trombosit.
5) Infeksi sekunder terutama infeksi kulit oleh streptococcus, staphylococcus,
bronkopneumonia, TBC. Erupsi erisipelas pada kulit perut atau paha sering
ditemukan. Pinggiran kelainan kulit ini batasnya tegas, tapi kurang menonjol
seperti erisipelas dan biasanya tidak ditemukan organisme apabila kelainan
kulit dibiakan.
6) Gangguan klirens renali pada pasien sindrom nefrotik mungkin disebabkan
kurangnya reabsorbsi natrium di tubulus proksimal dan berkurangnya hantaran
natrium dan air ke ansa henle tebal. Gangguan pengasaman urin ditandai
dengan ketidakmampuan menurunkan pH urin sesudah pemberian beban
asam.
7) Gagal ginjal akut terjadi bukan karena nekrosis tubulus atau fraksi filtrasi
berkurang, tapi karena edema interstisial dengan akibatnya meningkatnya
tekanan tubulus proksimalis yang menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG).
8) Anemia yang disebabkan protein pengangkut Fe yaitu transferin serum yang
menurun akibat proteinuria. Anemia hipokrom mikrositik, karena defisiensi
besi yang tipikal, namun resisten terhadap pengobatan preparat Fe. Universitas
Sumatera Utara
9) Peritonitis karena adanya edema di mukosa usus membentuk media yang baik
untuk perkembangan kuman-kuman komensal usus. Biasanya akibat infeksi
streptokokus pneumonia, E.coli.
10) Gangguan keseimbangan hormon dan mineral.
11) Karena protein pengikat hormon hilang melalui urin . Hilangnya globulin

pengikat tiroid (TBG) dalam urin pada beberapa pasien sindrom nefrotik dan

laju ekskresi globulin umumnya berkaitan dengan beratnya proteinuria.

12) Hipokalsemia disebabkan albumin serum yang rendah, dan berakibat


menurunkan kalsium terikat, tetapi fraksi yang terionisasi normal dan
menetap.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia sering
terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3
tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh anak
seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak
biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh
anaknya terbilang rendah.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya
peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik
seperti adakah saudara- saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah mengalami
diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya penurunan volume haluaran
urine.
Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial
dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
Riwayat psikososial dan perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke
otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral
pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan
baik.
Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-HB-
Hib 2.
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau
konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang
tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung..
d. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi
oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada
anak dengan hipovolemik
e. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki sertapenurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah Bila dilakukan EKG, maka akan
ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan segmen ST,
pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
f. Abdomen
1.inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
2.Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
g. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak
pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema
dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.

h. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka
atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT
> 2 detik akibat dehidrasi
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan
untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
2. Risiko infeksi
3. Kerusakan integritas kulit b/d factor internal
4. Kelebihan Volume Cairan b/d Mekanisme pengaturan melemah
5. Defisit Volume Cairan b/d Kehilangan volume cairan secara aktif
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No DiagnosaKeperawatan NOC NIC


Defisit Volume Cairan NOC: NIC :

Berhubungan dengan: ❖ Fluid balance 1. Pertahankan catatan


❖ Hydration intake dan output yang
- Kehilangan volume
❖ Nutritional Status : akurat
cairan secara aktif
Food and Fluid 2. Monitor status hidrasi (
- Kegagalan
Intake kelembaban membran
mekanisme
Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat,
pengaturan
tindakan keperawatan tekanan darah
selama….. defisit ortostatik ), jika
DS : volume cairan teratasi diperlukan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor hasil lab yang
- Haus
sesuai dengan retensi
DO: ❖ Mempertahankan
cairan (BUN , Hmt ,
urine output sesuai
- Penurunan turgor osmolalitas urin,
dengan usia dan
kulit/lidah albumin, total protein )
BB, BJ urine
- Membran 4. Monitor vital sign
normal,
mukosa/kulit kering setiap 15menit – 1 jam
❖ Tekanan darah,
- Peningkatan denyut 5. Kolaborasi pemberian
nadi, suhu tubuh
nadi, penurunan cairan IV
dalam batas
tekanan darah, 6. Monitor status nutrisi
normal
penurunan 7. Berikan cairan oral
❖ Tidak ada tanda
volume/tekanan nadi 8. Berikan penggantian
tanda dehidrasi,
- Pengisian vena nasogatrik sesuai
Elastisitas turgor
menurun output (50 –
kulit baik,
- Perubahan status 100cc/jam)
membran mukosa
mental 9. Dorong keluarga untuk
lembab, tidak ada
- Konsentrasi urine membantu pasien
rasa haus yang
meningkat
- Temperatur tubuh berlebihan makan
meningkat ❖ Orientasi terhadap 10. Kolaborasi dokter jika
- Kehilangan berat waktu dan tempat tanda cairan berlebih
badan secara tiba- baik muncul meburuk
tiba ❖ Jumlah dan irama 11. Atur kemungkinan
- Penurunan urine pernapasan dalam tranfusi
output batas normal 12. Persiapan untuk
- HMT meningkat ❖ Elektrolit, Hb, tranfusi
- Kelemahan Hmt dalam batas 13. Pasang kateter jika
normal perlu
❖ pH urin dalam 14. Monitor intake dan urin
batas normal output setiap 8 jam
❖ Intake oral dan
intravena adekuat

2 Kelebihan Volume NOC : NIC :


Cairan
❖ Electrolit and 1. Pertahankan catatan
Berhubungan dengan : acid base intake dan output yang
balance akurat
- Mekanisme
❖ Fluid balance 2. Pasang urin kateter jika
pengaturan
❖ Hydration diperlukan
melemah
Setelah dilakukan 3. Monitor hasil lab yang
- Asupan cairan
tindakan keperawatan sesuai dengan retensi
berlebihan
selama …. Kelebihan cairan (BUN , Hmt ,
DO/DS :
volume cairan teratasi osmolalitas urin )
- Berat badan dengan kriteria: 4. Monitor vital sign
meningkat pada 5. Monitor indikasi retensi
❖ Terbebas dari
waktu yang / kelebihan cairan
edema, efusi,
singkat (cracles, CVP , edema,
anaskara
- Asupan distensi vena leher,
berlebihan ❖ Bunyi nafas asites)
dibanding bersih, tidak ada 6. Kaji lokasi dan luas
output dyspneu/ortopneu edema
- Distensi vena ❖ Terbebas dari 7. Monitor masukan
jugularis distensi vena makanan / cairan
- Perubahan pada jugularis, 8. Monitor status nutrisi
pola nafas, ❖ Memelihara 9. Berikan diuretik sesuai
dyspnoe/sesak tekanan vena interuksi
nafas, sentral, tekanan 10. Kolaborasi pemberian
orthopnoe, suara kapiler paru, obat:
nafas abnormal output jantung ....................................
(Rales atau dan vital sign
11. Monitor berat badan
crakles), , DBN
12. Monitor elektrolit
pleural effusion ❖ Terbebas dari
13. Monitor tanda dan
- Oliguria, kelelahan,
gejala dari odema
azotemia kecemasan atau
- Perubahan bingung
status mental,
kegelisahan,
kecemasan
3 Risiko infeksi NOC : NIC :

❖ Immune Status 1. Pertahankan teknik


❖ Knowledge : aseptif
Faktor-faktor risiko :
Infection control 2. Batasi pengunjung bila
- Prosedur Infasif ❖ Risk control perlu
- Kerusakan jaringan Setelah dilakukan 3. Cuci tangan setiap
dan peningkatan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
paparan lingkungan selama…… pasien tindakan keperawatan
- Malnutrisi tidak mengalami 4. Gunakan baju, sarung
- Peningkatan paparan infeksi dengan kriteria tangan sebagai alat
lingkungan patogen hasil: pelindung
- Imonusupresi 5. Ganti letak IV perifer
❖ Klien bebas dari
- Tidak adekuat dan dressing sesuai
tanda dan gejala
pertahanan sekunder dengan petunjuk umum
infeksi
(penurunan Hb, 6. Gunakan kateter
❖ Menunjukkan
Leukopenia, intermiten untuk
kemampuan untuk
penekanan respon menurunkan infeksi
mencegah
inflamasi) kandung kencing
timbulnya infeksi
- Penyakit kronik 7. Tingkatkan intake
❖ Jumlah leukosit
- Imunosupresi nutrisi
dalam batas
- Malnutrisi 8. Berikan terapi
normal
- Pertahan primer tidak antibiotik:......................
❖ Menunjukkan
adekuat (kerusakan ...........
perilaku hidup
kulit, trauma 9. Monitor tanda dan
sehat
jaringan, gangguan gejala infeksi sistemik
❖ Status imun,
peristaltik) dan lokal
gastrointestinal,
10. Pertahankan teknik
genitourinaria
isolasi k/p
dalam batas
11. Inspeksi kulit dan
normal
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam.
4 Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure
kulit berhubungan Management
Tissue Integrity : Skin
dengan :
and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk
Eksternal : Membranes menggunakan pakaian
yang longgar
- Hipertermia atau Wound Healing :
2. Hindari kerutan pada
hipotermia primer dan sekunder
tempat tidur
- Substansi kimia
Setelah dilakukan 3. Jaga kebersihan kulit
- Kelembaban
tindakan keperawatan agar tetap bersih dan
- Faktor mekanik
selama….. kerusakan kering
(misalnya : alat yang
integritas kulit pasien 4. Mobilisasi pasien (ubah
dapat menimbulkan
teratasi dengan posisi pasien) setiap
luka, tekanan,
kriteria hasil: dua jam sekali
restraint)
5. Monitor kulit akan
- Immobilitas fisik ❖ Integritas kulit
adanya kemerahan
- Radiasi yang baik bisa
6. Oleskan lotion atau
- Usia yang ekstrim dipertahankan
minyak/baby oil pada
- Kelembaban kulit (sensasi,
derah yang tertekan
- Obat-obatan elastisitas,
7. Monitor aktivitas dan
Internal : temperatur,
mobilisasi pasien
hidrasi,
- Perubahan status 8. Monitor status nutrisi
pigmentasi)
metabolik pasien
❖ Tidak ada
- Tonjolan tulang 9. Memandikan pasien
luka/lesi pada
- Defisit imunologi dengan sabun dan air
kulit
- Berhubungan hangat
❖ Perfusi jaringan
dengan dengan 10. Kaji lingkungan dan
baik
perkembangan peralatan yang
❖ Menunjukkan
- Perubahan sensasi menyebabkan tekanan
pemahaman
- Perubahan status 11. Observasi luka : lokasi,
dalam proses
nutrisi (obesitas, dimensi, kedalaman
perbaikan kulit
kekurusan) dan mencegah luka,
- Perubahan status terjadinya sedera karakteristik,warna
cairan berulang cairan, granulasi,
- Perubahan ❖ Mampu jaringan nekrotik,
pigmentasi melindungi kulit tanda-tanda infeksi
- Perubahan sirkulasi dan lokal, formasi traktus
- Perubahan turgor mempertahankan 12. Ajarkan pada keluarga
(elastisitas kulit) kelembaban kulit tentang luka dan
dan perawatan perawatan luka
alami 13. Kolaburasi ahli gizi
DO:
❖ Menunjukkan pemberian diae TKTP,
- Gangguan pada terjadinya proses vitamin
bagian tubuh penyembuhan 14. Cegah kontaminasi
- Kerusakan lapisa luka feses dan urin
kulit (dermis) 15. Lakukan tehnik
- Gangguan perawatan luka dengan
permukaan kulit steril
(epidermis) 16. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka

Ketidakseimbangan NOC: 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari makanan
a. Nutritional status:
kebutuhan tubuh 2. Kolaborasi dengan ahli
Adequacy of
gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : nutrient
jumlah kalori dan nutrisi
b. Nutritional Status :
Ketidakmampuan untuk yang dibutuhkan pasien
food and Fluid
memasukkan atau 3. Yakinkan diet yang
Intake
mencerna nutrisi oleh dimakan mengandung
c. Weight Control
karena faktor biologis, Setelah dilakukan tinggi serat untuk
psikologis atau tindakan keperawatan mencegah konstipasi
ekonomi. selama….nutrisi 4. Ajarkan pasien
kurang teratasi dengan bagaimana membuat
DS:
indikator: catatan makanan harian.
- Nyeri abdomen 5. Monitor adanya
❖ Albumin serum
- Muntah penurunan BB dan gula
❖ Pre albumin serum
- Kejang perut darah
❖ Hematokrit
- Rasa penuh tiba-tiba 6. Monitor lingkungan
❖ Hemoglobin
setelah makan selama makan
❖ Total iron binding
DO: 7. Jadwalkan pengobatan
capacity
dan tindakan tidak
- Diare ❖ Jumlah limfosit
selama jam makan
- Rontok rambut yang
8. Monitor turgor kulit
berlebih
9. Monitor kekeringan,
- Kurang nafsu makan
rambut kusam, total
- Bising usus berlebih
protein, Hb dan kadar Ht
- Konjungtiva pucat
10. Monitor mual dan
- Denyut nadi lemah
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan
yang adekuat dapat
dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV
line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
2) Dorong pasien 2). Membantu
untuk melakukan memberikan rasa
latihan nafas dalam rileks
3) Dorong pasien 3)memudahkan
untuk tarik nafas mengeluarkan
dalam selama 2 sekret
detik dan
batukkan, lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut

Vital Sign Monitoring


1) Monitor TD, nadi, 1) Mengetahui
suhu, dan RR perubahan tanda-
2) Catat adanya tanda vital
fluktasi tekanan 2) Mengetahui
darah perubahan tekanan
3) Monitor vital sign darah
saat pasien 3) Mengethaui
berbaring, duduk perubahan dan
atau berdiri perbandingan vital
4) Monitor TD, nadi, sign dalam posisi
RR, sebelum, yang berbeda-beda
selama dan setelah 4) Membandingkan
aktifitas vitan sign saat
5) Monitor kualitas berktifitas dan
nadi istirahat
6) Monitor frekuensi 5) Mengetahui
dan irama perubahan nadi
pernafasan 6) Mengethaui pola
7) Monitor suara nafas pasien
paru 7) Mengetahui suara
8) Monitor pola nafas tambahan
pernafasan 8) Mengetahui adanya
abnormal pernafasan yang
9) Monitor suhu, dan abnormal
kelembapan kulit 9) Mengetahui adanya
10) Identifikasi tanda syok
penyebab dari 10) Mengetahui
perubahan vital penyebab
sign perubahan vita sign

2 Domain 4, kelas 3 1) pernafasan ventilasi 2). Membantu


(00154) normal (40- 1) Lakukan mengeluarkan sekret
Ketidak efektifan 50x/menit) fisioterapy dada 3) memudahkan
pola napas 2) Irama pernafasan jika perlu pengeluaran sekret
Batasan karakteristik : normal 2) Motivasi pasien 4)memudahkan anak
1) pernafasan 3) Kedalaman untuk bernafas untuk mengeluarkan
2) Bradipnea inspirasi pelan, dalam, sekret
3) Penurunan tekanan 4) Suara berputar, dan batuk 5)Mengetahui
inspirasi auskultasi 3) Gunakan teknik perubahan suara
4) Penurunan tekanan pernafasan yang nafas
ekspirasi normal menyenangkan
5) Penurunan kapsitas 5) Kepatenan untuk memotivasi
vital jalan nafas bernafas dalam
6) Dipsnea 6) Volume tidal kepada anak-anak
7) Pernafasan cuping 7) Kapasitas vital 4) Auskultasi suara
hidung 8) Penggunaan otot nafas, catat area
8) Penggunaan otot bantu nafas yang ventilasinya
aksesoris untuk tidak ada menurun atau tidak
bernafas 9) Retraksi dinding adanya suara nafas
dada tidak ada tambahan
Faktor yang 10) Sianosis tidak ada
berhubungan 1) Mempertahan
11) Suara nafas Terapi Oksigen
1) Hiperventilasi bebasnya jalan
tambahan tidak 1) Pertahankan
2) Kerusakan neurologis napas
ada kepatenan jalan
3) Keletihan otot 2) Memastikan
nafas
pernafasan kepatenan aliran
b. Status 2) Monitor aliran
oksigen kepasien
Pernafasan : oksigen
3) Mengetahui proses
Kepatenan 3) Monitor efektifitas
keberhasilan terapi
Jalan Nafas terapi oksigen
oksigen
4) Amati tanda-tanda
4) Mengethaui terjadi
Kriteria hasil : adanya
hipoventilasi
1) Frekuensi hipoventilasi
oksigen
pernafasan oksigen
5) Memenuhi
normal (40- 5) Sediakan oksigen
kebutuhan oksigen
50x/nmenit) ketika pasien
2) Irama pernafasan dibawah /
3) Suara dipidahkan
nafas
tambahan Monitor Pernafasan 1) Mengethui pola
4) Pernafasan 1) Monitor kecepatan, napas pasien
cuping hidung irama, kedalaman 2) Mengetahui adanya
5) Dipsnea saat dan kesulitan retraksi dada saat
istirahat bernafas bernafas
6) Batuk 2) Catat pergerakan 3) Mengetahui
7) Akumulasi dinding dada dan perubahan suara
sputum pengunaan otot nafas
bantu 4) Mengethaui
3) Monitor suara perubahan pola
nafas nafas
tambahan seperti 5) Mengetahui adanya
ngorok ketidaksimeterisan
4) Monitor pola nafas pengembangan
5) Palpasi paru
kesimetrisan 6) Mengetahui suara
ekspansi paru nafas tambahan
6) Auskultasi
suara nafas
tambahan
3 Domain 3 kelas 4 a. Status Monitor Vital Sign
(00030) Pernafasan : 1) Memonitor 1) Mengetahui
Hambatan Pertukaran tekanan darah, perubahan vital
Pertukaran Gas Gas nadi, suhu, dan sign
status pernafasan 2) Mengetahui
Batasan karakteristik : Kriteria hasil: 2) Memonitor perubahan Nadi
1) pH darah arteri 1) Tekanan parsial Denyut jantung 3) Mengeahui suara
abnormal oksigen dalam 3) Memonitor suara napas tambahan
2) pernafasan darah arteri (po2) paru-paru 4) Mengetahui
abnormal ( mis, 2) Tekanan parsial 4) Memonitor warna adanya sianosis
kecepatan, irama, oksigen dalam kulit akibat kekurangan
kedalaman) darah arteri 5) Menilai oksigen
3) warna kulit (pco2) Cavilarevil 5) Mengetahui
abnormal ( pucat 3) Saturasi oksigen perubahan perfusi
) 4) Keseimbangan Monitor Pernafasan perifer
4) sianosis ventilasi perfusi 1) Memonitor 1) Mengetahui
5) nafas cuping 5) Dyspnea pada tingkat, irama, perubahan pola
hidung saat istirahat kedalaman, dan napas
respirasi 2) Mengetahui
6) Sianosis
2) Memonitor adanya retraksi
Faktor yang
dada saat bernafas
berhubungan : gerakan dada
3) Mengetahui suara
1) perubahan 3) Monitor bunyi
napas tambahan
membran pernafasan
4) Mengetahui suara
alveolar –kapiler 4) Auskultasi bunyi
napas tambahan
2) ventilasi pervusi paru
5) Mengetahui
5) Memonitor perubahan kondisi
dyspnea dan hal pasien
yang
meningkatkan dan
memperburuk
kondisi
Terapi Oksigen 1) Memastikan jalan
1) Pertahankan napas paten
kepatenan jalan 2) Mempertahakan
nafas kebutuhan
2) Monitor aliran oksigen terpenuhi
oksigen 3) Mengetahui
3) Amati tanda-tanda adanya tanda
hipoventilasi tanda hipoventilas
induksi oksigen
4 Perawatan Demam 1) Mengetahui
Domain 11, kelas 6 Termoregulasi
1) Pantau suhu dan perubahan vital sign
(00007) Kriteria hasil :
tanda vital 2) Mengetahui
1) Berkeringat saat
Hipertermi lainnya perubahan suhu
panas klien
Batasan karakteristik : 2) Monitor warna
2) Tingkat 3) Mempertahankan
1) Kulit kemerahan kulit
pernafasan keseimbangan
2) Peningkatan suhu 3) Monitor asupan
3) Peningkatan cairan
tubuh perkisaran dan keluaran,
suhu kulit 4) Memenuhi
diatas normal sadari perubahan
4) Hipertermia kebutuhan cairan
3) Kejang kehilangan cairan
5) Sakit kepala akibat evapoasi
4) Kulit terasa yang tak
6) Dehidrasi 5) Mengurangi
hangat dirasakan
4) Beri obat atau evaporasi yang
Status berlebih
Faktor yang cairan IV
Neurologis 6) Mencegah
berhubungan : 5) Tutup pasien
Kriteria hasil : terjadinya dehidrasi
1) Pemajanan dengan selimut
1) Kesadaran 7) Istirahat yang cukup
lingkungan yang atau pakaian
2) Pola bernafas memaksimalkan
panas ringan
3) Pola istirahat dan proses
2) Penyakit 6) Dorong konsumsi
tudur penyembuhan
Peningkatan laju cairan
4) Laju pernafasan 8) Memenuhi
metabolisme 7) Fasilitasi istirahat,
5) Hipertermia kebutuhan oksigen
terapkan
6) Aktivitas kejang 9) Memberikan rasa
pembatasan
nyaman kepaa klien
Tanda Tanda Vital aktifitas jika
10) Menjaga kebersihan
Kriteria hasil : diperlukan diri
1) Suhu tubuh 8) Berikan oksigen 11) Mengetahui
2) Tingkat yang sesuai perubahan suhu
pernafasan 9) Tingkatkan 12) Mengetahui
3) Irama pernafasan sirkulasi udara perubahan suhu
4) Tekanan nadi 10) Mandikan 13) Mengganti cairan
5) Kedalaman pasien dengan yang kurag akibat
inspirasi spons hangat evaporasi
dengan hati-hati 14) Menurunkan
demam
Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu
paling tidak
setiap 2 jam
sesuia kebutuhan
2) Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi 1. Pengobatan yang
adekuat tepat mempercepat
4) Berikan proses penyembuhan
pengobatan 2. Mengetahui
antipiuretik sesuai keefektifan obat
kebutuhan yang diberikan

Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
5 Domain 2, kelas 1 a. Status Nutrisi Manajemen Berat
(00002) Badan
Ketidak Seimbangan Kriteria hasil: 1) Diskusikan 1) Meningkatkan
Nutrisi : Kurang Dari 1) Status nutrisi bersama pasien pengetahuan klien
Kebutuhan Tubuh 2) Asupan gizi dan keluarga dalam pemenuhan
3) Asupan makanan mengenai nutrisi
Batasan karakteristik : 4) Asupan cairan hubungan antara 2) Mengatur pola
1) Diare 5) Energi intake makanan, makan dan diit
2) Bising usus 6) Berat badan latihan, pening yang sesuai
hiperaktif katan BB dan 3) Mencegah
3) Membran mukosa b. Appetite penurunan BB kebiasaan dan pola
pucat 2) Diskusikan makan yang tidak
4) Tonus otot Kriteia hasil: bersama pasien sehat
menurun 1) Keinginan untuk mengenai kondisi 4) Mengurangi
5) Kelemahan otot makan medis yang dapat penurunan BB
menelan 2) energi untuk mempengaruhi BB yang drastis
makan 3) Diskusikan 5) Memotivasi klien
Faktor yang 3) Asupan makanan bersama pasien untuk
berhubungan : asupan gizi mengenai mempertahankan
1) Faktor biologis 4) Asupan cairan kebiasaan, gaya BB ideal
2) Ketidak 5) Stimulus untuk hidup dan factor
mampuan makan herediter yang
mengabsropsi dapat
nutrien mempengaruhi BB
3) Ketidak 4) Diskusikan
mampuan bersama pasien
mencerna mengenai risiko
makanan yang berhubungan
4) Ketidakmampuan dengan BB
menelan makanan berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
Perkirakan BB
badan ideal pasien
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi 1) Mencegah
makanan keracunan
2) Kolaborasi dengan makanan
ahli gizi untuk
menentukan 2) Memenuhi
kebutuhan kalori
jumlah kalori dan
sesuai kebutuhan
nutrisi yang
tubuh
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien 3) Mencegah
untuk penurunan zat besi
meningkatkan
4) Meningkatkan
intake Fe
imunitas
4) Anjurkan pasien
untuk 5) Menngkatkan
meningkatkan energi
protein dan 6) Melancarkan
vitamin C pencernaan
5) Berikan substansi
gula 7) Diit yang seimbang
6) Yakinkan diet baik untuk
yang dimakan kesehatan
mengandung tinggi 8) Mengetahui jumlah
serat untuk kebutuhan kalori
mencegah dan zat nutrien
konstipasi lainnya
7) Berikan makanan
yang terpilih ( 9) Mengajarkan
sudah keluarga untuk
dikonsultasikan emenuhi
dengan ahli gizi) kebutuhan nutrisi
8) Monitor jumlah klien
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga 1) Mengetahui
Monitor Nutrisi
tumbuh kembang
1) Monitor klien
pertumbuhan dan 2) Mengetahui
perkembangan status cairan klien
2) Monitor turgor 3) Mengetahui
kulit dan modalitas adanya malnutrisi
3) Identifikasi klien
abnormalitas kulit 4) Mengurangi
4) Minitor adanya faktor pencetus
mual muntah mual dan muntah
5) Identifikasi 5) Mencegah
perubahan nafsu penurunan BB
makan dan
6) aktifitas
akhir- akhir ini
6 Domain 4, kelas 2 Toleransi Terapi Aktifitas
(00298) Aktifitas 1) Bantu klien 1) Mememnuhi
Penurunan toleransi Kriteria hasil : mengidentifikasi kebutuhan klien
Aktifitas Faktor yang 1) Saturasi oksigen aktivitas yang secara mandiri
berhubungan dengan : dengan aktivitas mampu dilakukan sesuai kemampuan
1) Masalah sirkulasi 2) Denyut nadi 2) Bantu klien untuk 2) memenuhi
2) Masalah dengan aktivitas memilih aktivitas kebutuhan
pernapasan 3) Tingkat yang sesuai dengan aktivitas klien
pernapasan kemampuan fisik, 3) Mememnuhi
dengan aktivitas psikologi, dan kebutuhan klien
4) Warna kulit sosial secara mandiri
5) Kecepatan 3) Bantu untuk sesuai kebutuhan
berjalan kaki mengidentifikasi 4) memenuhi
dan mendapatkan kebutuhan
Tingkat kelelahan aktivitas yang
sumber yang
Kriteia hasil: diperlukan untuk disukai klien
1) Tingkat aktivitas yang 5) mengetahui
kelelahan diinginkan kemampuan klien
2) Gangguan 4) Bantu untuk 6) memaksimalkan
konsentrasi mengidentifikasi kemampuan klien
menurun secara mandiri
aktivitas yang
7) mengetahui
3) Tingkat stres disukai
perubahan fisik,
4) Kualitas tidur 5) Bantu pasien atau
emosi, sosial dan
5) Saturasi oksigen keluarga untuk
spiritual
6) Kualitas istirahat mengidentifikasi
kekurangan dalam
Tanda-tanda vital
beraktivitas
Kriteria hasil: 6) Bantu pasien untuk
1) Denyut jantung mengembangkan
apikal motivasi diri dan
2) Denyut nadi penguatan
radial 7) Monitor respon
3) Tingkat fisik, emosi, sosial,
pernapasan dan spiritual.
4) Irama pernapasan
5) Tekanan nadi Monitor Tanda-
6) Kedalaman tanda Vital
inspirasi 1) Monitor tekanan 1) mengetahui
darah, nadi, perubahan vital
suhu, dan sign
pernafasan 2) mengetahui
2) Monitor dan adanya perubahan
laporkan tanda suhu
dan gejala 3) mengethaui
hipotermia dan perubahan nadi
hipertermia
3) Monitor kualitas
nadi
DAFTAR PUSTAKA

Betri Wahyuni. 2020. ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak sindroma nefrotik
di ruangan rawat anak RSUP dr.M.DJAMIL PADANG’.
Hj.Muflihah Anawar. 2019. ‘Laporan Pendahuluan sindroma nefrotik Ruangan Poli
Anak RSUD. DR.MOCH.ANSHARI SHALH BANJARMASIN’.
Dwi Hadya Jayani. 2018. ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Health Statistics. Jakarta.
Herdman dkk. 2021. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2021 - 2023, Edisi ke-12. EGC : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Kalsifikasi Luaran Keperawatan Nursing Otcome Classification
(NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Keenam: Elseiver : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi Ketujuh. Elseiver :
Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
SINDROMA NEFROTIK DI RUANGAN PICU RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : LUCKY ARISANDI, S.Kep


NIM : 2022031015

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns.Hasni Hilipito, S.Kep Ns. Katrina Feby Lestari, M.P.H


NIP. 19700630 199303 2 003 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023

Anda mungkin juga menyukai