DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
1. Definisi
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2019).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2020).
2. Epidemiologi
Angka kejadian Nefrotik Sindrom di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun (Dew, 2019). Di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
(FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Nefrotik Sindrom
merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara
tahun 1995-2000. Perbandingan Nefrotik Sindrom pada anak laki-laki dan
perempuan adalah 2:1 (Ngastiyah, 2020).
3. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1) Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya,
perkembangan pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-
bulan pertama kehidupannya.
2) Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
Malaria kuartana atau parasit lainnya
Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
Penyakit sel sabit, dll
3) Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi
ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron
4) Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu sklerosis
glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
4. Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus.
Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar
dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini
menyebabkan retensi garam dan air. Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan
edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam
ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan
sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan
peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini
dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang
dewasa termasuk lansia.
5. Klasifikasi
Secara klinis Nefrotik sindrom dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
a. Nefrotik Sindrom Primer atau Idiopatik
Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara
primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab
lain. Sekitar 90% anak dengan sindrom nefrotik merupakan sindrom nefrotik
idiopatik. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah Nefrotik sindrom
kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak
itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini diturunkan secara resesif
autosom atau karena reaksi fetomaternal. Resisten terhadap semua
pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Pencangkokan
ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
b. Nefrotik Sindrom Sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari
berbagai sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering dijumpai antara lain :
1) Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom
Alport, miksedema
2) Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus,
AIDS
3) Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun
serangga, bisa ular
4) Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik,
purpura Henoch-Schönlein, sarkoidosis
6. Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
1) Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
2) Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia
dan ekstremitas).
3) Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
4) Pucat.
5) Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6) Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m 2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn
edema ).
b. Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya
cyanosis, diaphoresis.
c. Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi
dada, cuping hidung.
d. Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e. Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f. Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
8. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik, antara
lain:
1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin Biakan urin dilakukan apabila terdapat
gejala klinik yang mengarah pada infeksi saluran kemih (ISK).
2. Protein urin kuantitatif Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan urin 24
jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari.
3. Pemeriksaan darah
1) Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
trombosit, hematokrit, LED)
2) Albumin dan kolesterol serum
3) Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin.
9. Tindakan Penanganan
1) Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit
garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3) Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4) Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5) Berikan diuretik untuk mengatasi edema
pengikat tiroid (TBG) dalam urin pada beberapa pasien sindrom nefrotik dan
1. Pengkajian
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia sering
terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3
tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh anak
seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak
biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh
anaknya terbilang rendah.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya
peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik
seperti adakah saudara- saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah mengalami
diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya penurunan volume haluaran
urine.
Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial
dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
Riwayat psikososial dan perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke
otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral
pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan
baik.
Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-HB-
Hib 2.
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau
konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang
tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung..
d. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi
oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada
anak dengan hipovolemik
e. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki sertapenurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah Bila dilakukan EKG, maka akan
ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan segmen ST,
pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
f. Abdomen
1.inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
2.Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
g. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak
pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema
dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
h. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka
atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT
> 2 detik akibat dehidrasi
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan
untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
2. Risiko infeksi
3. Kerusakan integritas kulit b/d factor internal
4. Kelebihan Volume Cairan b/d Mekanisme pengaturan melemah
5. Defisit Volume Cairan b/d Kehilangan volume cairan secara aktif
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
5 Domain 2, kelas 1 a. Status Nutrisi Manajemen Berat
(00002) Badan
Ketidak Seimbangan Kriteria hasil: 1) Diskusikan 1) Meningkatkan
Nutrisi : Kurang Dari 1) Status nutrisi bersama pasien pengetahuan klien
Kebutuhan Tubuh 2) Asupan gizi dan keluarga dalam pemenuhan
3) Asupan makanan mengenai nutrisi
Batasan karakteristik : 4) Asupan cairan hubungan antara 2) Mengatur pola
1) Diare 5) Energi intake makanan, makan dan diit
2) Bising usus 6) Berat badan latihan, pening yang sesuai
hiperaktif katan BB dan 3) Mencegah
3) Membran mukosa b. Appetite penurunan BB kebiasaan dan pola
pucat 2) Diskusikan makan yang tidak
4) Tonus otot Kriteia hasil: bersama pasien sehat
menurun 1) Keinginan untuk mengenai kondisi 4) Mengurangi
5) Kelemahan otot makan medis yang dapat penurunan BB
menelan 2) energi untuk mempengaruhi BB yang drastis
makan 3) Diskusikan 5) Memotivasi klien
Faktor yang 3) Asupan makanan bersama pasien untuk
berhubungan : asupan gizi mengenai mempertahankan
1) Faktor biologis 4) Asupan cairan kebiasaan, gaya BB ideal
2) Ketidak 5) Stimulus untuk hidup dan factor
mampuan makan herediter yang
mengabsropsi dapat
nutrien mempengaruhi BB
3) Ketidak 4) Diskusikan
mampuan bersama pasien
mencerna mengenai risiko
makanan yang berhubungan
4) Ketidakmampuan dengan BB
menelan makanan berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
Perkirakan BB
badan ideal pasien
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi 1) Mencegah
makanan keracunan
2) Kolaborasi dengan makanan
ahli gizi untuk
menentukan 2) Memenuhi
kebutuhan kalori
jumlah kalori dan
sesuai kebutuhan
nutrisi yang
tubuh
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien 3) Mencegah
untuk penurunan zat besi
meningkatkan
4) Meningkatkan
intake Fe
imunitas
4) Anjurkan pasien
untuk 5) Menngkatkan
meningkatkan energi
protein dan 6) Melancarkan
vitamin C pencernaan
5) Berikan substansi
gula 7) Diit yang seimbang
6) Yakinkan diet baik untuk
yang dimakan kesehatan
mengandung tinggi 8) Mengetahui jumlah
serat untuk kebutuhan kalori
mencegah dan zat nutrien
konstipasi lainnya
7) Berikan makanan
yang terpilih ( 9) Mengajarkan
sudah keluarga untuk
dikonsultasikan emenuhi
dengan ahli gizi) kebutuhan nutrisi
8) Monitor jumlah klien
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga 1) Mengetahui
Monitor Nutrisi
tumbuh kembang
1) Monitor klien
pertumbuhan dan 2) Mengetahui
perkembangan status cairan klien
2) Monitor turgor 3) Mengetahui
kulit dan modalitas adanya malnutrisi
3) Identifikasi klien
abnormalitas kulit 4) Mengurangi
4) Minitor adanya faktor pencetus
mual muntah mual dan muntah
5) Identifikasi 5) Mencegah
perubahan nafsu penurunan BB
makan dan
6) aktifitas
akhir- akhir ini
6 Domain 4, kelas 2 Toleransi Terapi Aktifitas
(00298) Aktifitas 1) Bantu klien 1) Mememnuhi
Penurunan toleransi Kriteria hasil : mengidentifikasi kebutuhan klien
Aktifitas Faktor yang 1) Saturasi oksigen aktivitas yang secara mandiri
berhubungan dengan : dengan aktivitas mampu dilakukan sesuai kemampuan
1) Masalah sirkulasi 2) Denyut nadi 2) Bantu klien untuk 2) memenuhi
2) Masalah dengan aktivitas memilih aktivitas kebutuhan
pernapasan 3) Tingkat yang sesuai dengan aktivitas klien
pernapasan kemampuan fisik, 3) Mememnuhi
dengan aktivitas psikologi, dan kebutuhan klien
4) Warna kulit sosial secara mandiri
5) Kecepatan 3) Bantu untuk sesuai kebutuhan
berjalan kaki mengidentifikasi 4) memenuhi
dan mendapatkan kebutuhan
Tingkat kelelahan aktivitas yang
sumber yang
Kriteia hasil: diperlukan untuk disukai klien
1) Tingkat aktivitas yang 5) mengetahui
kelelahan diinginkan kemampuan klien
2) Gangguan 4) Bantu untuk 6) memaksimalkan
konsentrasi mengidentifikasi kemampuan klien
menurun secara mandiri
aktivitas yang
7) mengetahui
3) Tingkat stres disukai
perubahan fisik,
4) Kualitas tidur 5) Bantu pasien atau
emosi, sosial dan
5) Saturasi oksigen keluarga untuk
spiritual
6) Kualitas istirahat mengidentifikasi
kekurangan dalam
Tanda-tanda vital
beraktivitas
Kriteria hasil: 6) Bantu pasien untuk
1) Denyut jantung mengembangkan
apikal motivasi diri dan
2) Denyut nadi penguatan
radial 7) Monitor respon
3) Tingkat fisik, emosi, sosial,
pernapasan dan spiritual.
4) Irama pernapasan
5) Tekanan nadi Monitor Tanda-
6) Kedalaman tanda Vital
inspirasi 1) Monitor tekanan 1) mengetahui
darah, nadi, perubahan vital
suhu, dan sign
pernafasan 2) mengetahui
2) Monitor dan adanya perubahan
laporkan tanda suhu
dan gejala 3) mengethaui
hipotermia dan perubahan nadi
hipertermia
3) Monitor kualitas
nadi
DAFTAR PUSTAKA
Betri Wahyuni. 2020. ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak sindroma nefrotik
di ruangan rawat anak RSUP dr.M.DJAMIL PADANG’.
Hj.Muflihah Anawar. 2019. ‘Laporan Pendahuluan sindroma nefrotik Ruangan Poli
Anak RSUD. DR.MOCH.ANSHARI SHALH BANJARMASIN’.
Dwi Hadya Jayani. 2018. ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Health Statistics. Jakarta.
Herdman dkk. 2021. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2021 - 2023, Edisi ke-12. EGC : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Kalsifikasi Luaran Keperawatan Nursing Otcome Classification
(NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Keenam: Elseiver : Jakarta
Butcher Dkk.2020. Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi Ketujuh. Elseiver :
Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
SINDROMA NEFROTIK DI RUANGAN PICU RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI