Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula
yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang
terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari
20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan
produksi urin berkurang.
1.2 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
a. Paparan api (Flame)
Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
b. Benda panas (kontak)
Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi
atau peralatan masak.
c. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
d. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
e. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
f. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
2
g. Zat kimia (asam atau basa)
h. Radiasi
i. Sunburn (sinar matahari).
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem
sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
3
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan
mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga
termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).
4
dengan bula kulit tidak
yang muncul akan sama
beberapa jam seperti
setelah terkena sebelumnya.
luka, bila bula
disingkirkan
akan terlihat
luka bewarna
merah muda
yang basah,
Luka sangat
sensitive dan
akan menjadi
lebih pucat
bila terkena
tekanan.
2b = Deep Epidermis Nyeri dan Disertai juga Luka akan
partial thickness dan lapisan sensitif. dengan bula, sembuh
dalam dari permukaan dalam 3-9
dermis luka berbecak minggu.
merah muda Organ-organ
dan putih kulit seperti
karena variasi folikel-
dari folikel
vaskularisasi rambut,
pembuluh kelenjar
darah ( bagian keringat,
yang putih kelenjar
punya hanya sebasea
sedikit sebagian
pembuluh besar masih
darah dan utuh
yang merah
muda
mempunyai
beberapa
aliran darah.
5
1.4 Perhitungan Persentase Luka Bakar
a. Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total
(Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :
6
b. Kartu Penilaian Luka Bakar menurut Nelson (1992)
Usia (Tahun)
Bagian Tubuh
1-4 5-6 10-14 Dewasa
Kepala 19 % 15% 13% 10%
Lengan kanan 9 '/2 % 9 '/2 % 9 '/2 % 9%
Lengan kiri 9 '/2 % 9 '/2 % 9 '/2 % 9%
Badan depan 32 % 32 % 32 % 36%
dan belakang
Kaki kanan 15% 15% 17% 18%
Kaki kiri 15% 15% 17% 18%
7
3. Luka bakar ringan (mild burn)
Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa.
Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut.
Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia; tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
1.5 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebutmungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis,
maupun jaringan subcutan. Tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas (Effendi, 1999). Cidera luka bakar
mempengaruhi semua system organ. Besarnya respon patofisiologis ini
adalah berkaitan erat dengan luasnya luka bakar mencapai massa stabil ketika
terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan tubuh (Hudak &
Gallo, 1996). Tingkat keperawatan perubahan tergantung kepada luas dan
kedalaman luka bakar yang menimbuljan kerusakan dimulai dari terjadinya
luka bakar dan berlangsung sampai 48-72 jam pertama.
8
Kehilangan cairan dari system vaskuler, terjadi peningkatan homokonsentrasi
dan hematokrit, cairan darah menjadi kurang lancer pada daerah luka bakar
dan nutrisi kurang. Adanya cedera luka bakar menyebabkan tahanan vaskuler
perifer meningkat sebagai akibat respon stress neurohormonal. Hal ini
meningkatkan afterlut jantung dan mengakibatkan penurunan curah jantung
lebih lanjut. Akibat penurunan curah jantung, menyebabkan metabolism
anaerob dan hhasil akhir produk asam ditahan karena rusaknya fungsi ginjal.
Selanjutnya timbul asidosis metabolic yang menyebabkan perfusi jaringan
terjadi tidak sempurna. Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap
dalam kondisi sakit akut. Periode ini ditandai dengan anemi dan malnutrisi.
Anemia berkembang akibat banyak kehilangan eritrosit. Keseimbangan
nitrogen negatif mulai terjadi pada waktu terjadi luka bakar dan disebabkan
kerusakan jaringan, kehilangan protein, dan akibat respon stress. Ini terus
berlangsung selama periode akut karena terus menerus kehilangan protein
melalui luka.
Gangguan respiratori timbul karena obstruksi saluran napas bagian atas atau
karena efek syok hipovolemik. Obstruksi saluran napas bagian atas
disebabkan karena inhalasi bahan yang merugikan atau udara yang terlalu
panas, menimbulkan iritasi kepada saluran napas, oedema laring dan
obstruksi potensial.
9
GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.
10
b. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif
(catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari
jaringan yang mengalami injuri. Substansi – substansi ini menyebabkan
meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep)
kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai
pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang
langsung mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan
potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya
tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan
volume cairan intravaskuler.
Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan
catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali
turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan
hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu
pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4- 20 kali lebih
besar dari normal. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada
perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan
intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita
luka bakar yang luas dapat terjadi.
11
c. Sistem renal dan gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan
menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri.
Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat
terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka
bakar yang lebih dari 25 %.
d. Sistem imun
Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi
immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan
pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup
klien.
e. Sistem respiratory
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan
kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
1. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi
ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh
api.
2. Keracunan Carbon Monoxida.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi
organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih
besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen
digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin
sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan
dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan
pengantaran oksigen dalam darah.
1.8 Penatalaksanaan
Menurut Wim de Jong (2005) penatalaksanaan pada luka bakar yaitu:
a. Pertolongan pertama
1. Segera hindari sumber api dan matikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutu[ bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
12
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
torniket karena jaringa yang terkena luka bakar akans egera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya
lima belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka
bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
4. Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada
luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway,Breathing,
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
spesifik luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan sputum karbonat,
rambut, dan atau bulu hidung yang gosong, luka bakar pada wajah,
oedem orofaring, perubahan suara, perubahan status mental. Bila
benar terdapat luka inhalasi maka lakukan intubasi endotracheal,
kemudian beri oksigen melalui face atau endotracheal tube. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama
dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan
jumlah cairan pengganti. Anamnesis secara singkat dan cepat harus
dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu
terjadinya trauma.
b. Resusitasi cairan
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip
dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler
dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48
jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5mL/kgBB/jam.
13
Cara lain adalah cara Evans:
1. Luas luka bakar dalam % x berat badan (kg) = jumlah Nacl/24jam.
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan (kg) = jumlah
plasma/24jam.
(nomer 1 dan 2 pengganti cairan yang akibat oedem. Plasma untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis hingga mengurangi pembesaran keluar dan
menarik kembali cairan yang telah keluar).
3. 2000cc Dextrose 5% / 24jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibat penguapan).
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah dari jumlah.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan
rumus Baxter yaitu :
Luka bakar (%) x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua
diberikan setengah cairan hari pertama.
Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan
hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
c. Penggantian darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai
tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah
yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran
sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang
tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah
terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh
sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak
14
dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat
luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan.
e. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda
dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami
15
keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat
memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh,
massa bebas lemak.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat,
penyakit ginjal dan lain-lain.
Luas dan derajat luka bakar. Suhu dan kelembaban ruangan (
mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal
adalah dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan
indirek kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor
seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan
adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus
ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di
rumah sakit. Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan
kebutuhan kalori basal dengan formula HARRIS BENEDICK yang
melibatkan faktor BB,TB dan Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori
total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian
khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka
yang lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi
lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi,
perlemakan hati. Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk
menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka
bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai
dengan 48 jam pascatrauma.
16
1.9 Pathway luka bakar
17
II. Rencana asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Kaji luas, kedalaman luka bakar, asupan dan keluaran cairan serta
residu urine pertama kali dipasang kateter. Kaji berat jenis urine, warna
urine , pH, kadar glukosa, aseton, protein serta nilai hemoglobin.
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
7–9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol
oleh klien dengan aktivitas yang biasa
dilakukan.
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
oleh klien.
Keterangan : 1 – 3 (Nyeri ringan)
4 – 6 (Nyeri sedang)
7 – 9 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)
18
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan diagnostik pada luka
bakar yaitu :
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada
Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan
dengan adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbondioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium
pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L
Mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
Dengan perpindahan cairan interstisial
atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum
menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
19
terhadap efek atau luasnya cedera.
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan luka
bakar
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
2.2.1 Definisi
Penurunan cairan intravascular, intertisial, atau intrasel.
20
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Eksternal
Zat kimia, radiasi
Usia yang ekstream
Kelembapan
Hipertermia, hipotermia
Faktor mekanik (misalnya: gaya gunting)
Medikasi
Lembab
Immobilitas fisik
Internal
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi ketidak seimbangan nutrisi
Penurunan immonologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan metabolic
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang.
21
Usia dewasa 14 tahun atau lebih: ≤11 atau > 24 (kali per
menit)
Usia 5-14 : <15 atau >25
Usia 1-4 : <20 atau >30
Bayi : <25 atau >60
Takipnea
Rasio waktu
Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas
22
2.2.12 Faktor Yang Berhubungan
Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan
psikologis).
1.2 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
2.2.13 Tujuan dan kriteria hasil
a. Pasien akan memiliki konsentrasi urine normal.
23
b. Memiliki hematokrit dan hemoglobin dalam batas normal.
c. Tidak mengalami haus yang tidak normal
d. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam
24jam.
e. Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat.
24
Pasien/ keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau
perawatan luka yg optimal.
Tidak ada lepuh atau maserasi kulit
25
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
Terapi Oksigen
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
26
2.2.7 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24
jam,
diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria :
1. Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
2. Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5:tidak pernah, jarang,kadang-kadang,sering,
atau selalu)
Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut ( sangat berat, berat,
sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi nyeri pada
wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi nyeri,
merintih dan menangis, gelisah.
27
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama
untuk mengumpulkan informasi pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan
pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
- Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri
oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respons pasien
- Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai
usia dan tingkat perkembangan pasien
- Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas ,
intensitas atau keparahan nyerim dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
- Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus
yang harus diminum , frekuensi pemberian, kemungkinan
efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengonsumsi obat tersebut (misalnya ,
pembatasan aktivitas fisik , pembatasan diet) dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
- Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau
opioid (misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis)
- Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
28
- Manajemen Nyeri (NIC) :
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya,
umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS), hypnosis, relaksasi, atau kompres
hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah, dan jika
memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
Aktivitas Lain
- Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian
nyeri dan efek samping
- Bantu pasien mengidentifikan tindakan kenyamanan yang
efektif di masa lalu, seperti , distraksi, relaksasi, atau
kompres hangat/dingin
- Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman dan aktivitas lain untuk membantu relaksasi,
meliputi tidakan sebagai berikut :
- Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi
Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan
- Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap
yang mendukung
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut aktivitas perawatan
- Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan
pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan
pengalihan melalui televise, radio, tape dan interaksi dengan
pengunjung
- Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan
respons pasien terhadap analgesic (misalnya “Obat ini akan
mengurangi nyeri Anda”)
29
2.3.10 Intervensi dan Rasional :
1. Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai indikasi
Rasional :
Tergantung tipe atau luasnya luka untuk menurunkan resiko
kontaminasi silang atau terpajan pada flora bakteri multiple.
2. Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk
semua individu yang datang kontak ke pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang
3. Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari
batas yang terbakar
Rasional : Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri
4. Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher,
membran mukosa )
Rasional :
nfeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali terjadi
sehubungan dengan depresi sistem imun atau proliferasi flora
normal tubuh selama terapi antibiotik sistematik.
5. Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas (termasuk pecahnya
lepuh) dengan gunting dan forcep.
Rasional : Meningkatkan penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
Effendi, C., 1999, Perawatan Pasien Luka Bakar, 5-6; 25, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
30