Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

DI RUANG NURI RSD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 13 Mei – 18 Mei 2019

Oleh:
SUCI MARTHA APRILIA, S. Kep
NIM. 1830913320044

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Suci Martha Aprilia, S.Kep

NIM : 1830913320044

JUDUL : - Laporan Pendahuluan Combustio (Luka Bakar) di Ruang


Nuri RSD Idaman Banjarbaru

Banjarbaru, Mei 2019

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. Kep MB Sri Wahyuni, S.Kep., Ns
NIP. 19780317 200812 2 001 NIP.19891225 201101 2 002
DEFINISI PATOFISIOLOGI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang • Permukaan Dermis yg terpajan suhu tinggi rusak & permeabilitas↑  sel darah rusak  anemia
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan • Permeabilitas↑  edema  bula yang mengandung banyak elektrolit  volume cairan intravaskuler ↓
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma • Kerusakan kulit akibat luka bakar  cairan ↓ akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. III.

ETIOLOGI LUAS LUKA BAKAR


1) Paparan api 1) Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
a. Flame 2) Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa.
b. Benda panas (kontak) Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
2) Scalds (air panas) nine atua rule of wallace yaitu:
3) Uap panas a. Kepala dan leher : 9%
4) Gas panas b. Lengan masing-masing 9% : 18%
5) Aliran listrik c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
6) Zat kimia (asam atau basa) d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
7) Radiasi Total : 100%
8) Sunburn sinar matahari. Anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih
besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian
KOMPLIKASI tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
1) Gagal jantung kongestif dan edema 3) Metode Lund dan Browder
pulmonal
2) Sindrom kompartemen
3) Adult Respiratory Distress
Syndrome
4) Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
5) Syok sirkulasi terjadi akibat
kelebihan muatan cairan atau
bahkan hipovolemik
6) Gagal ginjal akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Hitung darah lengkap: Hb,
Leukosit
2) GDA (Gas Darah Arteri)
3) Elektrolit Serum
4) Natrium Urin
5) Alkali Fosfat
6) Glukosa Serum
7) Albumin Serum
8) BUN atau Kreatinin
9) Loop aliran volume
10) EKG
11) Fotografi luka bakar
KLASIFIKASI
1) Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2) Berdasarkan kedalaman luka bakar
Kedalaman Dan Bagian
Penyebab Luka Kulit Yang Gejala Penampilan Luka Gambar
Bakar Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, hiperestesia Memerah, menjadi
(Superfisial): (supersensivitas), rasa putih ketika ditekan
tersengat matahari, nyeri mereda jika minimal atau tanpa
terkena api dengan didinginkan edema
intensitas rendah

Derajat Dua Epidermis Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka


(Partial- dan bagian sensitif terhadap udara berbintik-bintik
Thickness): dermis yang dingin merah, epidermis
tersiram air retak, permukaan
mendidih, terbakar luka basah, terdapat
oleh nyala api edema
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri, syok, Kering, luka bakar
(Full-Thickness): keseluruhan hematuria (adanya darah berwarna putih
terbakar nyala api, dermis dan dalam urin) dan seperti bahan kulit
terkena cairan kadang- kemungkinan pula atau gosong, kulit
mendidih dalam kadang hemolisis (destruksi sel retak dengan bagian
waktu yang lama, jaringan darah merah), lemak yang tampak,
tersengat arus subkutan kemungkinan terdapat terdapat edema
listrik luka masuk dan keluar
(pada luka bakar listrik)
3) Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
2. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
3. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun
2. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
3. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
5. Luka bakar listrik tegangan tinggi
6. Disertai trauma lainnya
7. Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
FASE LUKA BAKAR PENATALAKSANAAN
1) Fase awal, fase akut, fase syok TATALAKSANA RESUSITASI LUKA BAKAR
Gangguan pada saluran nafas akibat inhalasi panas/asap Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
carbon atau trauma multipel di rongga toraks; dan 1) Intubasi
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, 2) Krikotiroidotomi (terlalu agresif dan menimbulkan
syok hipovolemia. morbiditas lebih besar dibanding intubasi)
2) Fase setelah syok berakhir, fase sub akut 3) Pemberian oksigen 100%
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan 4) Perawatan jalan nafas
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan 5) Penghisapan sekret (secara berkala)
sepsis. 6) Pemberian terapi inhalasi
3) Fase lanjut 7) Bilasan bronkoalveolar
Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya 8) Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit 9) Eskarotomi pada dinding toraks  memperbaiki
dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan kompliansi paru
deformitas lain
TATALAKSANA RESUSITASI CAIRAN
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan
PEMBAGIAN ZONA KERUSAKAN JARINGANFASE pengganti. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan
AWAL, FASE AKUT, FASE SYOK cairan ini:
1) Zona koagulasi, zona nekrosis (Daerah yang lsg mgalami a. Cara Evans
kerusakan) 1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per
2) Zona statis 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma
a. Daerah yang berada disekitar zona koagulasi per 24 jam
b. Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit  3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
gangguan perfusi (no flow phenomena) --> perubahan Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada
c. 12-24 jam pasca cedera hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
3) Zona hiperemi Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.
Daerah diluar zona statis. Mengalami reaksi berupa
b. Cara Baxter
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua

TATALAKSANA RESUSITASI NUTRISI

PERAWATAN LUKA BAKAR


1) Eksisi dini
2) Skin grafting
PATHWAY LUKA BAKAR

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/Petir

Kerusakan Integritas Kulit


Luka Bakar
Nyeri Akut

Pada wajah Diruang tertutup Kerusakan Kulit Kulit terkelupas

Kerusakan Keracunan gas CO Penguapan Meningkat


Paparan lingkungan
mukosa

Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan Pembuluh Risiko Infeksi


Darah Kapiler

Obstruksi Jalan Hb tidak mampu Ekstravasasi cairan (H2O, Risiko


Nafas mengikat O2 elektrolit dan protein) Ketidakseimbangan
Elektrolit
Gagal Nafas Hipoxia Otak Tekanan intravaskuler
menurun

Ketidakefektifan Risiko Syok Hipovolemia dan


Pola Nafas hemokonsentrasi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LUKA
BAKAR

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Identitas 1. Nyeri Akut
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Riwayat Kesehatan
3. Kerusakan Integritas Kulit
3. Pemeriksaan Fisik
4. Risiko Syok
5. Risiko Infeksi
6. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

Nyeri akut Ketidakefektifan Pola Nafas Kerusakan Integritas Kulit


NOC: NOC :
Pain Control NOC: Tissue Integrity : Skin and Mucous
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Status Pernafasan: Ventilasi Membrane
3x24 jamt nyeri klien akan berkurang dengan Setelah dilakukan tindakan
kriteria hasil klien akan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, keperawatan 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas jaringan teratasi
frekuensi, dan hal yang memperberat nyeri) mampu mempertahankan kebersihan dengan kriteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab jalan nafas dengan kriteria :  Integritas kulit yang baik bisa
nyeri, mampu menggunakan teknik  Mendemonstrasikan batuk efektif dipertahankan (pigemntasi)
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) dan suara nafas yang bersih, tidak  Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri ada sianosis dan dyspneu  Mampu melindungi kulit dan
berkurang (mampu mengeluarkan sputum, mempertahankan kelembaban kulit
mampu bernapas dengan mudah) dan perawatan alami
NIC:  Menunjukkan jalan nafas yang
Pain Management paten (frekuensi pernafasan NIC :
1. Kaji tingkat nyeri pada pasien dengan rentang normal, tidak ada suara Insicion site care(perawatan
menggunakan alat self-report pasien yang nafas abnormal) sayatan)
valid dan reliable, seperti skala tingkat nyeri  Tanda-tanda vital dalam rentang 1. Membersihkan, memantau dan
numerik 0-10. normal meningkatkan proses
2. Kaji nyeri pasien secara rutin dengan interval penyembuhan pada luka yang
waktu yang konsisten bersama dengan NIC ditutup dengan jahitan, klip atau
pengukuran vital sign. Terapi oksigen strapless
3. Ajarkan intervensi nonfarmakologi 2. Monitor proses kesembuhan insisi
4. Sebagai tambahan pemberian analgesic 1. Bersihkan mulut, hidung, dan 3. Ganti balutan pada interval waktu
5. Dukung klien untuk menggunakan metode seckret trakea yang sesuai atau biarkan luka tetap
nonfarmakologi untuk membantu mengontrol 2. Pertahankan jalan napas yang terbuka (tidak dibalut) sesuai
nyeri, seperti distraksi, imagery, relaksasi. paten program
3. Monitor aliran oksigen 4. Kolaborasi pemberian antibiotic
NIC: Analgesic Administration 4. Pertahankan posisi klien
5. Monitor TD, nadi, dan RR Perawatan luka : luka bakar
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, 1. Dinginkan luka dengan cairan
dan frekuensi Airways Management normal saline pada saat cedera
2. Cek riwayat alergi 1. Buka jalan nafas terjadi
3. Tentukan pilihan analgesic dari tipe dan 2. Posisikan pasien untuk 2. Cuci luka bakar karera zat kimia
beratnya nyeri memaksimalkan ventilasi secara terus menerus
4. Berikan obat sesuai rute pemberian 3. Lakukan fisioterapi dada jika 3. Berikan informasi pada pasien
5. Monitor ttv pasien sebelum dan sesudah perlu mengenai prosedur yang harus
pengobatan 4. Auskultasi suara nafas, catat diikuti
6. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat adanya suara tambahan 4. Lalukan debridemen sesuai kondisi
nyeri hebat 5. Monitor respirasi dan status O2 5. Tawarkan pilihan balutan pada
pasien dalam rangka perbaikan
balutan
Risiko Syok Resiko Infeksi Risiko Ketidakseimbangan
Elektrolit
NOC: NOC: Infection control
Setelah dilakukan tindakan
Tanda-tanda Vital NOC: Fluid Balance
keperawatan selama 3 x 24 jam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi Intake
selama 3x24 jam hambatan mobilitas fisik dengan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan
teratasi dengan hasil :  Suhu dan TTV normal keperawatan selama 3 x 60 menit
 Tanda-tanda vital pasien dalam rentang  Hasil lab : leukosit dalam batas elektrolit pasien dapat terpenuhi
normal normal dengan kriteria hasil:
 Tidak terjadi perdarahan  Mempertahankan urine output
NIC: sesuai dengan usia dan BB, BJ
control infection
NIC: 1. Monitor tanda-tanda vital urine normal, HT normal.
Pencegahan sirkulasi 2. Observasi tanda infeksi :  Tanda-tanda vital pasien dalam
1.Lakukan penilaian menyeluruh tentang perubahan suhu, warna kulit, batas normal
sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, iritabilitas  Elastisitas turgor kulit dalam
dan perdarahan di saat merawat mamae 3. Cuci tangan setiap sebelum dan keadaan baik
2.Lakukan perawatan luka dengan hati-hati sesudah aktivitas perawatan
dengan menekan daerah luka dengan kassa pasien
steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic 4. Mempertahankan lingkungan NIC: Fluid management
basah-basah aseptik yang optimal 1. Pertahankan catatan intake dan
3.Kelola th/sesuai order 5. Memastikan teknik perawatan ouput yangakurt
luka yang tepat 2. Monitor tanda-tanda vital
Pencegahan Syok 6. Anjurkan istirahat 3. Mobitor status hidrasi (kelembaban
1. Monitor terhadap adanya respon 7. Ajarkan pasien dan anggota membrane mukosa, nadi adekuat
konpensasi (nadi melemah, hipotensi, keluarga cara mencegah infeksi
pucat dll) 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
8. Ajarkan kepada keluarga
2. Monitor kemungkinan penyebab tentang tanda dan gejala dari 5. Monitor status nutrisi
kehilangna cairan infeksi dan melaporkan pada 6. Kolaborasi transfusi darah
3. Monitor status sirkulasi pelayanan kesehatan 7. Observasi distensi abdomen,
4. Berikan cairan melalui IV atau oral sesuai hematemesess, feses hitam,
kebutuhan Perlindungan Infeksi hemates drainase NG dan feses
5. Anjurkan pasien dan keluarga faktor-faktor 1. Monitor adanya tanda dan
pemicu syok secara periodik
gejala infeksi
2. Tinjau riwayat perjalanan Monitor Cairan
infeksi 1. Monitor tekanan darah, denyut
3. Periksa kondisi setiap sayatan jantung dan status pernafasan
bedah atau luka 2. Catat asupan dan pengeluaran
4. Instruksikan pasien untuk 3. Monitor membramn mokusa,
minum antibiotik yang turgor kulit, dan respon haus
diresepkan 4. Berikan cairan dengan tepat
5. Lapor dugaan infeksi pada 5. Konsultasikan ke dokter jika
personil pengendalian infeksi pengeluaran urin kurang dari
0.5ml/kg/jam atau asupan cairan
orang dewasa kurang dari 2000
dalam 24 jam
DAFTAR PUSTAKA

1. Crowin,E.J.2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

2. Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

3. Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

4. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn

DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartz‟s principal surgery. 8th ed. USA:

The McGraw-Hill Companies

5. Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media Aeuscullapius

6. Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

7. Burrner and Suddart. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

8. NANDA International. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2015 –

2017. Oxford: Wiley Blackwell

9. Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Outcomes

Classification. Mosby.

10. Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Interventions

Classification. Mosby.

Anda mungkin juga menyukai