Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF TN. B DENGAN


DIAGNOSA MEDIS LIMFOMA MALIGNA/HODGKIN
STADIUM III

OLEH :

ERMINA REGINA PAA 9102319001

CHRISTIAN LENDE KALLI 9102319012

ANGELA MERICI BUNGA 9102319018

LELA KRISTIANTI BOMBANG 9102319027

WAHIDAH ALMUNADIAH 9102319031

DESY WAHYUNING 9102319036

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN SEMINAR
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF TN. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS
LIMFOMA MALIGNA/HODGKIN STADIUM III

Dokumentasi asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan Praktikum Klinik Keperawatan Paliatif Mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Ners

Surabaya.................................................

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatNya sehingga mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah seminar dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF TN. B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS LIMFOMA MALIGNA/HODGKIN STADIUM
III” sebagai salah satu untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Praktikum Klinik Keperawatan paliatif Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners.
Dalam menyusun ini, penulis tidak lepas dari bantuan, arahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak
kekurangan. Untuk ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4


2.1 Definisi......................................................................................................4
2.2. Etiologi......................................................................................................5
2.3 Klasifikasi..................................................................................................5
2.4. Manifestasi klinik......................................................................................8
2.5. Patofisiologis.............................................................................................8
2.6. Pemeriksaan penunjang...........................................................................10
2.7. Penatalaksanaan.......................................................................................11
2.8. Komplikasi..............................................................................................12
2.9. WOC (WEB OF CATION).....................................................................13

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................15


3.1 Pengkajian...............................................................................................15
3.2. Analisis Data...........................................................................................29
3.3. Diagnosis Keperawatan...........................................................................33
3.4. Intervensi Keperawatan...........................................................................35
3.5. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan...............................................43

BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................64
4.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................64
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................64
4.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................65
4.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan...............................................67

BAB 5 PENUTUP...............................................................................................69
5.1 Kesimpulan..............................................................................................69
5.2. Saran........................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan
limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun kadang kadang dapat menyebar
secara sistemik (Bakta, 2012). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2017, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per
1000 penduduk, dan kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh
(5,7%) setelah stroke, tuberkulosis (TB), hipertensi, cedera, perinatal, dan
diabetes melitus (DM). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
mengemukakan bahwa limfoma maligna menempati urutan ke lima pada
pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Seiring perubahan gaya hidup dan pola makanan angka penderita
kanker pun semakin meningkat, Di Indonesia Secara klinik dan patologik,
limfoma maligna dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Penyakit
Hodgkin (Hodgkin disease-HD) dan Non Hodgkin Limfoma (NHL) yang
ditandai dengan kumpulan limfosit abnormal (Bakta, 2012).
NHL merupakan keganasan primer yang berasal dari limfosit B,
limfosit T dan walaupun sangat jarang ada juga yang bersal dari sel NK
(natural killer) yang berada dalam sistem limfe. Penyakit ini sangat
heterogen, baik dalam tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon
terhadap pengobatan, maupun prognosis. Pada NHL, sebuah limfosit akan
berprolifersai secara tak terkontrol dan akan mengakibatkan terbentuknya
tumor (Reksodiputro, 2015).
Penderita NHL akan menunjukkan kelainan kelainan dalam hal
hematologi diantaranya ialah penurunan kadar hemoglobin (anemia),
penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), dan penurunan jumlah keping
darah (trombositopenia) yang secara langsung akan berdampak tidak baik
terhadap kondisi pasien (Bakta, 2012).

v
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksut Dengan Limfoma Maligna ?
2. Bagaimana Etiologi Dari Limfoma Maligna ?
3. Apa Saja Klasifikasi Limfoma Maligna ?
4. Bagaimana Tanda Dan Gejala Dari Limfoma Maligna ?
5. Bagaimana Pejalanan Patofisiologi Dari Limfoma Maligna ?
6. Apasaja Pemeriksaan Penunjang Dari Limfoma Maligna ?
7. Apa Saja Penatalaksanaa Limfoma Maligna ?
8. Apa Saja Komplikasi Dari Limfoma Maligna ?
9. Bagaimana Penerapan Pengkajian Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna ?
10. Bagaimana Penerapan Analisa Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna ?
11. Bagaimana Penerapan Diagnosa Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna ?
12. Bagaimana Penerapan Intervensi Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna ?
13. Bagaimana Penerapan Implementasiasuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma
maligna
1.3.2. Tujuan kusus
1. Menjelaskan pengertian Limfoma Maligna
2. Menjelaskan Etiologi Dari Limfoma Maligna
3. Menjelaskan Klasifikasi Limfoma Maligna
4. Menjelaskan Tanda Dan Gejala Dari Limfoma Maligna
5. Menjelaskan Pejalanan Patofisiologi Dari Limfoma Maligna
6. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Dari Limfoma Maligna
7. Menjelaskan Penatalaksanaa Limfoma Maligna

vi
8. Menjelaskan Komplikasi Dari Limfoma Maligna ?
9. Menjelaskan Penerapan Pengkajian Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Limfoma Maligna
10. Menjelaskan Penerapan Analisa Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Limfoma Maligna
11. Menjelaskan Penerapan Diagnosa Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Limfoma Maligna
12. Menjelaskan Penerapan Intervensi Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Limfoma Maligna
13. Menjelaskan Penerapan Implementasiasuhan Keperawatan Pasien
Dengan Limfoma Maligna

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dan pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan pada keperawatan paliatif khususnya.
1.4.2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan paliatif khususnya perilaku kekerasan.
1.4.3. Bagi Penulis
Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan memperoleh
pengalaman khususnya di bidang keperwatan paliatif
1.4.4. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan pasien
dengan kanker

vii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid
mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen,
ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti
splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga
dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada
traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi
dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin
(LNH), histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud
limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides
sangat jarang ditemukan (Smeltzer, 2013).
LNH adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan
sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Penyebabnya tidak
diketahui: kemungkinan virus. Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi
(mis, AIDS dan terapi imunosupresi untuk tranplatasi organ). Pada penderita
AIDS;semakin lama hidup semakin besar resikonya menderita limpoma (Smeltzer
2013).
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk
keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan
histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya,
pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem
kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD)
dan Limfoma non-Hodgkin (LNH) (Mansjoer, A. 2012).

viii
2.2. Etiologi
1. Abnormalitas genetik
2. Faktor lingkungan
3. Infeksi Virus
a. Virus Eipstein Barr yang berhubungan dengan limfoma Burkitt,
(sebuah penyakit yang bisa ditemukan di Afrika).
b. Infeksi HTLV – 1 (Human T Lymphotropic Virus tipe 1)
Faktor Predisposisi
1. Gaya hidup yang tidak sehat: Risiko Limfoma Maligna meningkat pada
orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok,
dan yang terkena paparan UV
2. Pekerjaan: Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko
tinggi terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organic (Mansjoer, 2012).

2.3 Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2012) klasifikasi patologi limfoma telah
mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi
Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma menjadi tipe
nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi.
Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul
klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma menjadi keganasan
rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring
dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru
pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American
classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun
demikian, klasifikasi Working Formulation masih menjadi pedoman dasar
untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu
penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya
memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan

ix
pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.
1. Limfoma Non-Hodgkin
Dapat bersifat indolen (low grade), hingga progresif (high grade).
Pada LNH indolen, gejalanya dapat berupa: pembesaran KGB (Kelemjar
Getah Bening), tidak nyeri, dapat terlokalisir atau meluas, dan bisa
melibatkan sum-sum tulang. Pada LNH progresif, terdapat pembesaran
KGB baik intra maupun extranodal, menimbulkan gejala
"konstitusional" berupa : penurunan berat badan, febris, dan keringat
malam, serta pada limfoma burkitt, dapat menyebabkan rasa penuh di
perut.
2. Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium.
Stadium I dan II  sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal
penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai
stadium lanjut.
a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu
kelompok yaitu kelenjar getah bening.
b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi
diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah
bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang,
hati, paru-paru, atau otak. Stadium ini dapat di bagi A atau B
berdasarkan ada tidaknya gejala konstitusionalerupa penurunan
berat badan, febris, dan keringat malam.
A = tanpa gejala konstitusional
B = dengan gejala konstitsional

x
Staging ini penting untuk penatalaksanaan, dimana untuk stadium
Ia, Ib, maupun IIa, diberikan radioterapi, sementara untuk stadium
IIb hingga stadium IV, diberikan kemoterapi.
Untuk kemoterapi, regimen yg biasa digunakan adalah:
1. Untuk Low grade NHL
a. regimen CVP (cyclophospamide, vincristin, dan prednison)
b. Fludarabin
c. Rituximab
2. Untuk High grade NHL
a. Regimen CHOP (cyclophospamide, Doxorubicyn,
vincristin, dan prednison).
b. Regimen CHOP + Rituximab
c. Transplantasi sum-sum tulang.
3. Limfoma Hodgkin
Terbagi atas 4 jenis, yaitu:
a. Nodular Sclerosing limfosit
b. mixed cellularity
c. rich lymphocyte
d. limphocyte depletio

Perjalanan
Jenis Gambaran Mikroskopik Kejadian
Penyakit
Limfosit Sel Reed-Stenberg sangat sedikit tapi ada 3% dari Lambat
Predominan banyak limfosit kasus
Sklerosis Sejumlah kecil sel Reed-Stenberg & campuran 67% dari Sedang
Noduler sel darah putih lainnya; kasus
daerah jaringan ikat fibrosa
Selularitas Sel Reed-Stenberg dalam jumlah yang sedang 25% dari Agak cepat
Campuran & campuran sel darah putih lainnya kasus
Deplesi Banyak sel Reed-Stenberg & sedikit limfosit 5% dari Cepat
Limfosit jaringan ikat fibrosa yang berlebihan kasus

LH lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung intra nodal,


hanya di mediastinum, dan jarang metastasis ke sumsum tulang. Ia juga
dapat terjadi metastasis melalui darah. Jika dibandingkan dengan NHL,

xi
NHL lebih bersifat tidak lokal, expansi jauh, cenderung extranodal, berada
di abdomen, dan sering metastasis ke sum-sum tulang. Secara staging, dan
pengobatan, sama saja dengan NHL.

3.4. Manifestasi klinik


Menurut Black & Hawks (2014) Gejala klinis dari penyakit limfoma
maligna adalah sebagai berikut : 
1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan
pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
2. Demam 
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan 
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang
mengenai sumsum tulang secara difusi 

3.5. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan
atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di
kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra
nodal) (Lewis, 2014)
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang
kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).
Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat
badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar
limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa. Biasanya
berawal sebagai :
1. pembesaran nodus limfe tanpa ada nyeri pada salah satu sisi leher
yang menjadi sangat besar.

xii
2. Nodus limfe mediastinal dan retroperitonial kadang membesar
menyebabkan gejala penekanan berat pada tekanan terhadap trakea
menyebabkan sulit bernafas, penekanan terhadap esofagus
menyebabkan sulit menelan, pada syaraf menyebabkan paralisis
faringeal dan nuralgia brakeal lumbal atau sakral, pada vena
mengakibatkan oedem pada salah salah satu atau kedua ekstremitas
dan efusi pleura, pada kandung empedu menyebabkan ikterik
obstruktif.
3. Akhirnya limpa menjadi teraba dan hati membesar. Terkadang
penyakit bermula di nodus mediastinum atau peritonial dan tetep
terbatas disana. Pada pasien lain pembesaran limpa merupakan satu-
satunya lesi
4. Kemudian terjadi anemia progresif. Jumlah leukosit biasanya tinggi
dengan jumlah polimorfomoklear (PMN) meningkat secra abnormal
dan peningkatan eosinofil.
5. Sekitar separuh pasien mengalami demam ringan, dengan suhu
melebih 38,30C (1010F).
6. Namun pasien yang mengalami keterlibatan mediastinal dan
abdominal dapat mengalami demam tinggi intermiten. Suhunya dapat
naik sampai 400C (1040F) selama periode waktu 3-14 hari, kemudian
kembali normal dalam beberapa minggu.
7. Apabila penyakit ini tidak ditangani pasien akan kehilangan berat
badan dan menjadi kakeksia (kelemahan secara fisik), terjadi infeksi,
anemia, timbul edema anasarka (oedem umum yang berat), tekanan
darah turun dan kematian pasti terjadi dalam 1-3 tahun tanpa
keganasan.
Namun biasanya penyakit ini sudah menyebar keseluruh sistem
limfatik sebelum pertama kali terdianogsa. Apabila penyakit masih
terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat
keterlibatan umum, dipakai kombinasi kemoterapi. Pemberian dosis
rendah pada penderita HIV positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya
infeksi berat yang potensial mematikan. Seperti pada penyakit Hogkin,

xiii
infeksi merupakan masalah utama. Keterlibatan sistem saraf pusat juga
sering terjadi.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu
tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal
atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38oC
2. Sering keringat malam
3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan

3.6. Pemeriksaan penunjang


Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar
getah bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-
Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti
sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan
darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh
jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma (Sherwood,
2013).
Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu:
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah
bening yang membesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah
bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk
memantau respon terhadap pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang
panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum
tulang.

3.7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis menurut Mehta & Hoffbrand (2013) yaitu :

xiv
a) Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien
dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan
limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak
mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan
merupakan ancaman.
1. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar
terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka
yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai
stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus
dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini
dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan
sumbatan/obstruksi anatomis. 
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,
penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang
sebanding dengan khemoterapi.
2. Kemoterapi 
a. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan
limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan
terapi karena penyakit tingkat lanjut.Terapi kombinasi. (misalnya
COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat
digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang
berdasakan stadiumnya. Paling baik selalu diberikan kemoterapi
kombinasi MOPP:
M = Mustard nitrogen 6mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
O = Oncovin = vincristine 1,0 – 1,mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
P = Procarbazine 100mg / sqm per os tiap hari ke 1-14.
P = Prednison 40mg / sqm per os tiap hari ke 1-14.
Satu seri adalah 14 hari kemudian istirahat 14 harI
2.8. Komplikasi

xv
Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna
dihubungkan dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek
umum yang merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi : alopesia,
mual, muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis dan gangguan
gastrointestinal. Infeksi adalah komplikasi potensial yang paling serius
yang mungkin dapat menyebabkan syok sepsis. Efek jangka panjang dari
kemoterapi meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati.
Bila pengobatan pada nodus limfa servikal atau tenggorok maka akan
terjadi hal-hal sebagai berikut: mulut kering, disfagia, mual, muntah,
rambut rontok, dan penurunan produksi saliva.
Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek yang
mungkin terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan anoreksia (Tiener,
2014).

xvi
2.9. WOC (WEB OF CATION)

Kelainan sistem kekebalan (imonodefisiensi)


Toksin ( pewarna dan pengawet makanan) mestimulasi kelenjar
Infeksi virus getah bening
Faktor keturunan

Penyumbatan kelenjar getah


bening

Mutasi sel limfosit


LIMFOMA MALIGNA

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Mendesak jaringan Masuk ke dalam Masuk ke dalam Tidak ada masalah kemoterapi Mendesak jaringan
sekitar darah jaringan keperawatan sekitar

Mempengaruhi
Menekan jaringan Makin lama makin Massa tumor mendesak
Sel Leukosit neurotransmitter
membersar jaringan luar
meningkat pada CTZ
Obstrusi trakeo
bronkial Perfusi jaringan
CTZ merangsang pelepasan
polimorfomoklea terganggu
meningkat serotonin
Infiltrasi pleura perietale Anemia progresif
Gejala neurologis
Merangsang nervus vagus
Ekspansi paru meningkat Gangguan perfusi Adanya proses
jaringan perifer inflamasi Kelemahan

Ketidakefektifan pola Nafsu makan menurun

nafas Keletihan
Pelepasan Akumulasi
Bradikinin monosit Intake makanan menurun
Aktivitas berlebihan

Merangsang Pelepasan Cadangan lemak


Sulit bernafas nosiseptor pirogen endogen
subcutan menurun

Intoleransi aktivitas impuls cornu dorsalis medulla spinalis Merangsang il


1 dan il 6
BB menurun
Talamus
Sinyal
Korteks serebri mencapai SSP Defisit nutrisi

Persepsi nyeri Pembentukan


Hipotalamus
prostaglandin otak
Nyeri Akut
Meningkatkan set point

Suhu tubuh
meningkat

Hipertermia
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF (KOMUNITAS)

PADA KLIEN DENGAN:


LIMFOMA MALIGNA/HODGKIN STADIUM III

NO. REG : 12345


TANGGAL : 22 Juni 2020
WAKTU : 09.00 WIB

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. B (L/P)
2. Umur : 51 tahun
3. Alamat : Surabaya
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku Bangsa : Jawa
9. Status Pasien : Rawat Jalan
Rawat Inap
10. Status Rujukan : Dirujuk dari :
Datang sendiri :
11. Diagnosis Rujukan: Limfoma Maligna Hodgkin Stadium III
12. Data Keluarga Tinggal Satu Rumah:
No. Nama Umur Gender Hub. dgn Pendidikan Pekerjaan Status
(Inisial) (th) (L/P) Pasien Kesehatan
1 Ny. S 48th P Istri SMA Tidak Sehat
Bekerja
2 Tn. D 30th L Anak S1 Karyawan Sehat
Swasta
3 Nn. K 28th P Anak S1 Pegawai Sehat
Swasta
4 Nn. V 24th P Anak SMA Tidak Sehat
bekerja

19
13. Genogram Keluarga : Kanker Kanker

51 4
4 4
9 8 5

30 2 2
8 4

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien

II. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Pasien mengungkapkan nyeri pada kedua tangan dan


kakinya sejak terdiagnosa limfoma maligna 2 tahun
yang lalu
Masalah Keperawatan

Nyeri kronis

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengungkapkan pada tahun 2008 hingga


2018 sebelum bekerja sebagai karyawan di salah
satu pabrik, pasien sempat bekerja sebagai peternak
dan petani selama 10 tahun dan sering terpapar zat
berbahaya yaitu herbisida dan pelarut organik
kemudian pada tahun 2018 pasien mengeluh
sering demam, sering keringat malam dan pada
bagian ketiaknya terdapat benjolan kecil kemudian
dibiarkan dan hanya minum obat pereda demam dan

anti nyeri yang dibeli di warung tanpa berobat ke


dokter namun setelah dibiarkan selama 4 bulan
benjolan tersebut semakin besar dan terasa sakit
20
kemudian pasien datang ke IGD RS Widya Mandala

Surabaya dan oleh dokter di diagnosa kanker


limfoma maligna dikarenakan sering terpapar oleh
zat herbisida dan pelarut organik dan saat ini pasien
sudah melakukan kemoterapi yang ke 4, radiasi
yang ke 6 serta pasien sudah dilakukan pembedahan

limfoma 1 tahun yang lalu. Saat dilakukan


kunjungan rumah oleh perawat, pasien mengeluh
nyeri pada kedua tangan dan kakinya, badan terasa
tidak nyaman dan sering meriang. Pada daerah
ketiak kanan terdapat benjolan yang terasa nyeri bila

dipegang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


1) Riwayat Penyakit Kronis : Tidak ada
2) Riwayat Penyakit Alergi : Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengungkapkan ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker yaitu
kedua orangtuanya dan telah meninggal dunia

5. Faktor Keturunan : Ya/Tidak Jenis : Kanker

6. Genogram Penyakit:

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

5 4 : Meninggal
1 9 : Pasien

Pasien

21
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernafasan
a. Pengembangan paru : ◊ simetris ◊ asimetis
b. Keluhan : ◊ Sesak ◊ Batuk RR: 20 kali/menit.
c. Irama nafas : ◊ Teratur ◊ Tidak Teratur
d. Suara nafas ◊ Vesikuler ◊ Bronko Vesikuler Masalah Keperawatan
◊ Ronchi ◊ Wheezing
e. Sputum ◊ Encer ◊ Kental Tidak ada masalah
Warna : Tidak ada keperawatan
f. Lain-lain: Tidak ada

2. Sistem Kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada ◊ Ya ◊ Tidak
b. Suara Jantung ◊ Normal ◊ Tidak Normal
Masalah Keperawatan
c. CRT ◊ < 3 dtk ◊ > 3 dtk
d. Konjuctiva pucat ◊ Ya ◊ Tidak Hipertermia
e. Tensi : 130/80mmHg, Nadi : 86kali/menit, Suhu : 37,8⁰C
Lain-lain: Pasien mengungkapkan badan sering meriang dan tidak nyaman

3. Sistem Persarafan
a. Kesadaran : Compos mentis GCS (EVM): 456
b. Pupil : ◊ Isokor ◊ Anisokor
Diameter : 3 / 3 mm Reflek cahaya : + / +
c. Reflek fisiologi : ◊ Ada ◊ Tidak
d. Reflek patologi : Tidak ada
e. Gangguan persepsi sensorik : ◊ Ya ◊ Tidak Masalah Keperawatan
Pusing : …….. ◊ Ya ◊ Tidak
Kebutuhan tidur : 8 jam/hari Tidak ada masalah
f. Lain-lain: Tidak ada keperawatan

4. Sistem Perkemihan
a. Keluhan: ◊ Kencing menetes ◊ Inkontinensia ◊ Retensi
◊ Disuria ◊ Hematuria ◊ Anuria
b. Produksi Urine : 1100 ml/hari ◊ Warna : Kuning jernih
◊ Bau: Amoniak
c. Intake cairan: ◊ Oral 1000 cc/hari Masalah Keperawatan
◊ Parenteral : ……… cc/hari
Status balance cairan: Tidak ada masalah
d. Lain-lain: Tidak ada keperawatan
5. Sistem Pencernaaan
a. Terpasang NGT : ◊ Ya ◊ Tidak

22
Jumlah cairan keluar : Tidak ada Karakteristik : Tidak ada
b. Abdomen : ◊ Nyeri tekan ◊ Luka operasi ◊ Jejas ◊ Kolostomi
◊ Supel ◊ Flet ◊ Distensi
c. Bising usus : 4 kali/menit
d. Keluhan: Mual ◊ Ya ◊ Tidak
Muntah ◊ Ya ◊ Tidak Jumlah : Tidak ada
Nyeri telan: ◊ Ya ◊ Tidak
e. Diare / konsitpasi / melena :
Jumlah : Tidak ada Karakteristik : Tidak ada
f. Kebiasaan BAB: Pasien mengungkapkan tidak bisa buang air besar sampai 8 hari
dan selalu mengejan keras saat buang air besar
g. Jadwal makan : 1x/sehari
h. Jenis makanan: Roti tawar
i. Porsi makan : Sepotong roti tawar ◊ Habis ◊ Tidak
j. Lain-lain: Pasien mengungkapkan mual bila mencium bau makanan, pasien hanya
bisa makan sepotong roti tawar setiap hari dan minum susu yang didapatkan dari
puskesmas

k. Berat Badan : sebelum sakit 55, saat sakit 47 Kg Masalah Keperawatan


l. Tinggi Badan : 165 Cm 1. Konstipasi
m. IMT : 17,27
2. Defisit nutrisi
n. Membran mukosa pucat

6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen


a. Pergerakan sendi : ◊ Bebas ◊ Terbatas
b. Kelainan ekstremitas : ◊ Ya ◊ Tidak
c. Kelainan tulang belakang : ◊ Ya ◊ Tidak
d. Fraktur : ◊ Luas ◊ Bersih ◊ Kotor
e. Traksi/Spalk/Gips : ◊ Ya ◊ Tidak
f. Kompartemen sindrom : ◊ Ya ◊ Tidak
g. Kulit: ◊ ikterik ◊ Sianosis ◊ Kemerahan ◊ Hiperpigmentasi
h. Akral : ◊ Hangat ◊ Panas ◊ Dingin ◊ Kering ◊ Basah
i. Turgor : ◊ Baik ◊ Kurang ◊ Jelek
j. Luka jenis : ◊ Luas ◊ Bersih ◊ Kotor
k. Lain-lain:Pasien mengungkapkan badan lemah dan tidak bertenaga, pasien tampak
lesu
Masalah Keperawatan

Keletihan

IV. STATUS PSIKOLOGIS


1. Komunikasi : terbuka / lancar / terputus-putus / bahasa non-verbal / mutisme

2. Kondisi emosional saat ini: marah / sedih / takut / stress / bingung / putus asa /
harga diri rendah (HDR) / gangguan body image / menarik diri / lain-lain

23
3. Pemahaman tentang penyakit & harapan hidup
A. Pasien : Sudah tahu : sejak kapan? 2 tahun yang lalu
Fase: denial / anger / bargaining / depresi / acceptance
Belum tahu  ingin tahu / tidak mau tahu
Tanggapan pasien tentang penyakitnya dan masa depannya:
Pasien mengungkapkan sudah tidak bisa bekerja lagi karena kondisinya yang sering
merasa nyeri, lemah dan badan terasa tidak bertenaga. Pasien juga mengungkapkan
sudah tidak bisa memenuhi tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga untuk
mencari nafkah, pasien malu telah menjadi laki-laki yang lemah bagi keluarga dan
berharap tuhan segera memanggilnya. Pasien tampak menunduk, kontak mata
kurang

B. Keluarga : Sudah tahu : sejak kapan? 2 tahun yang lalu


Fase: denial / anger / bargaining / depresi / acceptance
Belum tahu  ingin tahu / tidak mau tahu

Tanggapan keluarga terhadap pasien:


Keluarga pasien mengungkapkan bahwa selalu mendukung pasien memenuhi
kebutuhannya mulai dari mengantar kontrol, mengambil obat atau susu ke
puskesmas dan keluarga tidak akan pernah lelah untuk mendampingi pasien.
Keluarga tampak menunjukkan fungsi keluarga yang baik dalam memenuhi
kebutuhan pengobatan pasien, terlihat adanya respek anggota keluarga dengan
pasien

4. A. Mood : normal / cemas / gangguan insight / preokupasi


B. Afek : serasi / tidak serasi

5. Proses pikir : Jernih / bingung / gangguan insight / preokupasi


6. Hubungan Interpersonal : biasa / dingin / menarik diri / cari kambing hitam

7. Persepsi : normal / halusinasi / ilusi / depersonalisasi / derealisasi

8. Arti nyeri/sakit: hukuman / tantangan / musuh / kegagalan / nilai positif /

cobaan

9. Kemauan : wajar / menurut / meningkat / negativistik / ambivalen

Masalah Keperawatan

1. Ketidakberdayaan
2. Kesiapan peningkatan proses keluarga
24
V. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan pasangan pasien:
PNS / Swasta / Wirausaha / buruh / petani / pensiunan / dagang / tidak bekerja
2. Yang dominan merawat pasien sehari-hari :
Pasangan Tetangga
Anak Perawat / tenaga kesehatan lain
Orang tua Anggota keluarga lain
Tidak ada yang merawat
3. Hubungan pasien dengan lingkungannya: baik / menarik diri / isolasi sosial /
kurang interaksi / lain-lain: Tidak ada
4. Hubungan pasien dengan keluarganya: harmonis / konflik / lain-lain
Tidak ada
5. Bagaimana keadaan dan aktivitas pasien saat ini?
Masih mampu mengerjakan sendiri
Sebagian dengan bantuan orang lain
Dengan menggunakan alat bantu
Selalu tergantung orang lain
Hanya tiduran saja
Lain-lain (jelaskan!) Tidak ada

Masalah Keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS KULTURAL


a. Adakah kebiasaan pasien terkait budaya yang dianut yang mempengaruhi kondisi
kesehatan pasien saat ini? Jelaskan!
Keluarga pasien mengatakan tidak ada kebiasaan apapun terkait budaya

b. Apakah budaya yang dianut pasien mempengaruhi konsumsi obat-obatannya? Apakan


pasien mengkonsumsi obat-obatan herbal / jamu / ramuan / dll? Jelaskan!

25
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat herbal, jamu
namun hanya mengkonsumsi obat dari dokter

3. Bagaimana upaya pasien dan keluarga dalam mencari fasilitas pelayanan kesehatan?
Apakah budaya yang dianut juga mempengaruhi perilaku ini? Apakah pasien berobat ke

alternatif / pengobatan tradisional / pemuka agama / dukun-orang pintar / dll?


Keluarga pasien mengatakan selalu mendatangi fasilitas kesehatan yang tersedia

4. Apakah budaya yang dianut pasien mempengaruhi gaya hidup pasien (terkait
kesehatan)? Jelaskan!
Keluarga pasien mengatakan budaya yang dianut pasien tidak mempengaruhi
gaya hidup pasien

Masalah Keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

VII. STATUS SPIRITUAL


1. Bagaimana kebiasaan beribadah pasien selama sakit? Jelaskan!
Pasien mengatakan sering berdoa karena menurut pasien hal itu penting
2. Apakah pasien masih berpartisipasi aktif dalam aktivitas keagaamaan di
lingkungannya? Jelaskan!
Ya, pasien mengatakan masih mengikuti pengajian di daerah rumahnya
3. Apa persepsi pasien tentang penyakit yang diderita terhadap kepercayaannya? Jelaskan!
Pasien mengatakan sakit yang dialaminya karena cobaan dari tuhan

Masalah Keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

VIII. KEADAAN TEMPAT TINGGAL DAN LINGKUNGAN


1. Status tempat tinggal: milik sendiri / sewa-kontrak / menumpang pada keluarga /
menumpang pada orang lain / tidak tetap-berpindah / lain-lain: Tidak ada
2. Jenis bangunan: permanen / semipermanen / tidak permanen / lain-lain: Tidak ada
Lantai: keramik / semen / tanah / ubin / lain-lain: Tidak ada

26
3. Ventilasi: baik / kurang Jumlah: 4
4. Pencahayaan: baik / kurang
6. Kebersihan rumah: baik / kurang
7. Kebersihan lingkungan tempat tinggal: baik / kurang

Masalah Keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG (bisa terlampir)


1. Laboratorium : Hemoglobin 9 g/dl

2. Radiologi : Tidak ada

3. Patologi anatomi : Tidak ada

X. DIAGNOSIS MEDIS
A. Utama : Limfoma Maligna
Stadium : Stadium III
Staging : T4 N3 M0
B. Paliatif
 Nyeri : jenis : Nosiseptif somatic tulang

Nosiseptif somatic bukan tulang


Nosiseptif visceral
Deaferentasi : terus menerus / iontermitten
Sifat : Akut kronis
Derajat : ringan sedang berat
Penyebab: Akibat tumor
Akibat pengobatan tumor
Lain-lain: Tidak ada
 Keluhan selain nyeri : Pasien mengungkapkan badan terasa tidak
nyaman dan sering meriang serta pada daerah ketiak kanan terdapat
benjolan yang terasa nyeri bila dipegang

27
XI. TERAPI
1. Tramadol 100 mg (3x1)
2. Neurosanbe plus (3x1)

SKALA STATUS PENAMPILAN KARNOFSKY


TANGGAL 22 Juni 2020
A. Mampu 100 Normal tanpa keluhan, tidak ada kelainan
melaksanakan aktifitas 90 Mampu melaksanakan kegiatan normal,
normal, tidak perlu keluhan dan gejala minimal
perawatan khusus
80 Melaksanakan kegiatan normal dengan
bantuan, dijumpai beberapa gejala dan
tanda-tanda penyakit
B. Tidak mampu 70 Mampu merawat diri sendiri, tak mampu 70
bekerja tetapi dapat melaksanakan kegiatan normal/bekerja
tinggal di rumah, 60 Memerlukan bantuan khusus, tapi masih
memerlukan berbagai sanggup memenuhi kebutuhan pokok
tingkat bantuan untuk dirinya sendiri
50 Memerlukan bantuan dan pengobatan
medis
C. Tidak mampu 40 Memerlukan bantuan sosial dan medis
merawat diri sendiri, 30 Memerlukan perawatan di rumah sakit,
meskipun kematian belum mengancam
baik di institusi maupun
20 Harus dirawat di rumah sakit, diperlukan
dirumah sakit, penyakit pengobatan suportif
dapat menjadi progresif 10 Maribud penyakit menjadi progresif
dengan cepat dan fatal
0 Meninggal dunia

28
BRIEF PAIN INVENTORY (BPI)
(Pengkajian Fokus Nyeri)

Apakah Saudara merasa nyeri sehubungan dengan penyakit Saudara derita sekarang?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Apakah Saudara dibedah satu bulan terakhir?
1. Ya
2. Tidak
Apakah Saudara mengalami nyeri (bukan nyeri biasa) satu minggu terakhir?
1. Ya
2. Tidak

DATA FOKUS
Riwayat nyeri : Ya, Sejak: Pasien menungkapkan mengeluh nyeri sejak

didiagnosa limfoma maligna 2 tahun yang lalu


Tidak

 Frekuensi : Terus menerus

Kadang-kadang dengan gerakan


Istirahat Lain-lain

 Lokasi (arsirlah!)

 Kualitas : tajam / sharp aching / sakit throbbing / berdenyut

pressure like / seperti ditekan gnawing / perih sekali


rasa tertarik / dragging rasa terjepit / squeezing
rasa seperti diremas nyeri kolik / coliky
29
pain burning / rasa terbakar stinging / sengatan listrik
seperti ditusuk / lancinating numb / matirasa / kaku
parestesi / kesemuatan
 Skala nyeri

Dalam 1 minggu terakhir


Nyeri paling ringan :5
Nyeri paling berat :8
Nyeri rata-rata :6
Nyeri saat ini :6

 Aktivitas sehari hari : terganggu / tidak terganggu

 Tidur : terganggu / tidak terganggu

Pengobatan yang sudah diterima

 Obat : Dapat / Tidak

No Nama Dosis Sejak Hasil


1. Tramadol 100 mg (3x1) 1 tahun lalu Mengurangi nyeri
2. Neurosanbe plus (3x1) 1 minggu lalu Meningkatkan
nafsu makan

 Operasi : Pembedahan limfoma 1 tahun yang lalu


 Radioterapi : Radiasi yang ke 6
 Kemoterapi : Kemoterapi yang ke 4
 Rehabilitasi :
 Komplemen tx : Tidak ada
 Alternatif : Tidak ada

Isilah No. 1 s/d 4 dengan melengkapi satu angka antara 0 = 10


1. Derajat nyeri paling berat dalam satu minggu terakhir: 8
30
2. Derajat nyeri paling ringan dalam satu minggu terakhir: 5
3. Derajat nyeri rata-rata sehari: 6
4. Derajat nyeri saat ini: 6
Lingkari nomor yang sesuai dengan keadaan penderita
5. Nyeri membaik karena:
1. Terapi panas
2 Obat
2.
3. Istirahat
4. Lain-lain (sebutkan) : Tidak ada
6. Nyeri menghebat bila:
1. Berjalan
2. Berdiri
3. Mengangkat
44. Lain-lain (sebutkan): Beraktivitas
7. Pengobatan / tindakan medik yang sedang Saudara terima untuk mengatasi nyeri:
Tramadol 100 mg (3x1)
8. Pengobatan / tindakan medik yang Saudara terima pada minggu terakhir, dapat
memberikan perbaikan seberapa jauh?
0% 10% 20% 30% 40% 60% 70%
70 80% 90% 100%
%
Tanpa perbaikan baik sempurna
9. Setelah minum obat penghilang nyeri, beberapa jam kemudian timbul kembali?
1. Obat-obatan tidak menolong sama sekali
2. Satu jam
3. Dua jam
4. Tiga jam
5
5. Empat jam
6. Lima dari 12 jam
7. Lebih dari 12 jam
8. Saya tidak minum obat
10. Saya yakin nyeri saya karena
1. Akibat pengobatan
2.2 Penyakit utama
3. Kondisi medik lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama
11. Sifat Nyeri : (Jawablah Ya = 1 atau Tidak = 2 untuk tiap-tiap pertanyaan)
31
- Cekot-cekot 2................- Tajam 2................- Menembus 2
- Berdenyut 2................- nyeri tekan 1................- menjengkelkan 2
- Menyentak 2................- membakar 2................- rasa tebal 2
- Menusuk 2................- menguras tenaga 2-............... tidak karuan 2
- Menggigit 2................- membosankan 2................- tak tertahankan 2
12. Nyeri mempengaruhi diri Saudara dalam satu minggu terakhir:
(0 = tidak berpengaruh………………………………………10 = mempengaruhi total)
A. Aktivitas rutin 9
B. Perasaan 7
C. Berjalan 6
D. Pekerjaan Sehari-hari 6
E. Hubungan dengan masyarakat 4
F. Tidur 3
G. Kenikmatan 3

Surabaya, 22 Juni 2020


Perawat,

Lela Kristianti Bombang

32
3.2. ANALISIS DATA

MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: Adanya proses inflamasi Hipertermia
Pasien mengungkapkan badan terasa
tidak nyaman dan sering meriang
Akumulasi monosit
DO :
- Suhu : 37,8⁰C
Pelepasan pirogen dan
- TD : 130/80 mmHg endogen
- Nadi : 86x/menit
- RR : 20x/menit Sinyal sampai ke SSP
- Akral teraba hangat

Pembentukan
prostagladin

Hipotalamus

Meningkatkan set point

Suhu tubuh meningkat

hipertermi
2. DS: Peningkatan leukosit Nyeri kronis
- Pasien mengungkapkan nyeri
pada kedua tangan dan kakinya Kerusakan sendi
lalu pada daerah ketiak kanan
terdapat benjolan yang terasa Merangsang pelepasan
nyeri bila dipegang sejak bradikinin
terdiagnosa limfoma maligna 2
tahun yang lalu Merangsang nosiseptor
- P : Limfoma maligna
33
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Q : Seperti ditekan Mengantar impuls cornu
R : Humerus dextra sinistra, dorsalis medulla spinalis
fibula dextra sinistra dan
axilla dextra Merangsang thalamus
S :6
T : Saat bergerak dan ditekan Korteks serebri
pada area benjolan
DO : Intepretasi nyeri > 3 bulan
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 86x/menit Nyeri kronis
- RR : 20x/menit
- Pasien tampak meringis
kesakitan

3. DS : Kemoterapi Defisit nutrisi


Pasien mengungkapkan mual bila
mencium bau makanan, pasien Mempengaruhi
hanya bisa makan sepotong roti neurotransmitter pada CTZ
tawar setiap hari dan minum susu
yang didapatkan dari puskesmas CTZ merangsang pelepasan
DO : serotonin
- A : BB sebelum sakit : 55kg
BB saat sakit : 47kg Merangsang nervus vagus
TB : 165cm
IMT : 17,27 Nafsu makan menurun
B : Hemoglobin 9 g/dl
C : Membran mukosa pucat Intake makanan menurun
D : Pasien tidak makan nasi
namun hanya makan roti Cadangan lemak subcutan
tawar 1x/hari dan minum menurun
susu
BB menurun

34
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Defisit nutrisi

4. DS : Kemoterapi Konstipasi
Pasien mengungkapkan tidak bisa
buang air besar sampai 8 hari dan Motilitas usus menurun
selalu mengejan keras saat buang air
besar Peristaltik usus menurun
DO :
- Bising usus : 4 kali/menit Defekasi terganggu
- Jumlah: Tidak ada
- Karakteristik feses : keras Konstipasi

5. DS : Penurunan kadar Hb Keletihan


Pasien mengungkapkan badan lemah
dan tidak bertenaga Penurunan suplay oksigen
DO : jaringan lanjut
- Pasien tampak lesu
Penurunan produksi ATP

Penurunan kapasitas motorik

Keletihan

6. DS : Kurangnya kontrol individu Ketidakberdayaan


- Pasien mengungkapkan sudah terhadap situasi tertentu
tidak bisa bekerja lagi karena
kondisinya yang sering merasa
Lingkungan yang tidak
nyeri, lemah dan badan terasa
tidak bertenaga. mendukung
- Pasien juga mengungkapkan perawatan/pengobatan
sudah tidak bisa memenuhi
tanggungjawabnya sebagai
kepala rumah tangga untuk Perasaan diasingkan
mencari nafkah, pasien malu
telah menjadi laki-laki yang
Putus asa dan tidak
lemah bagi keluarga dan

35
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
berharap tuhan segera bergairah
memanggilnya

Ketidakberdayaan
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak menunduk
- Kontak mata kurang

7. DS : Adanya anggota keluarga Kesiapan


Keluarga pasien mengungkapkan yang menderita penyakit peningkatan proses
bahwa selalu mendukung pasien kronis keluarga
memenuhi kebutuhannya mulai dari
mengantar kontrol, mengambil obat Mengekspresikan keinginan
atau susu ke puskesmas dan keluarga untuk meningkatkan
tidak akan pernah lelah untuk dinamika keluarga
mendampingi pasien
DO : Memenuhi fungsi keluarga
- Keluarga tampak menunjukkan dalam memenuhi kebutuhan
fungsi keluarga yang baik dalam fisik, sosial dan psikologis
memenuhi kebutuhan anggota keluarga
pengobatan pasien
- Terlihat adanya respek anggota Menunjukkan aktivitas
keluarga dengan pasien mendukung keselamatan dan
pertumbuhan anggota
keluarga

Terlihat adanya respek


dengan anggota keluarga

Kesiapan peningkatan
proses keluarga

36
3.3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit akibat kanker dibuktikan
dengan pasien mengungkapkan badan terasa tidak nyaman dan sering meriang,
suhu : 37,8⁰C, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 86x/menit, RR : 20x/menit, akral
teraba hangat
2 Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf dibuktikan dengan
pasien mengungkapkan nyeri pada kedua tangan dan kakinya lalu pada daerah
ketiak kanan terdapat benjolan yang terasa nyeri bila dipegang sejak terdiagnosa
limfoma maligna 2 tahun yang lalu, P : Limfoma maligna, Q : Seperti ditekan,
R : Humerus dextra sinistra, fibula dextra sinistra dan axilla dextra, S : 6, T :
Saat bergerak dan ditekan pada area benjolan, TD : 130/80 mmHg, Nadi :
86x/menit, RR : 20x/menit, pasien tampak meringis kesakitan
3 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan dibuktikan
dengan pasien mengungkapkan mual bila mencium bau makanan, pasien hanya
bisa makan sepotong roti tawar setiap hari dan minum susu yang didapatkan dari
puskesmas, A : BB sebelum sakit : 55kg, BB saat sakit : 47kg , TB : 165cm,
IMT : 17,27, B : Hemoglobin 9 g/dl, C : Membran mukosa pucat, D : Pasien
tidak makan nasi namun hanya makan roti tawar 1x/hari dan minum susu
4 Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
dibuktikan dengan pasien mengungkapkan tidak bisa buang air besar sampai 8
hari dan selalu mengejan keras saat buang air besar, bising usus : 4 kali/menit,
jumlah: tidak ada, karakteristik feses : keras
5 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis, penyakit kronis)
dibuktikan dengan pasien mengungkapkan badan lemah dan tidak bertenaga,
pasien tampak lesu
6 Ketidakberdayaan berhubungan dengan interkasi interpersonal tidak memuaskan
dibuktikan dengan pasien mengungkapkan sudah tidak bisa bekerja lagi karena
kondisinya yang sering merasa nyeri, lemah dan badan terasa tidak bertenaga,
pasien juga mengungkapkan sudah tidak bisa memenuhi tanggungjawabnya
sebagai kepala rumah tangga untuk mencari nafkah, pasien malu telah menjadi
laki-laki yang lemah bagi keluarga dan berharap tuhan segera memanggilnya,
pasien tampak cemas, pasien tampak menundukung, kontak mata kurang
7. Kesiapan peningkatan proses keluarga dibuktikan dengan keluarga pasien
mengungkapkan bahwa selalu mendukung pasien memenuhi kebutuhannya
37
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
mulai dari mengantar kontrol, mengambil obat atau susu ke puskesmas dan
keluarga tidak akan pernah lelah untuk mendampingi pasien, keluarga tampak
menunjukkan fungsi keluarga yang baik dalam memenuhi kebutuhan
pengobatan pasien, terlihat adanya respek aggota keluarga dengan pasien

38
3.4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Hipertermi Setelah dilakukan - Menggigil menurun Manajemen Hipertemi: 1. Mengetahui kondisi
berhubungan kunjungan rumah (pasien tidak ada 1. Identifikasi penyebab kesehatan pasien dapat
dengan dehidrasi sebanyak 3x keluhan badan hipertermia, misalnya membantu dalam
yang dibuktikan diharapkan meriang) dehidrasi, terpapar menentukan tindakan
dengan pasien termoregulasi - Takikardi menurun lingkungan panas (O) keperawatan yang akan
mengungkapkan membaik (nadi: 60- 2. Monitor suhu tubuh(O) dilakukan
badan terasa tidak 100x/menit) 3. Monitor haluaran urine (O) 2. Mengetahui tingkat
nyaman dan sering - Takipnea menurun 4. Monitor komplikasi akibat keberhasilan dari suatu
meriang, suhu : (RR: 16-20x/menit) hipertermia (O) tindakan keperawatan yang
37,8⁰C, TD : - Suhu tubuh membaik 5. Longgarkan atau lepaskan telah dilakukan
130/80 mmHg, (36-37oC) pakaian (T) 3. Mengetahui tingkat
Nadi : 86x/menit, - Suhu kulit membaik 6. Atur suhu ruangan (T) keberhasilan dari suatu
RR : 20x/menit, (akral teraba hangat) 7. Berikan cairan oral (T) tindakan keperawatan yang
akral teraba hangat - Tekanan darah 8. Lakukan pendinginan telah dilakukan
membaik (110/70- eksternal, misalnya kompres 4. Mengetahui tingkat
120/80 mmHg) dingin pada dahi, leher, dada, keberhasilan dari suatu
aksila (T) tindakan keperawatan yang
9. Anjurkan tirah baring (E) telah dilakukan
10. Kolaborasi pemberian cairan 5. Membantu proses konduksi
dan elektrolit intravena, jika perpindahan suhu badan
perlu (K) dengan suhu di lingkungan
luar tubuh
6. Membantu proses evaporasi
dalam penguapan suhu panas
dalam tubuh
7. Memenuhi kebutuhan cairan
tubuh karena hipertermi

39
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
beresiko terjadi dehidrasi
8. Membantu proses konduksi
perpindahan suhu badan
dengan suhu di lingkungan
luar tubuh
9. Menstabilkan keadaan tubuh
mempercepat proses
recovery
2. Nyeri Kronis Setelah dilakukan - Keluhan nyeri Manajemen Nyeri: 1. Mengetahui perkembangan
berhubungan kunjungan rumah menurun (skala nyeri 1. Identifikasi lokasi, dan keberhasilan intervensi
dengan kerusakan sebanyak 3x berkurang dengan karakteristik, durasi, yang dilakukan
sistem saraf yang diharapkan tingkat rentang skala 2-4) frekuensi, kualitas, intensitas 2. Mengetahui perkembangan
dibuktikan dengan nyeri menurun - Meringis menurun nyeri (O) skala dan keberhasilan
pasien (pasien tidak 2. Identifikasi skala nyeri (O) intervensi yang dilakukan
mengungkapkan kesakitan saat 3. Berikan teknik 3. Membantu meringankan
nyeri pada kedua berbicara, menelan, nonfarmakologis untuk nyeri tanpa obat
tangan dan kakinya dan melakukan mengurangi rasa nyeri (T) 4. Mengurangi nyeri yang
lalu pada daerah aktivitas) 4. Kontrol lingkungan yang dialami pasien
ketiak kanan - Frekuensi nadi dapat memperberat nyeri (T) 5. Mengikutsertakan pasien
terdapat benjolan membaik (60- 5. Anjurkan memonitor nyeri dalam proses perawatan
yang terasa nyeri 100x/menit) secara mandiri (E) 6. Mengurangi resiko terjadinya
bila dipegang sejak - Pola nafas membaik 6. Anjurkan menggunakan efek samping analgesic
terdiagnosa (pasien tidak analgesik dengan tepat (E) 7. Obat analgesik dapat
limfoma maligna 2 terengah-engah 7. Kolaborasikan pemberian membantu menghambat
tahun yang lalu, P : ketika berbicara dan analgesic (K) hantaran impuls nyeri ke
Limfoma maligna, beraktivitas, RR 16- sistem syaraf
Q :Seperti ditekan, 20x/menit) Terapi Akupresur
R : Humerus dextra - Tekanan darah 1. Periksa adanya kontraindikasi 1. Memastikan bahwa
sinistra, fibula membaik (110/70- pada area yang akan akupresur dpat dilaukan
dextra sinistra dan 120/80 mmHg) dilakukan akupresur (O) secara maksimal pada pasien
axilla dextra, S : 6, 2. Periksa tingkat kenyamanan 2. Memberikan pasien rasa

40
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
T : Saat bergerak psikologis dengan sentuhan nyaman selama terapi
dan ditekan pada 3. Tentukan titik akupresur yang dilakukan
area benjolan, TD : ingin di capai yaitu pada titik 3. Akupresus pada titik ini
130/80 mmHg, LI4 (Hegu) di antara jari digunakan untuk
Nadi : 86x/menit, teunjuk dan ibu jari (T) meringankan gejala nyeri.
RR : 20x/menit, 4. Berikan penekanan pada titik 4. Penekanan dilakukan untuk
Pasien tampak tersebut dengan jari, selama mengirimkan impuls pada
meringis kesakitan. 15-20 detik lalu lepaskan (T) otak untuk mengurangi nyeri
5. Lakukan akupresur setiap 5. Melakukan akupresur secara
hari dalam 1 pekan pertama rutin dapat memberikan hasil
untuk mengatasi nyeri (T) yang lebih optimal
6. Anjurkan untuk rileks selama 6. Sikap rileks dapat membantu
melakukan akupresur (E) mengoptimalkan hasil dari
7. Ajarkan keluarga atau orang akupresur dalam meringnkan
terdekat pasien atau pasien nyeri
sendiri unruk dapat 7. Agar akupresur dapat
melakukan akupresur secara dilakukan secara mandiri dan
mandiri (E) teratur
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan - Sikap terhadap Manajemen Nutrisi: 1. Mengetahui kondisi
berhubungan kunjungan rumah makanan / minuman 1. Identifikasi status nutrisi (O) kesehatan pasien dapat
dengan kurangnya sebanyak 3x sesuai dengan tujuan 2. Identifikasi alergi dan membantu dalam
asupan makanan diharapkan status kesehatan meningkat intoleransi makanan (O) menentukan tindakan
yang dibuktikan nutrisi membaik (pasien tidak merasa 3. Identifikasi makanan yang keperawatan yang akan
dengan pasien mual ketika disukai (O) dilakukan
mengungkapkan mencium bau 4. Monitor asupan makanan (O) 2. Mengetahui kondisi
mual bila mencium makanan) 5. Fasilitasi menentukan kesehatan pasien dapat
bau makanan, - Nafsu makan pedoman diet, misalnya membantu dalam
pasien hanya bisa membaik (pasien piramida makanan (T) menentukan tindakan
makan sepotong tidak ada perasaan 6. Berikan suplemen makanan, keperawatan yang akan
roti tawar setiap enggan untuk makan jika perlu (T) dilakukan
hari dan minum dikarenakan mual) 7. Ajarkan diet yang 3. Mengetahui kondisi

41
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
susu yang - BB membaik diprogramkan, misalnya kesehatan pasien dapat
didapatkan dari (minimal meningkat TKTP dan sayur (E) membantu dalam
puskesmas, A : BB 1 kg) 8. Kolaborasi pemberian menentukan tindakan
sebelum sakit : - IMT membaik (18,5- medikasi sebelum makan, keperawatan yang akan
55kg, BB saat sakit 22,9) misalnya pereda nyeri, dilakukan
: 47kg , TB : antiemetik, jika perlu (K) 4. Mengetahui intake nutrisi
165cm, IMT : 9. Kolaborasi dengan ahli gizi yang pasien konsumsi dalam
17,27, B : untuk menentukan jumlah 1 hari
Hemoglobin 9 g/dl, kalori dan jenis nutrien yang 5. Membantu pasien dalam
C : Membran dibutuhkan, jika perlu (K) menentukan jenis makanan
mukosa pucat, D : yang akan dikonsumsi sesuai
Pasien tidak makan dengan kondisi kesehatan
nasi namun hanya pasien dalam menelan
makan roti tawar makanan
1x/hari dan minum 6. Menambahkan nutrisi
susu kebutuhan pasien dalam
bentuk suplemen
7. Pasien dapat melakukan
program diet secara mandiri
ketika tidak ada tenaga
kesehatan yang datang
berkunjung ke rumahnya
sehingga pasien tetap
mendapatkan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tubuh
8. Meredakan penyebab pasien
tidak nafsu makan atau
menolak untuk makan
sehingga pasien tetap
mendapatkan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan

42
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
tubuh
9. Membantu pasien dalam
menentukan jenis makanan
yang akan dikonsumsi sesuai
dengan kondisi kesehatan
pasien dalam menelan
makanan
4. Konstipasi Setelah dilakukan - Frekuensi BAB Manajemen Konstipasi: 1. Mengetahu ada atau tidaknya
berhubungan kunjungan rumah membaik (minimal 2 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
dengan penurunan sebanyak 3x kali seminggu) konstipasi (O) 2. Pergrakan usus yang lambat
motilitas diharapkan - Peristaltik usus 2. Periksa pergerakan usus (O) menyebabkan konstipasi
gastrointestinal eliminasi fekal membaik (8-15 3. Identifikasi faktor resiko 3. Konstipasi dapat disebabkan
yang dibuktikan membaik x/menit) konstipasi (O) berbagai macam hal, salah
dengan pasien - Konsistensi feses 4. Anjurkan diet tinggi serat (E) satunya bisa dari penggunan
mengungkapkan membaik (Tidak 5. Anjurkan meningkatkan obat kemoterapi
tidak bisa buang air keras/ lunak) asupan cairan jika tidak ada 4. Makanan tinggi serat dapat
besar sampai 8 hari kontraindikasi (E) membantu meningkatkan
dan selalu 6. Kolaborasikan penggunaan massa feses dan menurunkan
mengejan keras obat pencahar (K) penyerapan air oleh colon
saat buang air 5. Untuk membantu melunakan
besar, bising usus : feses sehingga lebih mudah
4 kali/menit, untuk defekasi
jumlah: tidak ada, 6. Obat penchar dapat
karakteristik feses : Edukasi Diet: membantu melunakan feses,
keras 1. Identifikasi kemampuan merangsang peristaltik usus.
pasien dan keluarga untuk
menerima informasi (O) 1. Memastikan keluarga dapat
2. Identifikasi tingkat menerima informasi yang di
pengetahuan saat ini (O) sampaikan secara optimal
3. Identifikasi keterbatasan 2. Mengetahui sejauh mana
finansial untuk menyediakan pengetahuan pasien agar

43
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
makanan (T) dapat memberikan informasi
4. Persiapkan materi, media dan yang tepat sasaran
alat peraga mengenai 3. Agar informasi diet dapat
makanan tinnggi serat (T) benar benar diterapkan oleh
5. Jadwalkan waktu yang tepat pasien dan keluarga
untuk memberikan 4. Materi, media dan alat perga
pendidikan kesehatan (T) merupakan pelengkap dalam
6. Berikan kesempatan keluarga penyampaian pendidikan
untuk bertanya (T) kesehatan
7. Jelaskan tujuan kepatuhan 5. Kontrak waktu dilakukan
diet terhadap kesehatan (E) agar pendidikan kesehatan
8. Informasikan makan yang tidak dilakukan secara
boleh dan tidak boleh (E) terburu buru
6. Mengevaluasi sejauh mana
informasi yang telah
ditangkap pasien dan
keluarga
7. Diet yang dilakukan secara
patuh dapat membantu pasien
dalam menjaga kebugaran
tubuh
8. Agar diet dapat dilakukan
dengan benar dan
memberikan hasil yang
optimal
5. Keletihan Setelah dilakukan - Verbalisasi lelah Edukasi Aktivita/Istirahat: 1. Memastikan keluarga dapat
berhubungan kunjungan rumah menurun (pasien 1. Identifikasi kemampuan menerima informasi yang di
dengan kondisi sebanyak 3x mengatakan tidak pasien dan keluarga untuk sampaikan secara optimal
fisiologis (mis, diharapkan tingkat merasa lelah dan menerima informasi (O) 2. Materi, media dan alat perga
penyakit kronis) keletihan menurun lemah, pasien merupakan pelengkap dalam
2. Persiapkan materi, media dan
yang dibuktikan tampak segar) penyampaian pendidikan
alat peraga mengenai
44
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
dengan Pasien - Lesu menurun pentingnya olahraga (T) kesehatan
mengungkapkan (pasien tampak 3. Jadwalkan waktu yang tepat 3. Kontrak waktu dilakukan
badan lemah dan bersemangat) untuk memberikan agar pendidikan kesehatan
tidak bertenaga, - Kemampuan tidak dilakukan secara
pendidikan kesehatan (T)
pasien tampak lesu melakukan aktivitas terburu buru
rutin meningkat 4. Berikan kesempatan keluarga 4. Mengevaluasi sejauh mana
(pasien mampu untuk bertanya (T) informasi yang telah
melakukan aktivitas 5. Jelaskan pentingnya ditangkap pasien dan
dengan semangat) melakukan aktivitas fisik / keluarga
olahraga secara rutin (E) 5. Manfaat dari olahraga yang
6. Anjurkan menyusun jadwal dilakukan adalah untuk
membantu mempertahankan
aktivitas dan istirahat (E)
kebugaran tubuh
7. Ajarkan mengenali kebutuhan 6. Agar pasien tidak lupa kan
istirahat (E) perencanaan yang telh dibuat
dan dapat melakukannya
secara teratur
7. Agar pasien dapat
beraktivitas yang melebihi
kemampuan pasien
6. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan - Verbalisasi mampu Promosi Harapan: 1. Mengetahui kondisi
berhubungan kunjungan rumah melaksanakan 1. Identfikasi harapan pasien kesehatan pasien dapat
dengan interkasi sebanyak 3x aktivitas meningkat dan keluarga dalam membantu dalam
interpersonal tidak diharapkan (pasien mengatakan pencapaian hidup (O) menentukan tindakan
memuaskan keberdayaan keinginan atau 2. Sadarkan bahwa kondisi yang keperawatan yang akan
dibuktikan dengan meningkat kemampuan dalam dialami memiliki nilai dilakukan
pasien melakukan aktivitas) penting (T) 2. Meningkatkan nilai positif
mengungkapkan - Verbalisasi 3. Libatkan pasien secara aktif dalam diri pasien dengan
sudah tidak bisa keyakinan tentang dalam perawatan (T) kondisi kesehatan yang
bekerja lagi karena kinerja peran 4. Berikan kesempatan kepada dialami saat ini
kondisinya yang meningkat (pasien pasien dan keluarga terlibat 3. Mengoptimalkan tindakan

45
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
sering merasa mengatakan bangga dengan dukungan kelompok keperawatan yang dilakukan
nyeri, lemah dan terhadap peran yang (T) pada dan untuk pasien
badan terasa tidak dilakukan sebagai 5. Ciptakan lingkungan yang 4. Mampu membantu pasien
bertenaga, pasien seorang kepala memudahkan mempraktikkan keluarga untuk mendapatkan
juga keluarga dalam kebutuhan spiritual (T) dukungan dari lingkungan
mengungkapkan keadaan dirinya yang 6. Anjurkan mengungkapkan sosial yang mungkin bisa
sudah tidak bisa sedang sakit) perasaan terhadap kondisi membantu mencapai harapan
memenuhi - Verbalisasi frustasi dengan realistis (E) pasien
tanggungjawabnya menurun (pasien 7. Latih menyusun tujuan yang 5. Membantu pasien lebih
sebagai kepala mengatakan telah sesuai dengan harapan (E) mudah dalam melakukan
rumah tangga untuk berdamai dengan kegiatan spiritual sesuai
mencari nafkah, dirinya sendiri) kebutuhannya
pasien malu telah - Pernyataan rasa malu 6. Membantu pasien dalam
menjadi laki-laki menurun (pasien berdamai dan menerima
yang lemah bagi mengatakan dan keadaannya
keluarga dan menunjukkan dirinya 7. Agar dapat mencapai setiap
berharap tuhan sudah tidak malu lagi tujuan dari harapan-harapan
segera dalam menjalankan pasien dan menentukan
memanggilnya, perannya sebagai caranya untuk mencapai
pasien tampak seorang kepala tujuan tersebut
cemas, pasien keluarga dalam Promosi koping:
tampak keadaan dirinya yang 1. Identifikasi kegiatan jangka 1. Membantu dalam
menundukung, sedang sakit) pendek dan panjang sesuai menentukan tindakan
kontak mata kurang - Perasaan tertekan tujuan (O) keperawatan yang akan
atau depresi menurun 2. Identifikasi kemampuan yang dilakukan kepada pasien
(pasien menunjukkan dimiliki (O) 2. Mengetahui kondisi pasien
sikap damai dan 3. Identifikasi kebutuhan dan dapat membantu dalam
bahagia) keinginan terhadap dukungan menentukan tindakan
sosial (O) keperawatan yang akan
4. Diskusikan perubahan peran dilakukan kepada pasien
yang dialami (T) 3. Mengetahui kondisi dan

46
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
5. Gunakan pendekatan yang kemampuan pasien dapat
tenang dan meyakinkan (T) membantu dalam
6. Diskusikan untuk menentukan tindakan
mengklarifikasi keperawatan yang akan
kesalahpahaman dan dilakukan kepada pasien
mengevaluasi diri sendiri (T) 4. Mengetahui kondisi pasien
7. Ajarkan memecahkan dapat membantu dalam
masalah secara konstruktif menentukan tindakan
(E) keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien
5. Membina hubungan saling
percaya kepada pasien dan
keluarga mampu
mengoptimalkan tindakan
keperawatan yang akan
dilakukan
6. Mencari tahu cara yang
digunakan pasien dalam
mengatasi kesalahpahaman
yang terjadi dan
mengevaluasinya bersama
dengan pasien
7. Membantu pasien dalam
menyelesaikan masalah
dengan sikap yang lebih
asertif untuk mencapai tujuan
dari harapannya
7. Kesiapan Setelah dilakukan - Adaptasi keluarga Promosi Proses Efektif Keluarga: 1. Mengetahui kondisi keluarga
peningkatan proses kunjungan rumah terhadap situasi 1. Identfikasi tipe proses pasien dan pasien dapat
keluarga dibuktikan sebanyak 3x meningkat keluarga (O) membantu dalam menentukan
dengan keluarga diharapkan proses - Kemampuan 2. Identifikasi masalah dan tindakan keperawatan yang

47
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
pasien keluarga membaik keluarga gangguan dalam proses akan dilakukan kepada pasien
mengungkapkan berkomunikasi keluarga (O) dan keluarga
bahwa selalu secara terbuka di 3. Pertahankan interaksi yang 2. Mengetahui kondisi keluarga
mendukung pasien antara anggota berkelanjutan dengan anggota pasien dan pasien dapat
memenuhi keluarga meningkat keluarga (T) membantu dalam menentukan
kebutuhannya - Aktivitas mendukung 4. Motivasi anggota keluarga tindakan keperawatan yang
mulai dari keselamatan anggota untuk melakukan aktivitas akan dilakukan kepada pasien
mengantar kontrol, keluarga meningkat bersama seperti makan dan keluarga
mengambil obat (keluarga selalu bersama, diskusi bersama 3. Mendukung dan
atau susu ke memberikan yang keluarga (T) mengapresiasi terhadap
puskesmas dan terbaik untuk 5. Diskusikan dukungan sosial tindakan yang telah dilakukan
keluarga tidak akan kesembuhan pasien) dan sekitar keluarga (E) oleh keluarga untuk pasien
pernah lelah untuk - Kemampuan 4. Kebersamaan dengan
mendampingi keluarga memenuhi keluarga mampu membuat
pasien, keluarga kebutuhan fisik pasien merasa mendapatkan
tampak anggota keluarga dukungan dari keluarga dan
menunjukkan meningkat memotivasi pasien untuk
fungsi keluarga - Kemampuan sembuh
yang baik dalam keluarga memenuhi 5. Memperluas sistem
memenuhi kebutuhan emosional pendukung untuk pasien
kebutuhan anggota keluarga
pengobatan pasien, meningkat Dukungan Keluarga 1. Mengetahui kondisi keluarga
terlihat adanya - Sikap respek antara Merencanakan Perawatan: pasien dan pasien dapat
respek aggota anggota keluarga 1. Identifikasi kebutuhan dan membantu dalam menentukan
keluarga dengan meningkat harapan keluarga tentang tindakan keperawatan yang
pasien kesehatan (O) akan dilakukan kepada pasien
2. Motivasi pengembangan dan keluarga
sikap dan emosi yang 2. Mendukung dan
mendukung upaya mengapresiasi terhadap
kesehatan(T) tindakan yang telah dilakukan
3. Informasikan fasilitas oleh keluarga untuk pasien

48
No. MASALAH TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
kesehatan yang ada di 3. Membantu keluarga pasien
lingkungan keluarga (E) dan pasien mendapatkan
4. Anjurkan menggunakan pelayanan fasilitas kesehatan
fasilitas yang ada (E) yang berada di sekitar rumah
5. Ajarkan cara perawatan yang 4. Agar pasien mendapatkan
bisa dilakukan keluarga (E) pelayanan fasilitas kesehatan
yang berada di sekitar rumah
5. Agar pasien tetap
mendapatkan pelayanan
kesehatan secara optimal
ketika petugas kesehatan
tidak melakukan kunjungan
rumah

3.5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


TANGGAL 24 JUNI 2020

NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
1. Hipertermi berhubungan J 14.00  Mengidentifikasi penyebab hipertermia, 17.00 S : Pasien mengungkapkan badan
dengan dehidrasi yang R/. karena dehidrasi

49
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
dibuktikan dengan pasien J 14.05  Menobservasi TTV terasa tidak nyaman dan sering
mengungkapkan badan R/. suhu 37,6 C. TD : 120/80, N : 80 meriang
terasa tidak nyaman dan x/menit, RR : 20 x/menit
sering meriang, suhu : J 14.15  Mengobservasi haluaran urine O:
37,8⁰C, TD : 130/80 R/. pasien mengatakan kencing 2 kali - Suhu : 37,6 ⁰C
mmHg, Nadi : 86x/menit, sehari
RR : 20x/menit, akral J 14.20  Meminta pasien melonggarkan dengan - TD : 120/80 mmHg
teraba hangat membuka kancing baju - Nadi : 80 x/menit
R/. pasien tampak membuka kancing baju
J. 14.25  Memberikan air putih 1 gelas - RR : 20 x/menit
R/. pasien minum ½ gelas - Akral teraba hangat
J 14.30  Mengompres pada kedua ketiak dan dahi
R/. pasien tampak tenang A ; Masalah belum teratasi
J 14.35  Meminta pasien untuk istirahat di atas P : intervensi dilanjutkan
tempat tidur saja
R/. pasien tampak mengangguk kepala
 Memberikan obat paracetamol 500 mg 3 x
J 14.40
1 melalui oral
R/. obat sudah di minum. Tidak alergi,
tidak mual, tidak muntah

2. Nyeri Kronis J 14.05  Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, 17.00 S:


berhubungan dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pasien mengungkapkan nyeri
kerusakan sistem saraf R/. P : Limfoma maligna, Q : Seperti
yang dibuktikan dengan ditekan, R:Humerus dextra sinistra, fibula pada kedua tangan dan kakinya
pasien mengungkapkan dextra sinistra dan axilla dextra , T : Saat lalu pada daerah ketiak kanan
nyeri pada kedua tangan bergerak dan ditekan pada area benjolan

50
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
dan kakinya lalu pada J 14.25  Mengobservasi skala nyeri terdapat benjolan yang terasa nyeri
daerah ketiak kanan R/. skala 6 (0-10) bila dipegang sejak terdiagnosa
terdapat benjolan yang J 14.30  Mengajarkan pasien teknik relaksasi
terasa nyeri bila dipegang dengan menarik napas panjang melalui limfoma maligna 2 tahun yang
sejak terdiagnosa hidung dan baung secara perlahan-lahan lalu, P : Limfoma maligna, Q :
limfoma maligna 2 tahun melalui mulut sebanyak 15 kali
yang lalu, P : Limfoma R/. pasien tampak menarik napas panjang Seperti ditekan, R : Humerus
maligna, Q :Seperti dan bunga lewat mulut sebanyak 10 kali dextra sinistra, Fibula dextra
ditekan, R : Humerus  Mengatur suhu lingkungan dengan selalu
dextra sinistra, fibula J 14.35 menyalakan AC sinistra dan axilla dextra, S : 6,
dextra sinistra dan R/. AC di nyalakan dengan suhu 25 derajat T : Saat bergerak dan ditekan pada
axilla dextra, S : 6, T : J 14.40  Menganjurkan untuk memperhatikan nyeri
Saat bergerak dan secara mandiri seperti kapan nyeri muncul, area benjolan
ditekan pada area kapan nyeri membaik dan kapan bertambah O:
benjolan, TD : 130/80 berat ?
mmHg, Nadi : 86x/menit, R/. Pasien tampak mengangguk kepala - TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit, Pasien J 14.55  Menganjurkan menggunakan obat nyeri - Nadi : 90 x/menit
tampak meringis dengan benar dan tepat agar terhindar dari
kesakitan. efek samping - RR : 20 x/menit
R/. Pasien tampak mengangguk kepala - Pasien tampak meringis
J 15.00  Memberikan obat tramadol 100 mg di
minum 3x1 sesudah makan kesakitan
R. pasien menerima obat A ; Masalah belum teratasi
 Memeriksa adanya kontraindikasi pada
J 15.05 P : intervensi dilanjutkan
area yang akan dilakukan akupresur
R. tidak ada kontraindikasi
J 15.10
 Memeriksa tingkat kenyamanan psikologis
dengan sentuhan
R/. pasien tampak tenang
J 15.20
 Menentukan titik akupresur yang ingin di
capai yaitu pada titik LI4 (Hegu) di antara

51
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
jari telunjuk dan ibu jari
R/. pasien tampak diam
J 15.25  Melakukan penekanan pada titik tersebut
dengan jari, selama 15-20 detik lalu
lepaskan
R/. pasien tampak tenang
J 15.30  Menganjurkan ke pasien untuk melakukan
akupresur setiap hari dalam 1 pekan
pertama untuk mengatasi nyeri
R/. pasien menjawab “iya”
J 15.35  Meminta pasien untuk rileks selama
melakukan akupresur
R/. pasien menjawab “iya”
J 15.40  Menganjurkan keluarga atau orang terdekat
pasien atau pasien sendiri unruk dapat
melakukan akupresur secara mandiri
R/. pasien menjawak akan meminta
anaknya atau istrinya yang akan
melakukannya
3. Defisit Nutrisi J 14.30  Mengobservasi status nutrisi 17.00 S:
berhubungan dengan R/. pasien status kurus, BB : 47 kg, TB : Pasien mengeluh mual jika
kurangnya asupan 165 CM, IMT : 17,27
makanan yang J 14.35  Mengobservsi alergi dan intoleransi mencium bau makanan
dibuktikan dengan pasien makanan O:
mengungkapkan mual R/. pasien tidak alergi makanan, pasien
bila mencium bau mengatakan mual jika mencium bau - A : BB sebelum sakit : 55kg
makanan, pasien hanya makanan BB saat sakit : 47kg
bisa makan sepotong roti J 14.44  Menanyakan makanan yang disukai
tawar setiap hari dan R/. pasien suka makan makanan yang TB : 165cm
minum susu yang pedas IMT : 17,27
didapatkan dari J 14.47  Memonitor asupan makanan

52
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
puskesmas, A : BB R/. Pasien hanya bisa makan roti tawar 1 B : Hemoglobin 9 g/dl
sebelum sakit : 55kg, BB potong dan minum susu.
C : Membran mukosa pucat
saat sakit : 47kg , TB : J 14.49  Memberikan suplemen makanan yaitu
165cm, IMT : 17,27, B : Neurosanbe plus 3 x 1 D :Pasien tidak makan nasi
Hemoglobin 9 g/dl, C : R/. Pasien menerima obat dan belum namun hanya makan roti
Membran mukosa pucat, minum, pasien mengatakan tidak ada alergi
D : Pasien tidak makan obat tawar 1x/hari dan minum
nasi namun hanya makan  Mengajarkan diet yang diprogramkan, susu
roti tawar 1x/hari dan J 14.56 misalnya TKTP dan sayur seperti tinggi
minum susu karbohidrat : nasi merah, jagung, kentang, A : Masalah belum teratasi
singkong, tinggi asam amino : telur, daging P : intervensi dilanjutkan
sapi, kedelai,udang, kacang-kacangan serta
buncis, bayam.

4. Konstipasi berhubungan J 14.35  Mengobservasi tanda dan gejala konstipasi 17.00 S;


dengan penurunan R/. pasien mengatakan belum BAB selama Pasien mengungkapkan tidak bisa
motilitas gastrointestinal 8 hari, sulit mengejan
yang dibuktikan dengan J 14.40  Melakukan pemeriksaan pergerakan usus buang air besar sampai 8 hari dan
pasien mengungkapkan
R/. peristlatik 3 x/menit selalu mengejan keras saat buang
tidak bisa buang air besar J 14.44
 Mengidentifikasi faktor resiko konstipasi
sampai 8 hari dan selalu air besar
mengejan keras saat yaitu pasien tidak pernah mengkonsumsi
makanan berserat dan juga kerena penyakit O:
buang air besar, bising
usus : 4 kali/menit, kanker - Bising usus : 4 kali/menit
jumlah: tidak ada, R/. pasien tampak diam - Jumlah: Tidak ada
karakteristik feses : keras J 14.57  Menganjurkan mengkonsumsi buah dan
sayuran seperti papaya, pisang, sayur - Karakteristik feses : keras
bayam, brokoli - Sulit mengejan
R/. pasien mengatakan akan makan buah A ; Masalah belum teratasi
J 13.00 dan sayuran hijau
P : intervensi dilanjutkan
53
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
 Menganjurkan pasien banyak minum air
putih
R/. pasien menjawab akan coba minum air
J 15.03 putih banyak
 Memberikan obat pencahar yaitu laxadine
J 15.05 syrup di minum 3 x 1 sesudah makan
R/. pasien belum minum
 Mengidentifikasi keterbatasan finansial
untuk menyediakan makanan
R/. pasien mengatakan kadang-kadang
J 15.10 kesulitan membeli makanan yang bergizi
untuk sehari-hari
 Mempersiapkan materi, media dan alat
peraga mengenai makanan tinggi serat
dalam bentuk leaflet
J 15.13
R/. pasien menjawab akan mengikuti
arahan perawat
 Menjadwalkan hari kamis untuk
J 15.35 memberikan edukasi
R. pasien mengatakan mengikuti waktu
perawat
J 15. 47  Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
R/. pasien tidak ada pertanyaan
 Menjelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan adalah untuk
meningkatkan status nutrisi pasien
R/. pasien menjawab “iya”

54
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
5. Keletihan berhubungan J 14.45  Mengobservasi kemampuan pasien dan 17.00 S:
dengan kondisi fisiologis keluarga untuk menerima informasi Pasien mengluh badannya masih
(mis, penyakit kronis) R/. pasien dan keluarga mampu menerima
yang dibuktikan dengan informasi dengan baik lemah dan tidak bertenaga
Pasien mengungkapkan J 14.50  Mempersiapkan leaflet untuk mengatasii O:
badan lemah dan tidak
bertenaga, pasien tampak kelelahan dalam bentuk leaflet - Pasien masih tampak lesu
lesu R/. pasien menerima lembar leaflet A : Masalah belum teratasi
J 15.05  Menjadwalkan waktu yang tepat untuk P ; Intervensi dilanjutkan
memberikan pendidikan kesehatan
R/. pasien minta hari jumad saja
J 15.10  Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
R/. Pasien tidak ada pertanyaan
J 15.26
 Menjelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik / olahraga secara rutin agar
meningkatkan kerja otot tubuh
R/. pasien menjawab “iya”
6. Ketidakberdayaan J 14.40  Mengidentfikasi harapan pasien dan 17.30 S:
berhubungan dengan keluarga dalam pencapaian hidup - Pasien mengungkapkan sudah
interkasi interpersonal R/. pasien berharap penyakitnya sembuh tidak bisa bekerja lagi karena
tidak memuaskan walaupun sulit kondisinya yang sering merasa
dibuktikan dengan pasien J 14.58  Sadarkan bahwa kondisi yang dialami
mengungkapkan sudah nyeri, lemah dan badan terasa
memiliki nilai penting
tidak bisa bekerja lagi R/. memberikan dukungan bahwa semua tidak bertenaga.
karena kondisinya yang rasa sakit mempunyai makna untuk - Pasien juga mengungkapkan
sering merasa nyeri, menjadi orang sabar sudah tidak bisa memenuhi
lemah dan badan terasa J 15.18  Melibatkan pasien secara aktif dalam tanggungjawabnya sebagai
tidak bertenaga, pasien perawatan seperti rajin control ke kepala rumah tangga untuk
juga mengungkapkan puskesmas mencari nafkah, pasien malu

55
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
sudah tidak bisa R/. pasien menjawab iya telah menjadi laki-laki yang
memenuhi J 15.48  Menciptakan lingkungan yang lemah bagi keluarga dan
tanggungjawabnya memudahkan mempraktikkan kebutuhan berharap tuhan segera
sebagai kepala rumah spiritual seperti rajin membaca alrquan memanggilnya
tangga untuk mencari R/. pasien dan keluarga menjawab akan
nafkah, pasien malu telah O:
rajin baca alrquan
menjadi laki-laki yang J 16.00  Menganjurkan mengungkapkan perasaan - Pasien tampak cemas
lemah bagi keluarga dan terhadap kondisi dengan realistis bahwa - Pasien tampak menunduk
berharap tuhan segera walaupaun sakit jika pasien bersemangat
memanggilnya, pasien maka bisa meningkatkan kemampuan - Kontak mata kurang
tampak cemas, pasien pasien dalam beraktifitas
tampak menundukung, R/. pasien mengatakan belum bisa
kontak mata kurang bersemangat dan pasien tampak menunduk

7 Kesiapan peningkatan J 14.50  Mengientfikasi tipe proses keluarga 17.30 S:


proses keluarga R/. Keluarga mengatakan berada di tahap - Keluarga pasien
dibuktikan dengan adaptasi dengan kondisi ini
keluarga pasien J 16.00  Mengientifikasi masalah dan gangguan dalam mengungkapkan bahwa selalu
mengungkapkan bahwa proses keluarga mendukung pasien memenuhi
selalu mendukung pasien R/. keluarga masih beradaptasi satu sama lain
memenuhi kebutuhannya dalam membina kebutuhan pasien dalam kebutuhannya mulai dari
mulai dari mengantar memenuhi pengobatan pasien mengantar kontrol, mengambil
kontrol, mengambil obat J 16.30  Mendiskusikan dukungan sosial dan sekitar
atau susu ke puskesmas keluarga obat atau susu ke puskesmas
dan keluarga tidak akan R/. keluarga mengatkan akan tetap respek dan keluarga tidak akan pernah
pernah lelah untuk kepada pasien
mendampingi pasien, J 16.35  Memotivasi pengembangan sikap dan emosi lelah untuk mendampingi
keluarga tampak yang mendukung upaya kesehatan pasien
menunjukkan fungsi R/. keluarga mengatakan sellau mendukung
keluarga yang baik dalam pasien dalam proses penyembuhan O:
memenuhi kebutuhan J 16.40  Mengformasikan fasilitas kesehatan yang ada - Keluarga tampak menunjukkan
56
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
pengobatan pasien, di lingkungan keluarga seperti puskesmas atau fungsi keluarga yang baik
terlihat adanya respek klinik
dalam memenuhi kebutuhan
aggota keluarga dengan R/. keluarga mengatakan akan membawa
pasien pasien jika terjadi keparahan dengan pengobatan pasien
penyakitnya
- Terlihat adanya respek anggota
J 17.00  Megannjurkan menggunakan fasilitas yang
ada seprti obat-obat yang pernah dikasihkan keluarga dengan pasien
oleh petugas kesehatan A ; Masalah belum teratasi
R/. Keluarga mengatakan selalu
memeprhatiakn dan penggunaan obat P : intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


TANGGAL 25 JUNI 2020

NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
1. Hipertermi berhubungan J 14.00  Mengobservasti TTV 17.00 S : Pasien mengungkapkan badan

57
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
dengan dehidrasi yang R/. suhu 37,5 C, TD : 110/70 mmhg, N : 75 terasa tidak nyaman dan masih
dibuktikan dengan pasien x/menit, RR ; 20 x/menit
meriang kadang-kadang
mengungkapkan badan J 14.05  Meminta pasien untuk menggunakan
terasa tidak nyaman dan pakaian tipis atau longgar O:
sering meriang, suhu : R/. pasien ingin mengganti pakaian yang
- Suhu : 37,5 ⁰C
37,8⁰C, TD : 130/80 tipis
mmHg, Nadi : 86x/menit, J 14.15  Menganjurkan pasien untuk minum air - TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit, akral putih yang cukup
- Nadi : 75 x/menit
teraba hangat R/. pasien mengatkan hari ini sudah minum
2-3 gelas - RR : 20x/menit
J. 14.25  Mengompres pasien di kedua ketiak dan - Akral teraba hangat
dahi
R/. pasien menerima di kompres oleh A ; Masalah teratasi sebagian
perawatan P : intervensi dilanjutkan
J 14.30  Menganjurkan pasien untuk banyak
istirahat di tempat tidur
R/. pasien menjawab “iya”
J 14.40  Memberi minum pasien obat paracetamol
500 mg 1 tablet melalui oral
R/. obat sudah di minum pasien
2. Nyeri Kronis J 14.05  Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, 17.00 S:
berhubungan dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pasien mengungkapkan nyeri
kerusakan sistem saraf R/. P : Limfoma maligna, Q : Seperti
yang dibuktikan dengan ditekan, R:Humerus dextra sinistra, fibula pada kedua tangan dan kakinya
pasien mengungkapkan dextra sinistra dan axilla dextra , T : Saat lalu pada daerah ketiak kanan
nyeri pada kedua tangan bergerak dan ditekan pada area benjolan
dan kakinya lalu pada J 14.30  Mengobservasi skala nyeri terdapat benjolan yang terasa nyeri
daerah ketiak kanan R/. skala 4 (0-10) bila dipegang sejak terdiagnosa
terdapat benjolan yang J 14.35  Menganjurkan pasien menarik napas dalam
terasa nyeri bila dipegang melalui hidung dan buang secara perlahan- limfoma maligna 2 tahun yang
sejak terdiagnosa
58
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
limfoma maligna 2 tahun lahan melalui mulut sebanyak 15 kali lalu, P : Limfoma maligna, Q :
yang lalu, P : Limfoma R/. pasien tampak menarik napas panjang
Seperti ditekan, R : Humerus
maligna, Q :Seperti J 14.40 dan bunga lewat mulut sebanyak 10 kali
ditekan, R : Humerus  Menganjurkan pasien untuk selalu dextra sinistra, Fibula dextra
dextra sinistra, fibula mengatur suhu lingkungan dengan sinistra dan axilla dextra, S : 4,
dextra sinistra dan menyalakan AC
axilla dextra, S : 6, T : R/. Pasien mengatur suhu AC dengan 25 T : Saat bergerak dan ditekan pada
Saat bergerak dan J 15.00 derajat area benjolan
ditekan pada area  Menanyakan kepada pasien sudah
benjolan, TD : 130/80 menggunakan obat nyeri dengan benar dan O:
mmHg, Nadi : 86x/menit, tepat - TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit, Pasien R/. Pasien mengatkan sudah sesuai anjuran
tampak meringis J 15.10 perawat - Nadi : 75 x/menit
kesakitan.  Memberikan obat tramadol 100 mg 1 tablet - RR : 20 x/menit
oral
J 15.25 R. pasien sudah minum, tidak alergi - Pasien tampak meringis
 Memngobservasi tingkat kenyamanan kesakitan
psikologis dengan sentuhan
J 15.30 R/. pasien mengatakan merasa nyaman A ; Masalah teratasi sebagian
 Perawat melakukan penekanan pada titik P : intervensi dilanjutkan
L14 dengan jari, selama 15-20 detik lalu
lepaskan
R/. pasien terlihat nyaman
J 15.35  Menganjurkan ke pasien untuk melakukan
akupresur setiap hari dalam 1 pekan
pertama untuk mengatasi nyeri
R/. pasien menjawab akan mengikuti
J 16.00 anjuran perawat
 Menganjurkan pasien untuk tetap rileks
selama akupresur
J 16.55
R/. pasien menjawab “iya”

59
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
 Memina keluarga atau orang terdekat
pasien atau pasien sendiri untuk mencoba
akupresur
R/. keluarga mencoba melakukan
akupresur pada pasien
3. Defisit Nutrisi J 14.30  Mengobservsi intoleransi makanan 17.00 S:
berhubungan dengan R/. pasien mengatakan masih mual jika Pasien mengeluh masih mual jika
kurangnya asupan mencium makanan dan belum bisa makan
makanan yang nasi mencium bau makanan dan belum
dibuktikan dengan pasien J 14.44  Menganjurkan pasien untuk makan bubur bias makan nasi
mengungkapkan mual atau nasi selain roti tawar
bila mencium bau R/. Pasien hanya bias makan bubur 2 O:
makanan, pasien hanya sendok dan roti tawar 2 potong dan minum - A : BB sebelum sakit : 55kg
bisa makan sepotong roti susu
tawar setiap hari dan J 14.47  Memberikan suplemen makanan yaitu BB saat sakit : 47kg
minum susu yang Neurosanbe plus 1 tablet melalui TB : 165cm
didapatkan dari R/. pasien sudah minum obat,
puskesmas, A : BB J 14.52  Menganjurkan pasien makan nasi merah, IMT : 17,27
sebelum sakit : 55kg, BB jagung, telur dan daging sapi B : Hemoglobin 9 g/dl
saat sakit : 47kg , TB : R/. pasien makan masih memilih makanan
165cm, IMT : 17,27, B : C : Membran mukosa pucat
Hemoglobin 9 g/dl, C :
D :Pasien makan bubur 2
Membran mukosa pucat,
D : Pasien tidak makan sendok dan roti tawar 2
nasi namun hanya makan
potongdan minum susu
roti tawar 1x/hari dan
minum susu A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
4. Konstipasi berhubungan J 14.35  Mengobservasi tanda dan gejala konstipasi 17.00 S;
dengan penurunan R/. pasien mengatakan sudah BAB 1 kali Pasien mengungkapkan sudah
motilitas gastrointestinal
60
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
yang dibuktikan dengan pagi ini, tapi masih sulit mengejan, feses BAB 1 kali pagi ini,
pasien mengungkapkan J 14.4 keras
O:
tidak bisa buang air besar  Melakukan pemeriksaan pergerakan usus
sampai 8 hari dan selalu R/. peristlatik 10 x/menit - Bising usus : 10 kali/menit
mengejan keras saat J 13.00  Menganjurkan pasien untuk selalu - Jumlah: sedikit
buang air besar, bising
mengkonsumsi buah dan sayuran seperti
usus : 4 kali/menit, - Karakteristik feses : keras
jumlah: tidak ada, papaya, pisang, sayur bayam, brokoli
R/. pasien belum makan buah dan sayur - Sulit mengejan
karakteristik feses : keras J 15.05
 Memberikan obat pencahar yaitu laxadine A ; Masalah teratasi sebagian
syrup 1 sendok
P : intervensi dilanjutkan
J 15.35 R/. pasien sudah minum
 Mengingatkan kembali tentang makanan
serat tinggi yaitu dengan makan sayuran
hijau dan buah seperti buncis,
brokoli,bayam, pisang, pepaya
J 15. 47 R/. pasien menjawab sudah mengerti
 Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
J 16.05 R/. pasien tidak ada pertanyaan
 Memotivasi pasien untuk meningkatkan
status nutrisi pasien
R/. pasien menjawab “iya”

5. Keletihan berhubungan J 14.45  Bertanya kepada pasien dan keluarga 17.30 S:


dengan kondisi fisiologis untuk kesediaanya meerima informasi Pasien mengeluh badannya tidak
(mis, penyakit kronis) R/. pasien dan keluarga mau menerima
yang dibuktikan dengan informasi lemah dan ada tenaga
Pasien mengungkapkan J 14.50

61
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
badan lemah dan tidak  Mempersiapkan leaflet tentang yoga O:
bertenaga, pasien tampak J 15.05 R/. pasien menerima lembar leaflet - Pasien tidakk lesu
lesu  Meminta kesedian waktu paien untuk A : Masalah teratasi sebagian
memulai edukasi kurang lebih 3-5 menit P ; Intervensi dilanjutkan
J 15.10 R/. Pasien bersedia
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
aktifitas fisik seperti melakukan pekerjaan
rumah, naik tangga dan olahraga seperti
yoga yaitu meningkaatkan meningkatkan
kebugaran, mengurangi stress
R/. Pasien mengangguk kepla
J 15.26
 Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
R/. keluarga bertanya aktifitas fisik apa
saja yang boleh ? perawat menjawab
seperti naik tangga dan pekerjaan rumah
6. Ketidakberdayaan J 14.40  Mengobservasi harapan keluarga dalam 17.30 S:
berhubungan dengan pencapaian hidup pasien mengatakan tidak malu dan
interkasi interpersonal R/. pasien ingin cepat pulih walaupun sulit selalu berdoa
tidak memuaskan J 14.58  Membantu menyadarkan pasien bahwa O:
dibuktikan dengan pasien kondisi yang dialami memiliki makna - Pasien tidak tampak cemas
mengungkapkan sudah untuk melatih kekuatan tingkat kesabaran - Pasien tampak diam
tidak bisa bekerja lagi R/. Pasien mencoba untuk berlatih sabar
karena kondisinya yang  Melibatkan pasien secara aktif dalam - Kontak mata mulai membaik
sering merasa nyeri, J 16.10 perawatan seperti memebrikan obat dan A : Masalah teratasi sebagian
lemah dan badan terasa control ke puskesmas
tidak bertenaga, pasien R/. pasien menjawab iya P : intervensi dilanjutkan
juga mengungkapkan J 16.20  Menganjurkan pasien untuk selalu rajin
sudah tidak bisa membaca alrquan atau berdoa

62
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
memenuhi R/. pasien menjawab bmulai berdoa dan
tanggungjawabnya baca alquran
sebagai kepala rumah J 16.45  Menganjurkan mengungkapkan perasaan
tangga untuk mencari terhadap kondisi dengan realistis bahwa
nafkah, pasien malu telah walaupaun sakit jika pasien bersemangat
menjadi laki-laki yang maka bisa meningkatkan kemampuan
lemah bagi keluarga dan pasien dalam beraktifitas
berharap tuhan segera R/. pasien mengatakan belum bisa
memanggilnya, pasien bersemangat dan pasien tampak menunduk
tampak cemas, pasien
tampak menundukung,
kontak mata kurang
7 Kesiapan peningkatan J 15.00  Mengobservasi tipe proses keluarga 17.30 S:
proses keluarga R/. Keluarga mengatakan berada di tahap - Keluarga pasien
dibuktikan dengan adaptasi dengan kondisi ini
keluarga pasien J 15.30  Mengobservasi apakah sudah ada solusi dalam mengungkapkan bahwa selalu
mengungkapkan bahwa masalah dan gangguan dalam proses keluarga mendampingi pasien memenuhi
selalu mendukung pasien R/. keluarga memulai memotivasi pasien terus
memenuhi kebutuhannya J 16.00  Memberikan dukungan sosial dan sekitar pengobatannya
mulai dari mengantar keluarga agar selalu terbuka dan jujur O:
kontrol, mengambil obat R/. keluarga mengatakan selalu peduli dengan
atau susu ke puskesmas pasien - Keluarga tampak menunjukkan
dan keluarga tidak akan R/. keluarga mengatakan akan selalu fungsi keluarga yang baik
pernah lelah untuk mendampingi pasien
mendampingi pasien, J 16.10  Mengiformasikan fasilitas kesehatan yang ada terhadap pasien
keluarga tampak di lingkungan keluarga seperti puskesmas atau - Terlihat adanya respek anggota
menunjukkan fungsi klinik
keluarga yang baik dalam R/. keluarga mengatakan akan membawa keluarga dengan pasien
memenuhi kebutuhan pasien jika terjadi keparahan dengan A ; Masalah teratasi sebagian
pengobatan pasien, penyakitnya
terlihat adanya respek J 16.50  Meengobservasi penggunakan fasilitas yang P : intervensi dilanjutkan

63
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
aggota keluarga dengan ada seperti obat-obat yang pernah dikasihkan
pasien oleh petugas kesehatan
R/. Keluarga mengatakan selalu
memeprhatiakn dan penggunaan obat

64
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL 26 JUNI 2020

NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
1. Hipertermi berhubungan J 14.00  Mengobservasti TTV 17.00 S : Pasien mengungkapkan badan
dengan dehidrasi yang R/. suhu 37.00 C, TD : 120/80 mmhg, N : terasa tidak nyaman dan sering
dibuktikan dengan pasien 80 x/menit, RR ; 20 x/menit
mengungkapkan badan J 14.05  Menganjurkan pasien untuk selalu meriang
terasa tidak nyaman dan mengenakan pakaian tipis O:
sering meriang, suhu : R/. pasien tampak mengangguk kepala
37,8⁰C, TD : 130/80 J 14.10  Menganjurkan pasien selalu minum air - Suhu : 37 ⁰C
mmHg, Nadi : 86x/menit, putih yang cukup - TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit, akral R/. pasien sudah minum 5 gelas mulai dar
teraba hangat pagi - Nadi : 80 x/menit
J 14.15  Menganjurkan kompres pada kedua ketiak - RR : 20 x/menit
dan dahi bila panas
R/. pasien tampak menagngguk kepala - Akral teraba hangat
J. 14.25  Meminta pasien untuk istirahat di atas A ; Masalah sudah teratasi
tempat tidur saja P : intervensi dihentikan
R/. pasien tampak mengangguk kepala
J 14.30  Memberikan obat paracetamol 500 1 tablet
melalui oral
R/. obat sudah di minum

65
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
2. Nyeri Kronis J 14.05  Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, 17.00 S:
berhubungan dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pasien mengungkapkan nyeri
kerusakan sistem saraf R/. P : Limfoma maligna, Q : Seperti
yang dibuktikan dengan J 14.25 ditekan, R:Humerus dextra sinistra, fibula pada kedua tangan dan kakinya
pasien mengungkapkan dextra sinistra dan axilla dextra , T : Saat lalu pada daerah ketiak kanan
nyeri pada kedua tangan bergerak dan ditekan pada area benjolan
dan kakinya lalu pada  Mengobservasi skala nyeri terdapat benjolan yang terasa nyeri
daerah ketiak kanan R/. skala 2 (0-10) bila dipegang sejak terdiagnosa
terdapat benjolan yang J 14.30  Menganurkan pasien menarik napas dalam
terasa nyeri bila dipegang melalui hidung dan buang secara perlahan- limfoma maligna 2 tahun yang
sejak terdiagnosa J 14.35 lahan melalui mulut sebanyak 15 kali jika lalu, P : Limfoma maligna, Q :
limfoma maligna 2 tahun nyeri muncul
yang lalu, P : Limfoma R/. pasien tmenjawab akan mengikuti Seperti ditekan, R : Humerus
maligna, Q :Seperti arahan perawat dextra sinistra, Fibula dextra
ditekan, R : Humerus  Mempertahankan suhu AC
dextra sinistra, fibula J 14.40 R/. suhu AC 25 derajat sinistra dan axilla dextra, S : 2,
dextra sinistra dan  Mengobservasi penggunakan obat nyeri T : Saat bergerak dan ditekan pada
axilla dextra, S : 6, T : dengan benar dan tepat agar terhindar dari
Saat bergerak dan efek samping area benjolan
ditekan pada area J 14.55 R/. Pasien mengatakan sudah minum obat O:
benjolan, TD : 130/80 secara tepat
mmHg, Nadi : 86x/menit, J 15.00  Memberikan obat tramadol 100 mg 1 tablet - TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit, Pasien melalui oral - Nadi : 75 x/menit
tampak meringis R. pasien sudah minum obat
kesakitan. - RR : 20 x/menit
 Menentukan titik akupresur yang ingin di
J 15.05
capai yaitu pada titik LI4 (Hegu) di antara - Pasien tampak meringis
jari telunjuk dan ibu jari
kesakitan
R/. pasien tampak diam
J 15.10
 Melakukan penekanan pada titik tersebut A ; Masalah teratasi sebagian
dengan jari, selama 15-20 detik lalu
P : intervensi dilanjutkan
lepaskan

66
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
J 15.20 R/. pasien tampak tenang
 menganjurkan ke pasien untuk melakukan
J 15.25 akupresur setiap hari dalam 1 pekan
pertama untuk mengatasi nyeri
R/. pasien mengangguk kepala
 Menagnjurkan pasien untuk rileks selama
J 15.30 melakukan akupresur
R/. pasien tampak rileks
 Mengaobservasi keluarga atau orang
terdekat pasien dalam melakukan
J 15.35 akupresur secara mandiri
R/. keluarga dapat melakukan akupresur
dengan baik
J 16.00

3. Defisit Nutrisi J 14.30  Mengobservsi intoleransi makanan 17.00 S:


berhubungan dengan R/. pasien mengatakan tidak mual jika Pasien mengeluh tidak mual jika
kurangnya asupan J 14.35 mencium makanan dan belum bisa makan
makanan yang nasi mencium bau makanan dan sudah
dibuktikan dengan pasien  Meminta pasien untuk makan bubur TKTP, makan bubur serta buah papaya 1
mengungkapkan mual J 14.44 buah dan sayur hijau
bila mencium bau R/. Pasien hanya makan 1 porsi bubur dan potong dan masih pilih-pilih
makanan, pasien hanya makan buah papaya 1 potong makanan
bisa makan sepotong roti J 14.47  Memberikan suplemen makanan yaitu
tawar setiap hari dan Neurosanbe 1 tablet O:
minum susu yang J 14.49 R/. pasien mengatakan sudah minum dan - A : BB sebelum sakit : 55kg
didapatkan dari ada nafsu makan
puskesmas, A : BB J 14.52  Mengajurkan diet yang diprogramkan BB saat sakit : 47kg

67
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
sebelum sakit : 55kg, BB seperti TKTP seperti nasi merah,jagung, TB : 165cm
saat sakit : 47kg , TB : J 14.56 ytelur, bayam daging sapi
IMT : 17,27
165cm, IMT : 17,27, B : R/. pasien mau makan nasi merah dan
Hemoglobin 9 g/dl, C : bayam B : Hemoglobin 9 g/dl
Membran mukosa pucat,
C : Membran mukosa lembab
D : Pasien tidak makan
nasi namun hanya makan D :Pasien makan bubur diet
roti tawar 1x/hari dan
TKTP 1 porsi dan buah papaya
minum susu
1 potong
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

4. Konstipasi berhubungan J 14.35  Mengobservasi tanda dan gejala konstipasi 17.00 S;


dengan penurunan R/. pasien mengatakan sudah BAB 2 kali Pasien mengungkapkan sudah
motilitas gastrointestinal mulai pagi sampai sore, mudah mengejan,
yang dibuktikan dengan feses lembek BAB 2 kali mulai pagi sampai sore
pasien mengungkapkan J 14.40  Melakukan pemeriksaan pergerakan usus ini
tidak bisa buang air besar
R/. peristlatik 20 x/menit
sampai 8 hari dan selalu O:
 Menganjurkan mengkonsumsi buah dan
mengejan keras saat J 14.44
sayuran seperti papaya, pisang, sayur - Bising usus : 20 kali/menit
buang air besar, bising
usus : 4 kali/menit, bayar, brokoli - Jumlah: banyak
jumlah: tidak ada, R/. pasien sudah makan buah dan sayur
- Karakteristik feses : lembek
karakteristik feses : keras putih banyak
J 14.57  Memberikan obat pencahar yaitu laxadine - Mudah mengejan

68
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
syrup di minum 3 x 1 sesudah makan A ; Masalah teratasi
J 15.03 R/. pasien sudah minum P : intervensi dihentikan
 Memberikan edukasi tentang makanan
serat tinggi yaitu dengan makan sayuran
hijau dan buah seperti buncis,
brokoli,bayam, pisang, pepaya
J 15.05 R/. pasien menjawab sudah mengerti
 Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
R/. pasien tidak ada pertanyaan
 Menjelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan adalah untuk
meningkatkan status nutrisi pasien
R/. pasien menjawab “iya”
5. Keletihan berhubungan J 14.45  Mengobservasi kemampuan pasien dan 17.30 S:
dengan kondisi fisiologis keluarga untuk menerima informasi Pasien mengeluh badannya masih
(mis, penyakit kronis) R/. pasien dapat menrima informasi
yang dibuktikan dengan  Mengobservasi pengethaun pasien tentang lemah dan tidak bertenaga
Pasien mengungkapkan J 14.50
pendidikan kesehatan aktifiats fisik dan O:
badan lemah dan tidak
bertenaga, pasien tampak olahraga - Pasien masih tampak lesu
lesu R/. Pasien menjawab sudah mengerti dan A : Masalah teratasi sebagian
tahu tentang aktifitas fisik dan olahraga P ; Intervensi dilanjutkan
J 15.10  Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
R/. keluarga tidak ada pertanyaan

69
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
6. Ketidakberdayaan J 14.40  Mengobservasi harapan keluarga dalam 17.30 S:
berhubungan dengan pencapaian hidup Pasien mengatakan akan belajar
interkasi interpersonal R/. pasien berharap bisa memperbaiki menerima keadaan dan berusaha
tidak memuaskan keadaanya dan tidak membuat keluarganya menajdi yang terbaik bagi keluarga
dibuktikan dengan pasien bersedih walaupun dalam keadaan sakit.
mengungkapkan sudah  Memotivasi pasien dan keluarga bahwa O:
tidak bisa bekerja lagi J 14.58 sakit bukan berate akhir dari segalanya - Pasien tidak terlalu cemas
karena kondisinya yang namun tuhan tidak memberikan cobaab - Pasien tidak menunduk
sering merasa nyeri, lebih dari batas kemampuan manusia
lemah dan badan terasa R/. Pasien dan keluarga mencoba - Kontak mata sudah ada
tidak bertenaga, pasien J 15.18 tersenyum dan bersyukur masih diberikan A : Masalah teratasi sebagian
juga mengungkapkan kehidupan
sudah tidak bisa  Melibatkan pasien secara aktif dalam P : Intervensi dilanjutkan
memenuhi perawatan seperti membrikan obat dan
tanggungjawabnya control ke puskesmase
sebagai kepala rumah J 15.48 R/. pasien selalu minum obat teratur
tangga untuk mencari  Menganjurkan pasien untuk selalu rajin
nafkah, pasien malu telah membaca alrquan atau berdoa
menjadi laki-laki yang R/. pasien menjawab bmulai berdoa dan
lemah bagi keluarga dan baca alquran
berharap tuhan segera  Menganjurkan mengungkapkan perasaan
memanggilnya, pasien terhadap kondisi dengan realistis bahwa
tampak cemas, pasien walaupaun sakit jika pasien bersemangat
tampak menundukung, maka bisa meningkatkan kemampuan
kontak mata kurang pasien dalam beraktifitas
R/. pasien mengatakan mulai bisa
bersemangat

7 Kesiapan peningkatan J 15.20  Mengobservasi tipe proses keluarga 17.30 S:


proses keluarga R/. Keluarga mengatakan berada di tahap - Keluarga pasien
dibuktikan dengan adaptasi dengan kondisi ini

70
NO MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
KEPERAWATAN (JAM) (JAM)
keluarga pasien J 15.30  Mengobservasi apakah sudah ada solusi dalam mengungkapkan bahwa selalu
mengungkapkan bahwa masalah dan gangguan dalam proses keluarga mendukung pasien memenuhi
selalu mendukung pasien R/. keluarga mengatasi dengan memberian
memenuhi kebutuhannya dukungan kebutuhannya mulai dari
mulai dari mengantar J 15.50  Memberikan dukungan sosial dan sekitar mengantar kontrol, mengambil
kontrol, mengambil obat keluarga agar selalu terbuka dan jujur
atau susu ke puskesmas R/. keluarga selalu mendampingi pasien obat atau susu ke puskesmas
dan keluarga tidak akan J 16.00  Memberikan dukungan emosional dalam dan keluarga tidak akan pernah
pernah lelah untuk upaya kesehatan
mendampingi pasien, R/. keluarga mengatakan akan selalu lelah untuk mendampingi
keluarga tampak mendampingi pasien pasien
menunjukkan fungsi J 16.20  Mengiformasikan fasilitas kesehatan yang ada
keluarga yang baik dalam di lingkungan keluarga seperti puskesmas atau O:
memenuhi kebutuhan klinik - Keluarga tampak menunjukkan
pengobatan pasien, R/. keluarga mengatakan akan membawa
terlihat adanya respek pasien jika terjadi keparahan dengan fungsi keluarga yang baik
aggota keluarga dengan penyakitnya dalam memenuhi kebutuhan
pasien J 17.00  Meengobservasi penggunakan fasilitas yang
ada seperti obat-obat yang pernah dikasihkan pengobatan pasien
oleh petugas kesehatan - Terlihat adanya respek anggota
R/. Keluarga mengatakan selalu
memeprhatiakn dan penggunaan obat keluarga dengan pasien
A ; Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

71
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang telah didapatkan, meliputi
data pengkajian, hasil analisa data, Intervensi, implementasi dan evaluasi dari proses
asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. B dengan diagnosa medis Limfoma
Maligna Hodgkin Stadium III

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses perawatan.
Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut Gordon, pemeriksaan fisik
dengan metode head to toe, dan pengumpulan informasi atau data-data ini diperoleh
dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan
keperawatan, dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh
kelompok kepada klien didapatkan data bahwa ditemukan adanya masalah pada
pemeriksaan fisik, yaitu suhu tubuh pasien teraba panas (37,8oC), tekanan darah pasien
cenderung tinggi (130/80 mmHg), terdapat benjolan pada ketiak kanan pasien dan terasa
nyeri ketika dipegang.
Pada kasus ini keluhan spesifik yang dirasakan pasien saat di rumah adalah nyeri
pada kedua tangan dan kaki, badan terasa tidak nyaman dan sering meriang, mual ketika
mencium makanan, hanya bisa makan sepotong roti tawar setiap hari dan minum susu
yang didapatkan dari puskesmas, pasien tidak bisa BAB selama 8 hari, harus mengejan
keras saat BAB, pasien tidak bekerja dan merasa malu karena menjadi laki-laki yang
lemah keluarga.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (SDKI, 2019). Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus
asuhan keperawatan pada pasien dengan Limfoma Maligna Hodgkin Stadium III
menegakkan sebanyak enam diagnosa. Diagnosa yang muncul berdasarkan data

72
pengkajian yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosa yang pertama yaitu
hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, diagnosa kedua yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan kerusakan sistem saraf, diagnosa ketiga adalah defisit nutrisi
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, diagnosa keempat adalah konstipasi
berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal, diagnosa yang kelima adalah
keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis, penyakit kronis), diagnosa yang
keenam adalah harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpaparnya situasu
traumatis.

4.3 Intervensi Keperawatan


Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada
pasien. Perencanaan menurut SIKI (2019) pada kasus asuhan keperawatan anak
dilakukan perdiagnosa. Diagnosa yang pertama yaitu hipertermia berhubungan dengan
dehidrasi, dengan perencanaan yang kami lakukan adalah Manajemen Hipertemi, yaitu:
identifikasi penyebab hipertermia (misalnya dehidrasi, terpapar lingkungan panas),
monitor suhu tubuh, monitor haluaran urine, monitor komplikasi akibat hipertermia,
longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan
oral, lakukan pendinginan eksternal (misalnya kompres dingin pada dahi, leher, dada,
aksila), anjurkan tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu.
Diagnosa kedua yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf
dengan perencanaan yang kami lakukan adalah Manajemen Nyeri, yaitu: identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kontrol lingkungan yang
dapat memperberat nyeri, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, anjurkan
menggunakan analgesik dengan tepat, kolaborasikan pemberian analgesik. Perencanaan
lainnya adalah Terapi Akupresur, yaitu: periksa adanya kontraindikasi pada area yang
akan dilakukan akupresur, periksa tingkat kenyamanan psikologis dengan sentuhan,
tentukan titik akupresur yang ingin di capai yaitu pada titik LI4 (Hegu) di antara jari
teunjuk dan ibu jari, berikan penekanan pada titik tersebut dengan jari, selama 15-20
detik lalu lepaskan, lakukan akupresur setiap hari dalam 1 pekan pertama untuk

73
mengatasi nyeri, anjurkan untuk rileks selama melakukan akupresur, ajarkan keluarga
atau orang terdekat pasien atau pasien sendiri unruk dapat melakukan akupresur secara
mandiri.
Diagnosa ketiga adalah defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan dengan perencanaan yang kami lakukan adalah Manajemen Nutrisi, yaitu:
identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi
makanan yang disukai, monitor asupan makanan, fasilitasi menentukan pedoman diet,
misalnya piramida makanan, berikan suplemen makanan, jika perlu, ajarkan diet yang
diprogramkan, misalnya TKTP dan sayur, kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, misalnya pereda nyeri, antiemetik, jika perlu, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Diagnosa keempat adalah konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal dengan perencanaan yang kami lakukan adalah Manajemen Konstipasi,
yaitu: periksa tanda dan gejala konstipasi, periksa pergerakan usus, identifikasi faktor
resiko konstipasi, anjurkan diet tinggi serat, anjurkan meningkatkan asupan cairan jika
tidak ada kontraindikasi, kolaborasikan penggunaan obat pencahar. Perencanaan yang
lainnya adalah Edukasi Diet, yaitu: identifikasi kemampuan pasien dan keluarga untuk
menerima informasi, identifikasi tingkat pengetahuan saat ini, identifikasi keterbatasan
finansial untuk menyediakan makanan, persiapkan materi, media dan alat peraga
mengenai makanan tinnggi serat, jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan, berikan kesempatan keluarga untuk bertanya, jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap kesehatan, informasikan makan yang boleh dan tidak boleh
Diagnosa yang kelima adalah keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
(mis, penyakit kronis) dengan perencanaan yang kami lakukan adalah Edukasi
Aktivitas/Istirahat: identifikasi kemampuan pasien dan keluarga untuk menerima
informasi, persiapkan materi, media dan alat peraga mengenai pentingnya olahraga,
jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan, berikan
kesempatan keluarga untuk bertanya, jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik /
olahraga secara rutin, anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat, ajarkan
mengenali kebutuhan istirahat
Diagnosa yang keenam adalah harga diri rendah kronis berhubungan dengan
terpaparnya situasu traumatis dengan perencanaan yang kami lakukan adalah

74
Manajemen Stres, yaitu: identfikasi tingkat stress, lakukan reduksi ansietas, misalnya
anjurkan napas dalam sebelum prosedur, berikan informasi tentang prosedur, berikan
kesempatan untuk menenangkan diri, ajarkan teknik menurunkan stres (misalnya
meditasi)

4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah disusun
pada tahap perencanaan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola
pasien dalam implementasi dengan masing – masing diagnosa.
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan hipertemia adalah
melonggarkan pakaian klien dengan membuka kancingnya, menganjurkan kepada
pasien dan keluarga pasien untuk kipasi permukaan tubuh, memberi minum air putih 1
gelas, memberikan kompres pada kedua ketiak dan dahi pasien, memberikan obat
antrain 2 mg per IV. Dari implementasi yang telah dilakukan selama 3 kali kunjungan
rumah didapatkan evaluasi berupa: suhu pasien 37oC, TD: 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, RR 20x/menit, akral teraba hangat.
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan nyeri kronis
adalah mengajarkan teknik nafas dalam sebanyak 15 kali dalam 1 pertemuan,
memberikan obat tramadol 100 mg per oral, melakukan akupresur pada titik LI 4 (hegu)
antara jari telunjuk dan ibu jari selama 15-20 detik dalam 1 kali pertemuan,
menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan teknik akupresur pada
pasien setiap hari. Dari implementasi yang telah dilakukan selama 3 kali kunjungan
rumah didapatkan evaluasi berupa: pasien masih mengeluh nyeri pada kedua tangan dan
kakinya tetapi dengan skala nyeri yang sudah berkurang menjadi skala 2.
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan defisit nutrisi
adalah memberikan suplemen makanan yaitu neurosanbe plus per oral, mengajarkan
diet TKTP dan sayur. Dari implementasi yang telah dilakukan selama 3 kali kunjungan
rumah didapatkan evaluasi berupa: pasien sudah tidak mengeluh mual, mampu makan
bubur diet TKTP dan buah pepaya tetapi untuk lauknya masih pilih-pilih.
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan konstipasi adalah
menganjurkan kepada pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayur seperti pepaya,
pisang, bayam, brokoli, menganjurkan pasien untuk sering minum air putih,
memberikan obat pencahar laxadine syrup per oral, memberikan edukasi tentang

75
kepatuhan diet terhadap kesehatan untuk meningkatkan status nutrisi. Dari implementasi
yang telah dilakukan selama 3 kali kunjungan rumah didapatkan evaluasi berupa: pasien
mengatakan hari ini sudah BAB sebanyak 2 kali, mudah mengejan, konsistensi fesesnya
lembek dan banyak.
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan keletihan adalah
memberikan edukasi tentang pentingnya untuk melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin untuk meningkatkan kerja otot. Dari implementasi yang telah dilakukan
selama 3 kali kunjungan rumah didapatkan evaluasi berupa: pasien mengatakan
badannya masih terasa lemah dan tidak bertenaga
Tindakan yang telah kami lakukan untuk diagnosa keperawatan harga diri rendah
adalah mengajarkan pasien untuk meditasi. Dari implementasi yang telah dilakukan
selama 3 kali kunjungan rumah didapatkan evaluasi berupa: pasien mengatakan akan
belajar menerima keadaan dan berusaha menjadi yang terbaik bagi keluarga walaupun
dalam keadaan sakit.

76
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari data yang didapat pada kasus Tn. B dengan diagnosa medis Limfoma Maligna
Hodgkin Stadium III ditemukan beberapa masalah keperawatan diantaranya yaitu
Hipertermi, nyeri kronis, defisit nutrisi, konstipasi, keletihan dan ketidakberdayaan dan
kesiapan peningkatan proses keluarga. Dalam asuhan keperaatan ini di lakukan
kunjungan selama 3 kali dengan harapan masalah teratasi. Implementasi keperawatan
yang diberikan pada pasien sudah di lakukan sesuai rencana asuhan keperawatan
teoritis. evaluasi padahari ketiga sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapakan yaitu masalah teratasi.

5.2. Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa semakin proaktif dan kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa Limfoma Maligna Hodgkin yang ada
dilapangan berdasarkan teori yang sudah didapatkan.
2. Keluarga pasien
Keluarga sebagai pengasuh utama harus memberikan dukungan dan
pendampingan, karena pendampingan menunjukkan bentuk kepedulian keluarga
terhadap pasien sehingga memberikan rasa semangat untuk sembuh

77
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. M .(2013. Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta: EGC

Batticaca, (2002). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.


Jakarta: Selemba Medika

Black, J. M & Hawaks. J. H. (2014). Medical Surgical Nursing Clinical. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera


Barat Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013

Lewis, S. L. (2014). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of


Clinical Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis: Mosby.

Mansjoer, A. 2012. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Aesculapius

Mehta, A. & Hoffbrand, V. (2013). At a Glance Hematologi. Edisi kedua. Jakarta:


Erlangga

Price, S.A. (2016). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6.


Jakarta: EGC

Reksodiputro, A.H. (2015). Multicentre Epidemiology and Survival Study of B Cell


Non Hodgkin Lymphoma Patients In Indonesia. Journal of Blood Disorders &
Transfusion, VI, 2-5. Diunduh dari https://www.longdom.org/open-
access/multicentre-epidemiology-and-survival-study-of-b-cell-non-hodgkin-
lymphoma-patients-in-indonesia-2155-9864-1000257.pdf. Diakses tanggal 03 Juli
2020
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diunduh dari

78
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf. Diakses tanggal 03 Juli 2020.

Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah (12th Ed.). Jakarta: Egc

Tiener, L. (2014). Diagnosis & Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Jakarta :
Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

79

Anda mungkin juga menyukai